Anda di halaman 1dari 13

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8

Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

PENDEKATAN METODE GIS TERHADAP OPTIMASI SUMBERDAYA SISA


BATUBARA DAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PADA
PERUSAHAAN BATUBARA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (STUDI
KASUS PADA PT BIB)

Mohamad Anis1,2*, Arifudin Idrus2, Hendra Amijaya2


1
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi and Sumber Daya Mineral, Republik Indonesia,
Jakarta, 12870, Indonesia
2
Deparmen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281 , Indonesia
*corresponding author: mochanis@yahoo.com

ABSTRAK
Batubara merupakan sumberdaya energi tak terbarukan yang telah menjadi sumber energi utama dan
paling penting di dunia. Sumberdaya batubara memainkan peran strategis dalam pembangunan
ekonomi dan sosial di berbagai negara industri. Dalam beberapa kasus, kegiatan pertambangan
sering terjadi serangkaian masalah lingkungan dan sosial ekonomi pada masyarakat di daerah sekitar
areal pertambangan. Hal ini telah menjadi hambatan bagi pembangunan berkelanjutan dan juga
bahaya tersembunyi yang utama terhadap keamanan ekologi lokal. Oleh karenanya, industri
pertambangan batubara harus memainkan peranan penting dalam pencapaian pembangunan yang
berkelanjutan. Sumberdaya sisa batubara yang didefinisikan sebagai kondisi terakhir sisa
sumberdaya dan cadangan batubara ketika perusahaan batubara ini sudah selesai umur tambangnya
atau habis masa kontrak perizinannya (sesuai izin Pemerintah). Untuk analisis tersebut digunakan
metode knowledge-driven berbasis metode GIS (Geographic Information System), faktor pembobotan
peta-peta/data spasial akan diintegrasikan melalui operasi penampalan data spasial (Overlaying
Operations) dan dengan metode AHP untuk optimasi potensi sumberdaya sisa batubara dan
penentuan optimasi pemanfaatan/ kesesuaian lahan paska tambang. Salah satu perusahaan PKP2B
(Perjanjian Karya Perusahaan Pertambangan Batubara) di Provinsi Kalimantan Selatan adalah PT
Borneo Indobara (PT BIB) menjadi obyek lokasi penelitian dan sudah pada tahap operasi produksi
sesuai jangka waktu umur tambang. Hasil analisis perusahaan ini, secara geologi di dominasi oleh
formasi pembawa batubara (Coal Bearing Formation) yang memungkinkan terdapatnya potensi
sumberdaya sisa batubara setelah umur tambang. Hasil berikutnya menunjukan bahwa perkebunan
tanaman kelapa sawit menjadi optimasi pemanfaatan dan kesesuaian lahan PT BIB.

I. PENDAHULUAN terhadap keamanan ekologi lokal dan regional


(Raymond dan James, 1977; Wang dan Zhang,
Batubara merupakan sumberdaya energi tak 2008; Liu et al., 2012; Zhang et al., 2013). Oleh
terbarukan yang telah menjadi sumber energi karena itu, industri pertam-bangan batubara
utama dan paling penting di dunia. harus memainkan peranan penting dalam
Sumberdaya batubara memainkan peran pencapaian pembangunan yang berkelanjutan.
strategis dalam pembangunan ekonomi dan
sosial di berbagai negara industri (Raymond Sumberdaya sisa batubara dapat didefinisi-kan
dan James, 1977; Wang dan Zhang, 2008; Liu sebagai sisa sumberdaya (utamanya terukur)
et al., 2012). Dalam beberapa kasus, kegiatan maupun sisa cadangan batubara hasil kegiatan
pertambangan dan pemanfaatan sumberdaya penambangan (Westman, 1999; Watson,
batubara banyak terjadi serangkaian masalah 2002; Rohrbacher et al., 2009). Kemudian
lingkungan terhadap ekologi dan sosial sumberdaya yang didefinisikan sebagai kondisi
ekonomi pada masyarakat di daerah sekitar terakhir sisa sumberdaya (utamanya terukur)
areal pertam-bangan. Hal ini telah menjadi dan cadangan batubara ketika perusahaan
hambatan bagi pembangunan berkelanjutan batubara ini sudah selesai habis masa kontrak
dan juga bahaya tersembunyi yang utama perizinannya yang diberikan oleh Pemerintah.
255
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Kontribusi sumberdaya batu-bara utamanya menjadi dua kelompok utama: knowledge-


sumberdaya (kategori terukur dan terunjuk) driven dan data-driven. Metode ini juga
sisa batubara akan dievaluasi ulang dengan dimungkinkan teknik menggabungkan
parameter yang lebih kompleks pengaruhnya beberapa fitur dari keduanya (Gambar 1.).
terhadap keberlanjutan usaha pertambangan
Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) telah
maupun pembangunan yang berkelanjutan
banyak digunakan di seluruh dunia untuk
dengan merujuk kepada parameter yang
membantu dalam situasi pengambilan
dianjurkan dari penelitian terdahulu.
keputusan. Metode AHP membantu
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh pengambil keputusan dalam mencari
sumberdaya sisa terhadap kelayakan ataupun keputusan yang paling sesuai dengan tujuan
tidak layaknya kelangsungan pengelolaan penelitian dan pemahaman terhadap
usaha pertambangan batubara dengan faktor permasalahan (Isnain and Juhari, 2013). Ini
yang lebih dinamis dan kompleks dalam menyediakan kerangka kerja yang
rangka pertambangan berkelanjutan dan komprehensif dan rasional untuk penataan
pembangunan berkelanjutan. Faktor tersebut masalah untuk mewakili dan mengukur hal-hal
antara lain kondisi geologi, teknologi yang berkaitan dengan tujuan keseluruhan,
pertambangan, penggunaan lahan, kelestarian dan memberikan solusi alternatif untuk
lingkungan kebijakan dan peraturan masalah ini. AHP diperkenalkan oleh Thomas
pemerintah, sosial ekonomi (masyarakat Saaty pada tahun 1980 dengan menggunakan
sekitar tambang), sampai dengan pencapaian metode matematika dan psikologi. Sejak itu
keberlanjutan setelah paska tambang. metode ini berkembang dan ditingkatkan dari
Selanjutnya akan menghasilkan suatu waktu ke waktu.
pemodelan yang dinamis juga akan
menganalisis proyeksi kelangsungan II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL
pengelolaan optimasi sumberdaya batubara Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Darlan
sisa. et al., (1999) dan Rita (2005) mengutarakan
Schmitt 2010, menguraikan bahwa telah ada bahwa geologi regional daerah penyelidikan
perkembangan dan perbaikan dalam sebagian besar termasuk ke dalam sub
pemberdayaan dan perangkat lunak cekungan Barito dan sub Cekungan Asam-
komputasi. Teknik pemodelan matematika asam (bagian dalam Cekungan Kutai). Sebaran
telah dikembangkan untuk menjawab Cekungan Kutai membentang di sepanjang
pertanyaan tentang memprediksi suatu lokasi timur tepian benua (continental margin)
kejadian atau tempat yang menarik (endapan Kalimantan. Di bagian barat Cekungan Kutai
bijih misalnya, gerakan tanah ). dibatasi oleh Tinggian Kucing (Kucing High)
dan Paparan Sunda (Sunda Shield), dan
Setiap teknik dapat dianggap sebagai fungsi dipisahkan dari cekungan Tarakan oleh
yang menggabungkan berbagai “peta Pematang Mangkalihat (Mangkalihat Ridge).
prediktor“ untuk menghasilkan peta prospek
(peta prospek : f/peta prediktor) (Bonham-
Carter 1994). Metoda tersebut dapat dilihat
sebagai umumnya sepatutnya menjadi salah
satu dari dua kategori yang dikategorikan
Sedangkan sebaran Cekungan Barito Fisiografis
meliputi sebelah Barat - Utara Pegunungan
Berdasarkan sumber Dinas ESDM Provinsi
Meratus sampai pada Provinsi Kalimantan
Kalimantan Selatan (2008) dan Darlan et al.,
Tengah.
(1999) menggambarkan bahwa sebagian

256
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan ditunjukan pada gambar
mempunyai ketinggian kurang dari 100 berikut ini.
meter di atas permukaan laut (dpl).
Beberapa penelitian terdahulu (diolah dari
Kemiringan lahan di wilayah ini
dokumen Studi Kelayakan PKP2B, lihat
dikelompokkan dalam kelas datar, landai,
gambar 2) menjelaskan urutan
agak curam, curam dan sangat curam. Areal
sedimentologi dan lingkungan pengendapan.
yang datar (0 - 8 %) meliputi areal seluas
Pengendapan batuan sedimen dimulai pada
9.154,27 Km2 atau 24,39%,. Daerah landai
Kala Eosen secara tidak selaras menindih
(8 - 15 %) meliputi areal seluas ± 6.462,50
alas batuan Cekungan Kutai dan Cekungan
Km2 atau 17,22%. Daerah agak curam (15 -
Barito berumur Pra-Tersier. Batuan sedimen
25%) meliputi areal seluas ± 17.424,72 Km2
yang tertua pada cekungan ini adalah
atau ± 46.43%. Daerah curam (25 - 40%)
batuan dari Formasi Tanjung. Secara lebih
meliputi areal seluas ± 881,53 Km2 atau
detail ditunjukan pada kolom stratigrafi
2,35 %. Daerah sangat curam (> 40 %)
pada Gambar 4.
meliputi areal seluas ± 3.607,50 Km2 atau
9,61%.
III. SAMPEL DAN METODE
Tektonik PENELITIAN
Ada beberapa perusahaan pertambangan
Penelitian terdahulu diantaranya Hutchison,
batubara/PKP2B yang masih aktif berada di
1991 (dalam Satyana, 2010) dan Darlan et al.
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sekitar 14
(1999) Indikasi struktur geologi didaerah
perusahaan, tetapi yang menjadi objek pada
pesisir Tanah Laut dan Kotabaru sedikit
penelitian ini adalah PKP2B PT Borneo
sekali tersingkap kepermukaan. Indikasi
Indobara. Secara administratif wilayah
struktur perlipatan yang secara umum
perjanjian kerja PT. BORNEO INDOBARA
mempunyai pola arah sumbu lipatan barat
Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
daya-timur laut dapat dijumpai dengan
Kalimantan Selatan. (Gambar 3). Luas
tersingkapnya endapan tua seperti Formasi
wilayah perjanjian kerja PT. Borneo
Tanjung di lokasi Batulicin. Selain itu
Indobara adalah 24.100 Hektar, dengan
kemiringan lapisan batuan juga
Kode Wilayah (KW) 99 PB0 339.
menunjukkan adanya struktur lipatan dan
sesar. Struktur geologi lainnya yang Pemodelan Metoda GIS
tersingkap di sekitar Batulicin berupa
Kegiatan pemodelan prospektif mineral
lipatan seret (drag-fold). Struktur ini adalah
maupun batubara berusaha untuk
sebagai indikasi adanya struktur lipatan dan
menggambarkan daerah yang mungkin
sesar naik (Gambar 3.).
menjadi tempat sumber utama pada zona
Stratigrafi terbentuknya endapan. Hal ini dicapai
melalui proses mendefinisikan kriteria
Daerah penelitian telah dipetakan oleh
pembuktian, membuat peta kriteria
penyelidik sebelumnya yang termasuk pada
pembuktian ini ("peta prediktor") dan
Peta Geologi Lembar Banjarmasin, sekala
pembobotan dengan menggabungkan peta
1:250.000 (Sikumbang et al., 1994) dan Peta
ini untuk menghasilkan peta prospektivitas
Geologi Lembar Kotabaru, sekala 1:250.000
akhir. Dari Interpretasi peta prospek ini
(Rustandi et al., 1995). Secara regional
dapat digunakan untuk menghasilkan
daerah penelitian termasuk bagian dari
target/ sasaran tempat untuk dilakukan
Cekungan Kutai dan Cekungan Barito.
kegiatan eksplorasi (Bonham-Carter, 1994
Gambaran geologi regional Provinsi
dan Harris, 2006).

257
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Metoda AHP CI adalah Consistency Index / indeks


konsistensi
Penelitian ini akan menggunakan salah satu
dari pendekatan metode knowledge-driven (i) Consistency Ratio (CR) calculation:
berbasis metode GIS (Geographic CR = CI / RI
Information System) yaitu AHP atau Dimana
Analytic Hierarchy Process. AHP merupakan
salah satu alat bantu, proses dalam RI adalah indeks random (random index)
pengambilan keputusan yang dikembang- CR adalah rasio konsistensi/Consistency
kan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1980. Ratio
Terdapat tiga prinsip utama dalam
Nilai indeks acak diperkenalkan oleh
pemecahan masalah dalam AHP menurut
Thomas Saaty (1980). Nilai indeks acak (RI)
Saaty, yaitu: Decompositiot, Comparative
ditunjukkan pada Tabel 2 untuk n = 4
Judgement, dan Logical Concistency.
Penggunaan AHP umum dilakukan oleh Pendekatan Optimasi GIS
institusi pemerintahan atau swasta yang
Pendekatan metode GIS Modelling juga
berkaitan dengan kebijakan atau
memungkinkan diketahui area yang
perumusan strategi prioritas. Tiga Tahapan
terbebas dari kegiatan non tambang
Utama Analisis AHP (Lotfi et. al., 2009 )
(misalnya penggunaan lahan pemukiman,
1. Mengembangkan matriks perbandingan Jalan raya, jaringan pipa migas, sungai besar
pada masing-masing peringkat hierarki, dan lahan lainnya). Hasil analisis tersebut
2. Menghitung bobot relatif dan prioritas dapat diketahui luasan area potensial yang
untuk masing-masing elemen pada benar-benar bebas dan bersih dari kegiatan
hierarki, dan permukaan, sehingga nantinya akan
diketahui areal optimasi untuk kegiatan
3. Menghitung rasio konsistensi untuk
pertambangan yang berkelanjutan.
menilai konsistensi penilaian.
Hal yang sama juga dapat diketahui dengan
Penerapan penentuan analisis konsistensi
pendekatan overlaying peta terkait optimasi
(Consistency analysis) dilakukan setelah
pemanfaatan lahan. Tentunya harus
dibuatkan rangking urutan tiap kriteria.
Dalam hal memastikan ketepatan penilaian terlebih dahulu ditetapkan kriteria awal
(pembobotan urutan tiap kriteria yang untuk optimasi kesesuaian lahan. Penelitian
digunakan dalam penentuan Eigen Value) ini menggunakan panduan UU no. 26 tahun
diperlukan suatu persamaan pemodelan 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang
yang konsisten, analisis konsistensi Kabupaten. Optimasi kesesuaian lahan/
dilakukan dengan menggunakan dua pemanfaatan lahan pada penelitian ini
langkah utama berikut; diarahkan untuk penggunaan lahan
(i) Menghitung Consistency Index (CI): perkebunan/pertanian dan area konservasi,
sedangkan penentuan kriterianya optimasi
pengunaan lahan tersebut dapat dilihat
CI = λ max - n
pada tabel 3.
n– 1
Dimana
IV. DATA DAN ANALISIS
λmax adalah nilai maksimum rata-rata yang
Data
meliputi semua parameter/nilai eigen
terbesar dari matriks berordo n, Penelitian ini perlu menampilkan beberapa
n adalah jumlah karakter/parameter yang parameter data awal yang dapat diterapkan
digunakan (yaitu n = 4) pemodelan optimasi sumberdaya sisa

258
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

batubara dari perusahaan pertambangan penelitian memberikan format data yang


batubara/PKP2B di Provinsi Kalimantan baku atau seragam.
Selatan. Beberapa data tersebut meliputi
Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa
kondisi terkini luasan konsesi PKP2B, blok
tahapan analisis yaitu:
penambangan aktif, sumberdaya layak
1. Analisis areal potensial alokasi sebaran
batubara sisa pada objek penelitian
Kriteria FB JS KL KT
konsesi PKP2B;
FB 1 2 3 4
2. Alokasi optimasi sumberdaya sisa
JS 0,5 1 1 2
KL 0,33 1 1 1 batubara pada areal potensi;
KT 0,25 0,5 1 1 3. Analisis kesesuaian lahan untuk optimasi
Total 2,08 4,50 6,0 8 pemanfaatan lahan.
tambang, cadangan, produksi ROM
Pemodelan dengan pendekatan metode GIS,
(penambangan), produksi pengolahan dan
perangkat lunak Arc GIS 10,2 digunakan
proyeksi sampai akhir umum tambang
untuk melakukan proses analisis AHP.
(mining lifetime) serta masa izin usaha
Penentuan atribut analisis, berupa
pertambangan yang berlaku. Sedangkan
klasifikasi poligon dan pembobotan
untuk penyampaian data utama lainnya
penilaian dilakukan untuk menghasilkan
akan disajikan terkait dengan penerapan
peta tematik curah hujan, litologi (formasi
model optimasi tiap variabel penelitian.
batuan), jarak dari Struktur geologi (sesar),
Data sekunder yang diambil dari PKP2B kemiringan lereng dan kemajuan tambang.
(perusahaan batubara) yang merupakan
Diketahui dari kajian referensi dan analisis
obyek penelitian dan instansi terkait (dari
di objek penelitian bahwa urutan/rangking
tingkat Pemerintah Pusat maupun
variabel yang berpengaruh adalah sebagai
Daerah/Prov. Kabupaten/Kota), yang
berikut (Gambar 3 -6):
berada di Provinsi Kalimantan Selatan.
Pengambilan data dari instansi pemerintah 1. Formasi batuan (FB);
terkait tidak hanya yang berada di lokasi 2. Jarak dari struktur geologi/sesar(JS);
penelitian tetapi juga instansi pemerintah
yang dapat menunjang data penelitian. 3. Kemiringan lereng (KL);
Data sekunder yang didapatkan dari objek 4. Kemajuan tambang (KT).
penelitian dan instansi tersebut dapat
Langkah selanjutnya mengembangkan
berwujud peta maupun tabel-tabel terkait
matriks perbandingan pada masing-masing
penelitian yang diusahakan merupakan data
peringkat hierarki
terkini atau rangkaian data 5 (lima) tahun
Tabel 3. Matriks Pair-Wise Fitur Individu
Eigen
Kriteria FB JS KL KT Total Peta Tematik Zona Potensi Batubara
Value
FB 0,48 0,44 0,50 0,50 1,92 0,48
Setelah langkah diatas kemudian
JS 0,24 0,22 0,167 0,25 0,88 0,22 menghitung bobot relatif dan prioritas
KL 0,16 0,22 0,167 0,13 0,67 0,17 untuk masing-masing elemen pada hierarki.
KT 0,12 0,11 0,167 0,13 0,52 0,13
Total 1 1 1 1 4 Tabel 4. Matriks Normal yang diperoleh dari
1
hasil Matriks Pair-Wise
terakhir. Kesulitan penyediaan/
pengambilan data adalah tidak semua
Setelah matriks normal diperoleh makan
obyek penelitian dan instansi terkait
akan didapatkan bobot tiap kriteria (Eigen
259
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Value) yang nantinya akan digunakan untuk kelapa sawit (Gambar 8). Hal ini sesuai
menghitung potensi batubara, dengan dengan kebutuhan dan mendorong tingkat
persamaan berikut perekonomian di Kabupaten Tanah Bumbu
yang memang telah tersedia pabrik
PSB=(FB*0,48)+(JS*0,22)+(KL*0,17)+(KT*0,13)
pengolahanan Kelapa sawit.
PSB= 1,023 + 0,989 + 1,318 + 1,758 = 5,067
VI. KESIMPULAN
λmax = 4,047 CI = 0,016 CR = 0,018
Kesimpulan yang didapatkan dari beberapa
Nilai CR didapatkan dari CI/RI (RI didapatkan analisis yang telah dilakukan, PT BIB
dari tabel 2/nilai random indeks dengan n=4) mempunyai area potensial sumberdaya sisa
batubara yang cukup luas yaitu sekitar 96 %
Jadi karena nilai CR dibawah/kurang dari 0,1
(23.243,23 ha, Gb. 7) sehingga untuk
yaitu 0,018, menunjukkan bahwa nilai CR
pencapaian sustainable mining setelah
tersebut konsisten dan dapat diterima.
lifetime tambang masih memungkinkan.
Area potensial umumnya pada formasi
V. DISKUSI
Warukin, Dahor, Tanjung dan Aluvial. Lahan
Hasil yang ditunjukan dari beberapa analisis infrastruktur belum merupakan area
telah menggabarkan bahwa potensi pengganggu. Berdasarkan kriteria lahan dari
sumberdaya sisa batubara di PT BIB masih referensi terkait, eksisting peruntukan
cukup besar. Jika dilihat dari umur tambang lahan di area dan sekitar pertambangan,
yang masih 22 tahun maka dengan maka optimasi lahan yang dianjurkan
kapasitas produksi sesuai dokumen Studi (sesuai tujuan sustainable development)
Kelayakan dan Amdal yang disetujui sebesar adalah kawasan perkebunan kelapa sawit
13 ribu ton batubara maka masih punya dan sedikit area konservasi di utara konsesi
peluang untuk sustainable mining PKP2B PT BIB.
(pertambangan yang berkelanjutan) tetapi
tentunya tergantung permintaan pasar dan VII. ACKNOWLEDGEMENT
harga yang menguntungkan/ekonomis.
Ucapan terimakasih kepada pihak PKP2B PT
Berdasarkan dengan analisis pemodelan GIS BIB yang telah memberikan data yang
untuk optimasi kesesuaian lahan (juga diperlukan selama penelitian ini, juga
berdasarkan kriteria arahan dari UU No. ditujukan kepada pihak-pihak yang
26/2007) penelitian ini mengusulkan bahwa membantu (terutama penyediaan data dan
jika selesai paska tambang PT BIB pembuatan database) dari pihak instansi
diharapkan untuk mengembalikan pada pemerintah (Ditjen Minerba) maupun
fungsi semula yaitu areal perkebunan pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Agterberg, F.P., Bonham-Carter, G.F., Wright, D.F., 1990. Statistical pattern integration for mineral
exploration. In: Gaal, Gabor, Merriam, Daniel F. (Eds.), Computer Application sin Resource Estimation
Prediction and Assessment for Metals and Petroleum. Pergamon Press, Oxford.
Australasian Code, 2004 (revised 2009), The Joint Ore Reserves Committee of (JORC), The
Australasian Institute of Mining and Metallurgy, Australian Institute of Geoscientists and Minerals
Councilon of Australia.
Barbara, R. B., 2008., Some problems of sustainable management of mineral resources in Poland,
Estonian. Journal of Earth Sciences, vol. 57 2, p.75-79.
260
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Bonham-Carter, G.F., 1994. Geographic Information System For Geoscientis (Modelling with GIS),
first ed. Pergamon, New York. Ontario, p.329
Brundtland, 1987. Our Common Future, World Commission on the Environment and Development.
Carranza, E. J. M., 2009. Geochemical Anomaly and Mineral Prospectivity Mapping in GIS. Handbook
if Exploration and Environmental Geochemistry; Vol 11. Elsevier, UK, 351 p.
Craynon, J. R., 2011. Approaches And Barriers To Incorporating Sustainable Development Into Coal
Mine Design, Doctoral Dessertation at the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State
University.
De Carvalho, J. J. A., Koppe J.C., and Costa, J. F. C. L., 2012. A case study application of linear
programming and simulation to mine planning. The Journal of The Southern African Institute of
Mining and Metallurgy, Vol. 112.
Friedrich, W. and Becker-Platen, J. D., 2007. Global Nonfuel Mineral Resources and Sustainability,
Proceedings for a Workshop on Deposit Modeling, Mineral Resource Assessment, and Their Role in
Sustainable Development, Circular 1294, p. 1-16.
Hunt, J.W., 1988. Sedimentation rates and coal formation in the Permian basins of eastern Australia.
Australian Journal of Earth Sciences 35, 259–274.
Isnain, Z. and Juhari M. A., 2013, Integrated Remote Sensing and GIS based approach for Mapping
the Groundwater Potential in Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, EJDG, Vol. 18 [2013], Bund. Q
José A. B, Ronald R. G. and Martin L. S., 2011. A Methodological model to Assist in the Optimization
and Risk Management of Mining Investment Decisions, Dyna, year 78, No. 170, pp. 221-226.
Kementerian ESDM, 2009, Undang-undang No. 4 /2009 Tentang Mineral dan Batubara.
Kementerian ESDM, 2006, Perpres No. 5 /2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional.
Liu H., Changxie, Y. E.; QI Xin, 2012. Study on Developing Coal Resource with the Social-Economic
Influence in Erdos City. Cross-Cultural Communication, Vol. 8, No. 6, pp. 112-117.
Partington, G. A., 2009, Commercial Application of Spatial Data Modelling with Examples from North
Queensland, AIG Northern Queensland Exploration and Mining Conference 2009, Townsville,
Australia, 3-8 June.
Rohrbacher, T. J., James A. L., Osmonson, L. M., and Carter, M. D., 2009. Coal Resource Availability,
Recoverability, and Economic Evaluations in the United States—A Summary. The National Coal
Resource Assessment Overview (USGS Report).
Rustandi E., Nila E.S., Sanyoto P., dan Margono U., 1995. Peta Geologi Lembar Kotabaru 1812,
Kalimantan, sekala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung.
Saaty, T. L. 1980. The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation.,
McGraw-Hill, New York.
Setiabudi, B. T. dan Hutamadi, R., 2003. Kebijakan Konservasi Bahan Galian Dalam Pengelolaan
Sumberdaya Mineral Di Indonesia. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Mineral – DIM,
p. 1-10.
Sikumbang N. dan Heryanto R., 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin 1712, Kalimantan, sekala
1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung.
Sharma, P. D., 2009. Bringing Sustainability in Coal Mining Operations is need-of-the-hour.

261
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Schmitt, E., 2010, Weights of Evidence Mineral Prospectivity Modelling with ArcGIS. EOSC 448
Directed Studies, Dec. 2010.
Shields, D. J., 2007. The Contributions of Geologic Information to Economic, Social, and
Environmental Sustainability, Proceedings for a Workshop on Deposit Modeling, Mineral Resource
Assessment, and Their Role in Sustainable Development. Circular 1294, p. 17-18.
Standar Nasional Indonesia (SNI), 2011. Pedoman Pelaporan, Sumberdaya dan Cadangan Batubara.
Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2011.
Sutcu, E., 2012, Use of GIS to discover potential coalfields in Yatagan–Milas area in Turkey,
International Journal of Coal Geology, 98 (2012) 95–109.
Suyartono, 2004. Good Mining Practice: Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan
Benar. Cetakan ke 2, Studi Nusa, Semarang.
Wang L. P., 2008. Countermeasures Study on the Sustainable Development of Coal Industry in China.
International Journal of Business and Management vol. 3, No. 6.
Wang X. and ZHANG G., 2008. Study on the Sustainable Development of Henan Coal Industry under
the Guide of Circular Economy, International Journal of Business and Management. vol. 3, No. 6.
Watson, D. W., 2002. GIS Assessment of Remaining Coal Resources with High Market Potential,
Conference Proceeding ESRI, San Diego, CA.
Westman, E. C., 1999. A Characterization and Determination of the Coal Reserves and Resources of
Southwest Virginia, Doctoral Theses at the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State
University.
Zhen W., Yuanyuan, L., Yan Xu, 2008. The Problems in Sustainable Development of Resource
Orientated City and Countermeasures, International Journal of Business and Management. Vol. 3, No.
6, June.
Yudi D., Rina Z., Catur P., Rini S., Agus S. dan Achmad M., 1999. Studi Regional Cekungan Batubara
Wilayah Pesisir Tanah Laut – Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan DIK-
S Bataubara, DSM, 1999.
Yufen H., Yunxia W., Sumei Z., and Lihong C., 2013. Integrated Evaluation of Ecological Sustainability
of a Mining Area in the Western Region of China. International Journal of Environmental Science and
Development. Vol. 4, No. 2, April.
_________, 2014. Dokumen Kegiatan Tahunan (RKAB dan RKTTL) perusahaan PKP2B di Prov.
Kalimantan Selatan, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM
www.prov.kalsel.go.id
www.badangeologi.go.id

TABEL
Tabel 1. Nilai Random Index (RI), (Saaty, 1980)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 0,46 1,49

262
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel 2. Kriteria nilai optimal untuk pemilihan empat alternatif penggunaan lahan

Lahan Pertanian/ Lahan Lahan Lahan


Kriteria Perkebunan Konservasi Rekreasi Industri
Kemiringan Lereng
0 - 2% 0 - 2% 0 - 2% 0 - 2%
2 - 12 % 2 - 12 % 2 - 12 %
12 - 25 % 12 - 25 %
25 - 40 % 25 - 40 %
> 40 % > 40 %
Curah Hujan
0 - 100
0 - 100 mm 0 - 100 mm
mm
100 - 200 mm 100 - 200 mm 100 - 200 mm
200 - 300 mm 200 - 300 mm 200 - 300 mm
300 - 600 mm 300 - 600 mm 300 - 600 mm
> 600 mm > 600 mm > 600 mm
Jarak dari jalan raya
1 - 3 km 1 - 3 km 1 - 3 km 1 - 3 km
3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km
> 5 km > 5 km > 5 km > 5 km > 5 km
Jarak dari pemukiman
1 - 3 km 1 - 3 km 1 - 3 km
3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km
> 5 km > 5 km > 5 km > 5 km > 5 km
Jarak dari sungai
1 - 3 km 1 - 3 km 1 - 3 km 1 - 3 km 1 - 3 km
3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km 3 - 5 km
> 5 km > 5 km > 5 km > 5 km > 5 km

(Adaptasi dari UU no. 26/tahun 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang Kabupaten)

263
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Stratigrafi Cekungan Kalsel (Modifikasi dari kumbang et al., 1994 dan Rustandi et al.,
1995)

Gambar 2. Lokasi Peneitian PT Borneo Indobara

264
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta Geologi yang menunjukkan Formasi Batuan di lokasi PT BIB

Gambar 4. Peta Struktur Geologi yang menunjukkan Jarak dari sesar/lipatan di lokasi PT BIB

265
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng di lokasi PT BIB

Gambar 6. Peta Kemajuan Tambang di lokasi PT BIB

266
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Peta Potensi Sumberdaya Sisa Batubara di lokasi PT BIB

Gambar 8. Peta Optimasi Kesesuaian Lahan di lokasi PT BIB

267

Anda mungkin juga menyukai