Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap mahkluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan
baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya. Selain itu, dapat menjaga kelangsungan pergantiansel sel
tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Pemenuhan gizi lanjut usia(lansia) sangat penting. Pada usia lanjut menunjukkan
bahwa asupan energy pada usia lanjut sangat mempengaruhi ketahanan tubuh. Pada usia
lanjut dapat terjadi perubahan tingkat berbagai hormone dan penurunan metabolism
sehingga terjadi “penundaan” muncuknya penyakit kronik yang berhubungan dengan
pertambahan umur.
Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tak benar, aktivitas fisik
kurang, obesitas, stress, merokok, dan konsumsi alcohol berlebihan berkontribusi terhadap
penurunan berbagai fungsi organ di usia lanjut. Apabila seseorang berhasil mencapai usia
lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi
yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan lebih baik.
Perubahan statuus gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan
status kesehatan mereka. Perubahan ini makin nyata pada kurun usia decade 70-an. Faktor
lingkungan antara lain meliputi perubahan kondisi ekonomi yang terjadi akibat memasuki
masa pension, isolasi social berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal, dan
rendahnya pemahaman gizi menyebabkan mundurnya atau mempburuknya keadaan gizi
lansia. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah
naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non degenerasi yang berakibat dengan
perubahan asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat di tingkat
jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus
diminum para lansia oleh arena penyakit yang sedang dideritanya.

1
Dalam hal kebutuhan terhadap unsur-unsur gizi, umumnya kebutuhan mereka sudah
jauh berkurang jika dibandingkan dengan kebutuhan orang-orang dewasa. Pada usia lanjut,
misalnya basal metabolisme mereka berkurang antara 10-30%. Disamping itu umumnya
aktivitas mereka sudahjauh berkurang. Hal ini tentu saja mempengaruhi kebutuhan kalori
mereka. Bertambah lanjut usia, maka akan bertambah banyak pula alat maupun organ tubuh
yang berdegenerasi(mundur) terutama alat pencernaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kebutuhan gizi pada lansia?
2. Bagimanakah pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia?
3. Bagaimanakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada usia
lansia?
4. Bagaimanakah faktor –faktor penyebab kurang gizi pada lansia?
5. Bagaimanakah kebutuhan energy dan zat nutrisi pada usia lanjut?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Mengetahui kebutuhan gizi pada lansia
2. Mengetahui pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia
3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada usia
lansia
4. Mengetahui faktor –faktor penyebab kurang gizi pada lansia
5. Mengetahui kebutuhan energy dan zat nutrisi pada usia lanjut

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulisan ini dapat dimanfaatkan untuk meperluas teori tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia dalam keperawatan
gerontik.

2
2. Manfaat Praktis
Bagi Mahasiswa untuk membantu dalam pengembangan wawasan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia dan membantu sebagai
refrensi dalam pembuatan tugas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan gizi pada lansia dalam keperawatan gerontik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA


Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia
berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori
yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya :
untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras,
jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk
gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan,
mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan – makanan
yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun
nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan
olahannya.
3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang
banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan
sayuran.

2.2 TUJUAN PEMBERIAN NUTRISI ATAU GIZI PADA LANJUT USIA

4
Menurut Mubarok ( 2009 ), tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia antara
lain sebagai berikut :
1. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk menunda atau
mencegah kemunduran fungsi organ
2. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia
3. Membiasakan makanan yang cukup dan teratur
4. Menghindari kebiasaan pola makan yang buruk, seperti mengomsumsi makanan
yang berkolesterol, meminum minuman keras, dan lain-lain.
5. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung koroner, ginjal, atherosklerosis, dan lain-lain.
6. Melalui penelitian epidemiologi menjelaskan faktor resiko penyakit karena
komsumsi bahan makanan tertentu seperti penyakit sendi dan tulang akibat asam
urat, penyakit jantung, koroner karena kolesterol dan lemak jenuh, diabetes
melitus akibat obesitas karena komsumsi hidrat arang

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEADAAN NUTRISI


PADA USIA LANSIA
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan penurunan aktivitas
fisiologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi
lanzia yang secara alami memang sudah menurun. Dibandingkan dengan usia dewasa,
kebutuhan gizi lanzia umumnya lebih rendah karena adanya penurunan metabolism basal
dan kemunduran lain seperti yang telah diuraikan diatas.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan metabolism basal pada
orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%. Hal ini terutama disebabkan oleh
berkurangnya massa otot. Selain itu, aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia umumnya
menurun. Rincian factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan kecukupan zat gizi
lanzia dijelaskan berikut ini.
a. Usia
Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak menurun,
sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral meningkat karena ketiganya
berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.

5
b. Jenis Kelamin
Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan kalori, protein
dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat aktivitas fisik.
c. Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena pension dan
kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan
sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu makan yang
berdampak pada penurunan status gizi lansia.
d. Penurunan Aktivitas Fisik
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang dilakukannya
semakin menurun. Hal ini terkait dengan penurunan kemampuan fisik yang terjadi
secara alamiah. Pada lansia yang aktivitas fisiknya menurun, asupan energy harus
dikurangi untuk mencapai keseimbangan energy dan mencegah terjadinya obesitas,
karena salah satu factor yang menetukan berat badan seseorang adalah
keseimbangan antara masukan energy dengan keluaran energy.
Aktivitas fisik yang memadai diperlukan untuk mengontrol berat badan. Selain
memberi keuntungan pada control berat badan, aktivitas fisik juga memberikan
keuntungan lain, di antaranya yaitu efek positif terhadap metabolism energy,
memberikan latihan pada jantung, dan menurunkan risiko diabetes mellitus karena
aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin(Garrow et al.,2000). Penurunan
aktivitas fisik pada lansia dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif.
e. Perubahan Fisiologi Tubuh Akibat Penuaan
Menjadi lansia merupakan proses yang alami dalam kehidupan. Kemunduran dalam
berbagai fungsi organ tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lansia.
Berikut ini adalah perubahan fisiologi pada lansia yang mempengaruhi kebutuhan
gizinya.
1) Perubahan hormone
Pertambahan usia menyebabkan terjadinya peningkatan sensitivitas
hormone kolesistokinin (cholecystokinin, CCK), yaitu hormone yang
mengontrol asupan makanan. Kombinasi antara peningkatan konsentrasi
CCK dalam tubuh dan peningkatan sensitivitas CCK terhadap rasa kenyang
pada lansia menyebabkan terjadinya anoreksia. Pada lansia, waktu yang
dibutuhkan untuk mengosongkan lambung terjadi lebih lama. Hal ini

6
menjelaskan mengapa lansia memiliki efek kenyang lebih lama
dibandingkan usia yang lebih muda. Selain CCK, hormone yang
mempengaruhi anoreksia dan penurunan berat badan pada lansia yaitu
leptin, opioid, nitrit oksida, dan sitokin.
2) Penurunan fungsi dari sistem gastrointestinal
Penurunan fungsi dari sistem gastrointestinal yang terjadi pada lansia
seperti tingginya gigi yang mempengaruhi kenyamanan untuk makan,
penurunan sensitivitas indera pencium dan perasa, dapat menurunkan
selera makan; penurunan sekresi saliva mengakibatkan pengeringan
rongga mulut yang dapat mempengaruhi cita rasa; penurunan produksi
asam lambung dan enzim pencernaan; penurunan kemampuan mencerna
dan menyerap zat gizi (absorpsi).
3) Perubahan komposisi tubuh
Pada manusia, komposisi tubuh dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu jaringan
lemak (fat mass) dan jaringan bebas lemak (lean body mass atau fat free
mass). Jaringan lemak terdiri atas seluruh kandungan lemak dalam tubuh,
sedangkan untuk jaringan bebas lemak terdiri atas otot, tulang, dan cairan
ekstraselular. Kandungan jaringan lemak secara keseluruhan mengambil
bagian tubuh sebesar 11%. Kandungan jaringan lemak terdiri dari 20% air
dan 80% jaringan adiposa. Dari seluruh jaringan adiposa tersebut, 10%
merupakan lemak esensial dan sisanya 90% merupakan lemak non-
esensial.
Kandungan tubuh lainnya yaitu jaringan bebas lemak, terdapat dalam tubuh
sebanyak 89%. Jaringan bebas lemak terdiri dari tulang, protein (otot), dan
cairan tubuh. Proporsi jaringan bebas lemak yaitu terdiri dari 72% cairan
tubuh, 21% protein, dan 7% tulang. Cairan tubuh mengambil peran berat
badan sekitar 50-60% atau kira-kira 40 L. Air tubuh total (total body water)
pada bayi terdapat sebanyak 79-80% dari jaringan bebas lemak dan
kemudian menurun menjadi sekitar 30 L pada usia 40-50 tahun dan akan
terus mengalami penurunan secara perlahan-lahan seiring bertambahnya
usia. Kandungan otot mengambil peran sekitar 40% dari berat badan.

7
Sementara itu, pembentukan dan pertumbuhan tulang terjadi dari masa
kanak-kanak hingga remaja. Kemudian pada usia 20-30 tahun masih terjadi
pertumbuhan, namun sangat sedikit, dan akan mengalami pengurangan
mineral secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia.
Pada lansia terlihat adanya penurunan massa tubuh tanpa lemak dan
peningkatan lemak tubuh. Sebagian besar massa tubuh tanpa lemak disusun
oleh otot. Penurunan massa otot selama proses menua berkontribusi
terhadap penurunan mobilitas dan risiko terjatuh pada lansia. Penurunan
massa tubuh tanpa lemak berkaitan dengan penurunan keluaran energi yang
mengakibatkan penurunan asupan energi.
4) Penyakit
Kemajuan di bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan serta
meningkatnya kondisi sosial akan meningkatkan harapan hidup.
Peningkatan harapan hidup berdampak pada pergeseran pola penyakit dan
masalah terkait yang ditimbulkannya. Penyebab utama kematian bukan lagi
penyakit-penyakit infektif, tetapi telah beralih ke penyakit-penyakit
degeneratif. Usia lanjut merupakan usia saat resiko terkena penyakit
degeneratif paling besar selama daur kehidupan. Jika seseorang lansia
memiliki penyakit degeneratif, maka asupan gizinya ting untuk
diperhatikan, serta disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan zat gizi
dalam tubuh lansia. Sebagai contoh, lansia yang menderita penyakit
jantung koronel sebaiknya meningkatkan konsumsi serat untuk
menurunkan plasma kolesterol. Selain itu, dianjurkan untuk mengganti
asupan lemak jenuh dengan MUFA (lemak tak jenuh tunggal) dan PUFA
(lemak tak jenuh ganda) yang dapat menurunkan kadar LDL dalam tubuh.
Sumber MUFA (lemak tak jenuh tunggal) adalah oleat yang terkandung
pada sebagian besar lemak dan minyak, terutama minyak zaitun.
Sumber PUFA (lemak tak jenuh ganda) dibagi menjadi dua macam, yaitu
omega 6 dan omega 3. Sumber omega 6 adalah linoleat (minyak jagung,
kapas, kacang kedelai, wijen, bunga matahari) dan arakidonat (minyak

8
kacang tanah) ; sedangkan sumber omega -3 adalah linolenat atau (minyak
kacang kedelai, kecambah, gandum, minyak biji rami),
eikosapentaenoat/EPA (minyak ikan tertentu), dan dokosaheksaenoat/DHA
(ASI, minyak ikan tertentu).
Contoh penyakit degenerative lainnya yaitu osteoporosis pada lansia,
terutama lansia wanita. Penurunan hormone estrogen pada wanita yang
telah monopouse akan mempengaruhi kepadatan tulang. Pasalnya,
penurunan estrogen akan menyebabkan penurunan absorpsi kalsium di
dalam usus sehingga terjadi penurunan cadangan kalsium pada lansia.
Penurunan cadangan kalsium pada lansia akan menyebabkan rendahnya
kalsium dalam plasma sel, sehingga tubuh akan meningkatkan sekresi
hormone paratiroid atau (PTH) yang akan mengeluarkan kalsium dari
tulang ke plasma tubuh, dan pada akhirnya kadar kalsium dalam plasma
tubuh kembali normal. Pengambilan kalsium dari tulang akan
menyebabkan tulang menjadi semakin rapuh. Oleh karena itu, lansia perlu
mengkonsumsi makanan tinggi kalsium guna mencegah kehilangan
kalsium pada tulang. Konsumsi vitamin D juga perlu ditingkatkan, karena
vitamin D akan merangsang absorpsi kalsium di usus halus dan
menciptakan keseimbangan kalsium.
5) Pengobatan
Pengobatan yang sedang dijalani lansia dapat mempengaruhi kebutuhan
lansia akan zat gizi. Obat-obatan yang di konsumsi untuk menyembuhkan
penyakit dapat menimbulkan efek samping dan menghasilkan interaksi
negative dengan zat-zat gizi dalam tubuh. Beberapa obat, misalnya obat
untuk pasien kanker, dapat menurunkan nafsu makan, bahkan dapat
menyebabkan mual, muntah dan berbagai rasa tidak enak lainnya. Keadaan
ini dapat berakibat buruk pada status gizi pasien. Penggunaan antibiotic
dalam pengobatan penyakit dapat membunuh bakteri penghasil vitamin K
yang terdapat di usus.
2.4 FAKTOR –FAKTOR PENYEBAB KURANG GIZI PADA LANSIA

9
a. Lingkuan sosial
Sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghindari terjadinya depresi
,stres ,paranoia ,dan gangguan lain dengan cara :
a. Melakukan komunikasi dengan keluarga ,teman maupun tetangga sekitarnya
b. Melakukan aktivitas yang sesuai minat dan kemampuannya untuk mengisi
waktu luang .
c. Berkumpul bersama teman-teman semua sekolah /kerja dan membuat teman
baru untuk menggantikan mereka yang telah meninggal atau yang telah
pindah.
b. Asupan Makanan
Merupakan faktoryang cukup penting dalam mempengaruhi status gizi pada lansia.
Gangguan asupan makanan sering dialami oleh lansia. Ada 2 jenis gangguan asupan
makanan, yaitu berkurangnya asupan makanan dari biasanya. Hal ini dapat
menyebabkan dampak yang buruk terhadap status gizi. Selain itu, gangguan asupan
makanan banyak disebabkan oleh berkurangnya daya kecap lidah (loss of taste), dan
hypsomia (berkurangmya bau). Hal ini banyak terjadi karena pengobatan-
pengobatan yang dilakukan lansia.
c. Penyakit
Sering bertambahnya usia, sistem imun pada lansia pun semakin menurun. Penyakit
berhubungan dengan proses inflamasi. Tubuh akan mensintesis mediator inflamasi
berupa sitoksin. Sitoksin ini akan berpengaruh buruk terhadap nutrisi. Gejala ini
berdampak pada berkurangnya napsu makan sehingga asupan makanan menurun
dan nutrisi tidak tercukupi.

d. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berhubungan erat dengan berat badan. Aktivitas fisik yang kurang
menyebabkan terakumulasinya nutrisi dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko
obesitas.
e. Kondisi Mental
Kondisi mental pada lansia sering menunjukan gejala depresi. Gejala depresi
yang timbul banyak disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh lansia tersebut.
2.5 KEBUTUHAN ENERGY DAN ZAT NUTRISI PADA USIA LANJUT
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang

10
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel – sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Kebutuhan energy dan zat nutrisi pada usia lanjut dapat dilihat dari
angka kecukupan gizi (AKG) dan angka kebutuhan gizi. Angka kecukupan gizi (AKG)
yang dianjurkan adalah banyaknya tiap –tiap zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari
makan sehari-hari untuk mencegah difisiensi zat gizi ( Sudiarti & Utari, 2006). AKG
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, aktifitas fisik, angka kebutuhan gizi
(AKG) berbeda dengan angka kebutuhan gizi. Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat
gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat
(Almatsier,2004).
a. Rincian Anjuran Kecukupan Zat Gizi Bagi Lansia
1) Kebutuhan energy akan mulai menurun pada usia 40-49 tahun sekitar 5% dan
pada usia 50-69 tahun menurun 10%, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi
berkurang. Oleh karena itu, sebaiknya lansia mengkonsumsi jenis karbohidrat
kompleks 60-65% karena banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat.
2) Sebaiknya lansia mengkonsumsi lemak nabati daripada lemah hewani untuk
mencegah peningkatan lemak tubuh.
3) Tingkatkan asupan sumber vitamin A,D, dan E untuk mencegah penyakit
degenerative, serta vitamin B12, asam folat, vitamin B1 dan vitamin C untuk
mencegah penyakit jantung.
4) Tingkatkan konsumsi makanan sumber besi (Fe), Zinc (Zn), selenium (Se), dan
kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan osteoporosis, serta meningkatkan daya
tahan tubuh
5) Tingkatkan konsumsi zat gizi mikro : fosfor (P), kalium (K), Natrium (Na), dan
magnesium (Mg) untuk metabolism dalam tubuh
6) Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari untuk melancarkan proses
metabolism tubuh, dan mengeluarkan sisa pembakaran energy dalma tubuh , serta
tingkatkan konsumsi serat agar buang air besar lancar, mencegah penyerapan
kolesterol, dan menghindari penumpukan kolesterol dalam tubuh.
b. Presentase Kebutuhan Zat Gizi
Zat Gizi Pria Wanita
(berat badan = 62 kg) ( berat badan = 54 kg)
Energi (kkal) 2050 1600

11
Protein (g) 60 45
Vitamin A (RE) 600 500
Vitamin D (g) 15 15
Vitamin E (mg) 15 15
Vitamin K (mg) 65 55
Tiamin ( mg) 1,0 0,8
Riboflavin (mg) 1,3 1,1
Niasin ( mg) 1,6 14
Vitamin B12 ( mg) 2,4 2,4
Asam folat (g) 400 400
Piridoksin (mg) 1,7 1,5
Vitamin C (mg) 90 75
Kalsium (mg) 800 800
Fosfor (mg) 600 600
Besi (mg) 13 12
Zinc (mg) 13,4 9,8
Iodium (g) 150 150
selenium (g) 30 30
Tabel Angka kecukupan Gizi (AKG) untuk lansia (WNPG,2004)

Presentase kebutuhan zat gizi makro untuk lansia adalah 20-25% protein, 20%
lemak, 55-60% karbohidrat. Asam lemak yang dikonsumsi sebaiknya memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid) yang tinggi, yaituasam lemak
omega-3 dan omega-9, seperi yang terdapat pada ikan yang hidup di laut dalam. (Krause at
al, 1984). Dari berbagai jenis zat gizi yang tercantum dalam AKG, zat gizi yang
menunjukkan penurunan dengan semakin bertambahnya usia adalah energy. Sebenarnya,
kebutuhan energy antara pria dan wanita diindonesia tidak jauh berbeda , terutama pada
masa usia produktif. Perbedaan kecukupan gizi hanya terdapat pada golongan usia 19-65
tahun ke atas. Didalam tabel AKG, kebutuhan energy pria dengan golongan usia 10-65
tahun ke atas cendrung stabil. Yaitu 2050-2600 kkal, sedangkan pada wanita dimulai dari
usia 19 tahun ke atas sampai sampai dengan 65 tahun keatas terdapat perbedaan yang
signifikan. Sejak usia 19 tahun, wanita mengalami penurunan kebutuhan energy. Sebagai
contoh, wanita yang berusia 16-18 tahun memiliki angka kecukupan gizi ± 2200 kkal,
sedangkan pada usia 19-29 tahun sebesar ± 1900 kkal, usia 30-45 tahun sebesar ± 1800
kkal, usia 50-64 tahun sebesar ± 1750 kkal, dan pada usia 65 tahun keatas sebesar ± 1600
kkal. Hal ini menunjukan bahwa mulai pada usia 19 tahun, wanita mengalami penurunan

12
kebutuhan energy. Penurunan kebutuhan energy yang terjadi sejak usia 19 tahun antara
pria dan wanita dapat terjadi karena semakin bertambahnya usia seseorang, maka idealnya
aktivitas fisik yang dilakukan juga semakin menurun. Selain itu, dapat juga disimpulkan
bahwa pada usia 19 tahun ke atas, proses pertumbuhan sudah mulai terhenti, maka energy
yang dibutuhkan tubuh juga mulai menurun. Apabila energy yang dibutuhkan tubuh mulai
menurun, maka asupan zat gizi juga mengalai penurunan. Sebagai bahan perbandingan
kebutuhan energy antara pria dan wanita, dapat dijadikan contoh usia 65 tahun keatas. Pria
membutuhan ±2050 kkal, sedangkan wanita ± 1600 kkal. Hal ini dapat terjadi karena massa
otot, massa lemak, serta struktur danmassa tulang yang berbeda antara wanita dan pria.

c. Pola menu lansia


Penyusunan menu lansia harus tetap berpedoman pada pedoman umum gizi seimbang
(PUGS). Beberapa penyakit yang diderita sebagian lansia harus menjadi pertimbangan
dalam menyusun menu mereka. Beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan bahan
makanan yang harus dihindari menjadi pertimbangan bagi kita dalam memilih bahan
makanan sebagai bahan utama menu mereka.
Contoh Menu Lansia Selama Satu Hari
Jenis bahan makanan Pria Wanita
Nasi 3 x 200 gram 2 x 200 gram
(3 x 1,5 gelas blimbing) (2 x 1,5 gelas blimbing)
Lauk daging / Ikan 1,5 x 50 gram 2 x 50 gram
Tempe 5 x 25 gram ( 1 pt kecil ) 4 x 25 gram (1 pt kecil)
Tahu 5 x 50 gram 4 x 50 gram
Sayur 1,5 x 100 gram 1,5 x 100 gram
(1,5 x 1 gelas penuh
sayur
Buah 2 x 100 gram ( 1 pt 2 x 100 gram (1 pt sedang)
sedang)
Gula 2 sendok makan (sdm) 2 sendok makan (sdm)
Minyak (santan cair) 2 sdm (1,5 gelas) 2 sdm (1,5 gelas)

13
14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia.Tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia yaitu
Mempertahankan gizi yang seimbang ,Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan tubuh pada lansia, dan Mempertahankan kesehatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada usia lansia adalah Usia, Jenis Kelamin, Faktor
Lingkungan, Perubahan Fisiologi, Tubuh Akibat Penuaan, Penurunan Aktivitas Fisik.
Kebutuhan Energy dan Zat Nutrisi pada usia lanjutsebaiknya lansia mengkonsumsi jenis
karbohidrat,lemak nabati , Tingkatkan asupan sumber vitamin A,D, dan E, Tingkatkan
konsumsi makanan sumber besi (Fe), Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari
untuk melancarkan proses metabolisme tubuh. cara – cara untuk menghitung energy,
protein dan lemak yang dibutuhkan lansia yaitu menghitung kebutuhan energy mengunakan
rumus WHO (1985) langkah pertama Menimbang berat badan lansia, lalu dihitung BMR-
nya, langkah kedua menghitung AKG energy lansia dengan rumus BMR x faktor aktivitas
individu (rengan, sedang, berat), pada umumnya yang digunakan adalah ringan karena
aktivitas lansia adalah tingkat ringan, kebutuhan protein lansia per hari dalam kondisi sehat
adalah ±0,8 g/kgBB atau 15- 25% dari kebutuhan energy,asupan lemak harian bagi lansia
tidak melebihi 15% kebutuhan energy.Presentase kebutuhan zat gizi makro untuk lansia
adalah 20-25% protein, 20% lemak, 55-60% karbohidrat.
3.2 SARAN
Dari makalah yang berjudul Faktor-Faktor yang Terkait dengan Kebutuhan Gizi
Lansia diharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam tentang faktor yang terkait
dengan kebutuhan gizi lansia sehingga dapat menerapkan lansung saat melakukan
keperawatan gerontik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Moehji Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: PT Bhratara Niaga Media.


Azizab Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fatmah. 2010. Gizi Usia. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Wati, Erna Kusuma, dkk. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Arisman. 2003. Gizi Dalam Daur Keidupan. Jakarta: EGC.
Adriani. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta

16
SOAL-SOAL FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KEBUTUHAN GIZI
LANSIA

1. Tujuan dari pemberian nutrisi pada lansia yaitu …

a. Mempertahankan kesehatan yang baik supaya hidup lebih bergantung pada


orang lain

b. Lansia mampu merawat diri

c. Dapat mencegah timbulnya penyakit manja

d. Mencapai status gizi yang maksimal

e. Mencapai target perawat yang diinginkan

2. Pemberian nutrisi yang seimbang pada lansia berguna untuk …

a. Mencegah serangan penyakit degenerative

b. Mencegah lansia terjadi demensia

c. Agar lansia jarang sakit

d. Agar lansia tidak kelaparan

e. Agar lansia selalu diperhatikan

3. Penyebab dari periodontal disease pada lansia adalah…

a. Lansia suka makan yang manis-manis

b. Lansia jarang merawat kesehatan gigi dan gizi yang buruk

c. Menurunnya indra pengecapan lansia

d. Kurangnya asupan nutrisi dari lansia

e. Asam lambung menurun

4. Banyak lansia mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan asam lambung dari
lansia menurun. Yang menyebabkan asam lambung pada lansia adalah…

a. Disebabkan hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah

17
b. Atropi indera pengecap

c. Atrofi mukosa lambung

d. Pelebaran esophagus

e. Konstipasi

5. Para lansia harus mendapat asupan nutrisi ayng seimbang. Asupan nutrisi seimbang
tersebut meliputi …

a. Karbohidrat, Vitamin, air, mineral, dan lemak

b. Protein, lemak jenuh, asam folat, karbohidrat, vitamin, air dan mineral

c. Kalori, protein, karbohidrat, gula dan lemak

d. Lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, protein dan gula

e. Kalori, protein, lemak, air, vitamin dan mineral

6. Kebutuhan kalori pada lansia sangatlah penting, mengingat kalori yang dikonsumsi
akan diolah menjadi energy dan cadangan makanan di dalam tubuh. Jumlah
kebutuhan kalori pada lansia laki-laki dan lansia wanita adalah …

a. 1969 kal dan 1700 kal

b. 1960 kal dan 1700 kal

c. 1700 kal dan 1965 kal

d. 1789 kal dan 1960 kal

e. 1960 kal dan 1600 kal

7. Kekurangan vitamin dan mineral pada lansia menyebabkan kerapuhan tulang dan
kekurangan zat besi sehingga menyebabkan lansia mengalami anemia. Kebutuhan
vitamin dan mineral lansia yang diperlukan oleh lansia adalah …

a. Vitamin A, C, D

b. Vitamin D, E, K, B12

c. Asam folat dan Vitamin D

18
d. Vitamin A, B1, B2, B6, Niasin, Vitamin C, Vitamin D, asam folat dan
vitamin E

e. Vitamin A, B12, B1, B2, Niasin, Vitamin C, D, E dan asam Folat

8. Perawat B sedang melakukan kunjungan ke rumah lansia yang berada di Br. Manyar
yang bernam Tn. O. Saat melakukan pengkajian, ditemukan RR = 20x/menit, TD =
120/70 mmHg, S = 36,5ºC, N = 88 x/menit, BB = 65Kg dan TB = 170cm. berat
badan ideal pada lansia tersebut menggunakan rumus?

a. BB ideal = 0,9 ( BB dalam Kg – 100)

b. BB ideal = 0,9 ( TB dalam cm + 100)

c. BB ideal = 0,5 ( TB dalam kg – 100)

d. BB ideal = 0,5 ( TB dalam kg + 100)

e. BB ideal = 0,9 ( TB dalam kg – 100)

9. Penimbangan BB pada lansia dilakukan secara berkala minimal 1 minggu sekali,


patut diwaspadai apabila terjadi pennignkatan BB atau penurunan BB sebanyak …

a. 1 kg/ seminggu

b. 2 kg/7hari

c. 0.1 kg/seminggu

d. 0.5 kg/seminggu

e. 5 kg/7 hari

10. Ny. B sedang diperiksa oleh perawat U di rumahnya. Hasil pengkajian yang di dapat
N = 80 x/menit, TD = 120/80 mmHg, RR= 21 x/menit, S= 36,9 ºC, BB = 52 Kg,
dan TB = 151 cm, LK = 29 cm. BB ideal dari Ny. B adalah …

a. 47 kg

b. 42 kg

c. 45 kg

d. 46 kg

e. 50 kg

19
11. Ny. E sedang dilakukan pemeriksaan oleh perawat B di rumahnya. Hasil pengkajian
di peroleh data N = 79 x/menit, RR = 20 x/menit, TD = 110/80 mmHg, S= 37 ºC,
BB = 55 Kg, TB = 165 cm. dalam menghitung jumlah energy yang dibutuhkan
lansia, menggunakan rumus …

a. Laki-Laki = ( 13,5 x BB) + 487 kkal dan Wanita = (10,5 x BB) + 596
kkal

b. Laki- Laki = (13,5 x TB) + 487 dan Wanita = (10,5 x BB) + 590 kkal

c. Laki- Laki = (14 x BB) + 488 dan Wanita = (11 x BB) + 596 kkal

d. Laki- Laki dan Wanita = (13,5 x BB) + 600 kkal

e. Laki-Laki = (13,5 x TB) + 487 kkal dan Wanita = (10,5 x TB) + 596 kkal

12. Permasalahan yang sering dihadapi oleh lansia karena kelainan metabolisme asam
urat kongenital adalah …

a. Osteoporosis

b. Anemia

c. Gout

d. Obesitas

e. Diare

13. Yang bukan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh lansia adalah …

a. Anemia

b. Gout

c. Osteoporosis

d. Manja

e. BB menurun

14. Factor yang menyebabkan kekurangan gizi pada lansia kecuali …

a. Hilangnya gigi

b. Kesalahan pola makan

20
c. Penyakit gigi

d. Penyakit kronis

e. Kebutuhan terpenuhi

15. Osteoporosis atau tulanag keropos disebabkan karena …

a. Kekurangan air

b. Kekurangan Vitamin A

c. Kekurangan kalsium

d. Kekurangan Vitamin C

e. Kekurangan Asam Folat

21
KEPERAWATAN GERONTIK
FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN
KEBUTUHAN GIZI LANSIA

OLEH:
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT III.A

I GUSTI AYU INTAN ADRIANA SARI (P07120216 024)


A.A. ISTRI MARANSIKA NIKE PUTRI (P07120216 025)
PUTU AYU MAHAPATNI MKP (P07120216 026)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018

22

Anda mungkin juga menyukai