Di susun Oleh
1
DAFTAR ISI
2ii
BAB I
PENDAHULUAN
31
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana pendekatan incrementalism dalam penyusunan anggaran?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep Value For Money?
3. Bagaimana pengukuran kinerja menggunakan input, output, dan
outcome?
4. Bagaimana pengukuran benefit dan impact pada indikator kinerja?
5. Bagaimana kinerja birokrasi pelayanan public?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pendekatan incrementalism pada penyusunan anggaran
2. Mengetahui tentang konsep value for money
3. Mengetahui tentang pengukuran kinerja menggunakan input, output, dan
outcome?
4. Mengetahui tentang pengukuran benefit dan impact pada indikator
kinerja?
5. Mengetahui kinerja birokrasi pelayanan publik
24
BAB II
PEMBAHASAN
53
2) Apakah pelayanan yg diberikan telah terdistribusi secara adil &
merata di antara kelompok masyarakat?
3) Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
4) Apakah pelayanan yg diberikan mempengaruhi pola kebutuhan
publik?
2. Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program atau
kegiatan muncul lagi dalam anggaran tahun berikut meski sudah tak
dibutuhkan
3. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item.
46
Value For Money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat hanya dinilai dari sisi output yang
dihasilkan, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara
bersama-sama. Pengembangan indikator kinerja berpusat pada ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas program dan kegiatan atau yang dikenal dengan 3E. Ekonomis artinya
hemat dan cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien artinya berdaya
guna dalam penggunaan sumber daya untuk hasil yang maksimal, serta efektif artinya
berhasil guna dalam mencapai tujuan dan sasaran.
Value for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor public
yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Mardiasmo, 2009). Pengertian dari ketiga elemen tersebut adalah:
1. Ekonomi
Ekonomi adalah pemerolehan sumber daya (input) tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Mardiasmo, 2009: 4).
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input. Berikut
kriteria penilaian untuk mengukur tingkat ekonomis.
Persentase tingkat Ekonomis Kriteria
Diatas 100% Sangat ekonomis
90,01 - 100% Ekonomis
80,01 - 90 % Cukup ekonomis
60,01 - 80 % Kurang ekonomis
Kurang dari 60 % Tidak ekonomis
2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa yang
dibeli oleh organisasi. Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu
atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
75
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau
target yang telah ditetapkan. Berikut kriteria penilaian untuk mengukur tingkat
efisiensi:
Persentase Kinerja Kriteria
Diatas 40,01 % Tidak efisien
30,01 - 40% Kurang efisien
20,01 - 30 % Cukup efisien
10,01 -20 % Efisien
Dibawah 10 % Sangat efisien
Dari uraian ketiga elemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa: (1) ekonomi
terkait dengan input, (2) efisiensi terkait dengan input dan output, dan (3) efektivitas
terkait dengan output dan tujuan. Secara skematis, Value for Money dapat
digambarkan sebagai berikut:
68
1. Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh input adalah dokter di rumah sakit,
guru di sekolah, tanah untuk jalan baru, dan sebagainya. Input dapat dinyatakan
secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, jumlah guru, luas tanah, dan
sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya
dokter, gaji guru, harga tanah, dan sebagainya.
2. Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program aktivitas dan kebijakan.
Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan output
yang tidak diinginkan atau efek samping, misalnya peningkatan populasi yang
terjadi akibatnya jalan baru, jarang dibicarakan.
3. Outcome
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. Sebagai
contoh; outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh
dinas kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih dan sehat.
Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak
dicapai.
Dapat disimpulkan bahwa tiga indikator prestasi organisasi sektor public akan
dirinci sebagai berikut: ekonomi itu mengenai input, efisien tentang input dan output,
dan efektifitas berhubungan dengan output dan outcome.
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi
sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas
publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money
diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja
sektor publik.
97
Manfaat implementasi konsep value for money pada pemerintah antara lain
(Haryanto et al., 2007):
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefesiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sebagai
akar pelaksanaan akuntabilitas publik.
Indikator Value for Money dibagi menjadi dua bagian (Mardiasmo, 2009), yaitu.
8
10
C. Pengukuran Value for Money
1. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
digunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan pengukuran ekonomi adalah:
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara
optimal? (Mardiasmo 2009: 133)
Mardiasmo (2009: 4) menyebutkan bahwa ekonomi merupakan
perbandingan antara input dengan input value. Input dalam hal ini adalah
target anggaran, sedangkan input value adalah realisasi anggaran. Indra
Bastian (2006: 280) mencontohkan biaya pembangunan rumah sakit dapat
dikatakan ekonomis jika biaya yang digunakan dalam pembangunan lebih
rendah dari yang sesungguhnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu kinerja
dikatakan ekonomis apabila realisasi anggaran lebih kecil daripada target
anggaran dan dapat mencapai output sesuai dengan yang ditetapkan. Dari
penjelasan tersebut, secara matematis pengukuran ekonomi dapat dilakukan
dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 = × 100%
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
Keterangan :
Input = realisasi anggaran
Input value = anggaran
9
11
2. Efisiensi
Menurut Mardiasmoe (2002:133), efisiensi merupakan hal penting
dari ketiga pokok bahasan value for money. Karena jika dibandingkan dengan
ekonomis dan efektivitas, efisiensi merupakan salah satu bagian dari indikator
value for money yang dapat diukur dengan rasio antara output dan input.
Ekonomi hanya menekankan pada input, sedangkan efektivitas hanya
berbicara masalah output saja. Pengukuran efisiensi dinyatakan dalam rumus
berikut:
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100%
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Keterangan :
Output = hasil yang dicapai oleh kebijakan program dan aktivitas
Input = realisasi anggaran
Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi
menjadi dua, yakni efisiensi alokasi dan efisiensi teknis atau manajerial.
Efesiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunkan sumber
daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial) terkait
dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output
tertentu.
3. Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2002: 134), efektivitas adalah ukuran berhasil
tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi
berhsil mencapi tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan
secara efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak
menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program
atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran
efektivitas dinyatakan dalam rumus berikut:
𝑂𝑢𝑡𝑐𝑜𝑚𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
12
10
0
Keterangan :
Outcome = dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan
Output = hasil yang dicapai oleh kebijakan program
Sementara itu, benefit dan impact dapat dibedakan dalam beberapa hal, yaitu
sebagai berikut.
13
11
dampak tidak bisa terukur dalam waktu dekat dan hasil pengukurannya
akan lebih baik jika dilakukan oleh pihak pengguna layanan. Dampak
sendiri terdiri dari dampak positif dan dampak negatif.
a. Dampak Positif
Produktivitas kegiatan masyarakat/ekonomi meningkat.
Pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar
dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
b. Dampak Negatif
Pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
Akibat dari pncemaran, banyak menimbulkan kematian bagi
binatang-binatang, manusia dapat terkena penyakit, hilangnya
keindahan alam dan lain-lain.
14
12
yaitu kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur lebih ekonomis
dan efisien dalam pengelolaan keuangannya setelah menggunakan anggaran berbasis
kinerja.
Keempat, penelitian yang dilakukan Khikmah (2014). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengukur kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
berdasarkan konsep Value for Money. Hasilnya yakni kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Lamongan efisien dan efektif tetapi tidak ekonomis.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Afiati (2011). Penelitian tersebut
bertujuan untuk menganalisis kinerja BAPPEDA Kabupaten Semarang
menggunakan Value for Money. Hasil penelitiannya yaitu kinerja BAPPEDA efisien
dan efektif namun tidak ekonomis
15
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem anggaran tradisional (Traditional budgeting system) memiliki
beberapa kekurangan, salah satunya adalah Pendekatan incremental yang
menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tak pernah diteliti secara menyeluruh
efektivitasnya. Dan lebih berorientasi pada input daripada output, sehingga tidak
dapat sebagai alat utk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor
kinerja. Kinerja dievaluasi dlm bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan
apakah tujuan tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep value for money yang
merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for Money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi sektor
publik karena kinerja pemerintah tidak bisa dinilai dari sisi output yang dihasilkan
saja, tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome
secara bersama-sama. Value for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang berdasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Ekonomi berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah. Efisien berarti pencapaian output yang maksimum dengan
input tertentu, sedangkan efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan
target yang ditetapan. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan Value for Money, yaitu: ekonomis
(hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna)
dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan
hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan
sasaran.
14
16
0
Daftar Pustaka
Afiati, Tri Astuti. 2011. Analisis Value For Money pada Kinerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Semarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Barnet, Chris. et al. 2010. Measuring the Impact and Value for Money of Governance
& Conflict Programmes. ITAD. Diambil dari
http://www.dfid.gov.uk/r4d/pdf/outputs/mis_spc/60797_itad-fvm-
reportdec10.pdf, diunduh tanggal 5 Maret 2014.
Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Khikmah, Alayyal. 2014. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamongan berdasarkan Konsep Value For Money. Skripsi. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Khurrohman, Taufik. 2012. Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui
Kinerja Keuangan yang Berbasis Value For Money di Kabupaten/Kota di
Jawa Timur. Skripsi. Jawa Timur: Universitas Jember.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta: BPFE.
Nugrahani, Tri Siwi. 2007. Analisis Penerapan Konsep Value for Money Pada
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. AKMENIKA UPY. Vol.1,
Halaman 2.
17
15