Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pengukuran Kinerja Value For Money


Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Manajemen Sektor Publik

Program Magister Ilmu Administrasi Publik

Dosen : Dr. Andi Nilwana, S.E., M.Si.

Di susun Oleh

Citra Farahdiba Isnandar

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK (STISIP) MUHAMMADIYAH RAPPANG

TAHUN AKADEMIK 2018-2019

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A. Pendekatan Incrementalism dalam Penyusunan Anggaran ....... 3
B. Konsep Value for Money ........................................................... 4
C. Pengukuran Value For Money .................................................. 9
D. Pengukuran Benefit dan Impact ................................................. 11
E. Kinerja Birokrsi Pelayanan Publik denganValue for Money .... 12
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................ 14
Daftar Pustaka ................................................................................................ 15

2ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya


kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat
sering menilai organisasi sektor publik sebagai sarang inefisiensi, pemborosan,
sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Masyarakat yang semakin
cerdas dan kritis juga menuntut dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik
oleh lembaga-lembaga sektor publik. Tuntutan masyarakat ini sesuai dengan UU
No.22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999 yang digunakan sebagai dasar bagi
serangkaian reformasi kelembagaan dalam menciptakan good governance, yaitu
pemerintahan yang bersih, ekonomis, efektif, transparan, responsif, dan akuntabel.
Pengukuran kinerja adalah faktor penting di dalam suatu organisasi, termasuk
juga untuk organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk
menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik dan tepat sasaran. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik dilakukan untuk
memenuhi tiga maksud. Pertama, untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.
Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.
Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan. Ketiga, untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan (Mardiasmo, 2009).
Hasil pengukuran kinerja sektor publik harus dilaporkan dalam bentuk
laporan pertanggungjawaban kinerja. Pembuatan laporan tersebut merupakan
manifestasi dilakukannya akuntabilitas publik (Mahmudi, 2007: 7). Ada beberapa
alat dalam pengukuran kinerja, salah satunya adalah metode Value for Money.
Dengan metode Value for Money terdapat tiga elemen utama yang dinilai yaitu
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

31
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana pendekatan incrementalism dalam penyusunan anggaran?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep Value For Money?
3. Bagaimana pengukuran kinerja menggunakan input, output, dan
outcome?
4. Bagaimana pengukuran benefit dan impact pada indikator kinerja?
5. Bagaimana kinerja birokrasi pelayanan public?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pendekatan incrementalism pada penyusunan anggaran
2. Mengetahui tentang konsep value for money
3. Mengetahui tentang pengukuran kinerja menggunakan input, output, dan
outcome?
4. Mengetahui tentang pengukuran benefit dan impact pada indikator
kinerja?
5. Mengetahui kinerja birokrasi pelayanan publik

24
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Incrementalism Dalam Penyusunan Anggaran

Sistem anggaran tradisional (Traditional budgeting system) adalah suatu cara


menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Penyusunannya lebih didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran. Dasar
pemikirannya adalah setiap pengeluaran negara harus didasarkan pada perhitungan
dan penelitian yang ketat agar tidak terjadi pemborosan dan penyimpangan atas dana
yang terbatas.

Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional:

1. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism, yakni:


a. Penekanan & tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggungjawaban yg terpusat.
b. Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah
rupiah pada item-item anggaran yg sudah ada sblmnya dg data tahun
sblmnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan/pengurangan
tanpa kajian yg mendalam/kebutuhan yg wajar.
c. Masalah utama anggaran tradisional adalah tdk memperhatikan konsep
value for money (ekonomi, efisiensi dan efektivitas).
d. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yg diajukan, bukan
pada pertimbangan output yang dihasilkan dari aktivitas yg dilakukan
dibandingkan dengan target kinerja yang dikehendaki (outcome).
e. Cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic
cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan sbb:
1) Apakah pelayanan tertentu yg dibiayai dengan pengeluaran
pemerintah masih dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?

53
2) Apakah pelayanan yg diberikan telah terdistribusi secara adil &
merata di antara kelompok masyarakat?
3) Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
4) Apakah pelayanan yg diberikan mempengaruhi pola kebutuhan
publik?
2. Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program atau
kegiatan muncul lagi dalam anggaran tahun berikut meski sudah tak
dibutuhkan
3. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item.

Permasalahan Utama Anggaran Tradisional adalah terkait dengan tidak


adanya perhatian terhadap konsep Value for Money (VFM). Konsep ekonomi,
efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan
anggaran tradisional. Oleh sebab itu, dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep
value for money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran
yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang
sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan. Jika dilihat secara mendalam
sebenarnya konsep Value for Money merupakan salah satu prinsip penting dari
anggaran kinerja dan good governance.

B. Definisi Value for Money


Definisi Value For Money berdasarkan Audit Commision dalam Final Report
yang disampaikan oleh ITAD, dalam jurnal berjudul Measuring the Impact and Value
For Money of Governance & Conflict Programmes (Chris Barnett, dkk : 2010)
mengungkapkan:
“VFM is about obtaining the maximum benefit over time with the resources available.
It is about achieving the right local balance between economy, efficiency and
effectiveness, or, spending less, spending well and spending wisely to achieve local
priorities...VFM is high when there is an optimum balance between all three
elements, when costs are relatively low, productivity is high and successful outcomes
have been achieved.”

46
Value For Money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat hanya dinilai dari sisi output yang
dihasilkan, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara
bersama-sama. Pengembangan indikator kinerja berpusat pada ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas program dan kegiatan atau yang dikenal dengan 3E. Ekonomis artinya
hemat dan cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien artinya berdaya
guna dalam penggunaan sumber daya untuk hasil yang maksimal, serta efektif artinya
berhasil guna dalam mencapai tujuan dan sasaran.
Value for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor public
yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Mardiasmo, 2009). Pengertian dari ketiga elemen tersebut adalah:
1. Ekonomi
Ekonomi adalah pemerolehan sumber daya (input) tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Mardiasmo, 2009: 4).
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input. Berikut
kriteria penilaian untuk mengukur tingkat ekonomis.
Persentase tingkat Ekonomis Kriteria
Diatas 100% Sangat ekonomis
90,01 - 100% Ekonomis
80,01 - 90 % Cukup ekonomis
60,01 - 80 % Kurang ekonomis
Kurang dari 60 % Tidak ekonomis

2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa yang
dibeli oleh organisasi. Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu
atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi

75
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau
target yang telah ditetapkan. Berikut kriteria penilaian untuk mengukur tingkat
efisiensi:
Persentase Kinerja Kriteria
Diatas 40,01 % Tidak efisien
30,01 - 40% Kurang efisien
20,01 - 30 % Cukup efisien
10,01 -20 % Efisien
Dibawah 10 % Sangat efisien

3. Efektivitas: efektivitas merupakan perbandingan outcome dan output. Efektivitas


adalah hubungan antara output dan tujuan, di mana efektivitas diukur berdasarkan
seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Jika suatu organisasi berhasil mencapai tujuannya, maka
organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Efektivitas hanya melihat
apakah suatu program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berikut adalah kriteria penilaian efektivitas
Persentase tingkat Ekonomis Kriteria
Diatas 100% Sangat efektif
90,01 - 100% Efektif
80,01 - 90 % Cukup efektif
60,01 - 80 % Kurang efektif
Kurang dari 60 % Tidak efektif

Dari uraian ketiga elemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa: (1) ekonomi
terkait dengan input, (2) efisiensi terkait dengan input dan output, dan (3) efektivitas
terkait dengan output dan tujuan. Secara skematis, Value for Money dapat
digambarkan sebagai berikut:

68
1. Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh input adalah dokter di rumah sakit,
guru di sekolah, tanah untuk jalan baru, dan sebagainya. Input dapat dinyatakan
secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, jumlah guru, luas tanah, dan
sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya
dokter, gaji guru, harga tanah, dan sebagainya.
2. Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program aktivitas dan kebijakan.
Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan output
yang tidak diinginkan atau efek samping, misalnya peningkatan populasi yang
terjadi akibatnya jalan baru, jarang dibicarakan.
3. Outcome
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. Sebagai
contoh; outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh
dinas kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih dan sehat.
Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak
dicapai.

Dapat disimpulkan bahwa tiga indikator prestasi organisasi sektor public akan
dirinci sebagai berikut: ekonomi itu mengenai input, efisien tentang input dan output,
dan efektifitas berhubungan dengan output dan outcome.
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi
sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas
publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money
diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja
sektor publik.

97
Manfaat implementasi konsep value for money pada pemerintah antara lain
(Haryanto et al., 2007):
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefesiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sebagai
akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

Indikator Value for Money dibagi menjadi dua bagian (Mardiasmo, 2009), yaitu.

1. Indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi)


Ekonomi artinya pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu
pada harga terbaik (spending less). Efisiensi artinya output tertentu dapat
dicapai dengan sumber daya yang serendah-rendahnya (spending well).
2. Indikator kualitas pelayanan (efektivitas)
Efektivitas artinya kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan (spending wisely).

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi


pemerintah dan sektor publik. Menurut Indra Bastian (2006 : 267), indikator kinerja
adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator
masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan
dampak (impacts). Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang
dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input,
output, outcome, benefit dan dampak (impact) secara bersama-sama.

8
10
C. Pengukuran Value for Money
1. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
digunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan pengukuran ekonomi adalah:
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara
optimal? (Mardiasmo 2009: 133)
Mardiasmo (2009: 4) menyebutkan bahwa ekonomi merupakan
perbandingan antara input dengan input value. Input dalam hal ini adalah
target anggaran, sedangkan input value adalah realisasi anggaran. Indra
Bastian (2006: 280) mencontohkan biaya pembangunan rumah sakit dapat
dikatakan ekonomis jika biaya yang digunakan dalam pembangunan lebih
rendah dari yang sesungguhnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu kinerja
dikatakan ekonomis apabila realisasi anggaran lebih kecil daripada target
anggaran dan dapat mencapai output sesuai dengan yang ditetapkan. Dari
penjelasan tersebut, secara matematis pengukuran ekonomi dapat dilakukan
dengan perhitungan sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 = × 100%
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
Keterangan :
Input = realisasi anggaran
Input value = anggaran

9
11
2. Efisiensi
Menurut Mardiasmoe (2002:133), efisiensi merupakan hal penting
dari ketiga pokok bahasan value for money. Karena jika dibandingkan dengan
ekonomis dan efektivitas, efisiensi merupakan salah satu bagian dari indikator
value for money yang dapat diukur dengan rasio antara output dan input.
Ekonomi hanya menekankan pada input, sedangkan efektivitas hanya
berbicara masalah output saja. Pengukuran efisiensi dinyatakan dalam rumus
berikut:
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100%
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Keterangan :
Output = hasil yang dicapai oleh kebijakan program dan aktivitas
Input = realisasi anggaran
Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi
menjadi dua, yakni efisiensi alokasi dan efisiensi teknis atau manajerial.
Efesiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunkan sumber
daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial) terkait
dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output
tertentu.

3. Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2002: 134), efektivitas adalah ukuran berhasil
tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi
berhsil mencapi tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan
secara efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak
menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program
atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran
efektivitas dinyatakan dalam rumus berikut:
𝑂𝑢𝑡𝑐𝑜𝑚𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

12
10
0
Keterangan :
Outcome = dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan
Output = hasil yang dicapai oleh kebijakan program

D. Pengukuran Benefit dan Impact


Dalam audit kinerja, dua indikator terakhir yaitu benefit dan impact
merupakan indikator kinerja yang saling terkait erat.
Pengukuran benefit dan impact relatif sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan manfaat
dan dampak harus dikuantifikasikan dalam satuan moneter. Kesulitan dalam
menentukan nilai moneter dari manfaat dan dampak tersebut menyebabkan ukuran
manfaat dan dampak hanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk kalimat verbal.
Selain itu, keduanya merupakan indikator yang menunjukkan efek lanjutan
dari outcome. Keduanya juga merupakan ukuran yang bersifat jangka panjang.
Pengukuran manfaat dan dampak harus didahului dengan penelitian agar indikator-
indikator yang dibuat valid, akurat, dan dapat diandalkan. Pengumpulan data kinerja
untuk pengukuran indikator benefit dan impact dapat dilakukan pada akhir periode
selesainya suatu program.

Sementara itu, benefit dan impact dapat dibedakan dalam beberapa hal, yaitu
sebagai berikut.

1. Manfaat (Benefit) adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasakan


langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya jasa atau fasilitas
yang dapat diakses oleh publik. Manfaat berorientasi pada efek positif atas
suatu output. Contoh dari manfaat adalah adanya berita iptek nuklir yang
dapat diakses oleh masyarakat, fasilitas yang aman dan nyaman sehingga
dapat meningkatkan pemahaman umum masyarakat terhadap
pemanfaatan iptek nuklir.
2. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan, atau kepentingan umum lainnya yang dinilai oleh pencapaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Pada umumnya indikator

13
11
dampak tidak bisa terukur dalam waktu dekat dan hasil pengukurannya
akan lebih baik jika dilakukan oleh pihak pengguna layanan. Dampak
sendiri terdiri dari dampak positif dan dampak negatif.
a. Dampak Positif
 Produktivitas kegiatan masyarakat/ekonomi meningkat.
 Pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar
dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
b. Dampak Negatif
 Pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
 Akibat dari pncemaran, banyak menimbulkan kematian bagi
binatang-binatang, manusia dapat terkena penyakit, hilangnya
keindahan alam dan lain-lain.

E. Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik dengan Metode Value For Money

Pertama yakni Penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2013). Penelitian


tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja pengelolaan keuangan daerah dengan
pendekatan Value for Money pada Pemerintah Kabupaten Gresik. Hasil penelitiannya
yaitu kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Gresik selama lima tahun
terakhir dari segi efisiensi dan efektivitas menunjukkan adanya kinerja yang cukup
baik namun kurang ekonomis.
Kedua, penelitian yang dilakukan Nugrahani (2007). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui penerapan Value for Money pada Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta. Adapun hasil penelitiannya yakni kinerja keuangan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta cukup ekonomis dan efisien tetapi kurang
efektif.
Ketiga, penelitian yang dilakukan Kurrohman (2012). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui evaluasi penganggaran berbasis kinerja melalui kinerja
keuangan yang berbasis Value for Money Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hasilnya

14
12
yaitu kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur lebih ekonomis
dan efisien dalam pengelolaan keuangannya setelah menggunakan anggaran berbasis
kinerja.
Keempat, penelitian yang dilakukan Khikmah (2014). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengukur kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
berdasarkan konsep Value for Money. Hasilnya yakni kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Lamongan efisien dan efektif tetapi tidak ekonomis.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Afiati (2011). Penelitian tersebut
bertujuan untuk menganalisis kinerja BAPPEDA Kabupaten Semarang
menggunakan Value for Money. Hasil penelitiannya yaitu kinerja BAPPEDA efisien
dan efektif namun tidak ekonomis

15
13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem anggaran tradisional (Traditional budgeting system) memiliki
beberapa kekurangan, salah satunya adalah Pendekatan incremental yang
menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tak pernah diteliti secara menyeluruh
efektivitasnya. Dan lebih berorientasi pada input daripada output, sehingga tidak
dapat sebagai alat utk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor
kinerja. Kinerja dievaluasi dlm bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan
apakah tujuan tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep value for money yang
merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for Money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi sektor
publik karena kinerja pemerintah tidak bisa dinilai dari sisi output yang dihasilkan
saja, tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome
secara bersama-sama. Value for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang berdasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Ekonomi berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah. Efisien berarti pencapaian output yang maksimum dengan
input tertentu, sedangkan efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan
target yang ditetapan. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan Value for Money, yaitu: ekonomis
(hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna)
dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan
hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan
sasaran.

14
16
0
Daftar Pustaka

Afiati, Tri Astuti. 2011. Analisis Value For Money pada Kinerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Semarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Barnet, Chris. et al. 2010. Measuring the Impact and Value for Money of Governance
& Conflict Programmes. ITAD. Diambil dari
http://www.dfid.gov.uk/r4d/pdf/outputs/mis_spc/60797_itad-fvm-
reportdec10.pdf, diunduh tanggal 5 Maret 2014.
Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Khikmah, Alayyal. 2014. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamongan berdasarkan Konsep Value For Money. Skripsi. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Khurrohman, Taufik. 2012. Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui
Kinerja Keuangan yang Berbasis Value For Money di Kabupaten/Kota di
Jawa Timur. Skripsi. Jawa Timur: Universitas Jember.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta: BPFE.
Nugrahani, Tri Siwi. 2007. Analisis Penerapan Konsep Value for Money Pada
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. AKMENIKA UPY. Vol.1,
Halaman 2.

17
15

Anda mungkin juga menyukai