1. Latar Belakang
Perkembangan obat herbal semakin pesat “Back to Nature”. Obat herbal mejadi bagian obat komplementer dan
alternatif (Complementary and alternative medicine/CAM) dan penggunaan produk obat herbal semakin meningkat
dengan meningkatnya penggunaan CAM
Obat dari tumbuhan digunakan sebagai pilihan terapeutik dan sering memberikan bentuk terapi yang aman
Pada beberapa instansi fitomedis spesifik telah menunjukkan keefektifannya secara klinis
Pada beberapa negara fitomedis merupakan produk obat berizin dan digunakan dibawah pengawasan dokter
Penyebaran penggunaanobat herbal oleh masyarakat umum dapat menimbulkan beberapa isu penting
2. Peran Farmasis
Isu penting tersebut berhubungan dengan bagaimana tiap individu, baik konsumen ataupun profesional kesehatan
menyadari dan menggunakan obat herbal dengan memperhatikan mutu, keamanan dan khasiat obat herbal. Farmasis,
perawat dan pratisi medis lainnya harus kompeten dalam memberikan saran kepada konsumen tentang keamanan,
efektivitas dan penggunaan yang tepat semua obat termasuk obat herbal
3. Alasan penggunaan obat herbal di Masyarakat
AMAN
Kebanyakan obat herbal dijual atau disuplai tanpa keterlibatan profesionnal kesehatan
Tidak ada profesional kesehatan terlatih berada di tempat penjualan untuk menyediakan informasi dan saran,
Kecuali di apotek
Banyak individu tdk mencari saran dari tenaga profesional sebelum membeli dan menggunakan obat herbal
Konsumen cenderung utk berpedoman pada pengetahuan mereka sendiri atau dipandu teman dan kerabat
4. Tanggung Jawab farmasis
Farmasis yang menyediakan homeopatik / obat herbal / terapi komplementer lain mempunyai tanggung jawab
profesii untuk:
1) Memastikan bahwa stok obat homeopati atau obat herbal atau terapi komplementer lain diperolah dari pemasok
yang terpercaya
2) Tidak merekomendasikan obat apapun jika obat tersebut diragukan keamanan atau mutunya
3) Memberikan saran mengenai homeopatik atau obat herbal atau terapi komplementer atau obat-obatan lainnya
hanya jika mereka telah menjalani pelatihan yang sesuai atau mempunyai pengetahuan terspesialisasi
5. Sejarah Penggunaan Obat Herbal
1) Catatan dari Negara arab dan Eropa Kuno Penggunaan Piptoporus betulinus suatu jamur oleh Manusia es
dipegunungan Alpen (3300 SM), spesies ini mengandung bahan alam beracun dan salah satu unsur aktifnya
(asam agarat) yg merupakan obat antidiare yang mampu melawan mikrobakteria dan efek toksik terhadap
berbagai organisme
2) Irak ditemukan 8 tanaman obat dalam kuburan berumur 60.000 tahun (Ephedra sinica)
3) Babilonia (2100 BC) catatan paling tua di atas tanah liat tentang penggunaan tumbuhan untuk obat
4) Mesir (1550 BC) Papyrus Ebers Catatan penggunaan tumbuhan dan hewan untuk pengobatan
5) Dioscorides (78 AD) menulis Materia Medica tentang penggunaan 600 tumbuhan obat seperti Aloe,
Belladonna, Ergot, Opium
6. Farmakognosi dan Kimia Bahan Alam Eropa pada abad ke-18 dan 19
Pada abad ke 17 dan 18, pengetahuan tentang obat-obat yang berasal dari tumbuhan meluas, tetapi usaha untuk
mendestilasi zat aktif dari tumbuhan tidak berhasil Morfin dari bunga opium (Papaver somniferum) pertama kali
didentifikasi oleh FW Serturner dari Jerman pd th 1804 dan secara kimia dikaraterisasi pd th 1817 sbg alkaloid.
Struktur utuhnya ditentukan pd th1923 oleh JM Gulland dan R. Robinson
REGISTRASI OBAT TRADISIONAL
1. Peraturan terkait
1) PMK RI No. 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha OT
2) PMK RI No. 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional
3) KEPALA BPOM RI No. HK.00.05.41.1384 Tentang Kriterian dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional,
OHT dan Fitofarmaka
2. Cara membaca nomor registrasi
a. obat modern
Nomor pendaftaran untuk obat modern terdiri dari 15 digit yaitu 3 digit pertama berupa huruf dan 12 digit
sisanya berupa angka. Berikut penjelasannya:
1) Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat, yaitu:
D berarti Obat dengan merek dagang
G berarti obat dengan nama generik
2) Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, yaitu:
B berarti golongan obat bebas
T berarti golongan obat bebas terbatas
K berarti golongan obat keras
P berarti golongan obat Psikotropika
N berarti golongan obat Narkotika
3) Digit ke-3
Digit ke-3 menunjukkan lokasi obat tersebut diproduksi atau tujuan diproduksinya obat
tersebut, yaitu:
L berarti obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi.
I berarti obat diproduksi di luar negeri atau obat impor.
X berarti obat yang dibuat dengan tujuan khusus atau program khusus, misalnya obat-obat untuk program
keluarga berencana.
4) Digit ke-4 dan 5
Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun persetujuan obat tersebut oleh BPOM. Contohnya:
09 berarti obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2009
5) Digit ke-6, 7, dan 8
Digit ke-6, 7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik, dengan persyaratan nomor urut pabrik harus lebih besar
dari 100 dan lebih kecil dari 1000.
6) Digit ke-9, 10, dan 11Digit ke-9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk masing-
masing pabrik, dengan persyaratan nomor urut obat harus lebih besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000.
7) Digit ke-12 dan 13
Digit ke-12 dan 13 menunjukkan bentuk sediaan obat. Beberapa contoh sediaan obat antara lain:
01 = Kapsul 47 = Tetes Hidung 36 = Drops
23= Powder/Serbuk Oral 11 = Tablet Effervescent 58 = Rectal Tube
43 = Injeksi 31 = Salep Mata 16 = Pil
02 = Kapsul Lunak 48 = Tetes Telinga 37 = Sirup/Larutan
24 = Bedak/Talk 12 = Tablet Hisap 62 = Inhalasi
44 = Injeksi Suspensi Kering 32 = Emulsi 17 = Tablet Salut Selaput
04 = Kaplet 49 = Infus 38 = Suspensi Kering
28 = Gel 14 = Tablet Lepas Terkontrol 63 = Tablet Kunyah
09 = Kaplet Salut Film 33 = Suspensi 22 = Granul
29 = Krim, Krim Steril 53 = Supositoria, Ovula 41 = Lotion/Solutio
46 = Tetes Mata 34 = Elixir 81 = Tablet Dispersi
10 = Tablet 56 = Nasal Spray
30 = Salep 15 = Tablet Salut Enterik
8) Digit ke-14
Digit ke-14 menunjukkan kekuatan sediaan obat, misalnya:
A menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
B menunjukkan kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
C menunjukkan kekuatan obat jadi yang ketiga di setujui, dst.
9) Digit ke-15
Digit ke-15 menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan, dan bentuk sediaan obat (untuk satu
nama, kekuatan, dan bentuk sediaan obat diperkirakan tidak lebih dari 10
kemasan), misalnya:
1 menunjukkan kemasan utama
2 menunjukkan beda kemasan yang pertama3 menunjukkan beda kemasan yang kedua, dst.
b. Obat tradisional
Nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 digit pertama berupa huruf dan 9 digit kedua
berupa angka. Berikut penjelasannya:
1) Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan obat tradisional, yaitu dilambangkan dengan huruf T.
2) Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi, misalnya:
TR berarti obat tradisional produksi dalam negeri
TL berarti obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi
TI berarti obat tradisional produksi luar negeri atau impor
BTR berarti obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi dalam negeri.
BTL berarti obat tradisional yang berbatasan dengan obat produk dalam negeri dengan lisensi.
BTI berarti obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi luar negeri atau impor.
3) Digit ke-3 dan 4
Digit ke-3 dan 4 merupakan tahun didaftarkannya obat tradisional tersebut ke Kemenkes RI.
4) Digit ke-5
Digit ke-5 merupakan bentuk usaha pembuat obat tradisional tersebut, yaitu:
1 menunjukkan pabrik farmasi
2 menunjukkan pabrik jamu
3 menunjukkan perusahaan jamu
5) Digit ke-6
Digit ke-6 menunjukkan bentuk sediaan obat tradisional, di antaranya:
1 = bentuk rajangan
2 = bentuk serbuk
3 = bentuk kapsul
4 = bentuk pil, granul, boli, pastiles, jenang, tablet/kaplet
5 = bentuk dodol, majun
6 = bentuk cairan
7 = bentuk salep, krim
8= bentuk plester/koyo
9= bentuk lain seperti dupa, ratus, mangir, permen
6) Digit ke-7, 8, 9, dan 10
Digit ke-7, 8, 9, dan 10 menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar.
7) Digit ke-11
Digit ke-11 menunjukkan jenis atau macam kemasan (volume), yaitu:
1= 15 ml
2= 30 ml
3= 45 ml
3. Pengertian
1) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
2) Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat tradi sional untuk mendapatkan izin edar
3) Izin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat tradisional untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia
4) Sediaan galenik adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung
5) Obat tradisional produksi dalam negeri adalah obat tradisional yang dibuat dan/atau dikemas di dalam negeri
6) Obat tradisional kontrak adalah obat tradisional yang seluruh atau sebagian tahapan pembuatan dilimpahkan
kepada industri obat tradisional atau usaha kecil obat tradisional berdasarkan kontrak
7) Obat tradisional lisensi adalah obat tradisional yang seluruh tahapan pembuatan dilakukan oleh industri obat
tradisional atau usaha kecil obat tradisional di dalam negeri atas dasar lisensi
8) Obat tradisional impor adalah obat tradisional yang seluruh proses pembuatan atau sebagian tahapan pembuatan
sampai dengan pengemasan primer dilakukan oleh industri di luar negeri, yang dimasukkan dan diedarkan di
wilayah Indonesia
4. Izin Edar
Obat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar (pasal 2).
kecuali terhadap (pasal 3):
1) obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan untuk penelitian;
2) obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas;
3) obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan pameran dalam jumlah
terbatas;
4) obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong;
5) bahan baku berupa simplisia dan sedíaan galenik
Izin Edar OT diberikan oleh Kepala BPOM pusat
Pemberian izin edar dilaksanakan melalui mekanisme registrasi sesuai dengan tatalaksana yang ditetapkan
5. Kriteria Obat tradisional secara umum yang dapat diberikan izin edar antara lain:
a. Secara umum
1) menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu;
2) dibuat dengan menerapkan CPOTB;
3) memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain yang diakui;
4) berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau secara ilmiah;
5) penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan.
b. Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.41.1384 Tentang Kriterian dan Tata Laksana Pendaftaran
Obat Tradisional, OHT dan Fitofarmaka (pasal 4)
1) Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan / khasiat;
2) Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman CPOTB atau CPOB yang berlaku;
3) Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka
pendaftaran
6. Persyaratan Registrasi
1) Registrasi obat tradisional produksi dalam negeri hanya dapat dilakukan oleh (Industri Obat Tradisiona) IOT,
UKOT, atau UMOT yang memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Registrasi obat tradisional kontrak hanya dapat dilakukan oleh pemberi kontrak dengan melampirkan dokumen
kontrak.
a) Pemberi kontrak dapat berupa : IOT, UKOT, atau UMOT yang memiliki izin
b) Pemberi dan penerima kontrak bertanggung jawab atas keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu obat tradisional
yang diproduksi berdasarkan kontrak.
c) Penerima kontrak hanya dapat berupa IOT atau UKOT yang memiliki izin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan sertifikat CPOTB untuk sediaan yang dikontrakkan
3) Registrasi obat tradisional lisensi hanya dapat dilakukan oleh IOT atau UKOT penerima lisensi yang memiliki izin
4) Registrasi obat tradisional impor hanya dapat dilakukan oleh IOT, UKOT, atau importir obat tradisional yang
mendapat penunjukan keagenan dan hak untuk melakukan registrasi dari industri di negara asal.
Importir sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan:
a) memiliki fasilitas distribusi obat tradisional sesuai ketentuan yang berlaku; dan
b) memiliki penanggung jawab Apoteker.
5) Penunjukan keagenan dan hak untuk melakukan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diberikan untuk 1 (satu) nama produk kepada 1 (satu) IOT, UKOT, atau importir.
6) Pemenuhan persyaratan CPOTB bagi industri di luar negeri dibuktikan dengan sertifikat cara pembuatan yang baik
untuk obat tradisional dan jika diperlukan dilakukan pemeriksaan setempat oleh petugas yang berwenang.
7) Registrasi obat tradisional khusus ekspor dilakukan oleh IOT, UKOT, dan UMOT yang memiliki izin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
a) Obat tradisional khusus ekspor sebagaimana dimaksud harus memenuhi kriteria OT yang memiliki izin edar
b) Selain itu harus ada persetujuan tertulis dari negara tujuan (Indonesia).
8) Pendaftar obat tradisional dalam negeri, obat herbal terstandar dan fitofarmaka terdiri dari :
a) Pendaftar obat tradisional tanpa lisensi, pendaftar OHT, pendaftar fitofarmaka
b) Pendaftar obat tradisional lisensi;
c) Pendaftar obat tradisional kontrak, OHT kontrak dan fitofarmaka kontrak.
9) Pendaftar maksudnya:
a) Pendaftar obat tradisional tanpa lisensi, OHT dan fitofarmaka sebagaimana dimaksud adalah industri obat
tradisional (IOT) atau industri kecil obat tradisional (IKOT) atau industri farmasi.
b) Pendaftar obat tradisional lisensi sebagaimana adalah penerima lisensi yang merupakan industri obat
tradisional (IOT) atau industri farmasi.
c) Pendaftar obat tradisional kontrak, OHT kontrak dan fitofarmaka kontrak sebagaimana adalah pemberi kontrak
yang merupakan industri obat tradisional (IOT) atau industri kecil obat tradisional (IKOT) atau industri
farmasi.
d) Pendaftar obat tradisional impor adalah industri di bidang obat tradisional atau industri farmasi atau badan
usaha di bidang pemasaran obat tradisional yang mendapat surat penunjukan langsung dari industri di bidang
obat tradisional atau pemilik nama dagang di negara asal
10) Tata Cara Registrasi / Tata Laksana Memperoleh Izin Edar
1) Pendaftaran diajukan oleh pendaftar kepada Kepala Badan.
2) Pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu pra
penilaian dan penilaian.
3) Pra penilaian sebagaimana dimaksud merupakan tahap pemeriksaan kelengkapan, keabsahan dokumen dan
dilakukan penentuan kategori (ada 8 kategori)
4) Penilaian sebagaimana dimaksud merupakan proses evaluasi terhadap dokumen dan data pendukung
3) Peralatan
a) Rancang bangun dan konstruksi peralatan (tidak menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk)
b) Pemasangan dan penempatan (pertimbangkan kemungkinan konta-minasi silang)
c) Jenis peralatan (sesuai dengan proses pembuatan)
d) Peralatan laboratorium (sesuai untuk menguji tiap bentuk sediaan)
Tolak Angin (PT Sido Muncul), Diapet (PT Soho Indonesia), Nodiar (PT Kimia Farma),
Pil Binari (PT Tenaga Tani Kiranti (PT Ultra Prima Abadi), Stimuno (PT Dexa Medica),
Farma), Curmaxan dan Diacinn Psidii (PJ Tradimun), Rheumaneer PT. Nyonya
(Lansida Herbal) Diabmeneer (PT Nyonya Meneer), Tensigard dan X-Gra
Meneer) (PT Phapros)
2. Pengertian
1) Obat Tradisional:
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2) Bahan Baku :
semua bahan awal baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang
digunakan dalam pengolahan Obat Tradisional.
3) Bahan Tambahan :
Komponen Obat Tradisional yang dimaksudkan sebagai zat pelarut, pelapis, pembantu, dan zat yang dimaksudkan
untuk mempertinggi kegunaan, kemantapan, keawetan, atau sebagai zat warna dan tidak mempunyai efek
farmakologis.
3. Persyaratan Mutu menurut Permenkes 006 Tahun2012 pasal 33
Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban:
1) Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan;
2) Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu dari peredaran; dan
3) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
4. Persyaratan Simplisia (Materia Medika Indonesia 1977)
1) Pemerian
2) Identifikasi
3) Kadar abu total
4) Kadar abu tidak larut asam
5) Kadar sari larut air
6) Kadar sari larut etanol
7) Kadar senyawa yang teridentikasi
5. Persyaratan Simplisia (Farmakope Herbal 2008)
1) Pemerian
2) Identifikasi Kandungan Senyawa
3) KLT
4) Susut Pengeringan
5) Kadar Abu Total
6) Kadar abu tidak larut asam
7) Kadar sari larut air
8) Kadar sari larut etanol
9) Kadar senyawa yang teridentikasi
6. Persyaratan Ekstrak (Farmakope Herbal 2008)
1) Pemerian
2) Rendamen
3) Identifikasi Kandungan Senyawa
4) KLT
5) Kadar Air
6) Kadar abu
7) Kadar abu tidak larut asam
8) Kadar senyawa yang teridentikasi
1. Definisi
2. Sejarah Perkembangan Pengobatan Alternatif
3. Bentuk Pengobatan Alternatif yang ada
4. Jenis Alternatif Medicine
1 Alternatif Medicine 4.1. Naturopati
4.2. Chiropati
4.3. Ayurveda
4.4. Homeopati
4.5. Akupuntur
1. Definisi
Complementary Medicine &
2 2. Contoh Penerapan Complementary Medicine
Pengobatan Holistik
3. Bentuk Pengobatan Holistik
1. Pendahuluan
1.1. Definisi
1.2. Sejarah dan Perkembangan Homeopati
3 Homeopathy Medicine
2. Homeopati
2.1. Bentuk Homepati
2.2. Prinsip Homeopati
1. Pendahuluan
1.1. Definisi
1.2. Sejarah Perkembangan Aromaterapi
1.3. Sumber-sumber Aromaterapi
4 Aromaterapi
2. Tipe-tipe Minyak
2.1. Minyak Tumbuhan dan Lemak
2.2. Minyak Menguap
2.3. Infused Oils
1. Nutrasetika
2. Vitamin
5 Dietary Supplements
3. Mineral
4. Herbal