Anda di halaman 1dari 20

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl.Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

STATUS CASE OBSTETRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI GYNEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama Mahasiswa : Wendy Yudija L.A Tanda Tangan :


NIM : 11-2015-075
Dokter Penguji : dr. Prahadi Rahardjo, Sp.OG ……………

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. Y Nama suami : Tn. RP
Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Agama : Kristen Agama : Kristen
Suku / Bangsa : Batak Suku / Bangsa : Batak
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pesing Garden Alamat : Jl. Jaya 25, RT 01/RW 10

I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis.
Tanggal: 13 September 2017 pukul 11.00 di VK kebidanan RSUD Cengkareng

1 KETUBAN PECAH DINI


1. Keluhan Utama:
Wanita G2P1A0 hamil 36 minggu dengan keluhan keluar cairan bening dari vagina

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Seorang wanita 38 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu datang ke IGD RSUD
Cengkareng dengan keluhan keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba saat os
sedang tidur malam, hal tersebut terjadi sejak Selasa, 12 September 2017 pukul 04.00 WIB.
Cairan berwarna jernih, sedikit berlendir, tidak berdarah dan tidak berbau. Pasien juga
mengatakan tidak merasa adanya kontraksi atau keinginan mengedan. Keluhan lain seperti
mual, muntah, darah tinggi, alergi disangkal pasien. Karena pasien merasa takut pada
kehamilannya, pada hari itu juga pasien ke RSUD Cengkareng untuk memastikan keadaan
kehamilannya.
4 hari sebelumnya os sempat di rawat di RUSD Cengkareng akibat keluar darah dari
vaginanya. Pendarahan terjadi secara tiba-tiba, tetapi tidak terlalu banyak.

3. Riwayat Haid:
Haid pertama umur : 12 tahun
Siklus : Teratur
Lamanya : 28 hari
HPHT : 01 Januari 2017
4. Riwayat Perkawinan:
Kawin : Sudah
Kawin : 1 kali
Dengan suami sekarang : 3 tahun, 3 bulan
5. Riwayat Kehamilan Sebelumnya:
Anak pertama lahir pervaginam dengan selamat
6. Riwayat Keluarga Berencana:
Pasien tidak pernah mengikuti program KB.

II. PEMERIKSAAN UMUM


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
2 KETUBAN PECAH DINI
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit (regular)
Suhu : 36,4 0C
Pernafasaan : 16 x/menit
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 59 kg

Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata

Mata
Pupil isokor Ø 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)

Telinga
Normotia, serumen (-), fistula (-)

Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung(-), epistaksis (-)

Mulut
Dalam penglihatan biasa tidak ada gigi yang bermasalah, geographic tongue (-)

Dada
Bentuk : Simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela
iga tidak tampak
Buah dada : Membesar, puting susu menonjol keluar, areola mammae melebar,
hiperpigmentasi areola mammae

3 KETUBAN PECAH DINI


Paru – paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Bentuk dada normal Tidak ada bekas luka
Kanan Bentuk dada normal Tidak ada bekas luka
Auskultasi Kiri Vesikuler Vesikuler
Kanan Vesikuler Vesikuler

Jantung (Cor)
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V,
2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
• Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada keempat katup jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : membuncit, Simetris
Lesi luka post operasi (-), tampak striae
Palpasi
Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans musculer (-)
Hati : Tidak dapat dinilai
Limpa : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal

Anggota gerak : Edema ekstremitas -/-, sianosis -/-, akral hangat +/+

Kulit
Warna : Sawo matang
Jaringan parut : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada

4 KETUBAN PECAH DINI


Pembuluh darah : Tidak menonjol dan melebar
Suhu raba : Normal, kulit lembab
Turgor : Baik
Ikterik : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN OBSTETRI


a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), cairan mammae (-)
Abdomen : Membesar, letak memanjang, striae gravidarum (+), bekas operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
TFU = 2 jari di bawah procesus xyphoideus (34 cm)
TBJ = (34-12) x 155 = 3410 gram
 Leopold I : Bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
 Leopold II : Keras memanjang pada bagian kiri (PUKI)
 Leopold III : Bulat, keras, melenting (Kepala)
 Leopold IV : Konvergen (Belum masuk pintu atas panggul)
DJJ : 144x/menit
His : -
Leukorae : (-)

b. Pemeriksaan Dalam
 Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
 Inspekulo : Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11,7 (N: 12-14 g/dl

5 KETUBAN PECAH DINI


Leukosit 9 ribu/uL 5-10 ribu/uL
Hematokrit 38 37-43%
Trombosit 192.000 150.000-400.000 ribu/uL
Massa Perdarahan 01’30” 1–6 menit
Pasien 27,9 27,5-40,3 detik
APTT
Control 29,3 26,0-38,0 detik
Pasien 11,7 11,3-14,4 detik
PT Kontrol 12,2 11,5-15,5 detik
INR 0,83 -
Glukosa Sewaktu 100 < 110 mg/dl
HBsAg Reaktif

V. RESUME
Seorang wanita 38 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu datang ke IGD RSUD
Cengkareng dengan keluhan keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba saat os sedang
tidur malam, hal tersebut terjadi sejak Selasa, 12 September 2017 pukul 04.00 WIB. Cairan
berwarna jernih, sedikit berlendir, tidak berdarah dan tidak berbau. Pasien juga mengatakan tidak
merasa adanya kontraksi atau keinginan mengedan. Keluhan lain seperti mual, muntah, darah
tinggi, alergi disangkal pasien. Karena pasien merasa takut pada kehamilannya, pada hari itu juga
pasien ke RSUD Cengkareng untuk memastikan keadaan kehamilannya.
Gerak janin (+), mulas-mulas (-), demam (-). ANC di puskesmas teratur. HPHT :
Pasien lupa, TP : 08-10-2017
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit ringan dengan kesadaran
compos mentis. Didapatkan suhu 36,4oC, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit,
berat badan 59 kg, tinggi badan 150 cm, status generalis dalam batas normal.
Status Obstetrik :
Abdomen
 Inspeksi : Membuncit, membesar arah memanjang, striae gravidarum (+)
 Palpasi : TFU 32 cm, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP, his (-)
Anogenital

6 KETUBAN PECAH DINI


 Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
 Inspekulo : Tidak dilakukan

VI. DIAGNOSIS
G2P1A0, 38 tahun, hamil 36 minggu
Janin tunggal, hidup, presentasi kepala, bagian bawah janin di Hodge I
Ketuban pecah dini 3 jam SMRS
HBsAg reaktif

VII. TATALAKSANA
- Cefotaxim 2 amp No.II
- Remopain 2 amp No.II
- Vit C No.II
- Ranitidin No.II
- Co.Amoxiclav 625mg tab No.X
S 3 dd tab I
- As. Mefenamat 500mg tab No.X
S 3 dd tab I
- Sf No.X
S 1 dd I
- Rencana SC hari rabu 13 September 2017

VIII. PROGNOSIS
Ibu
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Janin
Ad Vitam : Dubia ad bonam

7 KETUBAN PECAH DINI


TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

1.1 PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu
dan disebut KPD aterm atau Premature Rupture Of Membranes (PROM) dan sebelum usia
gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM).Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan
kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.1,2
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu: pertama, infeksi, karena ketuban
yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak
adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen
yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan
pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk
mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi; kedua, adalah kurang bulan atau
prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering
timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom
(RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. 1

2.1 ANATOMI & FISIOLOGI


A. Selaput Ketuban
Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah membrane
yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular khusus ini
memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Amnion adalah jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regang membrane janin. Dengan demikian, pembentukan

8 KETUBAN PECAH DINI


komponen – komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi
keberhasilan persalinan 1,3
Amnion (selaput ketuban) merupakan membrane internal yang membungkus janin dan
cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada
korion (sekalipun dapat dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal
plasenta sampai pada insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat
yang tegak lurus hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membrane eksternal
yang berwarna putih dan terbentuk vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua
kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus 3

B. Cairan Amnion
 Volume Cairan Amnion
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat
jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 ml, warna putih, agak keruh
serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098
terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti

9 KETUBAN PECAH DINI


dengan benar terdapat rambut lanugo, sel – sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan rata
–rata 2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin.1,3

Tabel 1 volume cairan amnion yang lazim (Cunningham, 2006)


Minggu gestasi Janin (g) Plasenta (g) Cairan amnion (ml) Persen cairan
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

Fungsi cairan amnion.


Beberapa fungsi dari cairan amnion :
1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. Mobilisasi : memungkinan ruang gerak bagi janin
3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa dalam
rongga amnion untuk suasana yang optimal bagi janin
4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine
5. Pada persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

2.2 DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi
pada hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya tidak terlalu
banyak. 3,4
1. Pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum timbulnya persalinan minimal lebih dari
1 jam sebelum inpartu.
2. Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila diameter serviks pada primigravida < 3 cm
dan multi gravida <5 cm.
3. Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum
waktu persalinan, dan dibagi menjadi dua :

10 KETUBAN PECAH DINI


- PROM  (prelabour rupturs of the membranes) Pecahnya selaput ketuban pada usia
kehamilan > 37 minggu sebelum waktu persalinan.
- PPROM  (Preterm Prelabour rupturs of the membranes) pecahnya selaput ketuban
pada usia kehamilan < 37 minggu.
Arti klinis ketuban pecah dini adalah : 3,4
 Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapses tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar.
 Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang
masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan feto pelvik.
 KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
 Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya
 Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang,
kejadian ini akan mengakibatkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

2.3 INSIDENSI
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (8%), preterm (1-3%), dan pada
midsemester kehamilan (<1%). Secara umum, insidensi dari KPD terjadi sekitar 7 – 12 % dari
semua kehamilan. 3,4
Sekitar 8-10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine akibat
interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan
dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan mengalami
persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal.3

2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari KPD masih belum jelas, bisa dikarenakan faktor selaput ketuban itu sendiri (
berkurangnya kekuatan ketuban ) atau faktor infeksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrauterin. 1,3

11 KETUBAN PECAH DINI


Karena etiologinya yang belum jelas maka tindakan preventif tdk dapat dilakukan,
kecuali dalam upaya untuk menekan terjadinya infeksi.
Faktor predisposisi Terjadinya KPD 3,4,7
1. Faktor selaput ketuban itu sendiri  Selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis
2. Adanya infeksi yang terjadi secara langsung mengenai selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban seperti:
- Chorioamnionitis
- Phyelonefritis
- Sistitis
- Cervisitis
- Vaginitis
3. Kelainan kehamilan :
- cervix incompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapat tekanan
paling tinggi
- cephalo-pelvic disproportion
- Peduncular abdomen (perut gantung)
- kelainan letak janin (letak sungsang), sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah
- hidramnion, kehamilan ganda
Overdistensi uterus mengakibatkan selaput ketuban menjadi lebih tipis
4. Trauma dan tekanan intra abdominal
5. Faktor lain ;
- Umur, usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada
ibu muda
- Paritas (multipara, grandemultipara). Pada kehamilan yang terlalu sering akan
mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan
lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda
inpartu.
- Merokok selama kehamilan
- Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

12 KETUBAN PECAH DINI


- Riwayat KPD sebelumnya
2.5 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi KPD berkaitan dengan adanya faktor predisposisi.:
1. Faktor selaput ketuban  Membran ketuban memiliki karakteristik kemampuan suatu
material viscoelastis. Dimana jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga adanya
infeksi membuat membran menjadi lemah dan rentan.  membran pecah.1,3
2. Faktor infeksi  Pada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin  menghasilkan kolagenase jaringan  sehingga terjadi depolimerase
kolagen pada selaput korion/ amnion  menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan. 3,4
3. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal adanya stress material dan fetal
menyebabkan peningkatan pelepasan plasental cortikotropin releasing hormon (CRH),
sehingga terjadi pembentukan enzym matriks metalloproteinase (MMP)  ketuban
pecah. 3,6,7

2.6 DIAGNOSA
 Data subyektif:
Anamnesa:
 Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-
tiba dari jalan lahir,tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum
ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara
benar.1,3
 Jika sudah terjadi infeksi intra partum ( misalnya amniontis) didapat keluhan demam
tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.3
 Riwayat haid
o Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran. Umur kehamilan diperkirakan dari
hari haid terakhir3,4

13 KETUBAN PECAH DINI


 Data objektif :
Pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan umum:
o Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi
cepat.4,5
 Pemeriksaan abdomen :
o Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus uteri ( TFU) harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut haid terakhir:
o Denyut jantung janin normal yaitu 120-160x/ menit 3,4
 Pemeriksaan obstetric 3-5
 Memeriksa adanya cairan yang keluar pervaginam yang berisi meconium, vernik
kaseosa, rambut lanugo, dan tidak berbau.
 Dengan inspekulo ;
 lihat dan perhatikan apakah air ketuban memang keluar dari kanalis servikalis dan
apakah ada bagian yang pecah
 Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks,
adanya prolapse tali pusat atau tidak, ekstremitas bayi
 Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior
 Pemeriksaan dalam ; (tidak dianjurkan)
 Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan
pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan, dan bila akan dilakukan penanganan aktif
(terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.

14 KETUBAN PECAH DINI


 Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina.
1. Tes Lakmus (tes Nitrazin).
Dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang
sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH
normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5.
Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik
spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu. 1,3,6
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. 1,3

 Pemeriksaan penunjang
o USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan umur
kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin. 3
o Amniosenteses: Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi(kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine. 4,6
o Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan awal
koriomnionitis.7

2.7 KOMPLIKASI
 Pengaruh KPD pada kehamilan :
1. timbulnya persalinan  Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai
mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan
makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan

15 KETUBAN PECAH DINI


spontan dapat terjadi < 24 jam pada 80%-85% kehamilan aterm dan 50% kehamilan
prematur.3
2. lamanya persalinan  lamanya persalinan menjadi lebih pendek yaitu ; pada
primigravida ± 9 jam dan pada multigravida ±6 jam.1,3

 Pengaruh KPD pada janin :


1. Prematuritas, pada prematuritas dapat terjadi komplikasi pada bayi yaitu :
- Prolaps tali pusat, asfiksia neonatorum
- respiratory distress sindrom (RDS)
- Sindroma deformitas fetal  growth retardation, hipoplasia paru-paru, deformitas
muka dan tubuh karena kompresi. 1,3
2. Infeksi intra uterin.
Pada infeksi intra partum janin terinfeksi lebih dulu dibandingkan ibu, infeksi ini
terjadi karena adanya infeksi asendens dari vagina ke intra uterin (Khorioamniositis).
Infeksi yang dapat terjadi pada janin yaitu : pnemonia, septikemia, infeksi saluran kemih,
konjungtivitis. Bila terjadi infeksi pada janin didapatkan suhu tubuh ibu meningkat dan
DJJ meningkat (Fetal distress). 1,3,4
3. Peningkatan morbiditas dan mortilitas janin.
Prematuritas, intra uterin fetal disstres, infeksi dan masa laten yang meningkat
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin.3,4
Pada masa laten yang lama terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana bila
masa laten > 12jam maka terjadi peningkatan 4-6% angka kematian janin. Bila > 24 jam
meningkat 2 x lipat dan > 48 jam meningkat 4x lipat. 3,6

 Pengaruh KPD pada ibu :


1. infeksi partial
2. infeksi nifas (puerpuralis)
3. Peritonitis, septikemia
4. Dry labor
5. Prolonged labor (partus lama)
6. atonia uteri

16 KETUBAN PECAH DINI


7. chorioamnionitis, endometritis
8. kematian ibu karena septikemia

2.8 PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus dilakukan
sebelum melakukan tindakan yaitu:
 Memastikan diagnosis
 Menentukan usia kehamilan
 Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
 Tanda-tanda inpartu dan gawat janin
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar maka pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis dan gawat
janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada kehamilan premature maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien
ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan. 3,,6,7
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban
pecah dini yaitu:
A. Konservatif 1,3,5
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotic ( ampicilin atau eritromisin 4x500mg dan metronidazol
2x500mg selama 7 hari.
 Jika usia kehamilan < 32 – 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes busa negative
maka diberikan dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan pada usia kehamilan 37 minggu
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik
(salbutamol), dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x dan induksi persalinan setelah
24 jam

17 KETUBAN PECAH DINI


 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu dan ada infeksi maka beri antibiotic dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin
dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.

B. Aktif 1,3,5
 Pada kehamilan ≥37 minggu dan taksiran berat janin (TBJ) ≥ 2500gram, keadaan ibu dan
janin baik, skor pelvic ≥ 5 dan ICA > 5 maka dilakukan induksi dengan oksitosin. Dapat
pula diberikan misoprostol 25µg - 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila
gagal maka dilakukan seksio sesarea.
 Pada kehamilan ≥37 minggu dan taksiran berat jangin (TBJ) ≥ 2500gram, skor pelvic < 5,
ICA ≤ 5, keadaan ibu dan janin kurang baik ( terdapat tanda-tanda infeksi intra partum,
NST non-reaktif atau CST positif, terdapat indikasi obstetric) dan ketuban pecah ≥12 jam
maka berikan antibiotic dosis tinggi dan kehamilan diakhiri dengan seksio sesarea.

18 KETUBAN PECAH DINI


Tabel. 2.2 Tatalaksana Ketuban Pecah Dini

1.8 PROGNOSIS
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
 Usia kehamilan
 Adanya infeksi / sepsis
 Factor resiko / penyebab
 Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi
yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu
mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.3

19 KETUBAN PECAH DINI


Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 % dari semua
kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak
cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran
prematur.
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada,
selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi
dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi
yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua
kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi
mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun
pada ibu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym, 2004. High Risk Pregnancy-Premature Rupture of Membrane (PROM)/Preterm


Premature Rupture of Membrane (PPROM). Univercity of Virginia. USA.
2. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
3. Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.
4. Marjono, Anthonius. 1992. Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum. FKUI. Jakarta.
5. Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of Membrane:
Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando Florida.
6. Premature Rupture of The Membranes. http//www.eMedicine.com.
7. Premature Rupture of The Membranes with Intrauterine Spread. http//lpig.doe report.com.

20 KETUBAN PECAH DINI

Anda mungkin juga menyukai