Case UJIAN KPD
Case UJIAN KPD
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. Y Nama suami : Tn. RP
Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Agama : Kristen Agama : Kristen
Suku / Bangsa : Batak Suku / Bangsa : Batak
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pesing Garden Alamat : Jl. Jaya 25, RT 01/RW 10
I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis.
Tanggal: 13 September 2017 pukul 11.00 di VK kebidanan RSUD Cengkareng
3. Riwayat Haid:
Haid pertama umur : 12 tahun
Siklus : Teratur
Lamanya : 28 hari
HPHT : 01 Januari 2017
4. Riwayat Perkawinan:
Kawin : Sudah
Kawin : 1 kali
Dengan suami sekarang : 3 tahun, 3 bulan
5. Riwayat Kehamilan Sebelumnya:
Anak pertama lahir pervaginam dengan selamat
6. Riwayat Keluarga Berencana:
Pasien tidak pernah mengikuti program KB.
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor Ø 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)
Telinga
Normotia, serumen (-), fistula (-)
Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung(-), epistaksis (-)
Mulut
Dalam penglihatan biasa tidak ada gigi yang bermasalah, geographic tongue (-)
Dada
Bentuk : Simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela
iga tidak tampak
Buah dada : Membesar, puting susu menonjol keluar, areola mammae melebar,
hiperpigmentasi areola mammae
Jantung (Cor)
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V,
2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
• Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada keempat katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : membuncit, Simetris
Lesi luka post operasi (-), tampak striae
Palpasi
Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans musculer (-)
Hati : Tidak dapat dinilai
Limpa : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Anggota gerak : Edema ekstremitas -/-, sianosis -/-, akral hangat +/+
Kulit
Warna : Sawo matang
Jaringan parut : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
b. Pemeriksaan Dalam
Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
Inspekulo : Tidak dilakukan
V. RESUME
Seorang wanita 38 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu datang ke IGD RSUD
Cengkareng dengan keluhan keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba saat os sedang
tidur malam, hal tersebut terjadi sejak Selasa, 12 September 2017 pukul 04.00 WIB. Cairan
berwarna jernih, sedikit berlendir, tidak berdarah dan tidak berbau. Pasien juga mengatakan tidak
merasa adanya kontraksi atau keinginan mengedan. Keluhan lain seperti mual, muntah, darah
tinggi, alergi disangkal pasien. Karena pasien merasa takut pada kehamilannya, pada hari itu juga
pasien ke RSUD Cengkareng untuk memastikan keadaan kehamilannya.
Gerak janin (+), mulas-mulas (-), demam (-). ANC di puskesmas teratur. HPHT :
Pasien lupa, TP : 08-10-2017
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit ringan dengan kesadaran
compos mentis. Didapatkan suhu 36,4oC, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit,
berat badan 59 kg, tinggi badan 150 cm, status generalis dalam batas normal.
Status Obstetrik :
Abdomen
Inspeksi : Membuncit, membesar arah memanjang, striae gravidarum (+)
Palpasi : TFU 32 cm, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP, his (-)
Anogenital
VI. DIAGNOSIS
G2P1A0, 38 tahun, hamil 36 minggu
Janin tunggal, hidup, presentasi kepala, bagian bawah janin di Hodge I
Ketuban pecah dini 3 jam SMRS
HBsAg reaktif
VII. TATALAKSANA
- Cefotaxim 2 amp No.II
- Remopain 2 amp No.II
- Vit C No.II
- Ranitidin No.II
- Co.Amoxiclav 625mg tab No.X
S 3 dd tab I
- As. Mefenamat 500mg tab No.X
S 3 dd tab I
- Sf No.X
S 1 dd I
- Rencana SC hari rabu 13 September 2017
VIII. PROGNOSIS
Ibu
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Janin
Ad Vitam : Dubia ad bonam
1.1 PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu
dan disebut KPD aterm atau Premature Rupture Of Membranes (PROM) dan sebelum usia
gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM).Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan
kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.1,2
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu: pertama, infeksi, karena ketuban
yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak
adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen
yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan
pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk
mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi; kedua, adalah kurang bulan atau
prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering
timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom
(RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. 1
B. Cairan Amnion
Volume Cairan Amnion
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat
jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 ml, warna putih, agak keruh
serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098
terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti
2.2 DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi
pada hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya tidak terlalu
banyak. 3,4
1. Pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum timbulnya persalinan minimal lebih dari
1 jam sebelum inpartu.
2. Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila diameter serviks pada primigravida < 3 cm
dan multi gravida <5 cm.
3. Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum
waktu persalinan, dan dibagi menjadi dua :
2.3 INSIDENSI
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (8%), preterm (1-3%), dan pada
midsemester kehamilan (<1%). Secara umum, insidensi dari KPD terjadi sekitar 7 – 12 % dari
semua kehamilan. 3,4
Sekitar 8-10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine akibat
interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan
dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan mengalami
persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal.3
2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari KPD masih belum jelas, bisa dikarenakan faktor selaput ketuban itu sendiri (
berkurangnya kekuatan ketuban ) atau faktor infeksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrauterin. 1,3
2.6 DIAGNOSA
Data subyektif:
Anamnesa:
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-
tiba dari jalan lahir,tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum
ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara
benar.1,3
Jika sudah terjadi infeksi intra partum ( misalnya amniontis) didapat keluhan demam
tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.3
Riwayat haid
o Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran. Umur kehamilan diperkirakan dari
hari haid terakhir3,4
Pemeriksaan penunjang
o USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan umur
kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin. 3
o Amniosenteses: Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi(kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine. 4,6
o Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan awal
koriomnionitis.7
2.7 KOMPLIKASI
Pengaruh KPD pada kehamilan :
1. timbulnya persalinan Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai
mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan
makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan
2.8 PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus dilakukan
sebelum melakukan tindakan yaitu:
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Tanda-tanda inpartu dan gawat janin
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar maka pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis dan gawat
janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada kehamilan premature maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien
ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan. 3,,6,7
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban
pecah dini yaitu:
A. Konservatif 1,3,5
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotic ( ampicilin atau eritromisin 4x500mg dan metronidazol
2x500mg selama 7 hari.
Jika usia kehamilan < 32 – 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes busa negative
maka diberikan dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan pada usia kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik
(salbutamol), dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x dan induksi persalinan setelah
24 jam
B. Aktif 1,3,5
Pada kehamilan ≥37 minggu dan taksiran berat janin (TBJ) ≥ 2500gram, keadaan ibu dan
janin baik, skor pelvic ≥ 5 dan ICA > 5 maka dilakukan induksi dengan oksitosin. Dapat
pula diberikan misoprostol 25µg - 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila
gagal maka dilakukan seksio sesarea.
Pada kehamilan ≥37 minggu dan taksiran berat jangin (TBJ) ≥ 2500gram, skor pelvic < 5,
ICA ≤ 5, keadaan ibu dan janin kurang baik ( terdapat tanda-tanda infeksi intra partum,
NST non-reaktif atau CST positif, terdapat indikasi obstetric) dan ketuban pecah ≥12 jam
maka berikan antibiotic dosis tinggi dan kehamilan diakhiri dengan seksio sesarea.
1.8 PROGNOSIS
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi
yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu
mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.3
DAFTAR PUSTAKA