NURMA HARLIANTI
1106006303
NURMA HARLIANTI
1106006303
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ansietas yang Mengalami TB
Paru” dengan penuh keteguhan hati. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners
pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa profesi sampai pada pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
(2) Ibu Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Koordinator Mata Ajar
Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah memberikan banyak informasi selama
penyususnan Karya Ilmiah Akhir Ners.
(3) Ibu Dr. Mustikasari, S.Kp., M.A.R.S. selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu dan
masukan yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini.
(4) Bapak I Ketut Sudiatmika, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen penguji yang
telah memberikan banyak masukan yang bermanfaat untuk perbaikan
penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
(5) Ibu Ns. Cilik Ratnaningrum, S.Kep selaku pembimbing klinik, sekaligus
penguji yang telah memberikan ilmu selama praktik dan masukan-masukan
yang bermanfaat pada saat menguji penulis.
(6) Ibu Ns. Yuyun Yusnipah, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis praktik di Ruang Bisma
RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
(7) Seluruh Staf dan Perawat Ruang Bisma RS Dr. H. Marzoeki Mahdi yang
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhir kata, penulis
berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Masalah fisik sering sekali disertai dengan masalah psikososial. Salah satu
masalah psikososial yang sering muncul adalah ansietas yaitu perasaan tidak
nyaman dan kekhawatiran, sering sekali penyebabnya tidak diketahui. Karya
ilmiah ini melaporkan hasil asuhan keperawatan klien dengan ansietas yang
menderita TB paru. Implementasi keperawatan dilakukan selama enam hari
perawatan berupa teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari dan
kegiatan spiritual. Hasil berdasarkan respon verbal dan nonverbal klien teknik
tersebut dapat efektif menurunkan ansietas sehingga peran perawat sangat penting
dalam menerapkan aspek psikososial sebagai bagian dari keperawatan yang
holistik.
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................... vi
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB 5 PENUTUP............................................................................................. 35
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 35
5.2 Saran ........................................................................................................... 35
5.2.1 Aplikasi Keperawatan........................................................................ 35
5.2.2 Keilmuan Keperawatan ..................................................................... 36
5.2.3 Penelitian Keperawatan ..................................................................... 36
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
Bab ini memaparkan beberapa data dan fenomena yang terjadi sehingga
mendukung penulis dalam mengangkat judul Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Rumusan masalah juga dipaparkan sebagai ringkasan latar belakang yang
dikaitkan dengan kasus yang dialami oleh klien kelolaan. Selain itu, tujuan dan
manfaat penulisan juga diuraikan secara rinci dalam bab ini.
1
Universitas Indonesia
penyakit menular (Efendi & Makhfudli, 2009). Salah satu penyakit menular
tersebut adalah penyakit yang berbasis lingkungan seperti Tuberkulosis paru (TB
paru).
Universitas Indonesia
Data dari hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang
didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan adalah 0,4 persen, tidak berbeda
dengan tahun 2007. Peningkatan prevalensi tertinggi saat ini dialami oleh
penduduk di provinsi Jawa Barat 0,7%, Papua 0,6%, DKI Jakarta 0,6%, Gorontalo
0,5%, dan Papua Barat 0,4% (Riskesdas, 2013). Hasil perbandingan prevalensi
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010
dan 2013 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat saat ini menempati urutan
pertama jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia.
Provinsi Jawa Barat, persentase pasien TB Paru BTA positif terhadap suspek TB
Paru sebesar 11,5%, dengan kasus TB Paru BTA positif sebanyak 29.413 kasus
(Dinkes Jawa Barat, 2008). Di tahun 2011 terdapat 34.658 kasus tuberkulosis di
Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah terbesar terjadi di Kabupaten Bogor sebanyak
3.835 kasus (Dinkes Jawa Barat, 2012). Penyakit TB banyak menyerang pada
individu golongan usia produktif. Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada
orang dewasa yang telah mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil dan tidak
ditangani dengan baik (Rusnoto, 2008). Prevalensi Nasional TB tahun 2010,
berdasarkan diagnosis cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia
dimana angka tertinggi berada pada kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 1,3%
dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun sebanyak 0,3% (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Profil Kesehatan Provisnsi Jawa Barat
tahun 2012 juga menunjukkan prevalensi yang meningkat pada kelompok usia
yang menderita TB di ruang Rawat Inap Rumah yaitu kelompok usia 15-44 tahun
sebanyak 2,23 % meningkat pada usia 45-75 tahun sebanyak 3,46%. Diperkirakan
seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4
bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal dunia akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis,
TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2009).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011).
Kemudian cara berikutnya adalah hipnosis lima jari. Menurut Muarfio (2004)
dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari
dapat menurunkan ansietas.
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor merupakan salah satu
rumah sakit pemerintah yang khusus memberikan pelayanan kesehatan jiwa,
namun sejak tahun 2009 rumah sakit ini mulai membuka pelayanan untuk ruang
perawatan umum. Salah satu ruang perawatan umum yang terdapat di RSMM
yaitu ruang Bisma yang merupakan ruang kelas satu. Berdasarkan hasil observasi
penulis saat menjalani praktik di ruang Bisma menunjukkan bahwa terdapat 12
kasus TB selama bulan April-Juni 2016. Pasien yang terdiagnosis TB rata-rata
tergolong kelompok usia produktif yaitu sebanyak 5 dari 12 pasien pengobatannya
tidak tuntas sisanya baru diketahui menderita TB setelah didapatkan hasil BTA
positif. Banyaknya klien yang terdiagnosis TB paru di Ruang Bisma ini seringkali
ditemukan masalah-masalah psikososial diantaranya yang tersering adalah
ansietas. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis selama praktik di Ruang Bisma
ini.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual mampu untuk mengurangi ansietas pada klien
dengan TB paru.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan mengenai teori dan konsep yang terkait dengan penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Beberapa teori dan konsep yang dibahas meliputi
konsep dan teori perkotaan, masalah psikososial ansietas pada masyarakat
perkotaan, Tuberkulosis Paru pada masyarakat perkotaan dan intervensi
keperawatan ansietas pada klien TB Paru.
10
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Panik merupakan tingkatan ansietas yang paling berat. Secara kognitif, tanda-
tanda panik dapat berupa persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham,
ilusi mungkin terjadi. Perubahan fisiologis dapat ditandai oleh ketegangan otot
sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter berkurang dan
wajah menyeringai, mulut ternganga. Selanjutnya, tanda-tanda individu yang
Universitas Indonesia
Masalah fisik pada individu menjadi ancaman terhadap kesehatan sehingga dapat
menjadi faktor penyebab stres. Masalah fisik pada individu dapat dikaitkan
dengan gangguan pada salah satu atau lebih fungsi tubuh yang membutuhkan
perhatian medis. Penelitian yang dilakukan oleh Wolitzky-Taylor et al, (2010)
menunjukkan bahwa kondisi medis berpengaruh terhadap munculnya ansietas.
Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa terdapat 47 orang
dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan 23 orang berada di
tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Adapun penelitian lain yang dilakukan
oleh Kunik (2005) dijumpai 184 orang dari 556 pasien PPOK mengalami ansietas
berat. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
fisik yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan ansietas karena
ketidakmampuannya untuk mengatasi stres secara psikologis yang disebabkan
oleh penyakit.
Universitas Indonesia
Sumber penularan TB adalah penderita TB dengan hasil basil tahan asam (BTA)
positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi TB jika droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan (Umar, et al, 2005). Setelah kuman
Universitas Indonesia
Proses penularan TB diawali dengan fase TB primer. Setelah masuk ke paru, basil
berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini
disebut afek primer. Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe di hilus paru dan
menyebabkan limfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya
granuloma sel epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar
limfe hilus. Afek primer dan limfadenitis regionalis ini disebut kompleks primer
yang bisa mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, atau
membentuk fibrosis dan kalsifikasi (95%). Sekalipun demikian, kompleks primer
dapat mengalami komplikasi berupa penyebaran milier melalui pembuluh darah
dan penyebaran melalui bronkus. Penyebaran milier menyebabkan TB di seluruh
paru-paru, tulang, meningen, dan lain-lain, sedangkan penyebaran bronkogen
langsung ke bronkus dan bagian paru, dan menyebabkan bronkopneumonia
tuberkulosis. Penyebaran hematogen itu bersamaan dengan perjalanan TB primer
ke paru merupakan fase kedua. Infeksi ini dapat berkembang terus, dapat juga
mengalami resolusi dengan pembentukan jaringan parut dan basil selanjutnya
“tidur” (Karnadihardja, 2004).
Fase dengan kuman tidur ini yang disebut fase laten, fase 3. Basil yang tidur ini
bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfe hilus
dan leher, serta di ginjal. Kuman ini bisa tetap tidur selama bertahun-tahun,
bahkan seumur hidup (infeksi laten), tetapi bisa mengalami reaktivasi bila terjadi
perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, misalnya pada tindakan bedah besar,
atau pada infeksi HIV. TB fase keempat dapat terjadi di paru atau di luar paru.
Dalam perjalanan selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh
Universitas Indonesia
Frekuensi penyebaran ke ginjal lebih sering. Kuman berhenti dan bersarang pada
korteks ginjal, yaitu bagian yang tekanan oksigennya relatif tinggi. Kuman ini
dapat langsung menyebabkan penyakit atau “tidur” selama bertahun-tahun.
Patologi di ginjal sama dengan patologi di tempat lain, yaitu inflamasi,
pembentukan jaringan granulasi, dan nekrosis pengejuan. Kemudian basil dapat
turun dan menyebabkan infeksi di ureter, kandung kemih, prostat, vesikula
seminalis, vas deferens, dan epididimis. Selanjutnya, penyebaran ke kelenjar limfe
paling sering ke kelenjar limfe hilus, baik sebagai penyebaran langsung dari
kompleks primer, maupun sebagai TB pascaprimer. TB kelenjar limfe lain
(servikal, inguinal, aksial) biasanya merupakan TB pascaprimer. Penyebaran ke
otak dan meningen juga melalui penyebaran hematogen setelah kompleks primer.
Berbeda dengan penyebaran di atas, penyebaran ke perikardium terjadi melalui
saluran limfe atau kontak langsung dari pleura yang tembus ke perikardium
(Karnadihardja, 2004).
Universitas Indonesia
penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru (Amin & Bahar, 2006).
Selain itu, cara lain yang dilakukan untuk mengatasi ansietas adalah dengan
mengalihkan rasa cemas itu sendiri (Potter & Perry, 2004). Pengalihan rasa cemas
tersebut disebut dengan teknik distraksi. Ehrlich (2011) memaparkan bahwa
teknik distraksi dilakukan dengan melakukan kegiatan yang disukai klien sebagai
pengalihan. Distraksi untuk mengalihkan rasa cemas dapat dilakukan dengan
mendengarkan musik, menonton TV, mengobrol, atau melakukan hal-hal yang
Universitas Indonesia
disukai (Potter & Perry, 2004; Kozier, 2004). Salah satu kegiatan distraksi untuk
mengatasi cemas dapat dilakukan dengan mendengarkan musik. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Buffum (2006) mengatakan bahwa mendengarkan
musik dapat mengurangi cemas dan penelitian yang sama dilakukan oleh David,
Bradshaw, Gary, dan Lee (2011) juga mengatakan bahwa musik apapun efektif
menurunkan cemas pada berbagai usia sekaligus mengatasi nyeri. Hal ini berarti
bahwa salah satu kegiatan distraksi yang dapat dilakukan menunjukkan bahwa
kegiatan tersebut mampu menurunkan kecemasan. Selanjutnya, kegiatan yang
dapat dilakukan untuk menurunkan ansietas adalah dengan kegiatan spiritual.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa spiritual dapat menurunkan level ansietas
(Moeini, Taleghani, Mehrabi, & Musarezaie, 2014). Kegitan spiritual dilakukan
dengan memilih kegiatan keagamaan yang membuat perasaan tenang dan damai.
Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa segala stressor akan
dapat dihadapi dengan baik, seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan
(Maimunah & Retnowati, 2011).
Kemudian cara berikutnya adalah hipnosis lima jari. Menurut Muarfio (2004)
dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari
dapat menurunkan kecemasan. Hipnosis lima jari menurunkan cemas dengan cara
menciptakan suatu sugesti kepada individu yang akan dihipnotis (Rusli & Wijaya,
2009). Menurut penelitian Maliya dan Anita (2011) terdapat pengaruh hipnosis
lima jari terhadap penurunan ansietas, dan penelitian yang dilakukan oleh Vickers
& Zolman (2012) hipnosis lima jari dapat menurunkan cemas dan meningkatkan
sugesti sehat. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan
membuktikan bahwa hipnosis lima jari cukup efektif menurunkan ansietas.
Hipnosis lima jari dilakukan pada posisi nyaman dan kondisi mata terpejam,
sambil menyentukan ibu jari ke jari-jari lainnya secara bergantian dan
membayangkan hal-hal yang berbeda pada setiap jarinya (McKay & Fanning,
2006). Jari telunjuk membayangkan ketika memiliki tubuh sehat. Jari tengah
membayangkan ketika bersama orang-orang yang disayangi. Jari manis
membayangkan ketika mendapat pujian dan jari kelingking membayangkan ketika
berada di tempat yang paling disukai.
Universitas Indonesia
Bab ini berisi penjabaran proses asuhan keperawatan pada Bapak I dengan
ansietas yang mengalami TB Paru yang telah dilakukan oleh penulis selama enam
hari, mulai tanggal 06-12 Mei 2016. Laporan kasus kelolaan dijabarkan secara
rinci berdasarkan proses keperawatan. Hal-hal yang dijabarkan meliputi hasil
pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, rencana intervensi keperawatan,
serta implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.
Selain nyeri, klien juga mengeluh demam turun naik sudah lebih dari 3 minggu
dan juga mengeluh batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama
lebih dari sebulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan utama saat ini adalah
nyeri pada saluran kencing, demam dan batuk yang terkadang muncul. Demam
terutama dirasakan sore menjelang malam hari disertai keringat dingin. Klien
mengatakan khawatir dengan kondisi penyakitnya karena nyeri yang tidak
berkurang dan juga sangat khawatir karena banyak gejala lain yang menyertainya.
Hal ini membuat klien terus memikirkannya sehingga mengalami sulit tidur dan
terkadang terpikir penyakit apa sebenarnya yang sedang dialami. Klien juga
khawatir terhadap hasil pemeriksaan rontgen paru dan USG ginjal, apakah parah
atau tidak.
20
Universitas Indonesia
Saat dikaji terhadap lingkungan rumah sekitar, klien mengatakan bahwa tempat
tinggal di daerah lingkungan rumahnya cukup padat karena jarak antar rumah
saling berdekatan. Selain itu, kurangnya pepohonan di daerah rumahnya membuat
polusi yang terkadang mengganggu. Klien mengatakan dalam beberapa bulan
terakhir tidak pernah mendengar tetangganya menderita sakit TB Paru, dan klien
juga tidak banyak mengetahui tentang hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang
terkena TB paru. Klien hanya menganggap bahwa jika sudah terkena sakit TB
paru berarti sudah sakit parah dan bisa berujung kematian. Isteri klien pernah
menceritakan bahwa pada awal tahun 2016 dirinya pernah mengalami batuk terus
menerus yang dirasa tidak wajar karena sudah lebih dari 3 minggu tidak sembuh.
Isteri klien juga mengungkapkan bahwa di lingkungan tempat kerjanya memang
sedang mewabah sakit batuk. Kemudian isteri klien langsung melakukan
pengobatan dan sembuh, namun hal yang sama juga terjadi pada klien yaitu batuk
terus menerus namun lebih lama. Klien takut jika hal itu yang membuat dirinya
tertular, karena kondisinya saat itu klien sedang mengalami sakit ISK yang
membuat kondisinya lemas dan ditambah dengan aktivitas dan makan yang tidak
terkontrol sehingga mudah tertular oleh penyakit lain.
Klien merupakan seorang guru di salah satu SMA ternama di Bogor. Isterinya
juga adalah seorang pegawai negeri di Jakarta. Klien memiliki 2 orang anak
perempuan yang masih duduk di bangku SD dan SMA. Kebutuhan sehari hari
puteri-puterinya hampir semuanya dipenuhi oleh klien dikarenakan isterinya sibuk
bekerja dan pulang larut malam karena lokasi tempat kerjanya yang jauh. Menurut
klien orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah isteri dan anak-anaknya. Di
lingkungan sekolah, klien merupakan salah satu guru yang sangat dibutuhkan oleh
siswa-siwanya karena merupakan guru BK di sekolah dan juga bertugas
membantu siswa-siswanya untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Selama di rawat di rumah sakit, klien tidak dapat pergi ke sekolah untuk bekerja.
Hal tersebut membuat klien gelisah karena memikirkan nasib siswa-siswanya
yang akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, isteri klien tetap
harus bekerja selama klien di rawat di rumah sakit, hal ini juga membuat klien
Universitas Indonesia
terus memikirkan anak-anaknya di rumah karena tidak ada yang mengurusi. Klien
menceritakan keluhannya hingga berkaca-kaca. Klien merasa bahwa sebagai
seorang guru dan kepala keluarga mengapa sakit-sakitan seperti ini. Terutama
yang dikhawatirkan jika hasil rontgen parunya terjadi sesuatu klien merasa
penyakitnya sangat parah. Klien seringkali menanyakan perkembangan
kondisinya, namun semakin tahu perkembangan penyakitnya maka klien semakin
takut.
Aktivitas fisik seperti olahraga diakui Bapak I tidak pernah dilakukan. Bapak I
menyebutkan seringkali makan di luar rumah, hanya saat sarapan saja makan di
rumah namun untuk makan siang dan sore jarang di rumah dan membeli makanan
dari luar rumah karena isterinya jarang memasak. Sehari-hari klien mengantarkan
puterinya ke sekolah lalu pergi bekerja. Klien menggunakan kendaraan bermotor
dalam berpergian dan mengatakan kurang memakai perlindungan diri seperti
masker. Kebutuhan tidur sering terganggu saat demam muncul di malam hari atau
ketika terasa nyeri. Klien juga mengalami kesulitan tidur karena memikirkan
kondisinya dan keluarganya. Pemenuhan eliminasi diakui klien memiliki masalah
terhadap miksinya yang sering sakit dan urinnya seringkali berwarna kuning pekat
seperti teh, pola miksi 3-5 kali per hari dan pola defekasi 1 kali per hari.
Hasil observasi selama wawancara, klien berpenampilan rapih, dan memakai baju
sesuai ukurannya. Klien tidak mengalami gangguan memori dan klien dapat
menceritakan kejadian masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi. Saat
berbicara, ekspresi wajah klien tampak sedih saat menceritakan apa yang menjadi
pikirannya saat ini, klien juga tampak banyak bicara dan lebih dominan. Klien
juga tampak gelisah, keluar keringat berlebih, sesekali meringis menahan nyeri
sambil memegang area perut bawah, dan kontak mata kurang. Klien tampak
sesekali batuk-batuk, saat di auskultasi terdengar bunyi ronchi di lapang paru
sinistra. Hasil radiologi Foto Thorax menunjukkan gambaran TB Paru, hasil BTA
(+), dan hasil laboratorium menunjukkan peningkatan pada LED (> 150 mm) dan
leukosit (19.730/mm3). Hasil TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 22 x/m,
Suhu 38oC.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pertemuan kelima dan keenam yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan klien
terhadap kondisi kesehatan, mengevaluasi jadwal latihan tarik napas dalam dan
hipnosis lima jari, memberikan reiforcement positive, memotivasi klien untuk
melakukan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari sesuai jadwal, dan melibatkan
keluarga untuk mengingatkan klien untuk melakukan latihan tarik napas dalam
dan hipnosis lima jari. Selain itu juga memberikan discharge planning pada hari
keenam tentang TB Paru dan penggunaan masker yang tepat serta bagaimana
pengobatan di rumah.
Selain melakukan evaluasi secara keseluruhan pada dua hari rawat terakhir,
evaluasi verbal maupun nonverbal juga dilakukan setiap hari. Evaluasi subjektif
dan objektif juga selalu dilakukan pada fase terminasi. Secara umum, klien
memiliki kemampuan yang baik dalam menerima informasi, sehingga klien selalu
dapat menjelaskan dan mempraktikkan kembali teknik-teknik yang sudah
didiskusikan maupun dilatih bersama. Sementara itu, evaluasi validasi juga selalu
dilakukan pada fase orientasi, untuk mengetahui kemampuan yang sudah
diajarkan pada hari sebelumnya. Secara umum, klien selalu patuh menjalankan
planning yang sudah diberikan. Planning yang diberikan adalah meminta klien
untuk melakukan teknik-teknik yang sudah diajarkan sesuai dengan jadwal latihan
yang sudah disepakati dan pada saat ansietas kembali muncul. Evaluasi validasi
juga dilakukan untuk menilai perkembangan tanda-tanda ansietas pada klien.
Universitas Indonesia
Hasil evaluasi secara umum menunjukkan bahwa klien mengalami ansietas setiap
hari dengan berbagai penyebab, di antaranya rasa nyeri pada saluran kencingnya,
gejala-gejala penyakit lain yang sering muncul dan pikiran-pikiran terkait kondisi
penyakitnya serta kondisi keluarganya. Intervensi berupa teknik pengendalian
ansietas cukup mampu untuk menghilangkan penyebab-penyebab ansietas
tersebut. Pertama, tanda-tanda ansietas yang muncul pada klien perlahan-lahan
dapat berkurang seiring dengan dilakukannya teknik-teknik yang telah diajarkan.
Hal tersebut didukung dengan pernyataan langsung dari klien bahwa dengan
teknik relaksasi nafas dalam bisa lebih tenang dan bisa tidur dengan nyaman.
Kedua, intervensi kolaborasi turut berpengaruh terhadap penurunan ansietas.
Klien diberikan medikasi analgetik dan penurun demam selama perawatan untuk
mengurangi nyeri pada saluran kencingnya dan demam yang terus menerus yang
dapat menyebabkan ansietas. Pemberian medikasi yang juga diiringi dengan
pengendalian teknik mengatasi ansietas membantu menurunkan tanda dan gejala
ansietas pada klien.
Hari keenam perawatan klien juga diberikan discharge planning sebelum klien
pulang ke rumah. Discharge planning yang diberikan kepada klien yaitu
menjelaskan tentang penyakit TB Paru, penggunaan masker yang tepat, dan
pengobatan yang harus dilakukan. Program latihan teknik-teknik pengendalian
ansietas juga turut dimasukkan dalam discharge planning untuk di rumah. Teknik
pengendalian ansietas yang paling nyaman dilakukan oleh klien selama di rumah
sakit adalah teknik relaksasi napas dalam. Oleh sebab itu, penulis memberikan
motivasi kepada klien untuk mengotimalkan tarik napas dalam sebagai cara untuk
menurunkan ansietas pada saat di rumah.
Universitas Indonesia
Bab ini berisi penjelasan dan analisis lebih lanjut terkait asuhan keperawatan yang
dilakukan kepada klien. Analisis dijabarkan dengan mengaitkan antara
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan berbagai teori dan hasil penelitan untuk
kemudian dianalisis berdasarkan konsep keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan. Hal-hal yang dijelaskan dan dianalisis lebih lanjut meliputi masalah
keperawatan, intervensi keperawatan, serta alternatif pemecahan masalah
keperawatan yang dilakukan pada klien di Ruang Bisma RS Marzoeki Mahdi
Bogor.
Universitas Indonesia
Masalah fisik yang dialami klien kelolaan memberikan dampak pada kondisi
psikososial yaitu klien merasa khawatir dengan kondisi penyakitnya dengan rasa
nyeri yang tidak kunjung sembuh pada saluran kencingnya dan gejala-gejala lain
yang menyertainya. Klien juga belum mengetahui jenis penyakit apa yang sedang
dideritanya sehingga klien cukup takut terhadap hasil pemeriksaan USG ginjal
dan rontgen toraks. Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa
terdapat 47 orang dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan
23 orang berada di tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah fisik yang dialami oleh
seseorang akan menimbulkan ansietas karena adanya perubahan atau kehilangan
fungsi fisik sehingga membutuhkan perhatian medis (pemerikasaan penunjang)
untuk mengatasi masalah fisik tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wolitzky-Taylor et al, (2010) menunjukkan bahwa kondisi
Universitas Indonesia
medis berpengaruh terhadap munculnya ansietas dan. Tanda dan gejala yang
dirasakan akibat respon suatu penyakit sehingga memunculkan ansietas juga
digambarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kunik (2005) dijumpai 184
orang dari 556 pasien PPOK mengalami ansietas berat karena sesak. Ansietas
yang dirasakan klien kelolaan merupakan respon psikologis terhadap adanya
ketidaknyamanan fisik akibat tanda dan gejala yang muncul dari suatu penyakit
yang belum diketahui oleh klien.
Klien mengatakan tidak tahu penyebab nyeri saluran kencing yang dirasakan dan
sebelumnya tidak pernah merasakan nyeri seperti ini. Klien mengatakan rasa nyeri
menjalar sampai ke pinggang, skala nyeri 6, nyeri timbul walaupun saat sedang
tidak bergerak. Nyeri seperti diremas dan berdenyut, menetap serta terus menerus.
Hasil observasi, klien sesekali tampak meringis menahan nyeri sambil memegang
area perut bawah. Pengalaman individu dalam menghadapi masalah atau bahaya
akan mempengaruhi proses timbulnya ansietas. Individu menggunakan
mekanisme pertahanan untuk mengontrol situasi, menurunkan ketidaknyamanan,
dan mengatasi masalah agar mengurangi ansietas (Videbeck, 2008). Hal ini
sejalan dengan yang dialami oleh klien yaitu, nyeri yang dialami menjadi sumber
stres sehingga muncul ansietas terhadap kondisi tubuh klien karena belum pernah
merasakan nyeri seperti ini sebelumnya.
Tanda dan gejala TB paru yang dialami klien seperti demam turun naik sudah
lebih dari 3 minggu dan juga mengeluh batuk terus menerus disertai dahak
berwarna putih selama lebih dari sebulan lamanya menunjukkan kesesuaian teori
dari tanda dan gejala TB Paru. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk yang
biasanya berlangsung lama dan produktif berdurasi lebih dari 3 minggu (Price dan
Wilson, 2005). Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2011). Kondisi ini membuat
klien harus menjalani beberapa hari perawatan di rumah sakit. Hal tersebut
Universitas Indonesia
Ansietas yang dialami oleh klien bukan hanya karena masalah fisik tetapi juga
berkaitan dengan permasalahan sosial disebabkan oleh lamanya perawatan di
rumah sakit membuat klien tidak dapat pergi ke sekolah untuk bekerja. Hal
tersebut membuat klien gelisah karena memikirkan nasib siswa-siswanya yang
akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, isteri klien tetap harus
bekerja selama klien di rawat di rumah sakit, hal ini membuat klien merasa kurang
diurusi. Selain itu, hal lain yang juga semakin mengganggu pikirannya adalah
bagaimana kondisi anak-anaknya di rumah karena segala kebutuhan anak-anaknya
dipenuhi oleh klien. Klien berpikir bahwa selama di rawat disini tidak ada yang
mengurusi anak-anaknya di rumah. Berdasarkan hasil pengkajian predisposisi dan
presipitasi ansietas serta disesuaikan dengan tingkatan ansietas menurut Videbeck
(2008), klien kelolaan berada pada rentang ansietas sedang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
melakukan hipnosis lima jari. Respon klien setelah melakukan hipnosis lima jari
yaitu merasakan senang karena dapat membayangkan hal yang disukai
berdasarkan pengalaman hidupnya yang menyenangkan. Klien juga
mengungkapkan mampu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan juga mampu
mengurangi pikiran-pikiran yang sering mengganggunya. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muarfio (2004) yaitu dengan
membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari dapat
menurunkan ansietas. Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Maliya
dan Anita (2011) bahwa terdapat pengaruh hipnosis lima jari terhadap penurunan
ansietas, dan penelitian yang dilakukan oleh Vickers & Zolman (2012) bahwa
hipnosis lima jari dapat menurunkan cemas dan meningkatkan sugesti sehat.
Universitas Indonesia
Intervensi lain yang juga penulis berikan kepada klien untuk mengurangi tingkat
kecemasannya adalah dengan pendekatan spiritual dengan melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinan klien. Penulis mengarahkan klien dan membantu untuk
menentukan kegiatan spiritual yang dapat dilakukan di rumah sakit disesuaikan
juga dengan kemampuan fisik klien. Cara yang dipilih oleh klien diantaranya
berzikir dan sholat lima waktu. Klien dibawakan buku panduan untuk berzikir
oleh keluarganya yang dapat digunakan selama di ruang perawatan. Untuk
kegiatan sholat, klien masih mampu untuk mengambil air wudhu sendiri dengan
ditemani lalu melaksanakan sholat di atas tempat tidur. Pelaksanaan ibadah
tersebut dipilih klien karena klien lebih merasa lebih dekat dengan Tuhan dan
merasakan ketenangan yang mampu mengurangi pikiran-pikiran yang
mengganggunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa
spiritual dapat menurunkan level ansietas (Moeini, Taleghani, Mehrabi, &
Musarezaie, 2014). Secara objektif terlihat tanda-tanda ansietas pada klien
berkurang saat setelah melakukan ibadah sholat dan berzikir seperti menunjukkan
ekspresi tenang. Menurut DeLaune dan Ladner (2002) mengatakan ketika
seseorang berdoa, mereka percaya sedang berkomunikasi langsung dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi. Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa
segala stressor akan dapat dihadapi dengan baik, seiring dengan adanya bantuan
dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011).
Universitas Indonesia
terapi medikasi untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi gejala-gejala lain
yang menyertainya.
Penulis juga telah menjelaskan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan ansietas
pada keluarga klien dan sudah mengajarkan salah salah satu cara mengatasi
ansietas yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam. Salah satu tindakan untuk
mengurangi kecemasan (ansietas) yaitu membentuk sistem pendukung (McKenny
& Price, 2005). Selama ini klien kurang mendapatkan dukungan dari isteri karena
alasan bekerja sehingga dengan dikomunikasikannya dan telah diajarkannya cara
mengatasi ansietas pada keluarga diharapkan mampu untuk ikut berperan aktif
dalam membantu latihan dan memberikan dukungan kepada klien. Selain itu,
keluarga dapat terlibat dalam menilai perkembangan kemampuan dan aktivitas
klien dalam mengendalikan perasaan ansietas.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Masalah keperawatan psikososial yang muncul pada klien Bapak I adalah ansietas
sedang yang ditandai dengan rasa kekhawatiran yang mengganggu terhadap
penyakitnya, banyak bertanya tentang perkembangan kondisi penyakitnya,
menunjukkan ekspresi wajah sedih, dan juga tampak gelisah, gejala-gejala yang
sering muncul di malam hari sehingga mengganggu waktu tidurnya, serta nyeri
pada saluran kencingnya sehingga mengganggu aktivitasnya di tempat tidur.
Ansietas pada klien dikaitkan dengan penyakit TB paru, yang dianggap klien
adalah penyakit yang sangat parah. Berdasarkan permasalahan tersebut, masalah
ansietas yang dialami klien ditangani dengan tindakan keperawatan generalis,
yaitu dengan latihan teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari,
dan kegiatan spiritual, dan melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
kepada klien. Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah ansietas menunjukkan bahwa terjadi penurunan ansietas setelah
melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Keberhasilan
intevensi tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian dan teori yang
didapatkan penulis. Namun, saat nyeri yang merupakan sumber stresor klien
muncul maka ansietas pun dirasakan kembali oleh klien.
5.2 Saran
5.2.1 Aplikasi Keperawatan
Penulis menyarankan agar perawat selalu mempraktekkan teknik relaksasi nafas,
distraksi, hipnosis 5 jari, dan spiritual untuk menangani ansietas yang muncul
pada klien dengan TB paru selama berada di ruang perawatan umum khususnya di
35
Universitas Indonesia
Ruang Bisma RS Marzoeki Mahdi. Hal ini bertujuan untuk menunjang pemulihan
klien secara menyeluruh dengan menurunkan tingkat ansietas yang dialami klien
karena TB Paru. Diharapkan dalam prakteknya perawat memperhatikan tahapan
dan teknik-teknik yang benar agar intervensi yang diberikan dapat efektif
menurunkan ansietas klien.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aamir, S., & Aisha. (2010). Co-morbid anxiety and depression among pulmonary
tuberculosis patients. Journal of the College of Physicians and Surgeons
Pakistan. Vol 20 No 10, 703-704.
Amin, Z & Bahar, A. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Laporan nasional riset
kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jabar dalam Angka 2012.
Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik. (2016). Persentase Penduduk Daerah Perkotaan. Diambil
pada tanggal 18 Mei 2016 dari:
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1276
Bhatta, B. (2010). Analysis of Urban Growth and Sprawl from Remote Sensing
Data. Berlin: Springer. Dapat diakses di
http://www.springer.com/us/book/9783642052989 (Diakses pada tanggal
15/6/2015; 09.00)
Bradshaw, D.H., Gary, W., Donaldson. et al. (2011). Individual differences in the
effects of music engagements on responses to painful stimulation. The
journal of pain, 12 (12), 1262.
Brakel, W.H.V. (2005). Measuring health-related stigma-a literature review.
Measuring health-related stigma vs2.doc : 1-27
Carpenito, L.I. (2009). Diagnosa Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis.
Jakarta: EGC
Cramm, J.M., Finkenflugel, H.J., Moller, V. & Nieboer, A.P. (2010). TB
Treatment initiation and adherence in a South African community
influenced more by perceptions than by knowledge of tuberculosis. BMC
Public Health, 10(72), p.5-7.
DeLaune, Sue C. dan Ladner, Patricia K. (2002). Fundamentals of nursing:
standards & practice. Second edition. USA: Delmar.
Universitas Indonesia
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2008). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2007. Tidak dipublikasikan.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary F., & Murr, Alice C. (2010). Nursing
care plans: guidelines for individualizing client care across the life span.
USA: F. A. Davis.
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Fathonah. (2014). Mencari Kebutuhan Pelatihan Kesehatan Perkotaan
Ghofur, A & Purwoko, E. (2007). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala 1 di Pondok
Bersalin Ngudi saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal Kesehatan Surya
Medika. Yogyakarta
Ginting. (2007). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
jiwa pada penderita Tuberkulosis Paru dewasa di RS Persahabatan
(kualitatif). Jakarta
Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. [Eds]. (2014). NANDA international nursing
diagnosis: Definition & classification, 2015-2017. Oxford: Willey
Blackwell.
Karnadihardja. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A.P., Susanti, H. (2007). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Kipp, A.M., Pungrassami, P., Nilmanat, K., Sengupta, S., Poole, C., Strauss, R.P.,
et al. (2011). Socio-demographic and AIDS-related factors associated with
tuberculosis stigma in southern Thailand: a quantitative, cross-sectional
study of stigma among patients with TB and healthy community members.
BMC Public Health
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman
penanggulangan tuberkulosis (TB). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s techniques in
nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.
Universitas Indonesia
Kunik, M.E., Roundy., Veazey., Souchek, J., Richardson, Wray, N.P., et al.
(2005). Surprisingly high prevalence of anxiety and depression in chronic
breathing disorders. 127 (1208)
Lee, C.K., Y.H., Yin, J.J. (2011). Efectiveness of difference music playing
advices for reducing preoperative anxiety: a clinical control study. PlosS
One, 2013; 8 (8): e70156.
Moeini, M., Taleghani, F., Mehrabi, T., Musarezaie, A. (2014). Effect of a
spiritual care program on levels of anxiety in patients wit leukimia. Iranian
journal of nursing and midwifery research. 19 (1): 88-93
Maimunah, A., & Retnowati, S. (2011). Pengaruh pelatihan relaksasi dengan
dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu hamil pertama. PSIKOISLAMIKA,
8(1), 1-22.
Maliya, A., Anita. (2011). The effect of hypnosis therapy toward insomnia of
elderly at posyandu of Karang Village kecamatan Baki of Sukoharjo.
Tesis. Tidak diterbitkan. FKIK Unsoed.
Mallapiang. (2003). Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
McKay, M., & Fanning, P. (2006). Daily relaxer: relax your body, calm your
mind, and refresh your spirit. Oackland: New Harbinger
Mu’afiro, Adin, & Emilia, O., (2004). Pengaruh hypnosis lima jari terhadap
penurunan kecemasan pasien kanker leher rahim di ruang kandugan RSU.
Dr. Soetomo Surabaya. Tidak dipublikasikan
Munir, S.M., Nawas, A., & Soetoyo, D. (2010). Pengamatan Pasien Tuberkulosis
Paru dengan Multidrug Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP
Persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia. 30(2): 92-99.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Price, Silvia A., & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Putri, S.W. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien TB Paru dan Intestinal yang Mengalami Ansietas di
Ruang Rawat Gayatri RS Dr. H. Mardzoeki Mahdi Bogor. Tidak
dipublikasikan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
INFORMASI UMUM
Inisial klien : Bapak I
Usia : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Bahasa dominan : Bahasa Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Semplak Pilar 11 RT 002/ RW 003 Semplak - Bogor
Tanggal masuk : 06-05-2016
Tanggal pengkajian : 06-05-2016
Ruang rawat : Ruang Bisma
Nomor rekam medik : 0-25-42-01
Diagnosa medis : TB Paru, ISK
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet` : Tidak ada diet khusus
KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh demam, berkeringat dingin, nyeri pada bagian saluran kencing
terutama saat ingin berkemih dan tiak sedang beraktivitas.
Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)
Ringan Sedang Berat Panik
PERILAKU PERILAKU
Tenang Menarik diri
Ramah Bingung
Pasif Disorientasi
Waspada √ Ketakutan
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif √ Halusinasi/ delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
X X
I R
51 th 50 th
A 11th S 16 th
Tipe keluarga
nuclear family diad family
extended family single parent family
Pengambilan keputusan
kepala keluarga istri
orang tua bersama-sama
Hubungan klien dengan kepala keluarga
kepala keluarga istri
orang tua anak
lain-lain, sebutkan:
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Jelaskan: klien sering mengajak puteri-puterinya berlibur bersama di hari libur
Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Jelaskan: sesekali saja klien mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya karena
alasan bekerja dan memiliki banyak kegiatan di luar di rumah
Masalah Keperawatan: -
Masalah Keperawatan: -
Laku
Tingkah Laku Jelaskan
Resah √ ekspresi tubuh gelisah
Agitasi
Letargi
Sikap
Ekspresi wajah √ tegang, mata membuka lebar pada saat berbicara
Lain-lain
Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI POLA KOMUNIKASI
Jelas √ Aphasia
Koheren √ Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/ dominan √
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara:
Lainnya:
Masalah Keperawatan: -
Proses Pikir
PERILAKU
Jelas √
Logis √
Mudah diikuti √
Relevan √
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √
Masalah Keperawatan: -
Persepsi
PERILAKU JELASKAN
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi
Halusinasi Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Masalah Keperawatan: -
Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : baik, tidak ada masalah
Tempat : baik, tidak ada masalah
Orang : baik, tidak ada masalah
Situasi : baik, tidak ada masalah
2. Memori
Gangguan Jelaskan
gangguan daya ingat jangka panjang
gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini
paramnesia, sebutkan
hipermnesia, sebutkan
amnesia, sebutkan
Masalah Keperawatan: -
Masalah Keperawatan: -
Data Objektif:
- tampak gelisah
- keluar keringat berlebih
- meringis menahan nyeri sambil memegang area perut
bawah
Data Objektif:
- Suhu 38oC
- Keringat berlebih
3 Data Subjktif: Bersihan jalan nafas
Klien mengatakan bahwa: tidak efektif.
- batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama
lebih dari sebulan SMRS
- dahak keluar terutama setelah minum air hangat
- selama ini tidak meminum obat apapun untuk mengatasi
batuknya
- mengenali tanda dan gejala yang sama seperti yang
terjadi sebelumnya pada Isterinya yaitu berupa batuk-
batuk yang tidak kunjung sembuh selama 3 minggu,
namun tidak dapat mengenali tanda dan gejala lain terkait
penyakit paru
Data Objektif:
- hasil pemeriksaan fisik dada tampak simetris, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak tampak penggunaan otot
bantu pernapasan
- hasil auskultasi terdengar suara ronchi di lapang paru
sinistra
- hasil TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 22 x/m,
Suhu 38oC.
- hasil radiologi Foto Thorax menunjukkan gambaran TB
Paru
- hasil BTA (+)
- klien mampu menilai penyakitnya seperti yang sudah
terjadi pada isterinya, namun tidak dapat
mengidentifikasi dengan jelas tanda dan gejalanya.
4 Data Subjektif: Ansietas Sedang
Klien mengatakan bahwa:
- tidak bisa tidur
- khawatir dengan kondisi penyakitnya
- khawatir karena banyak gejala lain yang menyertainya
- khawatir dengan hasil rontgen parunya parah atau tidak
- banyak yang dipikirkan semenjak di rumah sakit, seperti:
memikirkan nasib siswa-siswanya yang akan mendaftar
ke Perguruan Tinggi Negeri dan memikirkan anak-
anaknya di rumah karena tidak ada yang mengurusi
Data Objektif:
- ekspresi wajah tampak sedih
- tampak banyak bicara dan lebih dominan
- tampak gelisah
- keluar keringat berlebih
- kontak mata kurang
6040-Terapi relaksasi
Keterangan:
Sebelum intervensi
Sesudah intervensi
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
A. Identitas Personal