Anda di halaman 1dari 80

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


ANSIETAS YANG MENGALAMI TB PARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NURMA HARLIANTI
1106006303

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI
DEPOK
JUNI 2016

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


ANSIETAS YANG MENGALAMI TB PARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

NURMA HARLIANTI
1106006303

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI
DEPOK
JUNI 2016

ii

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


iii

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


iv

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ansietas yang Mengalami TB
Paru” dengan penuh keteguhan hati. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners
pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa profesi sampai pada pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
(2) Ibu Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Koordinator Mata Ajar
Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah memberikan banyak informasi selama
penyususnan Karya Ilmiah Akhir Ners.
(3) Ibu Dr. Mustikasari, S.Kp., M.A.R.S. selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu dan
masukan yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini.
(4) Bapak I Ketut Sudiatmika, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen penguji yang
telah memberikan banyak masukan yang bermanfaat untuk perbaikan
penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
(5) Ibu Ns. Cilik Ratnaningrum, S.Kep selaku pembimbing klinik, sekaligus
penguji yang telah memberikan ilmu selama praktik dan masukan-masukan
yang bermanfaat pada saat menguji penulis.
(6) Ibu Ns. Yuyun Yusnipah, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis praktik di Ruang Bisma
RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
(7) Seluruh Staf dan Perawat Ruang Bisma RS Dr. H. Marzoeki Mahdi yang

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


telah memberikan kesempatan dan mendukung sepenuhnya selama
melaksanakan praktik di ruangan.
(8) Ibu Iis Widaningsih, Bapak Syarif Hidayat, dan Kakak Wira Hadiyatna
tersayang selaku orang tua dan kakak yang selalu mendoakan dan
mendukung penulis selama menyelesaikan masa pendidikan profesi serta
memberikan bantuan dukungan moral maupun finansial.
(9) Teman-teman satu bimbingan Kak Maela, Kak Faiqa, dan Julyarni yang
saling memberikan dukungan, motivasi, dan semangat selama proses
penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
(10) Teman-teman satu kelompok paraktik profesi KKMP Jiwa dan Manajemen
Keperawatan di Ruang Bisma, Lydia, Kartika, Jenita, Lina, Kak Maela, Kak
Faiqa, dan Julyarni yang tidak pernah bosan untuk saling memberikan
semangat.
(11) Teman-teman satu kelompok praktik profesi dari stase awal hingga stase
sebelum peminatan, Citra, Kak Kiki yang selalu menjadi tempat berbagi
cerita, motivasi, dan keluh kesah selama satu tahun ini.
(12) Seluruh teman-teman profesi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Teman-teman seperjuangan yang memiliki semangat yang luar
biasa untuk menyelesaikan profesi ini.
(13) Sahabat-sahabat tersayang Yeni, Nurullah, Wulan, Shofura, Selvyyanny,
Rani, Siti, Anggita, Sitta, dan Elvyna yang telah banyak memberikan
dukungan, motivasi, dan keceriaan sejak menempuh pendidikan perkulihan
hingga pada tahap penyelesaian profesi ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhir kata, penulis
berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juni 2016


Penulis
vi

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


vii

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


ABSTRAK

Nama : Nurma Harlianti


Fakultas : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ansietas yang
Mengalami TB Paru

Masalah fisik sering sekali disertai dengan masalah psikososial. Salah satu
masalah psikososial yang sering muncul adalah ansietas yaitu perasaan tidak
nyaman dan kekhawatiran, sering sekali penyebabnya tidak diketahui. Karya
ilmiah ini melaporkan hasil asuhan keperawatan klien dengan ansietas yang
menderita TB paru. Implementasi keperawatan dilakukan selama enam hari
perawatan berupa teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari dan
kegiatan spiritual. Hasil berdasarkan respon verbal dan nonverbal klien teknik
tersebut dapat efektif menurunkan ansietas sehingga peran perawat sangat penting
dalam menerapkan aspek psikososial sebagai bagian dari keperawatan yang
holistik.

Kata kunci: ansietas, asuhan keperawatan, tuberkulosis paru

viii
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


ABSTRACT

Name : Nurma Harlianti


Faculty : Nursing
Title : Nursing Care to Client with Anxiety Who Suffer from Tuberculosis

Physical problems often accompanied by psycosocial problems. One of the


psycosocial problem is anxiety which psycosocial problems signed by discomfort
and worry feeling and the cause is often unknown. The objective of this paper is to
report the results of nursing care to client with Tuberculosis. Implementation of
nursing care was given during six days, such as deep breathing relaxation,
distraction, five fingers relaxation, and spiritual activity. Results of this
implementation is based on client’s verbal and nonverbal response showed that
those techniques could effectively decrease anxiety so that role of nurse is
important to apply psychosocial aspect as holistic nursing care.

Keywords: anxiety, nursing care, tuberculosis

ix
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................... vi
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Aplikatif .............................................................................. 8
1.4.2 Manfaat Keilmuan ............................................................................. 8
1.4.3 Manfaat Penelitian Lebih Lanjut ....................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10


2.1 Konsep dan Teori Perkotaan ....................................................................... 10
2.1.1 Masyarakat Perkotaan........................................................................ 10
2.1.2 Masalah Kesehatan pada Masyarakat Perkotaan ............................... 11
2.2 Ansietas pada Masyarakat Perkotaan ........................................................... 11
2.2.1 Definisi Ansietas ............................................................................... 11
2.2.2 Tingkatan dan Tanda-tanda Ansietas ................................................ 12
2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Ansietas....................................................... 14
2.3 Tuberkulosis Paru pada Masyarakat Perkotaan ........................................... 15
2.3.1 Definisi TB Paru ................................................................................ 15
2.3.2 Etiologi, Patogenesis, dan Patofisiologi TB Paru .............................. 15
2.3.3 Tanda dan Gejala TB Paru................................................................. 17
2.4 Intervensi Keperawatan Ansietas pada klien TB Paru ................................. 18

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN ..................................................... 20


3.1 Hasil Pengkajian ......................................................................................... 20
3.2 Masalah Keperawatan ................................................................................. 23
3.3 Diagnosis Keperawatan .............................................................................. 23
3.4 Intervensi Keperawatan............................................................................... 23
3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan ...................................... 24
x
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 27
4.1 Analisis Masalah Keperawatan ................................................................... 27
4.2 Analisis Intervensi Keperawatan ................................................................ 30
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Keperawatan ............................................. 33

BAB 5 PENUTUP............................................................................................. 35
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 35
5.2 Saran ........................................................................................................... 35
5.2.1 Aplikasi Keperawatan........................................................................ 35
5.2.2 Keilmuan Keperawatan ..................................................................... 36
5.2.3 Penelitian Keperawatan ..................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37

xi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial


Lampiran 2 Analisa Data
Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 Evaluasi Ansietas
Lampiran 5 Catatan Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

xii
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan beberapa data dan fenomena yang terjadi sehingga
mendukung penulis dalam mengangkat judul Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Rumusan masalah juga dipaparkan sebagai ringkasan latar belakang yang
dikaitkan dengan kasus yang dialami oleh klien kelolaan. Selain itu, tujuan dan
manfaat penulisan juga diuraikan secara rinci dalam bab ini.

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia saat ini mengalami laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di
kawasan perkotaan. Hal ini ditunjang dengan maraknya pembangunan di kawasan
perkotaan dan memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya kawasan
perkotaan tersebut menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari
pekerjaan dan bertempat tinggal. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan
berdasarkan data Susenas 2014 dan 2015 jumlah penduduk Indonesia saat ini
mencapai 254,9 juta jiwa dengan jumlah penduduk di perkotaan tahun 2015
sebanyak 126,3 juta jiwa. Pertambahan penduduk dari 2014 ke 2015 di perkotaan
lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Tercatat, pertambahan penduduk di
perkotaan mencapai 1,75% sementara di perdesaan 0,52%. Kawasan perkotaan
dicirikan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk
yang tinggi (Fathonah, 2014). Pembangunan yang pesat dan pertumbuhan
penduduk yang tinggi dapat memunculkan masalah-masalah baru yang berada di
perkotaan.

Masalah yang ditimbulkan terjadi di berbagai aspek kehidupan seperti pada


masalah ekonomi, sosial, peningkatan jumlah penduduk, serta perubahan
lingkungan. Hal ini yang menimbulkan masalah-masalah seperti pengangguran,
sempitnya lahan untuk pemukiman, dan polusi udara yang akan berdampak
kepada penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah urban atau perkotaan
(Kemenkes, 2012). Masalah kesehatan perkotaan disebabkan oleh perubahan gaya
atau perilaku hidup dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu akibat dari hal
tersebut yaitu munculnya wabah penyakit di daerah urban seperti kejadian

1
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


2

penyakit menular (Efendi & Makhfudli, 2009). Salah satu penyakit menular
tersebut adalah penyakit yang berbasis lingkungan seperti Tuberkulosis paru (TB
paru).

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia


salah satunya di Indonesia. TB paru merupakan penyebab kematian ketiga
terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernapasan, serta merupakan penyebab kematian nomor satu terbesar dalam
kelompok penyakit infeksi. World Health Organization (WHO) tahun 2014
melaporkan sejumlah 9,6 juta penduduk di dunia menderita TB paru dengan
angka mortalitas sekitar 1,5 juta penduduk. Setiap detik ada satu orang yang
terinfeksi TB di dunia ini dan dalam dekade mendatang tidak kurang dari
300.000.000 orang akan terinfeksi TB (Munir, Nawas, & Soetoyo, 2010). Di level
global, situasi penyakit TB semakin memburuk, jumlah kasus penyakit TB
meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara
yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah penyakit tuberkulosis
besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO
mencanangkan penyakit tuberkulosis sebagai kedaruratan dunia (global
emergency) (Kemenkes RI, 2012).

Penyakit TB merupakan masalah yang besar bagi negara berkembang termasuk


Indonesia. WHO (2006), menyatakan bahwa penyakit TB menyerang semua
golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada
golongan sosial ekonomi rendah saja. Tahun 2006 Indonesia pernah menempati
urutan ketiga di dunia untuk jumlah kasus TB paru setelah India dan China. Saat
ini Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara dengan
kasus TB paru tertinggi di dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria
(WHO, 2010). Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2010 terdapat lima provinsi yang memiliki angka prevalensi tertinggi TB paru
yaitu Papua 1.441 per 100.000 penduduk, Banten 1.282 per 100.000 penduduk,
Sulawesi Utara 1.221 per 100.000 penduduk, Gorontalo 1.200 per 100.000
penduduk, dan DKI Jakarta 1.032 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2010).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


3

Data dari hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang
didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan adalah 0,4 persen, tidak berbeda
dengan tahun 2007. Peningkatan prevalensi tertinggi saat ini dialami oleh
penduduk di provinsi Jawa Barat 0,7%, Papua 0,6%, DKI Jakarta 0,6%, Gorontalo
0,5%, dan Papua Barat 0,4% (Riskesdas, 2013). Hasil perbandingan prevalensi
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010
dan 2013 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat saat ini menempati urutan
pertama jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia.

Provinsi Jawa Barat, persentase pasien TB Paru BTA positif terhadap suspek TB
Paru sebesar 11,5%, dengan kasus TB Paru BTA positif sebanyak 29.413 kasus
(Dinkes Jawa Barat, 2008). Di tahun 2011 terdapat 34.658 kasus tuberkulosis di
Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah terbesar terjadi di Kabupaten Bogor sebanyak
3.835 kasus (Dinkes Jawa Barat, 2012). Penyakit TB banyak menyerang pada
individu golongan usia produktif. Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada
orang dewasa yang telah mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil dan tidak
ditangani dengan baik (Rusnoto, 2008). Prevalensi Nasional TB tahun 2010,
berdasarkan diagnosis cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia
dimana angka tertinggi berada pada kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 1,3%
dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun sebanyak 0,3% (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Profil Kesehatan Provisnsi Jawa Barat
tahun 2012 juga menunjukkan prevalensi yang meningkat pada kelompok usia
yang menderita TB di ruang Rawat Inap Rumah yaitu kelompok usia 15-44 tahun
sebanyak 2,23 % meningkat pada usia 45-75 tahun sebanyak 3,46%. Diperkirakan
seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4
bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal dunia akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis,
TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2009).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


4

Stigma seringkali melekat pada masalah-masalah kesehatan, termasuk masalah


TB. Stigma adalah atribut yang sangat luas yang dapat membuat individu
kehilangan kepercayaan dan dapat menjadi suatu hal yang menakutkan (Goffman
dalam Major & O’Brien, 2005). Link dan Phelan (dalam Teresa, 2010) juga
menjelaskan bahwa stigma adalah pikiran dan kepercayaan yang salah. Alasan
mengapa bisa muncul stigma pada penderita TB diantaranya karena penularannya,
pengetahuan yang kurang tepat akan penyebabnya dan perawatannya (Kipp,
2011). Stigma yang berhubungan dengan penyakit berdampak negatif terhadap
pencegahan, prosedur pelayanan, dan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan
pada penyakit tersebut (Cramm & Nieboer, 2010). Stigma yang negatif di
masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi terhadap penderita TB sehingga
berdampak pada masalah psikososialnya, karena akibat stigma tersebut banyak
masyarakat yang enggan untuk berinteraksi dengan penderita bahkan juga dengan
keluarga penderita.

Brakel (2005) menyebutkan bahwa stigma dapat menyebabkan stress psikologis,


depresi, dan ketakutan. Selain masalah stigma yang melekat di masyarakat,
kondisi kesehatan penderita TB yang menurun juga dapat berdampak pada
psikososialnya. Salah satu dampak psikososial yang dirasakan oleh penderita TB
adalah Ansietas. Ansietas atau kecemasan merupakan kondisi kejiwaan ketika
seseorang merasakan adanya kegelisahan, ketakutan, ataupun pikiran dan firasat
yang buruk (Sadock, B.J. & Sadock V.A, 2007). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ginting (2007) di RS Persahabatan Jakarta didapatkan hasil bahwa
sebanyak 12 dari 60 pasien TB (20%) menderita gangguan jiwa, dan gangguan
jiwa tersebut bervariasi seperti episode depresi, ansietas menyeluruh dan
gangguan panik. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, Indonesia menunjukkan
prevalensi gangguan mood seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari populasi orang dewasa (Depkes, 2010). Kondisi kecemasan yang
dialami penderita TB dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan, kekhawatiran
atau ketakutan terkait kondisi kesehatannya. Hal ini jelas akan membuat penderita
menjadi tidak fokus dan kurang mampu berpikir positif dan realistis.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


5

Doenges, Moorhouse, dan Murr (2010) menyebutkan bahwa seseorang yang


mengalami TB paru akan menunjukkan gejala-gejala psikologi seperti merasa
stres berkepanjangan, tidak ada harapan dan putus asa, penderita mungkin
menunjukkan penyangkalan khususnya pada fase awal penyakit, kecemasan,
ketakutan, cepat marah, ceroboh dan terjadi perubahan mental pada tahap lanjut.
Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa terdapat 47 orang
dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan 23 orang berada di
tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri
(2013) menunjukkan bahwa kondisi fisik berpengaruh terhadap munculnya
ansietas pada penderita TB paru di Ruang Rawat Gayatri RSMM. Berdasarkan
dua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah fisik yang dialami
oleh seseorang akan menimbulkan ansietas karena adanya perubahan atau
kehilangan fungsi fisik. Masalah psikososial yang dialami penderita TB tidak
boleh diabaikan berlarut-larut karena dapat berkembang menjadi kondisi yang
semakin buruk bagi penderita TB itu sendiri.

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan


dengan memandang klien secara holistik dalam upaya meningkatkan status
kesehatan, tidak hanya berfokus pada masalah fisik yang timbul akibat penyakit
klien tetapi juga harus peka terhadap masalah psikososial seperti ansietas.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi ansietas pada
penderita TB paru dapat dilakukan dengan menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam dan distraksi. Teknik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan
(Smeltzer & Bare, 2011). Sementara itu, teknik distraksi dilakukan dengan cara
mengalihkan perhatian terhadap ansietas kepada hal-hal lain yang menenangkan
(Tamsuri, 2007). Selain kedua teknik tersebut, intervensi yang diberikan untuk
mengatasi ansietas adalah melakukan kegiatan spiritual dengan memilih kegiatan
keagamaan yang membuat perasaan tenang dan damai. Kegiatan spiritual dapat
membentuk kepercayaan bahwa segala stressor akan dapat dihadapi dengan baik,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


6

seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011).
Kemudian cara berikutnya adalah hipnosis lima jari. Menurut Muarfio (2004)
dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari
dapat menurunkan ansietas.

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor merupakan salah satu
rumah sakit pemerintah yang khusus memberikan pelayanan kesehatan jiwa,
namun sejak tahun 2009 rumah sakit ini mulai membuka pelayanan untuk ruang
perawatan umum. Salah satu ruang perawatan umum yang terdapat di RSMM
yaitu ruang Bisma yang merupakan ruang kelas satu. Berdasarkan hasil observasi
penulis saat menjalani praktik di ruang Bisma menunjukkan bahwa terdapat 12
kasus TB selama bulan April-Juni 2016. Pasien yang terdiagnosis TB rata-rata
tergolong kelompok usia produktif yaitu sebanyak 5 dari 12 pasien pengobatannya
tidak tuntas sisanya baru diketahui menderita TB setelah didapatkan hasil BTA
positif. Banyaknya klien yang terdiagnosis TB paru di Ruang Bisma ini seringkali
ditemukan masalah-masalah psikososial diantaranya yang tersering adalah
ansietas. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis selama praktik di Ruang Bisma
ini.

Asuhan keperawatan untuk masalah psikososial khususnya ansietas telah di


tegakkan di Ruang Bisma ini. Namun, berdasarkan hasil observasi penulis
menggambarkan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan pada klien yang
mengalami ansietas belum sepenuhnya optimal dilakukan oleh perawat di Ruang
Bisma. Intervensi yang dilakukan masih berfokus pada masalah fisik yang timbul
akibat penyakit klien, walaupun penetapan diagnosa ansietas sudah dapat
ditegakkan. Pada pelaksanaannya perawat masih belum menerapkan teknik-teknik
yang diajarkan kepada klien untuk mengurangi kecemasan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan. Atas dasar ini, penulis tertarik untuk membahas kasus
tentang ansietas pada klien TB paru yang dialami oleh Bapak I sebagai klien
kelolaan untuk mengimplementasikan rangkaian strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan ansietas, yang mencakup teknik relaksasi napas dalam, teknik
distraksi, teknik hipnotis lima jari, dan kegiatan spiritual.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


7

1.2 Rumusan Masalah


Indonesia saat ini mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat di kawasan
perkotaan karena maraknya pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan
ekonomi sehingga penduduk banyak yang berdatangan untuk mencari pekerjaan
dan bertempat tinggal. Pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi dapat memunculkan masalah-masalah baru yang berada di perkotaan
termasuk masalah kesehatan. Masalah kesehatan perkotaan disebabkan oleh
perubahan gaya atau perilaku hidup dan kondisi lingkungan sekitar. TB paru
merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan perkotaan. Saat
ini Indonesia menempati urutan kelima negara dengan kasus TB paru tertinggi di
dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Selain itu Jawa Barat
sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia saat ini menempati urutan pertama
jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia. Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Bogor sebagai salah satu rumah sakit besar di Jawa Barat menunjukkan bahwa
terdapat 12 kasus TB selama bulan April-Juni 2016 khususnya di Ruang Bisma.
Data tersebut berdasarkan observasi penulis selama praktik di ruangan tersebut.

TB Paru sebagai masalah kesehatan perkotaan seringkali menyebabkan masalah


psikososial seperti ansietas. Kondisi kecemasan atau ansietas yang dialami
penderita TB dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan, kekhawatiran atau
ketakutan terkait kondisi kesehatannya. Stigma yang berkembang di masyarakat
perkotaan dan kondisi kesehatan fisik yang menurun pada penderita TB paru juga
menjadi penyebab ansietas yang muncul selama proses perawatan. Dalam hal ini,
perawat memiliki peranan penting dalam memandang klien secara holistik tidak
hanya berfokus pada masalah fisik yang timbul akibat penyakit klien tetapi juga
harus peka terhadap masalah psikososial seperti ansietas. Penanganan masalah
ansietas pada penderita TB dapat dilakukan dengan merujuk pada strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial diantaranya dengan teknik
relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, teknik hipnotis 5 jari dan kegiatan
spiritual. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk membahas apakah penanganan
masalah ansietas dengan teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, teknik

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


8

hipnotis 5 jari dan kegiatan spiritual mampu untuk mengurangi ansietas pada klien
dengan TB paru.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah memberikan
gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas yang mengalami TB
paru.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut:
a. Teridentifikasinya gambaran asuhan keperawatan ansietas pada Bapak I yang
mengalami TB paru
b. Diperolehnya analisis intervensi keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
terkait ansietas pada Bapak I yang mengalami TB paru
c. Diperolehnya hasil evaluasi dari implementasi keperawatan ansietas pada
Bapak I yang mengalami TB paru

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.4.1 Manfaat Aplikatif
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemberian
asuhan keperawatan berdasarkan dampak psikososial yang timbul karena penyakit
yang diderita klien dengan TB paru. Serta diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam peningkatan mutu pelayanan rawat inap dalam merespon masalah
psikososial yang dialami oleh klien penderita TB paru. Penulis juga berharap hasil
analisis praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini dapat dijadikan
panduan oleh perawat dalam memberikan intervensi keperawatan ansietas,
khususnya pada klien dengan penyakit TB paru di ruang perawatan umum.

1.4.2 Manfaat Keilmuan


Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengembangan
ilmu keperawatan di lahan praktik khususnya dalam memberikan gambaran

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


9

asuahan keperawatan ansietas pada klien dengan masalah kesehatan perkotaan TB


paru. Penulis juga mengharapkan bahwa hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners
ini dapat dipakai dan dikembangkan sebagai sumber materi pembelajaran di ranah
keilmuan keperawatan jiwa.

1.4.3 Manfaat Penelitian Lebih Lanjut


Hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
penemuan baru terkait masalah psikososial yang muncul dari masalah fisik yang
dialami di ruang perawatan umum, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi
bagi para peneliti yang tertarik untuk mengembangkan penelitian terkait
intervensi keperawatan ansietas, khususnya pada pasien dengan penyakit TB paru.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai teori dan konsep yang terkait dengan penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Beberapa teori dan konsep yang dibahas meliputi
konsep dan teori perkotaan, masalah psikososial ansietas pada masyarakat
perkotaan, Tuberkulosis Paru pada masyarakat perkotaan dan intervensi
keperawatan ansietas pada klien TB Paru.

2.1 Konsep dan Teori Perkotaan


2.1.1 Masyarakat Perkotaan
Masyarakat didefinisikan sebagai sekelompok manusia dalam suatu wilayah yang
memiliki rasa persatuan, kebiasaan, dan tradisi yang sama (Soelaeman, 2008).
Perkotaan dipersepsikan sebagai tempat adanya kesempatan untuk mendapatkan
hidup yang lebih baik dengan banyaknya kesempatan yang ditawarkan, gaji yang
lebih tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik (Bhatta, 2010).
Masyarakat perkotaan merupakan massa yang didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik (Hidayati, 2009).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat
perkotaan merupakan sekelompok massa yang menempati suatu wilayah yang
sama-sama memiliki keinginan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Stanhope & Lancaster (2014) menjelaskan masyarakat perkotaan memiliki


perbedaan karakteristik jika dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.
Perbedaan tersebut terlihat dari perkotaan dikenal memiliki akses fasilitas umum
yang mudah, jumlah penduduk yang lebih padat, dan sebagaian besar penduduk
termasuk ke dalam tahap usia dewasa produktif dengan tingkat pendidikan formal
lebih banyak dibandingkan di pedesaan. Menurut Soelaeman (2009), beberapa
karakteristik masyarakat perkotaan di antaranya (1) lebih mendahulukan
kepentingan individu atau individualis, (2) menganggap materi sebagai sesuatu
yang sangat penting atau materialistis, (3) memiliki pemikiran yang kritis, (4)
memiliki pendidikan yang tinggi, serta (5) memiliki tuntuan hidup yang tinggi.

10

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


11

2.1.2 Masalah Kesehatan pada Masyarakat Perkotaan


Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan yang terjadi di Indonesia
berhubungan erat dengan pertambahan dan kepadatan penduduk (Efendi &
Makfudli, 2009). Pertambahan dan kepadatan penduduk mempengaruhi
munculnya kesehatan masalah perkotaan. Permasalahan masyarakat di daerah
perkotaan sangat kompleks yang dapat berdampak pada masalah ekonomi, sosial,
peningkatan jumlah penduduk, serta perubahan lingkungan. Masalah-masalah
yang muncul antara lain adalah pengangguran, sempitnya lahan untuk
pemukiman, dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan derajat
kesehatan masyarakat di daerah perkotaan (Kemenkes, 2012). Selain itu, masalah
kesehatan perkotaan juga dihadapkan pada beberapa faktor diantaranya
lingkungan, perilaku, dan akses pelayanan kesehatan serta kependudukan
(Kemenkes, 2013). Lingkungan fisik yang turut berpengaruh meliputi air, udara,
cuaca, iklim, perumahan, serta sampah di daerah perkotaan. Faktor lingkungan
fisik apabila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah
kesehatan perkotaan berupa penyakit menular atau penyakit infeksi. Berdasarkan
data Kementrian Kesehatan, proporsi penyakit infeksi di perkotaan penyebab
kematian terbesar adalah penyakit sistem pernapasan, seperti tuberkulosis (6,3%),
penyakit hati (4%), dan peneumonia (3,3%) (Fathonah, 2014)

2.2 Ansietas pada Masyarakat Perkotaan


Ansietas merupakan salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering terjadi
pada masyarakat perkotaan. Penulis akan menjabarkan definisi ansietas beserta
tingkatan dan tanda-tandanya. Selain itu, faktor-faktor penyebab ansietas pada
masyarakat perkotaan juga dijabarkan lebih lanjut.

2.2.1 Definisi Ansietas


Ansietas dapat dirasakan oleh setiap individu yang biasanya ditandai oleh
perasaan khawatir akan ancaman dari luar. Perasaan gelisah dari ketidaknyamanan
yang tidak jelas atau rasa takut yang diikuti dengan respon autonomik yang
biasanya disebabkan oleh suatu hal yang tidak spesifik atau tidak diketahui
individu (NANDA, 2015). Selanjutnya, ansietas juga didefinisikan sebagai respon

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


12

dari stimulus internal maupun eksternal yang memunculkan perubahan kognitif,


emosi, perilaku, serta gejala-gejala fisik yang dapat terlihat (Videbeck, 2011).
Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan
perasaan khawatir yang dialami setiap individu yang memunculkan berbagai
perubahan kognitif, emosi, perilaku dan gejala fisik.

2.2.2 Tingkatan dan Tanda-tanda Ansietas


Videbeck (2008) membagi ansietas menjadi empat tingkatan, meliputi (1) ansietas
ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus, (2) ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu
bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau
agitasi, (3) ansietas berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress, serta (4) panik merupakan keadaan
individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol,
maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Selanjutnya,
tanda-tanda ansietas berbeda pada masing-masing tingkatan ansietas. Tanda-tanda
tersebut dikelompokkan dari segi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial.

Individu yang mengalami ansietas ringan dapat menunjukkan tanda-tanda


kognitif, seperti respon cepat terhadap stimulus, motivasi belajar tinggi, pikiran
logis, dan orientasi baik. Selain itu, tanda-tanda yang dapat terjadi secara afektif,
antara lain ideal diri tinggi dan penguasaan diri tergesa-gesa. Ansietas ringan juga
ditunjukkan oleh tanda-tanda fisiologis yang masih normal. Perilaku individu
yang mengalami ansietas ringan juga dapat ditunjukkan dengan komunikasi yang
koheren dan cenderung kreatif, meskipun secara sosial masih memerlukan orang
lain. Secara umum, tanda-tanda ansietas ringan masih mengarah kepada hal positif
dan memberikan efek membangun kepada individu yang mengalaminya
(Mallapiang, 2003).

Individu yang mengalami ansietas sedang menunjukkan tanda-tanda kognitif


seperti lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap
stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


13

pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. Perubahan fisiologis yang terjadi


pada ansietas sedang dapat ditunjukkan dengan adanya ketegangan otot sedang,
tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-
mandir, memukul tangan, suara berubah, bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan
dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, dan
nyeri punggung. Gerakan tidak terarah, komunikasi inkoheren, dan penurunan
produktivitas juga dapat menjadi tanda-tanda ansietas secara perilaku. Kemudian,
individu yang mengalami ansietas sedang masih memerlukan orang lain secara
sosial (Videbeck, 2008)

Selanjutnya, individu yang mengalami ansietas berat akan menunjukkan tanda-


tanda kognitif seperti lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah,
sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan
informasi, hanya memperhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, dan
egosentris. Secara fisiologis perubahan yang dapat terlihat diantaranya ketegangan
otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,
bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang
menegang, mengertakan gigi, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, dan
gemetar (Videbeck, 2008). Individu yang mengalami ansietas sedang juga dapat
menunjukkan beberapa perilaku seperti agitasi, bicara cepat, dan penurunan
produktivitas. Secara afektif, tanda-tanda yang ditunjukkan dapat berupa perasaan
bingung dan bersalah. Sementara itu, perubahan sosial yang dapat terjadi adalah
penurunan interaksi sosial (DeLaune & Ladner, 2011; Stuart, 2009).

Panik merupakan tingkatan ansietas yang paling berat. Secara kognitif, tanda-
tanda panik dapat berupa persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham,
ilusi mungkin terjadi. Perubahan fisiologis dapat ditandai oleh ketegangan otot
sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter berkurang dan
wajah menyeringai, mulut ternganga. Selanjutnya, tanda-tanda individu yang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


14

mengalami panik dapat ditunjukkan dengan aktivitas motorik kasar yang


meningkat, komunikasi yang inkoheren, serta perilaku yang tidak produktif.
Individu juga cenderung untuk menarik diri apabila sudah mengalami panik
(Stuart, 2009; Videbeck, 2008).

2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Ansietas pada Masyarakat Perkotaan


Faktor penyebab yang mampu menyebabkan terjadinya ansietas menurut NANDA
(2015) dan Keliat (2007) meliputi: 1) Konflik tujuan hidup; 2) Paparan terhadap
toksin (racun); 3) Riwayat ansietas dari keluarga; 4) Herediter; 5) Penularan antar
individu; 6) Perubahan besar pada status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
fungsi peran, status peran; 7) Krisis Maturasi; 8) Krisis Situasional; 9) Stressor;
10) Penyalahgunaan zat; 11) Ancaman kematian; 12) Ancaman terhadap status
saat ini; 13) Kebutuhan yang tidak tercapai; 14) Konflik nilai; 15) Perasaan takut
tidak diterima dalam lingkungan tertentu; 16) Pengalaman traumatis (trauma
perpisahan, kehilangan atau bencana); 17) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan; 18) Ancaman terhadap integritas diri (ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar); 19) Ancaman terhadap
konsep diri.

Masalah fisik pada individu menjadi ancaman terhadap kesehatan sehingga dapat
menjadi faktor penyebab stres. Masalah fisik pada individu dapat dikaitkan
dengan gangguan pada salah satu atau lebih fungsi tubuh yang membutuhkan
perhatian medis. Penelitian yang dilakukan oleh Wolitzky-Taylor et al, (2010)
menunjukkan bahwa kondisi medis berpengaruh terhadap munculnya ansietas.
Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa terdapat 47 orang
dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan 23 orang berada di
tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Adapun penelitian lain yang dilakukan
oleh Kunik (2005) dijumpai 184 orang dari 556 pasien PPOK mengalami ansietas
berat. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
fisik yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan ansietas karena
ketidakmampuannya untuk mengatasi stres secara psikologis yang disebabkan
oleh penyakit.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


15

2.3 Tuberkulosis Paru (TB Paru) pada Masyarakat Perkotaan


TB Paru merupakan salah satu penyakit fisik yang seringkali menyebabkan
ansietas pada masyarakat perkotaan. Penulis menjabarkan terlebih dahulu definisi
dari TB Paru, beberapa penyebab terjadinya TB paru, patofisiologi TB paru, tanda
serta gejala dari TB paru.

2.3.1 Definisi TB Paru


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan parenkim
paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain (Smeltzer & Bare, 2010).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar memang kuman Tuberkulosis (TB)
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kemenkes,
2011). Organ tubuh lain yang dapat terserang TB seperti otak, kelenjar getah
bening, usus, dan ginjal (Werdhani, 2008). Berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa TB merupakan penyakit infeksi dan menular yang disebabkan
oleh masuknya Mycobacterium tuberculosis ke dalam tubuh dan dapat menyerang
bagian tubuh yang lain seperti otak, kelenjar getah bening, usus, dan ginjal.

2.3.2 Etiologi, Patogenesis dan Patofisiologi TB Paru


Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sebagain
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat
tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal tersebut terjadi
karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadi tuberkulosis aktif lagi.

Sumber penularan TB adalah penderita TB dengan hasil basil tahan asam (BTA)
positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi TB jika droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan (Umar, et al, 2005). Setelah kuman

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


16

tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut


dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Setiap individu berisiko mengalami infeksi TB laten,
tetapi ada beberapa orang yang berisiko tinggi menjadi penderita TB aktif, yaitu
perokok, tahanan penjara, dan tinggal di daerah yang sangat padat (Thorn, 2007).

Proses penularan TB diawali dengan fase TB primer. Setelah masuk ke paru, basil
berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini
disebut afek primer. Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe di hilus paru dan
menyebabkan limfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya
granuloma sel epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar
limfe hilus. Afek primer dan limfadenitis regionalis ini disebut kompleks primer
yang bisa mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, atau
membentuk fibrosis dan kalsifikasi (95%). Sekalipun demikian, kompleks primer
dapat mengalami komplikasi berupa penyebaran milier melalui pembuluh darah
dan penyebaran melalui bronkus. Penyebaran milier menyebabkan TB di seluruh
paru-paru, tulang, meningen, dan lain-lain, sedangkan penyebaran bronkogen
langsung ke bronkus dan bagian paru, dan menyebabkan bronkopneumonia
tuberkulosis. Penyebaran hematogen itu bersamaan dengan perjalanan TB primer
ke paru merupakan fase kedua. Infeksi ini dapat berkembang terus, dapat juga
mengalami resolusi dengan pembentukan jaringan parut dan basil selanjutnya
“tidur” (Karnadihardja, 2004).

Fase dengan kuman tidur ini yang disebut fase laten, fase 3. Basil yang tidur ini
bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfe hilus
dan leher, serta di ginjal. Kuman ini bisa tetap tidur selama bertahun-tahun,
bahkan seumur hidup (infeksi laten), tetapi bisa mengalami reaktivasi bila terjadi
perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, misalnya pada tindakan bedah besar,
atau pada infeksi HIV. TB fase keempat dapat terjadi di paru atau di luar paru.
Dalam perjalanan selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


17

dengan meninggalkan fibrosis dan kalsifikasi, membentuk kavitas (kaverne),


bahkan dapat menyebabkan bronkiektasis melalui erosi bronkus (Karnadihardja,
2004).

Frekuensi penyebaran ke ginjal lebih sering. Kuman berhenti dan bersarang pada
korteks ginjal, yaitu bagian yang tekanan oksigennya relatif tinggi. Kuman ini
dapat langsung menyebabkan penyakit atau “tidur” selama bertahun-tahun.
Patologi di ginjal sama dengan patologi di tempat lain, yaitu inflamasi,
pembentukan jaringan granulasi, dan nekrosis pengejuan. Kemudian basil dapat
turun dan menyebabkan infeksi di ureter, kandung kemih, prostat, vesikula
seminalis, vas deferens, dan epididimis. Selanjutnya, penyebaran ke kelenjar limfe
paling sering ke kelenjar limfe hilus, baik sebagai penyebaran langsung dari
kompleks primer, maupun sebagai TB pascaprimer. TB kelenjar limfe lain
(servikal, inguinal, aksial) biasanya merupakan TB pascaprimer. Penyebaran ke
otak dan meningen juga melalui penyebaran hematogen setelah kompleks primer.
Berbeda dengan penyebaran di atas, penyebaran ke perikardium terjadi melalui
saluran limfe atau kontak langsung dari pleura yang tembus ke perikardium
(Karnadihardja, 2004).

2.3.3 Tanda dan Gejala TB Paru


Keluhan atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita TB sangatlah bervariasi.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk yang biasanya berlangsung lama dan
produktif berdurasi lebih dari 3 minggu (Price dan Wilson, 2005). Batuk ini
terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar (Amin & Bahar, 2006). Batuk dapat diikuti dengan
gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2011).
Panas badan penderita TB kadang-kadang dapat mencapai 40-41 ºC. Keluhan ini
sangat dipengaruhi berat atau ringannya infeksi kuman yang masuk. Pada
penderita TB juga ditemukan gejala sesak napas. Sesak napas dapat dijumpai pada

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


18

penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru (Amin & Bahar, 2006).

2.4 Intervensi Keperawatan Ansietas pada Klien TB Paru


Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien ansietas merujuk pada
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial. Intervensi keperawatan
pada pasien dengan ansietas memiliki tujuan untuk meningkatkan kenyamanan
psikologis dan fisiologis (Carpenito, 2009). Intervensi tersebut terdiri dari teknik
relaksasi dan teknik distraksi. Menurut Stuart dan Laria (2005), teknik relaksasi
dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan. Teknik relaksasi tersebut yaitu
dengan latihan nafas dalam. Latihan ini membuat tubuh menjadi lebih tenang dan
harmonis, serta mampu memberdayakan tubuh untuk mengatasi gangguan yang
menyerangnya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ghofur dan Purwoko
(2007) menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk
menurunkan tingkat ansietas pada Ibu persalinan kala 1. Sebelum dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam, tingkat kecemasan pasien berkisar panik, sedang,
ringan. Setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam, tingkat kecemasan menjadi
cemas ringan, sedang, berat. Hal ini berarti teknik relaksasi nafas dalam efektif
untuk menurunkan rasa nyeri pada pasien tersebut. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas
dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Smeltzer & Bare, 2002).

Selain itu, cara lain yang dilakukan untuk mengatasi ansietas adalah dengan
mengalihkan rasa cemas itu sendiri (Potter & Perry, 2004). Pengalihan rasa cemas
tersebut disebut dengan teknik distraksi. Ehrlich (2011) memaparkan bahwa
teknik distraksi dilakukan dengan melakukan kegiatan yang disukai klien sebagai
pengalihan. Distraksi untuk mengalihkan rasa cemas dapat dilakukan dengan
mendengarkan musik, menonton TV, mengobrol, atau melakukan hal-hal yang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


19

disukai (Potter & Perry, 2004; Kozier, 2004). Salah satu kegiatan distraksi untuk
mengatasi cemas dapat dilakukan dengan mendengarkan musik. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Buffum (2006) mengatakan bahwa mendengarkan
musik dapat mengurangi cemas dan penelitian yang sama dilakukan oleh David,
Bradshaw, Gary, dan Lee (2011) juga mengatakan bahwa musik apapun efektif
menurunkan cemas pada berbagai usia sekaligus mengatasi nyeri. Hal ini berarti
bahwa salah satu kegiatan distraksi yang dapat dilakukan menunjukkan bahwa
kegiatan tersebut mampu menurunkan kecemasan. Selanjutnya, kegiatan yang
dapat dilakukan untuk menurunkan ansietas adalah dengan kegiatan spiritual.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa spiritual dapat menurunkan level ansietas
(Moeini, Taleghani, Mehrabi, & Musarezaie, 2014). Kegitan spiritual dilakukan
dengan memilih kegiatan keagamaan yang membuat perasaan tenang dan damai.
Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa segala stressor akan
dapat dihadapi dengan baik, seiring dengan adanya bantuan dari Tuhan
(Maimunah & Retnowati, 2011).

Kemudian cara berikutnya adalah hipnosis lima jari. Menurut Muarfio (2004)
dengan membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari
dapat menurunkan kecemasan. Hipnosis lima jari menurunkan cemas dengan cara
menciptakan suatu sugesti kepada individu yang akan dihipnotis (Rusli & Wijaya,
2009). Menurut penelitian Maliya dan Anita (2011) terdapat pengaruh hipnosis
lima jari terhadap penurunan ansietas, dan penelitian yang dilakukan oleh Vickers
& Zolman (2012) hipnosis lima jari dapat menurunkan cemas dan meningkatkan
sugesti sehat. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan
membuktikan bahwa hipnosis lima jari cukup efektif menurunkan ansietas.
Hipnosis lima jari dilakukan pada posisi nyaman dan kondisi mata terpejam,
sambil menyentukan ibu jari ke jari-jari lainnya secara bergantian dan
membayangkan hal-hal yang berbeda pada setiap jarinya (McKay & Fanning,
2006). Jari telunjuk membayangkan ketika memiliki tubuh sehat. Jari tengah
membayangkan ketika bersama orang-orang yang disayangi. Jari manis
membayangkan ketika mendapat pujian dan jari kelingking membayangkan ketika
berada di tempat yang paling disukai.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN

Bab ini berisi penjabaran proses asuhan keperawatan pada Bapak I dengan
ansietas yang mengalami TB Paru yang telah dilakukan oleh penulis selama enam
hari, mulai tanggal 06-12 Mei 2016. Laporan kasus kelolaan dijabarkan secara
rinci berdasarkan proses keperawatan. Hal-hal yang dijabarkan meliputi hasil
pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, rencana intervensi keperawatan,
serta implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.

3.1 Hasil Pengkajian


Pengkajian dilakukan pada tanggal 6-7 Mei 2016. Klien bernama Bapak I berusia
51 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan keluhan
nyeri di bagian saluran kencing. Klien mengatakan nyeri pada saluran kencing
sudah dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu sebelum masuk RS dan sudah sempat
berobat ke RS sebelumnya namun belum ada perubahan. Diagnosis medis klien
saat masuk adalah ISK. Klien mengatakan rasa nyeri ini membuat sulit tidur.
Klien mengatakan rasa nyeri menjalar sampai ke pinggang, skala nyeri 6, nyeri
timbul walaupun saat sedang tidak bergerak. Nyeri seperti diremas dan berdenyut,
menetap serta terus menerus. Klien mengatakan tidak tahu penyebab nyeri saluran
kencing yang dirasakan dan sebelumnya tidak pernah merasakan nyeri seperti ini.

Selain nyeri, klien juga mengeluh demam turun naik sudah lebih dari 3 minggu
dan juga mengeluh batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama
lebih dari sebulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan utama saat ini adalah
nyeri pada saluran kencing, demam dan batuk yang terkadang muncul. Demam
terutama dirasakan sore menjelang malam hari disertai keringat dingin. Klien
mengatakan khawatir dengan kondisi penyakitnya karena nyeri yang tidak
berkurang dan juga sangat khawatir karena banyak gejala lain yang menyertainya.
Hal ini membuat klien terus memikirkannya sehingga mengalami sulit tidur dan
terkadang terpikir penyakit apa sebenarnya yang sedang dialami. Klien juga
khawatir terhadap hasil pemeriksaan rontgen paru dan USG ginjal, apakah parah
atau tidak.
20

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


21

Saat dikaji terhadap lingkungan rumah sekitar, klien mengatakan bahwa tempat
tinggal di daerah lingkungan rumahnya cukup padat karena jarak antar rumah
saling berdekatan. Selain itu, kurangnya pepohonan di daerah rumahnya membuat
polusi yang terkadang mengganggu. Klien mengatakan dalam beberapa bulan
terakhir tidak pernah mendengar tetangganya menderita sakit TB Paru, dan klien
juga tidak banyak mengetahui tentang hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang
terkena TB paru. Klien hanya menganggap bahwa jika sudah terkena sakit TB
paru berarti sudah sakit parah dan bisa berujung kematian. Isteri klien pernah
menceritakan bahwa pada awal tahun 2016 dirinya pernah mengalami batuk terus
menerus yang dirasa tidak wajar karena sudah lebih dari 3 minggu tidak sembuh.
Isteri klien juga mengungkapkan bahwa di lingkungan tempat kerjanya memang
sedang mewabah sakit batuk. Kemudian isteri klien langsung melakukan
pengobatan dan sembuh, namun hal yang sama juga terjadi pada klien yaitu batuk
terus menerus namun lebih lama. Klien takut jika hal itu yang membuat dirinya
tertular, karena kondisinya saat itu klien sedang mengalami sakit ISK yang
membuat kondisinya lemas dan ditambah dengan aktivitas dan makan yang tidak
terkontrol sehingga mudah tertular oleh penyakit lain.

Klien merupakan seorang guru di salah satu SMA ternama di Bogor. Isterinya
juga adalah seorang pegawai negeri di Jakarta. Klien memiliki 2 orang anak
perempuan yang masih duduk di bangku SD dan SMA. Kebutuhan sehari hari
puteri-puterinya hampir semuanya dipenuhi oleh klien dikarenakan isterinya sibuk
bekerja dan pulang larut malam karena lokasi tempat kerjanya yang jauh. Menurut
klien orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah isteri dan anak-anaknya. Di
lingkungan sekolah, klien merupakan salah satu guru yang sangat dibutuhkan oleh
siswa-siwanya karena merupakan guru BK di sekolah dan juga bertugas
membantu siswa-siswanya untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Selama di rawat di rumah sakit, klien tidak dapat pergi ke sekolah untuk bekerja.
Hal tersebut membuat klien gelisah karena memikirkan nasib siswa-siswanya
yang akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, isteri klien tetap
harus bekerja selama klien di rawat di rumah sakit, hal ini juga membuat klien

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


22

terus memikirkan anak-anaknya di rumah karena tidak ada yang mengurusi. Klien
menceritakan keluhannya hingga berkaca-kaca. Klien merasa bahwa sebagai
seorang guru dan kepala keluarga mengapa sakit-sakitan seperti ini. Terutama
yang dikhawatirkan jika hasil rontgen parunya terjadi sesuatu klien merasa
penyakitnya sangat parah. Klien seringkali menanyakan perkembangan
kondisinya, namun semakin tahu perkembangan penyakitnya maka klien semakin
takut.

Aktivitas fisik seperti olahraga diakui Bapak I tidak pernah dilakukan. Bapak I
menyebutkan seringkali makan di luar rumah, hanya saat sarapan saja makan di
rumah namun untuk makan siang dan sore jarang di rumah dan membeli makanan
dari luar rumah karena isterinya jarang memasak. Sehari-hari klien mengantarkan
puterinya ke sekolah lalu pergi bekerja. Klien menggunakan kendaraan bermotor
dalam berpergian dan mengatakan kurang memakai perlindungan diri seperti
masker. Kebutuhan tidur sering terganggu saat demam muncul di malam hari atau
ketika terasa nyeri. Klien juga mengalami kesulitan tidur karena memikirkan
kondisinya dan keluarganya. Pemenuhan eliminasi diakui klien memiliki masalah
terhadap miksinya yang sering sakit dan urinnya seringkali berwarna kuning pekat
seperti teh, pola miksi 3-5 kali per hari dan pola defekasi 1 kali per hari.

Hasil observasi selama wawancara, klien berpenampilan rapih, dan memakai baju
sesuai ukurannya. Klien tidak mengalami gangguan memori dan klien dapat
menceritakan kejadian masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi. Saat
berbicara, ekspresi wajah klien tampak sedih saat menceritakan apa yang menjadi
pikirannya saat ini, klien juga tampak banyak bicara dan lebih dominan. Klien
juga tampak gelisah, keluar keringat berlebih, sesekali meringis menahan nyeri
sambil memegang area perut bawah, dan kontak mata kurang. Klien tampak
sesekali batuk-batuk, saat di auskultasi terdengar bunyi ronchi di lapang paru
sinistra. Hasil radiologi Foto Thorax menunjukkan gambaran TB Paru, hasil BTA
(+), dan hasil laboratorium menunjukkan peningkatan pada LED (> 150 mm) dan
leukosit (19.730/mm3). Hasil TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 22 x/m,
Suhu 38oC.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


23

3.2 Masalah Keperawatan


Data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
validasi, didapatkan masalah keperawatan fisik dan psikososial. Masalah fisik
yang muncul yaitu nyeri akut, hipertermi dan bersihan jalan nafas tidak efektif.
Masalah psikososial yang muncul yaitu ansietas sedang. Pemberian asuhan
keperawatan penulis lebih banyak membahas masalah psikososial yang dialami
klien, namun masalah fisik klien tetap di intervensi.

3.3 Diagnosis Keperawatan


Berdasarkan data hasil pengkajian penulis didapatkan satu diagnosis psikososial
yang dialami klien yaitu ansietas. Setelah dilakukan analisa data penulis
menentukan core problem dari masalah psikososial yang dialami klien adalah
ansietas. Ansietas muncul karena nyeri yang tidak berkurang dan terhadap hasil
pemeriksaan rontgen paru yang dijalani klien serta gejala penyakit yang timbul
sehingga mengganggu aktivitas klien. Selain itu faktor sosial juga mempengaruhi
tingkat ansietas klien karena mempengaruhi fungsi perannya dan membuat klien
semakin kepikiran dan khawatir. Tanda gejala ansietas juga muncul sesuai dengan
tingkatan ansietas yaitu ansietas sedang. Selanjutnya, ansietas sedang sebagai
diagnosis utama yang diintervensi.

3.4 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh penulis mengacu pada strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan untuk diagnosis psikososial ansietas. Tindakan
mandiri keperawatan yang dilakukan adalah beberapa teknik yang bertujuan untuk
mengendalikan ansietas, di antaranya teknik relaksasi napas dalam, distraksi,
hipnotis lima jari, dan kegiatan spiritual. Teknik-teknik tersebut merupakan
bagian dari relaksasi dan distraksi yang dapat juga diterapkan untuk
mengintervensi masalah nyeri. Oleh karena itu, rencana asuhan keperawatan yang
dilampirkan hanya untuk diagnosis keperawatan utama, yaitu ansietas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


24

3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan


Implementasi dilakukan selama tujuh hari. Pertemuan pertama pada tahap awal
interaksi penulis melakukan pendekatan terapeutik untuk membina hubungan
saling percaya. Implementasi dilanjutkan dengan membantu pasien untuk
mengidentifikasi dan menguraikan perasaan klien saat sedang menghadapi
masalah, bersama dengan klien mengidentifikasi situasi yang membuat klien
ansietas, membantu klien mengidentifikasi perilaku akibat ansietas, dan
menjelaskan kondisi kesehatan klien saat itu. Teridentifikasinya penyebab
ansietas dan tanda-tanda ansietas pada saat pengkajian, menjadi dasar bagi penulis
untuk memberikan intervensi pada saat itu juga, sesuai dengan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan ansietas. Implementasi yang diberikan yaitu
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Pertemuan kedua penulis melakukan evaluasi perasaan klien terhadap kondisi


kesehatan dan juga menyakan keluhan klien pada saat itu, lalu penulis juga
mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan tarik napas dalam yang sudah
diajarkan sebelumnya, menganjurkan klien untuk mengulangi latihan tarik napas
dalam, memberikan reiforcement positive atas usaha klien mengulangi, dan
menjelaskan tentang terjadinya tanda dan gejala, serta penyebab ansietas. Penulis
juga memberikan kesempatan klien untuk bertanya atau bercerita tentang
kesehatannya. Selain itu, penulis juga berdiskusi dengan klien untuk menentukan
kegiatan distraksi yang dapat dilakukan di rumah sakit. Klien memilih untuk
menonton TV kesukaannya yaitu acara pertandingan bola

Pada pertemuan ketiga tindakan yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan


klien terhadap kondisi kesehatan, mengevaluasi kemampuan klien dalam
melakukan tarik napas dalam, memberikan reiforcement positive atas usaha klien
mengulangi. Selanjutnya melibatkan keluarga dalam latihan tarik napas dalam dan
menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam
melakukan latihan tarik napas dalam. Selanjutnya, melakukan diskusi dengan
klien untuk menentukan kegiatan spiritual yang dapat dilakukan di rumah sakit.
Klien memilih untuk berzikir dan sholat walaupun hanya mampu di tempat tidur.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


25

Pertemuan keempat implementasi yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan


klien terhadap kondisi kesehatan, menganjurkan klien untuk melakukan tarik
napas dalam, mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan untuk mengurangi
kecemasan, mengajarkan dan melatih hipnosis lima jari, memberikan reiforcement
positive atas usaha klien mengulangi, dan bersama dengan klien membuat jadwal
untuk melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Jadwal yang
sudah dibuat lalu dikomunikasikan kepada keluarga agar dapat memberikan
dukungan kepada klien dalam melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis
lima jari.

Pertemuan kelima dan keenam yang dilakukan yaitu mengevaluasi perasaan klien
terhadap kondisi kesehatan, mengevaluasi jadwal latihan tarik napas dalam dan
hipnosis lima jari, memberikan reiforcement positive, memotivasi klien untuk
melakukan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari sesuai jadwal, dan melibatkan
keluarga untuk mengingatkan klien untuk melakukan latihan tarik napas dalam
dan hipnosis lima jari. Selain itu juga memberikan discharge planning pada hari
keenam tentang TB Paru dan penggunaan masker yang tepat serta bagaimana
pengobatan di rumah.

Selain melakukan evaluasi secara keseluruhan pada dua hari rawat terakhir,
evaluasi verbal maupun nonverbal juga dilakukan setiap hari. Evaluasi subjektif
dan objektif juga selalu dilakukan pada fase terminasi. Secara umum, klien
memiliki kemampuan yang baik dalam menerima informasi, sehingga klien selalu
dapat menjelaskan dan mempraktikkan kembali teknik-teknik yang sudah
didiskusikan maupun dilatih bersama. Sementara itu, evaluasi validasi juga selalu
dilakukan pada fase orientasi, untuk mengetahui kemampuan yang sudah
diajarkan pada hari sebelumnya. Secara umum, klien selalu patuh menjalankan
planning yang sudah diberikan. Planning yang diberikan adalah meminta klien
untuk melakukan teknik-teknik yang sudah diajarkan sesuai dengan jadwal latihan
yang sudah disepakati dan pada saat ansietas kembali muncul. Evaluasi validasi
juga dilakukan untuk menilai perkembangan tanda-tanda ansietas pada klien.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


26

Hasil evaluasi secara umum menunjukkan bahwa klien mengalami ansietas setiap
hari dengan berbagai penyebab, di antaranya rasa nyeri pada saluran kencingnya,
gejala-gejala penyakit lain yang sering muncul dan pikiran-pikiran terkait kondisi
penyakitnya serta kondisi keluarganya. Intervensi berupa teknik pengendalian
ansietas cukup mampu untuk menghilangkan penyebab-penyebab ansietas
tersebut. Pertama, tanda-tanda ansietas yang muncul pada klien perlahan-lahan
dapat berkurang seiring dengan dilakukannya teknik-teknik yang telah diajarkan.
Hal tersebut didukung dengan pernyataan langsung dari klien bahwa dengan
teknik relaksasi nafas dalam bisa lebih tenang dan bisa tidur dengan nyaman.
Kedua, intervensi kolaborasi turut berpengaruh terhadap penurunan ansietas.
Klien diberikan medikasi analgetik dan penurun demam selama perawatan untuk
mengurangi nyeri pada saluran kencingnya dan demam yang terus menerus yang
dapat menyebabkan ansietas. Pemberian medikasi yang juga diiringi dengan
pengendalian teknik mengatasi ansietas membantu menurunkan tanda dan gejala
ansietas pada klien.

Hari keenam perawatan klien juga diberikan discharge planning sebelum klien
pulang ke rumah. Discharge planning yang diberikan kepada klien yaitu
menjelaskan tentang penyakit TB Paru, penggunaan masker yang tepat, dan
pengobatan yang harus dilakukan. Program latihan teknik-teknik pengendalian
ansietas juga turut dimasukkan dalam discharge planning untuk di rumah. Teknik
pengendalian ansietas yang paling nyaman dilakukan oleh klien selama di rumah
sakit adalah teknik relaksasi napas dalam. Oleh sebab itu, penulis memberikan
motivasi kepada klien untuk mengotimalkan tarik napas dalam sebagai cara untuk
menurunkan ansietas pada saat di rumah.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini berisi penjelasan dan analisis lebih lanjut terkait asuhan keperawatan yang
dilakukan kepada klien. Analisis dijabarkan dengan mengaitkan antara
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan berbagai teori dan hasil penelitan untuk
kemudian dianalisis berdasarkan konsep keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan. Hal-hal yang dijelaskan dan dianalisis lebih lanjut meliputi masalah
keperawatan, intervensi keperawatan, serta alternatif pemecahan masalah
keperawatan yang dilakukan pada klien di Ruang Bisma RS Marzoeki Mahdi
Bogor.

4.1 Analisis Masalah Keperawatan


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, TB paru merupakan
salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dengan angka mortalitas sekitar
1,5 juta penduduk. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia saat
ini menempati urutan pertama jumlah prevalensi TB terbanyak di Indonesia dan
jumlah terbesar terjadi di Kota Bogor sebanyak 3.835 kasus (Dinkes Jawa Barat,
2012). Klien kelolaan utama tinggal di daerah perkotaan, yaitu Kota Bogor
dimana kawasan perkotaan dicirikan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan
pertumbuhan penduduk yang tinggi (Fathonah, 2014). Daerah perkotaan yang
lebih padat penduduknya dibandingkan di pedesaan menimbulkan masalah-
masalah kesehatan karena disebabkan oleh perubahan gaya atau perilaku hidup
dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu akibat dari hal tersebut yaitu
munculnya wabah penyakit di daerah perkotaan seperti kejadian penyakit menular
yaitu TB paru yang merupakan penyakit berbasis lingkungan. Penularan TB
berawal dari percikan batuk atau bersin (droplet) dari seorang penderita TB
dengan hasil BTA positif yang kemudian terhirup oleh seseorang. Dengan kondisi
padatnya penduduk di lingkungan tempat klien tinggal, peluang kontak dengan
penderita TB paru lebih besar sehingga penularan akan cepat terjadi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang rentan akan
terpapar dengan penderita TB paru menular lebih tinggi pada wilayah yang padat
penduduknya (Karyadi et al, 2006).
27

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


28

TB Paru ditularkan melalui droplet yang mengandung kuman Mycobacterium


tuberculosis yang tidak hanya menyerang paru tetapi juga organ tubuh lain seperti
otak, kelenjar getah bening, usus, dan ginjal (Werdhani, 2008). Klien memiliki
masalah kesehatan TB Paru yang baru diketahuinya sejak di rawat di rumah sakit.
Klien merasakan gejala-gejala yang dirasa klien tidak wajar seperti demam terus
menerus terutama di malam hari disertai keringat dingin dan batuk yang sudah
dirasakannya sejak lebih dari sebulan sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya
klien masuk dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih (ISK) karena klien
sering mengeluhkan nyeri pada bagian saluran kencingnya dan urinnya berwarna
kuning pekat seperti teh. Data ini menunjukkan adanya penyebaran TB ke bagian
organ lain seperti yang dijelaskan oleh Karnadihardja (2004) bahwa frekuensi
penyebaran TB ke ginjal lebih sering. Kuman berhenti dan bersarang pada korteks
ginjal, yaitu bagian yang tekanan oksigennya relatif tinggi. Kuman ini dapat
langsung menyebabkan penyakit atau “tidur” selama bertahun-tahun. Patologi di
ginjal sama dengan patologi di tempat lain, yaitu inflamasi, pembentukan jaringan
granulasi, dan nekrosis pengejuan. Kemudian basil dapat turun dan menyebabkan
infeksi di ureter, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, vas deferens, dan
epididimis.

Masalah fisik yang dialami klien kelolaan memberikan dampak pada kondisi
psikososial yaitu klien merasa khawatir dengan kondisi penyakitnya dengan rasa
nyeri yang tidak kunjung sembuh pada saluran kencingnya dan gejala-gejala lain
yang menyertainya. Klien juga belum mengetahui jenis penyakit apa yang sedang
dideritanya sehingga klien cukup takut terhadap hasil pemeriksaan USG ginjal
dan rontgen toraks. Hasil penelitian Aamir & Aisha (2010) menunjukkan bahwa
terdapat 47 orang dari 65 penderita TB mengalami depresi dan ansietas, dengan
23 orang berada di tingkat ansietas dan depresi yang tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah fisik yang dialami oleh
seseorang akan menimbulkan ansietas karena adanya perubahan atau kehilangan
fungsi fisik sehingga membutuhkan perhatian medis (pemerikasaan penunjang)
untuk mengatasi masalah fisik tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wolitzky-Taylor et al, (2010) menunjukkan bahwa kondisi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


29

medis berpengaruh terhadap munculnya ansietas dan. Tanda dan gejala yang
dirasakan akibat respon suatu penyakit sehingga memunculkan ansietas juga
digambarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kunik (2005) dijumpai 184
orang dari 556 pasien PPOK mengalami ansietas berat karena sesak. Ansietas
yang dirasakan klien kelolaan merupakan respon psikologis terhadap adanya
ketidaknyamanan fisik akibat tanda dan gejala yang muncul dari suatu penyakit
yang belum diketahui oleh klien.

Klien mengatakan tidak tahu penyebab nyeri saluran kencing yang dirasakan dan
sebelumnya tidak pernah merasakan nyeri seperti ini. Klien mengatakan rasa nyeri
menjalar sampai ke pinggang, skala nyeri 6, nyeri timbul walaupun saat sedang
tidak bergerak. Nyeri seperti diremas dan berdenyut, menetap serta terus menerus.
Hasil observasi, klien sesekali tampak meringis menahan nyeri sambil memegang
area perut bawah. Pengalaman individu dalam menghadapi masalah atau bahaya
akan mempengaruhi proses timbulnya ansietas. Individu menggunakan
mekanisme pertahanan untuk mengontrol situasi, menurunkan ketidaknyamanan,
dan mengatasi masalah agar mengurangi ansietas (Videbeck, 2008). Hal ini
sejalan dengan yang dialami oleh klien yaitu, nyeri yang dialami menjadi sumber
stres sehingga muncul ansietas terhadap kondisi tubuh klien karena belum pernah
merasakan nyeri seperti ini sebelumnya.

Tanda dan gejala TB paru yang dialami klien seperti demam turun naik sudah
lebih dari 3 minggu dan juga mengeluh batuk terus menerus disertai dahak
berwarna putih selama lebih dari sebulan lamanya menunjukkan kesesuaian teori
dari tanda dan gejala TB Paru. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk yang
biasanya berlangsung lama dan produktif berdurasi lebih dari 3 minggu (Price dan
Wilson, 2005). Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2011). Kondisi ini membuat
klien harus menjalani beberapa hari perawatan di rumah sakit. Hal tersebut

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


30

menyebabkan beberapa masalah tersendiri bagi klien yang ternyata menjadi


pikiran dan menimbulkan ansietas selama berada di rumah sakit.

Ansietas yang dialami oleh klien bukan hanya karena masalah fisik tetapi juga
berkaitan dengan permasalahan sosial disebabkan oleh lamanya perawatan di
rumah sakit membuat klien tidak dapat pergi ke sekolah untuk bekerja. Hal
tersebut membuat klien gelisah karena memikirkan nasib siswa-siswanya yang
akan mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, isteri klien tetap harus
bekerja selama klien di rawat di rumah sakit, hal ini membuat klien merasa kurang
diurusi. Selain itu, hal lain yang juga semakin mengganggu pikirannya adalah
bagaimana kondisi anak-anaknya di rumah karena segala kebutuhan anak-anaknya
dipenuhi oleh klien. Klien berpikir bahwa selama di rawat disini tidak ada yang
mengurusi anak-anaknya di rumah. Berdasarkan hasil pengkajian predisposisi dan
presipitasi ansietas serta disesuaikan dengan tingkatan ansietas menurut Videbeck
(2008), klien kelolaan berada pada rentang ansietas sedang.

4.2 Analisis Intervensi Keperawatan


Penulis menggunakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial
ansietas selama merawat klien. Pertama penulis memperkenalkan diri,
memberikan kesempatan pada klien bercerita tentang kondisi kesehatannya untuk
mengevaluasi perasaan klien, lalu menentukan tingkat ansietas yang dirasakan
klien. Penulis juga melakukan beberapa teknik pengendalian ansietas, yaitu teknik
relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari, dan kegiatan spiritual.
Menurut Varcaolis dan Halter, (2010) tindakan keperawatan seperti memberikan
kesempatan klien untuk bercerita, mencari dengan eksplorasi serta klarifikasi,
memberikan suasana yang tenang, menyadari kecemasan klien, dan menjadi
pendengar yang baik dapat membantu klien untuk fokus menyelesaikan masalah.
Penulis juga turut memperhatikan kebutuhan dasar klien seperti menawarkan
posisi yang nyaman, sehingga dapat mengurangi ansietas yang dirasakan klien
karena gejala-gejala yang timbul.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


31

Teknik relaksasi napas dalam merupakan teknik pengendalian ansietas yang


penulis berikan pertama kali kepada klien pada hari pertama implementasi. Hal ini
dilakukan karena penulis menilai adanya tanda-tanda ansietas yang dirasakan
klien seperti nyeri, dan gelisah karena banyak hal yang sedang dipikirkan oleh
klien. Klien dapat memperagakan relaksasi napas dalam dengan cara dan posisi
yang tepat dan nyaman, yaitu klien memilih memposisikan dirinya dengan
berbaring di tempat tidur. Relaksasi napas dalam yang dilakukan dengan tepat
dapat merangsang tubuh untuk melepaskan endorphine, sehingga memberikan
kenyamanan (Smeltzer & Bare, 2011). Klien menyatakan perasaan lebih tenang
dan merasakan kenyamanan dari sebelumnya. Rasa nyeri yang sedang dirasakan
juga ikut berkurang setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam. Penulis juga
menilai bahwa tanda-tanda ansietas yang lain pada klien mulai berkurang seperti
menunjukkan ekspresi tenang, dan gelisah berkurang. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Hasan (2010) yang menunjukkan bahwa
terapi relaksasi efektif dalam dapat mengurangi ansietas dan juga penelitian lain
yang dilakukan oleh Ghofur dan Purwoko (2007) bahwa teknik relaksasi nafas
dalam efektif untuk menurunkan tingkat ansietas.

Selanjutnya, tindakan yang penulis lakukan untuk mengurangi ansietas klien


adalah dengan hipnosis lima jari. Penulis menganalisis situasi ruangan yang
nyaman dan kondusif terlebih dahulu untuk dilakukan hipnosis lima jari.
Lingkungan di sekitar klien cukup memberikan suasana yang tenang sehingga
klien mampu untuk berkonsenterasi. Hal ini sejalan dengan teori yang
diungkapkan oleh McKay dan Fanning (2006) bahwa lingkungan yang tenang
merupakan salah satu hal yang penting dalam melakukan relaksasi. Penulis juga
mengkaji terlebih dahulu hal yang disukai klien dan apa saja yang membuat klien
merasa senang. Hal ini akan memudahkan penulis dalam membimbing klien
melakukan hipnosis lima jari berdasarkan pengalaman klien yang menyenangkan.
Klien dapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh penulis dengan cukup baik,
dan mampu berkonsenterasi saat dibimbing melakukan hipnosis lima jari.
Kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi napas dalam sudah sangat
baik, sehingga klien lebih merasakan kenyamanan dan ketenangan pada saat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


32

melakukan hipnosis lima jari. Respon klien setelah melakukan hipnosis lima jari
yaitu merasakan senang karena dapat membayangkan hal yang disukai
berdasarkan pengalaman hidupnya yang menyenangkan. Klien juga
mengungkapkan mampu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan juga mampu
mengurangi pikiran-pikiran yang sering mengganggunya. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muarfio (2004) yaitu dengan
membayangkan sesuatu yang membuat tenang berupa hipnosis lima jari dapat
menurunkan ansietas. Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Maliya
dan Anita (2011) bahwa terdapat pengaruh hipnosis lima jari terhadap penurunan
ansietas, dan penelitian yang dilakukan oleh Vickers & Zolman (2012) bahwa
hipnosis lima jari dapat menurunkan cemas dan meningkatkan sugesti sehat.

Intervensi selanjutnya yang penulis berikan untuk mengurangi kecemasan klien


adalah dengan teknik distraksi. Teknik distraksi dilakukan dengan cara
mengalihkan perhatian terhadap ansietas kepada hal-hal lain yang menenangkan
(Tamsuri, 2007). Klien telah banyak menceritakan kegiatan-kegiatan yang disukai
dan mampu menentukan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan selama berada
di ruang perawatan untuk mengalihkan ansietas yang muncul. Kegiatan yang
disebutkan oleh klien diantaranya menonton acara bola di TV, mendengarkan
musik dan mengobrol. Penulis mengarahkan kegiatan yang mampu mengalihkan
ansietas yang dirasakan, dan klien memilih untuk mengobrol atau mendengarkan
musik. Menurut klien, dengan mengobrol akan menghilangkan pikiran-pikiran
yang mengganggu. Ekspresi klien juga terlihat lebih tenang setelah bercerita dan
mengeluarkan isi pikirannya yang mengganggu. Namun, karena klien jarang
ditemani oleh keluarganya, penulis menawarkan untuk menemani klien
mengobrol jika klien merasa kesepian dan ingin ditemani. Mendengarkan musik
juga menjadi salah satu cara klien mengalihkan pikiran yang mengganggunya
karena membuat dirinya menjadi lebih tenang. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Buffum (2006) yang mengatakan bahwa mendengarkan
musik dapat mengurangi cemas dan penelitian yang sama dilakukan oleh David,
Bradshaw, Gary, dan Lee (2011) juga mengatakan bahwa musik apapun efektif
menurunkan cemas pada berbagai usia sekaligus mengatasi nyeri.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


33

Intervensi lain yang juga penulis berikan kepada klien untuk mengurangi tingkat
kecemasannya adalah dengan pendekatan spiritual dengan melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinan klien. Penulis mengarahkan klien dan membantu untuk
menentukan kegiatan spiritual yang dapat dilakukan di rumah sakit disesuaikan
juga dengan kemampuan fisik klien. Cara yang dipilih oleh klien diantaranya
berzikir dan sholat lima waktu. Klien dibawakan buku panduan untuk berzikir
oleh keluarganya yang dapat digunakan selama di ruang perawatan. Untuk
kegiatan sholat, klien masih mampu untuk mengambil air wudhu sendiri dengan
ditemani lalu melaksanakan sholat di atas tempat tidur. Pelaksanaan ibadah
tersebut dipilih klien karena klien lebih merasa lebih dekat dengan Tuhan dan
merasakan ketenangan yang mampu mengurangi pikiran-pikiran yang
mengganggunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa
spiritual dapat menurunkan level ansietas (Moeini, Taleghani, Mehrabi, &
Musarezaie, 2014). Secara objektif terlihat tanda-tanda ansietas pada klien
berkurang saat setelah melakukan ibadah sholat dan berzikir seperti menunjukkan
ekspresi tenang. Menurut DeLaune dan Ladner (2002) mengatakan ketika
seseorang berdoa, mereka percaya sedang berkomunikasi langsung dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi. Kegiatan spiritual dapat membentuk kepercayaan bahwa
segala stressor akan dapat dihadapi dengan baik, seiring dengan adanya bantuan
dari Tuhan (Maimunah & Retnowati, 2011).

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Keperawatan


Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah
dilakukan dalam mengatasi ansietas yang dikaitkan dengan teori dan konsep
terkait, maka didapatkan alternatif pemecahan. Latihan tarik napas dalam dan
hipnosis lima jari berhasil menurunkan ansietas yang dialami klien, namun saat
nyeri muncul maka ansietas klien pun muncul kembali. Hal ini disebabkan karena
nyeri merupakan stresor klien terhadap munculnya perasaan ansietas. Alternatif
dalam masalah ini yaitu dengan menganjurkan klien untuk melakukan latihan
tarik napas dalam dan hipnosis lima jari secara terjadwal dan saat ada perasaan
ansietas yang muncul di luar kondisi fisiknya, lalu memberikan informasi terkait
kondisi kesehatan klien, dan berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


34

terapi medikasi untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi gejala-gejala lain
yang menyertainya.

Alternatif pemecahan masalah selanjutnya yaitu memotivasi klien untuk tetap


melakukan ibadah walau di atas tempat tidur. Tindakan ini merupakan salah satu
kegiatan dari pendekatan spiritual. Tindakan tersebut diharapkan dapat
memberikan ketenangan dan kekuatan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.
Alternatif lain yang juga diberikan pada klien yaitu dengan menganjurkan
melakukan kegiatan lainnya yang diarahkan oleh penulis adalah dengan
mengobrol atau bercakap-cakap. Penulis memfasilitasi klien untuk menemaninya
mengobrol jika merasa ansietas kembali muncul. Penulis juga memotivasi
keluarga untuk bisa menemani klien untuk mengobrol terutama jika klien sedang
merasa ansietas.

Penulis juga telah menjelaskan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan ansietas
pada keluarga klien dan sudah mengajarkan salah salah satu cara mengatasi
ansietas yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam. Salah satu tindakan untuk
mengurangi kecemasan (ansietas) yaitu membentuk sistem pendukung (McKenny
& Price, 2005). Selama ini klien kurang mendapatkan dukungan dari isteri karena
alasan bekerja sehingga dengan dikomunikasikannya dan telah diajarkannya cara
mengatasi ansietas pada keluarga diharapkan mampu untuk ikut berperan aktif
dalam membantu latihan dan memberikan dukungan kepada klien. Selain itu,
keluarga dapat terlibat dalam menilai perkembangan kemampuan dan aktivitas
klien dalam mengendalikan perasaan ansietas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


BAB 5
PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan penulis terhadap praktik keperawatan kesehatan


masyarakat perkotaan yang telah dilakukan penulis secara keseluruhan. Selain itu,
penulis juga menyampaikan saran pada bab ini. Penulis menyampaikan saran
sebagai rekomendasi perbaikan ke depan dalam lingkup aplikasi keperawatan,
keilmuan keperawatan, serta penelitian keperawatan.

5.1 Kesimpulan
Masalah keperawatan psikososial yang muncul pada klien Bapak I adalah ansietas
sedang yang ditandai dengan rasa kekhawatiran yang mengganggu terhadap
penyakitnya, banyak bertanya tentang perkembangan kondisi penyakitnya,
menunjukkan ekspresi wajah sedih, dan juga tampak gelisah, gejala-gejala yang
sering muncul di malam hari sehingga mengganggu waktu tidurnya, serta nyeri
pada saluran kencingnya sehingga mengganggu aktivitasnya di tempat tidur.
Ansietas pada klien dikaitkan dengan penyakit TB paru, yang dianggap klien
adalah penyakit yang sangat parah. Berdasarkan permasalahan tersebut, masalah
ansietas yang dialami klien ditangani dengan tindakan keperawatan generalis,
yaitu dengan latihan teknik relaksasi napas dalam, distraksi, hipnosis lima jari,
dan kegiatan spiritual, dan melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
kepada klien. Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah ansietas menunjukkan bahwa terjadi penurunan ansietas setelah
melakukan latihan tarik napas dalam dan hipnosis lima jari. Keberhasilan
intevensi tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian dan teori yang
didapatkan penulis. Namun, saat nyeri yang merupakan sumber stresor klien
muncul maka ansietas pun dirasakan kembali oleh klien.

5.2 Saran
5.2.1 Aplikasi Keperawatan
Penulis menyarankan agar perawat selalu mempraktekkan teknik relaksasi nafas,
distraksi, hipnosis 5 jari, dan spiritual untuk menangani ansietas yang muncul
pada klien dengan TB paru selama berada di ruang perawatan umum khususnya di
35

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


36

Ruang Bisma RS Marzoeki Mahdi. Hal ini bertujuan untuk menunjang pemulihan
klien secara menyeluruh dengan menurunkan tingkat ansietas yang dialami klien
karena TB Paru. Diharapkan dalam prakteknya perawat memperhatikan tahapan
dan teknik-teknik yang benar agar intervensi yang diberikan dapat efektif
menurunkan ansietas klien.

5.2.2 Keilmuan Keperawatan


Bagi keilmuan keperawatan diharapkan mahasiswa yang masih pada tahap
pendidikan akademik dapat memperluas teori dan konsep asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami ansietas khususnya pada penderita TB Paru. Hal
tersebut dapat menjadi bekal mahasiswa dalam menjalani praktik di klinik dan
menambah kemampuan mahasiswa dalam mempraktekkan teknik-teknik
mengatasi ansietas. Harapannya, hasil belajar mahasiswa dapat bermanfaat untuk
pemecahan masalah secara nyata, khususnya terkait masalah keperawatan
psikososial ansietas.

5.2.3 Penelitian Keperawatan


Penulis menyarankan agar penelitian karya illmiah selanjutnya diharapkan dapat
lebih memaparkan keefektifan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
psikososial ansietas khususnya pada klien yang mengalami TB paru sehingga
dapat terlihat perbedaan kondisi klien secara mendalam sebelum dan setelah
diberikan intervensi. Penelitian terkait pengembangan intervensi-intervensi baru
untuk mengatasi masalah psikososial ansietas juga dapat dilakukan untuk
kemajuan ilmu keperawatan jiwa di masa mendatang.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


37

DAFTAR PUSTAKA

Aamir, S., & Aisha. (2010). Co-morbid anxiety and depression among pulmonary
tuberculosis patients. Journal of the College of Physicians and Surgeons
Pakistan. Vol 20 No 10, 703-704.
Amin, Z & Bahar, A. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Laporan nasional riset
kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jabar dalam Angka 2012.
Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik. (2016). Persentase Penduduk Daerah Perkotaan. Diambil
pada tanggal 18 Mei 2016 dari:
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1276
Bhatta, B. (2010). Analysis of Urban Growth and Sprawl from Remote Sensing
Data. Berlin: Springer. Dapat diakses di
http://www.springer.com/us/book/9783642052989 (Diakses pada tanggal
15/6/2015; 09.00)
Bradshaw, D.H., Gary, W., Donaldson. et al. (2011). Individual differences in the
effects of music engagements on responses to painful stimulation. The
journal of pain, 12 (12), 1262.
Brakel, W.H.V. (2005). Measuring health-related stigma-a literature review.
Measuring health-related stigma vs2.doc : 1-27
Carpenito, L.I. (2009). Diagnosa Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis.
Jakarta: EGC
Cramm, J.M., Finkenflugel, H.J., Moller, V. & Nieboer, A.P. (2010). TB
Treatment initiation and adherence in a South African community
influenced more by perceptions than by knowledge of tuberculosis. BMC
Public Health, 10(72), p.5-7.
DeLaune, Sue C. dan Ladner, Patricia K. (2002). Fundamentals of nursing:
standards & practice. Second edition. USA: Delmar.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


38

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2008). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2007. Tidak dipublikasikan.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary F., & Murr, Alice C. (2010). Nursing
care plans: guidelines for individualizing client care across the life span.
USA: F. A. Davis.
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Fathonah. (2014). Mencari Kebutuhan Pelatihan Kesehatan Perkotaan
Ghofur, A & Purwoko, E. (2007). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala 1 di Pondok
Bersalin Ngudi saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal Kesehatan Surya
Medika. Yogyakarta
Ginting. (2007). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
jiwa pada penderita Tuberkulosis Paru dewasa di RS Persahabatan
(kualitatif). Jakarta
Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. [Eds]. (2014). NANDA international nursing
diagnosis: Definition & classification, 2015-2017. Oxford: Willey
Blackwell.
Karnadihardja. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A.P., Susanti, H. (2007). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Kipp, A.M., Pungrassami, P., Nilmanat, K., Sengupta, S., Poole, C., Strauss, R.P.,
et al. (2011). Socio-demographic and AIDS-related factors associated with
tuberculosis stigma in southern Thailand: a quantitative, cross-sectional
study of stigma among patients with TB and healthy community members.
BMC Public Health
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman
penanggulangan tuberkulosis (TB). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s techniques in
nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


39

Kunik, M.E., Roundy., Veazey., Souchek, J., Richardson, Wray, N.P., et al.
(2005). Surprisingly high prevalence of anxiety and depression in chronic
breathing disorders. 127 (1208)
Lee, C.K., Y.H., Yin, J.J. (2011). Efectiveness of difference music playing
advices for reducing preoperative anxiety: a clinical control study. PlosS
One, 2013; 8 (8): e70156.
Moeini, M., Taleghani, F., Mehrabi, T., Musarezaie, A. (2014). Effect of a
spiritual care program on levels of anxiety in patients wit leukimia. Iranian
journal of nursing and midwifery research. 19 (1): 88-93
Maimunah, A., & Retnowati, S. (2011). Pengaruh pelatihan relaksasi dengan
dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu hamil pertama. PSIKOISLAMIKA,
8(1), 1-22.
Maliya, A., Anita. (2011). The effect of hypnosis therapy toward insomnia of
elderly at posyandu of Karang Village kecamatan Baki of Sukoharjo.
Tesis. Tidak diterbitkan. FKIK Unsoed.
Mallapiang. (2003). Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
McKay, M., & Fanning, P. (2006). Daily relaxer: relax your body, calm your
mind, and refresh your spirit. Oackland: New Harbinger
Mu’afiro, Adin, & Emilia, O., (2004). Pengaruh hypnosis lima jari terhadap
penurunan kecemasan pasien kanker leher rahim di ruang kandugan RSU.
Dr. Soetomo Surabaya. Tidak dipublikasikan
Munir, S.M., Nawas, A., & Soetoyo, D. (2010). Pengamatan Pasien Tuberkulosis
Paru dengan Multidrug Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP
Persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia. 30(2): 92-99.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Price, Silvia A., & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Putri, S.W. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien TB Paru dan Intestinal yang Mengalami Ansietas di
Ruang Rawat Gayatri RS Dr. H. Mardzoeki Mahdi Bogor. Tidak
dipublikasikan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


40

Rusli., Wijaya, J. (2009). The Secret of Hypnosis. Jakarta


Rusnoto. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru
Pada Usia Dewasa (Studi kasus di Balai Pencegahan Dan Pengobatan
Penyakit Paru Pati). Jurnal Epidemiologi
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Anxiety disorders. Kaplan’ & Sadock’s
synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry (10th ed.).
New York: Lippincott Williams & Wilkins.
Soelaeman, M.M. (2008). Ilmu sosial dasar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Smeltzer, B et all. (2010). Brunner’s and Suddarth Textbook of Medical –
Surgical Nursing 12th Edition. Philadelphia: Lippincot William &
Wilkins.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2011). Smeltzer and Bare's textbook of medical
surgical nursing (vol 1, ed. ke-2). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Stanhope, Marcia & Lancaster, Jeanette. (2014). Public Health Nursing:
Population-centered health care in the community, revised reprint. 8th ed.
Missouri: Elsevier
Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing. St. Louis: Elsevier Mosby.
Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing (9th ed).
Missouri: Mosby Elsevier.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.
Thorn, Paul. (2007). Overcoming tuberculosis: a handbook for patients.
Switzerland: Stop TB Partnership.
Tim Mahasiswa Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI. (2012). Standar asuhan
keperawatan diagnosis fisik dan psikososial. Depok: FIK UI.
Vicker, A., Zollman, C., Payne, D. K. (2012). Hypnosis and relaxation therapies.
American journal of clinical hypnosis, 10 (71) 579.
Videbeck, Sheila L. (2008). Psychiatric-mental health nursing. Fourth Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


41

Werdhani, Retno Asti. (2008). Patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi


tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan
Keluarga FKUI.
Wolitzky-Taylor, K. B. W., et al. (2010). Anxiety disorders in older adults: a
comprehensive review. Wiley-Liss, Inc. Vol 27: 190-211.
WHO. (2010). Global tuberkulosis report. France: WHO
WHO. (2014). Tuberculosis. Diambil pada tanggal 18 Mei 2016 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Lampiran 1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA


MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Bapak I
Usia : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Bahasa dominan : Bahasa Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Semplak Pilar 11 RT 002/ RW 003 Semplak - Bogor
Tanggal masuk : 06-05-2016
Tanggal pengkajian : 06-05-2016
Ruang rawat : Ruang Bisma
Nomor rekam medik : 0-25-42-01
Diagnosa medis : TB Paru, ISK
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet` : Tidak ada diet khusus

KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh demam, berkeringat dingin, nyeri pada bagian saluran kencing
terutama saat ingin berkemih dan tiak sedang beraktivitas.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


Fisik
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 166 cm
Tanda-tanda vital : TD 110/80 mmHg ; P 20 x/m; Nd 85 x/m; T 38oC
Riwayat pengobatan fisik:
Sebelumnya klien pernah berobat ke RS PMI dengan ISK
Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll:

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Hasil Laboratorium tanggal 06-05-2016
- LED 1 jam : > 150 mm (N: 0-20)
- Hemoglobin : 9,6 g/dl (N: 14-16)
- Leukosit : 19.730 /mm3 (N: 4000-10.000)
- Hematokrit : 29% (N: 40-50)
- SGOT : 28 U/l (N: <42)
- SGPT : 31 U/l (N: <47)
- Ureum : 15,3 mg/dl (N: 10-50)
- Creatinin : 1,53 mg/dl (N: 0,7-1,4)
- Glukosa sewaktu: 256 mg/dl (N: <140)

Hasil USG Abdomen bawah


Kesan: Residu urin post void (+), USG kedua ginjal dan prostat tidak tampak
kelainan.
Hasil Radiologi Foto Thorax
Kesan: menunjukkan gambaran TB Paru
Hasil BTA
Kesan: Positif (+)

Masalah Keperawatan: Nyeri akut, Hipertermi

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)
Ringan  Sedang  Berat Panik
PERILAKU  PERILAKU 
Tenang Menarik diri
Ramah Bingung
Pasif Disorientasi
Waspada √ Ketakutan
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif √ Halusinasi/ delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya:

Masalah Keperawatan: Ansietas sedang


KELUARGA
Genogram

X X

I R

51 th 50 th
A 11th S 16 th

Tipe keluarga
 nuclear family  diad family
 extended family  single parent family
Pengambilan keputusan
 kepala keluarga  istri
 orang tua  bersama-sama
Hubungan klien dengan kepala keluarga
 kepala keluarga  istri
 orang tua  anak
 lain-lain, sebutkan:
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Jelaskan: klien sering mengajak puteri-puterinya berlibur bersama di hari libur
Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Jelaskan: sesekali saja klien mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya karena
alasan bekerja dan memiliki banyak kegiatan di luar di rumah

Masalah Keperawatan: -

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat:
Klien memiliki beberapa teman dekat di sekolah tempat klien bekerja untuk
berbagi
Peran serta dalam kelompok:
Klien bekerja sebagai guru di sekolah, peran klien sangat dibutuhkan karena
sering memberikan masukan dan saran bagi siswa maupun teman-teman
sesama guru yang lain
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Tidak ada hambatan yang bermasalah dalam berhubungan dengan orang lain

Obat-obatan yang dikonsumsi


Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep
Tidak ada
Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
- Paracetamol
- Rimstar
- Meropenem
Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
Tidak pernah

Masalah Keperawatan: -

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
1. Cacat fisik
 ada, jelaskan
 tidak ada, jelaskan: klien tidak pernah mengalami cacat fisik sejak lahir
2. Kontak mata
 ada, jelaskan: saat berinteraksi klien menatap lawan bicara
 tidak ada, jelaskan

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


3. Pakaian: penggunaan rapih sesuai
4. Perawatan diri: baik, bersih
Masalah Keperawatan: -

Laku
Tingkah Laku  Jelaskan
Resah √ ekspresi tubuh gelisah
Agitasi
Letargi
Sikap
Ekspresi wajah √ tegang, mata membuka lebar pada saat berbicara
Lain-lain

Masalah Keperawatan: Ansietas sedang

Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI  POLA KOMUNIKASI 
Jelas √ Aphasia
Koheren √ Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/ dominan √
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara:
Lainnya:

Masalah Keperawatan: Ansietas sedang

Mood dan Afek


PERILAKU  JELASKAN
Senang
Sedih √ Klien tampak sedih dengan kondisi penyakit
yang diseritanya
Patah hati
Putus asa

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Gembira
Euporia
Curiga
Lesu
Marah/ Bermusuhan
Lain-lain:

Masalah Keperawatan: -

Proses Pikir
PERILAKU 
Jelas √
Logis √
Mudah diikuti √
Relevan √
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √

Masalah Keperawatan: -

Persepsi
PERILAKU  JELASKAN
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi

Halusinasi  Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-lain:

Masalah Keperawatan: -

Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : baik, tidak ada masalah
Tempat : baik, tidak ada masalah
Orang : baik, tidak ada masalah
Situasi : baik, tidak ada masalah
2. Memori
Gangguan  Jelaskan
gangguan daya ingat jangka panjang
gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini

paramnesia, sebutkan

hipermnesia, sebutkan

amnesia, sebutkan

3. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Tingkatan  Jelaskan
mudah beralih

tidak mampu berkonsentrasi

tidak mampu berhitung sederhana

Masalah Keperawatan: -

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


IDE-IDE BUNUH DIRI
Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain
Ya  Tidak 
Masalah Keperawatan: -

V. KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien beragam Islam, dan selalu menjalankan ibadah sholat dan mengaji baik
di rumah maupun di rumah sakit. Klien juga tetap melaksanakan zikir, dan
sholat 5 waktu walau di atas tempat tidur dengan berbaring atau duduk
2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya
setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Tidak pernah
3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu?
Klien merasa lebih tenang, dan lebih dekat dengan Tuhan setelah
melaksanakan ibadah

Budaya yang diikuti


Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah? Tidak ada

Tingkat perkembangan saat ini


Klien berada pada tingkat perkembangan dewasa tengah.

Masalah Keperawatan: -

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Lampiran 2
ANALISA DATA

Inisial klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun


No Data Hasil Pengkajian Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif: Nyeri Akut
Klien mengatakan bahwa:
- Nyeri pada perut bagian bawah dan pada saluran
kencingnya
p= nyeri timbul walaupun saat sedang tidak bergerak
q= nyeri seperti diremas dan berdenyut
r= rasa nyeri menjalar sampai ke pinggang
s= skala nyeri 6
t= nyeri menetap serta terus menerus

Data Objektif:
- tampak gelisah
- keluar keringat berlebih
- meringis menahan nyeri sambil memegang area perut
bawah

2 Data Subjktif: Hipertermi


Klien mengatakan bahwa:
- demam terus menerus terutama dirasakan sore menjelang
malam hari
- sering keluar keringat dingin di malam hari sehingga
mengganggu waktu tidurnya

Data Objektif:
- Suhu 38oC
- Keringat berlebih
3 Data Subjktif: Bersihan jalan nafas
Klien mengatakan bahwa: tidak efektif.
- batuk terus menerus disertai dahak berwarna putih selama
lebih dari sebulan SMRS
- dahak keluar terutama setelah minum air hangat
- selama ini tidak meminum obat apapun untuk mengatasi
batuknya
- mengenali tanda dan gejala yang sama seperti yang
terjadi sebelumnya pada Isterinya yaitu berupa batuk-
batuk yang tidak kunjung sembuh selama 3 minggu,
namun tidak dapat mengenali tanda dan gejala lain terkait
penyakit paru

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


- tidak ada penurunan nafsu makan
- saat ini batuk sudah mulai berkurang hanya sesekali saja
muncul.

Data Objektif:
- hasil pemeriksaan fisik dada tampak simetris, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak tampak penggunaan otot
bantu pernapasan
- hasil auskultasi terdengar suara ronchi di lapang paru
sinistra
- hasil TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 22 x/m,
Suhu 38oC.
- hasil radiologi Foto Thorax menunjukkan gambaran TB
Paru
- hasil BTA (+)
- klien mampu menilai penyakitnya seperti yang sudah
terjadi pada isterinya, namun tidak dapat
mengidentifikasi dengan jelas tanda dan gejalanya.
4 Data Subjektif: Ansietas Sedang
Klien mengatakan bahwa:
- tidak bisa tidur
- khawatir dengan kondisi penyakitnya
- khawatir karena banyak gejala lain yang menyertainya
- khawatir dengan hasil rontgen parunya parah atau tidak
- banyak yang dipikirkan semenjak di rumah sakit, seperti:
memikirkan nasib siswa-siswanya yang akan mendaftar
ke Perguruan Tinggi Negeri dan memikirkan anak-
anaknya di rumah karena tidak ada yang mengurusi

Data Objektif:
- ekspresi wajah tampak sedih
- tampak banyak bicara dan lebih dominan
- tampak gelisah
- keluar keringat berlebih
- kontak mata kurang

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Lampiran 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial Klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Domain 11: Domain II: Kesehatan fisiologikal Domain 1: Fisiologikal: Kompleks
Keamanan/ Proteksi
Kelas I: Regulasi metabolik Kelas M: Termoregulasi
Kelas 6:
Termoregulasi Hasil: Intervensi:
0800-Termoregulasi 3786-Tindakan hipertermia
Diagnosa: Indikator: 1) Pantau hidrasi.
00007-Hipertermia 080009-Merinding saat demam (tidak ada) 2) Pantau aktivitas kejang, jika ada.
080010-Berkeringat ketika panas (tidak ada) 3) Pantau suhu minimal setiap dua jam.
Definisi: 080011-Menggigil ketika dingin (tidak ada) 4) Pantau warna kulit dan suhu.
Peningkatan suhu tubuh di atas rentang 080017-Frekuensi jantung apikal (adekuat) 5) Monitor tanda-tanda vital.
normal 080012-Frekuensi nadi radial (adekuat, 6) Beri oksigen, jika perlu.
normal: 60-120 kali/ menit) 7) Anjurkan klien tirah baring.
080012-Frekuensi pernapasan (normal: 12- 8) Pindahkan klien dari sumber panas ke
20 kali/ menit) lingkungan yang lebih dingin.
080015-Melaporkan kenyamanan suhu 9) Buka pakaian atau gunakan pakaian yang
tubuh tipis.
080001-Penurunan suhu kulit 10) Motivasi minum sedikitnya 2 liter per
080003-Sakit kepala (tidak ada) hari.
080007-Perubahan warna kulit (tidak ada) 11) Berikan akses cairan melalui infus
080014-Dehidrasi (tidak ada) intravena.
12) Monitor penurunan kesadaran.

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


13) Cek nilai laboratorium meliputi
elektrolit, urinalisis, enzim jantung,
enzim hati, darah lengkap.
14) Ajarkan cara mengukur suhu yang tepat.
15) Ajarkan cara mencegah atau
meminimalkan peningkatan suhu tubuh.
16) Gunakan waslap dingin di aksila, kening,
tengkuk, dan lipat paha.
17) Melaporkan tanda gejala dini
hipertermia.
18) Kolaborasi berikan antipiretik, jika
perlu.
Domain 12: Kenyamanan Domain IV: Pengetahuan kesehatan & Domain 1: Fisiologi: Dasar
perilaku
Kelas 1: Kelas E: Promosi kenyamanan fisik
Kenyamanan fisik Kelas Q: Perilaku kesehatan
Intervensi:
Diagnosa: Hasil: 1400-Manajemen nyeri
00132-Nyeri akut 1605-Pengendalian nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri yang
Indikator: komprehensif meliputi lokasi,
Definisi: 160502-Mengetahui penyebab munculnya karakteristik, awitan dan durasi,
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau
menyenangkan akibat adanya kerusakan 160503-Menggunakan tindakan pencegahan keparahan nyeri, dan faktor
jaringan yang aktual atau potensial, atau 160504-Menggunakan teknik non presipitasinya.
digambarkan dengan istilah seperti awitan farmakologi 2) Observasi isyarat non verbal
tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas 160513-Melaporkan perubahan gejala nyeri ketidaknyamanan.
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat kepada petugas kesehatan 3) Identifikasi pengetahuan klien mengenai
diantisipasi atau dapat diramalkan dan 160507-Melaporkan gejala nyeri yang tak nyeri dan kepercayaannya terhadap nyeri

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


durasinya kurang dari enam bulan. terkendali kepada petugas 4) Identifikasi pengaruh budaya klien dalam
kesehatan merespon nyeri.
160511-Melaporkan nyeri terkendali 5) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup (misalnya tidur, nafsu
2102-Tingkat nyeri makan, aktivitas, kognitif, mood,
Indikator: hubungan sosial).
210201-Melaporkan bila mengalami nyeri 6) Diskusikan bersama klien faktor yang
210221-Melindungi area nyeri dapat memperburuk nyeri.
210206-Ekspresi wajah nyeri 7) Fasilitasi informasi tentang nyeri, seperti
210208-Gangguan istirahat penyebab, durasi, dan antisipasi.
210225-Diaforesis 8) Kontrol lingkungan yang dapat
210219-Fokus menyempit menimbulkan nyeri (misalnya suhu
210215-Nafsu makan berkurang ruangan, pencahayaan, suara bising).
210227-Mual 9) Kurangi faktor yang dapat menimbulkan
210223-Iritabilitas atau meningkatkan nyeri (misalnya
210206-Merintih dan menangis ketakutan, kelelahan, defisit
pengetahuan).
10) Pilih dan terapkan tindakan
pengurangan nyeri dengan farmakologi
maupun nonfarmakologi.
11) Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
12) Ajarkan teknik nonfarmakologi (seperti
hipnosis, relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi,
kompres hangat/ dingin, masase).
13) Monitor manajemen nyeri klien sesuai
dengan interval yang telah ditentukan.

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Domain 9: Domain III: Kesehatan psikososial Domain 3: Perilaku
Ansietas
Kelas M: Kesejahteraan psikologikal Kelas T: Promosi kenyamanan
Kelas 2: psikologikal
Respon koping Hasil
1211-Level ansietas Intervensi
Diagnosa: Indikator: 5820-Penurunan ansietas
00146-Ansietas 121101-Kelelahan 1) Membina hubungan saling percaya
121103-Tremor dengan klien.
Definisi: 121104-Distres 2) Komunikasi terapeutik dengan klien.
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran 121106-Ketegangan otot
3) Jelaskan semua prosedur, meliputi
yang samar disertai respon autonom (sumber 121107-Wajah tegang
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui 121108-Mudah marah sensasi ketika prosedur berlangsung.
oleh individu), perasaan takut yang 121112-Kesulitan konsentrasi 4) Identifikasi pengetahuan dan persepsi
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. 121113-Kesulitan belajar klien terhadap situasi yang membuat stres
Perasaan ini merupakan isyarat 121117-Ungkapan verbal cemas 5) Fasilitasi informasi mengenai diagnosis,
kewaspadaan yang memperingatkan bahaya 121119-Kenaikan tekanan darah tindakan, dan prognosis.
yang akan terjadi dan memampukan 121120-Kenaikan frekuensi nadi 6) Anjurkan keluarga menemani klien.
individu melakukan tindakan untuk 121121-Kenaikan frekuensi pernapasan
7) Mendengarkan secara aktif.
menghadapi ancaman. 121122-Dilatasi pupil
121123-Berkeringat 8) Identifikasi perubahan level ansietas
121124-Pusing klien.
121126-Penurunan produktivitas 9) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang
121129-Gangguan tidur dapat menyebabkan cemas.
121130-Perubahan pola eliminasi 10) Instruksikan klien menggunakan teknik
121131-Perubahan pola makan relaksasi.
11) Kaji tanda ansietas baik secara verbal

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Kelas O: Pengendalian diri maupun nonverbal.
Hasil:
1402-Pengendalian diri: Ansietas
Indikator: 5900-Distraksi
140201-Monitor intensitas ansietas 1) Fasilitasi klien untuk memilih teknik
140202-Kurangi penyebab ansietas distraksi sesuai keinginannya (misalnya
140203-Kurangi lingkungan yang musik, humor, berbicara dengan orang
menimbulkan ansietas lain).
140204-Mancari informasi untuk
2) Identifikasi daftar kegiatan yang disukai
mengurangi ansietas
140205-Merencanakan strategi koping saat klien.
situasi penuh stres 3) Anjurkan klien berlatih teknik distraksi.
140206-Menggunakan strategi koping yang 4) Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam
efektif memfasilitasi teknik distraksi untuk
140207-Menggunakan teknik relaksasi klien.
untuk mengurangi ansietas
140211-Monitor hubungan sosial 5920-Hipnosis
140212-Monitor tingkat konsentrasi 1) Diskusikan tujuan hipnosis bersama
140215-Monitor gejala fisik ansietas
klien.
140216-Monitor gejala perilaku ansietas
140217-Kendalikan respon ansietas 2) Klarifikasi mitos dan kesalahpahaman
mengenai hipnosis.
3) Siapkan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
4) Cari posisi yang nyaman.
5) Berikan sedikit sugesti positif.
6) Gunakan suara yang lembut, berirama,

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


dan suara tidak keras saat induksi
hipnosis kepada klien.
7) Anjurkan klien menutup mata dan
melakukan relaksasi napas dalam.
8) Anjurkan klien menyentuh ibu jari
dengan jari telunjuk, bayangkan saat
sedang sehat.
9) Anjurkan klien menyentuh ibu jari
dengan jari tengah, bayangkan ketika
mendapat hadiah atau barang yang
disukai.
10) Anjurkan klien menyentuh ibu jari
dengan jari manis, bayangkan berada di
tempat yang indah.
11) Anjurkan klien menyentuh ibu jari
dengan kelingking, bayangkan saat
mendapat penghargaan.
12) Berikan reinforcement positif kepada
klien.
13) Anjurkan berlatih dan menggunakan
teknik hipnosis ketika merasa cemas/
nyeri.

6040-Terapi relaksasi

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


1) Jelaskan rasional/ tujuan relaksasi,
keterbatasan, dan jenis relaksasi (misal
musik, meditasi, relaksasi napas dalam).
2) Ciptakan lingkungan yang tenang
dengan pencahayaan sedikit redup dan
suhu ruangan yang nyaman.
3) Anjurkan klien mencari posisi yang
nyaman dengan tidak menggunakan
pakainan yang ketat dan mata
dipejamkan.
4) Fasilitasi intervensi teknik relaksasi
(misal napas dalam dengan menghirup
udara ke hidung tahan 2 detik, keluarkan
perlahan melalui mulut selama 4 detik,
diulangi sampai merasa nyaman).
5) Gunakan suara yang lembut, berirama,
tidak terlalu keras.
6) Minta klien meredemonstrasikan teknik
relaksasi.
7) Anjurkan klien melatih teknik relaksasi.

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Lampiran 4
EVALUASI ANSIETAS

Inisial Klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun


Tingkat Tanda dan Gejala Tanggal
Ansietas 06 07 09 10 11 12
Ringan Kognitif
□ Cepat berespon terhadap
stimulus
□ Motivasi belajar tinggi
□ Pikiran logis
□ Orientasi baik
Afektif
□ Ideal diri tinggi
□ Penguasaan diri tergesa-gesa
Fisiologis
□ Tekanan darah, nadi,
frekuensi napas tidak ada
perubahan
□ Otot rileks
□ Nafsu makan baik
□ Pola tidur teratur
□ Pola eliminasi teratur
□ Tidak ada keluhan pada kulit
□ Saliva normal
Perilaku
□ Komunikasi koheren
□ Kreatif
Sosial
□ Memerlukan orang lain
Sedang Kognitif
□ Fokus pada hal yang penting √ √ √ √ √ - - - - - - -
□ Perlu arahan
□ Perhatian menurun
□ Ingatan menurun
Afektif
□ Tidak percaya diri
□ Tidak sabar √ - √ - - - - - - - - -
Fisiologis
□ Tekanan darah meningkat
□ Nadi dan frekuensi nafas √ - √ - - - - - - - - -
meningkat
□ Wajah tampak tegang √ √ √ - √ - - - √ - - -
□ Pola makan meningkat atau √ - - - - - - - - - - -
Menurun

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


□ Sulit mengawali tidur √ √ √ √ √ - - - - - - -
□ Frekuensi BAK dan BAB √ - - - - - - - - - - -
Meningkat
□ Berkeringat, akral dingin dan √ √ √ √ √ - - - - - - -
pucat
□ Mulut kering
Perilaku
□ Gerakan mulai tidak terarah
□ Komunikasi inkoheren
□ Produktivitas menurun
Sosial
□ Memerlukan orang lain
Berat Kognitif
□ Fokus pada sesuatu yang rinci
dan spesifik
□ Perlu banyak arahan
□ Egosentris
□ Pelupa
Afektif
□ Merasa bersalah
□ Bingung
Fisiologis
□ Tekanan darah meningkat
□ Nadi dan frekuensi nafas
meningkat
□ Rahang menegang,
menggertakkan gigi
□ Hilang nafsu makan
□ Tidur sering terjaga
□ Frekuensi BAK dan BAB
meningkat
□ Keringat berlebihan
□ Mulut kering
Perilaku
□ Agitasi
□ Bicara cepat
□ Produktivitas menurun
Sosial
□ Interaksi sosial berkurang
Panik Kognitif
□ Fokus perhatian terpecah
□ Tidak bisa berpikir
□ Halusinasi, waham, ilusi
□ Disorientasi waktu, tempat
dan orang

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Afektif
□ Putus asa
□ Lepas kendali
Fisiologis
□ Tekanan darah meningkat
kemudian menurun
□ Nadi cepat kemudian lambat
□ Pola napas cepat dan dangkal
□ Wajah menyeringai, mulut
ternganga
□ Mual atau muntah
□ Insomnia, mimpi buruk
□ Retensi urin dan konstipasi
□ Keringat berlebihan, kulit
terasa
panas dan dingin
□ Mulut kering sekali
Perilaku
□ Aktivitas motorik kasar
meningkat
□ Komunikasi inkoheren
□ Tidak produktif
Sosial
□ Menarik diri

Keterangan:
Sebelum intervensi

Sesudah intervensi

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Lampiran 5

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial Klien/ Usia: Bapak I/ 51 tahun


Implementasi Evaluasi
Hari/Tanggal: Jumat, 06-05-2016 S: lebih tenang setelah melakukan
Data: teknik relaksasi nafas dalam; lebih
a1 : “nyeri pada perut bagian bawah dan pada saluran mudah mengeluarkan dahak
kencingnya; nyeri timbul walau sedang tidak dengan batuk efektif; nyeri jadi
bergerak; seperti diremas, dan berdenyut; rasa nyeri berkurang skala 5; pikiran juga
menjalar sampai ke pinggang; skala nyeri 6; nyeri tidak terlalu berat lagi; badan
menetap terus menerus; ekspresi wajah tegang; masih terasa panas
sesekali meringis kesakitan; menjaga area nyeri O: klien mampu mengungkapkan
b1 : belum mampu mengatasi nyeri perasaan cemas yang dialaminya;
klien mampu melakukan teknik
a2 : “mengeluh takut dengan keluhan yang sedang relaksasi nafas dalam; klien
dialami; sering kepikiran terus sampai tidak bisa mampu melakukan batuk efektif;
tidur; ingat anak-anak di rumah tidak ada yang ekspresi wajah tenang; S 37,8 oC
mengurusi; ingat siswa-siswa di sekolah yang akan lainnya dalam batas normal
masuk ke PTN; ekspresi gelisah A:
b2 : belum mampu mengenal ansietas, belum mampu 1. Nyeri akut belum teratasi
mengatasi ansietas yang dirasakan 2. Ansietas sedang teratasi
sebagian
a3 : “demam semalan; basah keringat dingin; S 38 Co
3. Hipertemi belum teratasi
b3 : belum diberikan penurun demam 4. Bersihan jalan nafas tidak
efektif teratasi sebagian
a4 : “sesekali batuk mengeluarkan dahak berwarna P: melatih teknik relaksasi nafas
putih tetapi tidak kental, yang dirasa hanya gatal saja dalam ketika nyeri dan cemas
saat akan dikeluarkan” muncul serta batuk efektif jika
b4 : belum mampu melakukan batuk efektif terasa banyak dahak

Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


2. Ansietas sedang
3. Hipertermi
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tindakan:
1. Memperkenalkan diri dan membina hubungan
saling percaya
2. Memposisikan klien dalam kondisi nyaman
3. Mengkaji ansietas
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
5. Mengukur suhu
6. Memberikan obat penurun demam
7. Mengajarkan cara batuk efektif
RTL:
1. Evaluasi skala nyeri
2. Berikan analgesik jika nyeri meningkat
3. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam
4. Ajarkan teknik distraksi
5. Observasi suhu bila S > 38oC berikan PCT drip,
bila S < 38oC berikan kompres hangat
6. Evaluasi batuk efektif
7. Anjurkan minum air hangat
Hari/Tanggal: Sabtu, 07-05-2016 S: sudah mencoba teknik relaksasi
Data nafas dalam dan terasa lebih enak;
a1 : “masih terasa nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri masih terasa namun
pada saluran kencingnya; nyeri timbul walau sedang sekarang hilang timbul; kegiatan
tidak bergerak; seperti diremas, dan berdenyut; rasa yang ingin dilakukan menonton
nyeri menjalar sampai ke pinggang; skala nyeri 5; TV dan mengobrol; akan
nyeri menetap terus menerus; ekspresi wajah tegang; mencoba di kompres hangat bila
sesekali meringis kesakitan; menjaga area nyeri demam lagi
b1 : sudah mampu mengatasi nyeri dengan teknik O: kliem mampu melakukan
relaksasi nafas dalam teknik relaksasi nafas dalam; klien
mampu menyebutkan teknik
a2 : “masih mengeluh takut dengan keluhan yang distraksi yang dapat dilakukan; S:
sedang dialami; takut dengan hasil rontgen parunya; S 37oC
b2 : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu A:

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas 1. Nyeri akut teratasi sebagian
dalam 2. Ansietas sedang teratasi
sebagian
a3 : “masih demam semalan; keluar keringat dingin 3. Hipertemi teratasi sebagian
o
terus; S 37,5 C P: melatih teknik relaksasi nafas
b3 : sudah diberikan penurun demam dalam, melakukan teknik distraksi
jika ada pikiran-pikiran yang
Diagnosa Keperawatan: mengganggu
1. Nyeri akut
2. Ansietas sedang
3. Hipertermi
Tindakan:
1. Mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam
2. Mengajarkan teknik distraksi
3. Menganjurkan untuk melakukan kompres
hangat
RTL:
1. Evaluasi skala nyeri
2. Berikan analgesik jika nyeri meningkat
3. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi
4. Anjurkan melakukan kegiatan spiritual
5. Observasi suhu bila S > 38oC berikan PCT drip,
bila S < 38oC berikan kompres hangat
Hari/Tanggal: Senin, 09-05-2016 S: nyeri berkurang dengan teknik
Data relaksasi nafas dalam; pikiran
a1 : “nyeri sudah mulai berkurang; sudah tidak terlalu yang mengganggu bisa dialihkan
mengganggu aktivitas; skala nyeri 3 dengan menonton; menjadi lebih
b1 : sudah mampu mengatasi nyeri dengan teknik tenang jika sudah berzikir dan
relaksasi nafas dalam sholat 5 waktu
O: klien mampu menyebutkan
a2 : “masih merasa gelisah dan takut dengan hasil kegiatan spiritual yang dapat
rontgen parunya apakah parah atau tidak; ekspresi dilakukan untuk menenangkan
gelisah pikirannya; S 37,5oC
b2 : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu A:

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas 1. Nyeri akut teratasi sebagian
dalam dan distraksi 2. Ansietas sedang teratasi
sebagian
a3 : “masih merasa demam; S 37,5 C o
3. Hipertemi teratasi sebagian
b3 : sudah mampu melakukan kompres hangat P: melatih teknik relaksasi nafas
dalam, melakukan teknik distraksi
Diagnosa Keperawatan: dan kegiatan spiritual jika ada
1. Nyeri akut pikiran-pikiran yang mengganggu
2. Ansietas sedang
4. Hipertermi
Tindakan:
1. Mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi
4. Menganjurkan melakukan kegiatan spiritual
5. Menganjurkan untuk melakukan kompres
hangat bila masih demam
RTL:
1. Evaluasi skala nyeri
2. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam, distraksi,
dan melakukan kegiatan spiritual
3. Ajarkan hipnosis lima jari
4. Observasi suhu bila S > 38oC berikan PCT drip,
bila S < 38oC berikan kompres hangat
Hari/Tanggal: Selasa, 10-05-2016 S: klien merasa senang setelah
Data melakukan hipnosis lima jari;
a1 : “nyeri sudah semakin berkurang; sudah tidak pikiran yang mengganggu jadi
terlalu mengganggu aktivitas; sudah tidak terlalu hilang sejenak; nyeri juga sudah
terasa jika berjalan-jalan; skala nyeri 3 tidak terasa saat ini
b1 : sudah mampu mengatasi nyeri dengan teknik O: klien mampu melakukan
relaksasi nafas dalam hipnosis lima jari
A:
a2 : “semakin gelisah jika tahu paru-paru saya 1. Nyeri akut sudah teratasi
bermasalah; ekspresi sedih 2. Ansietas sedang teratasi
b2 : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu sebagian
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas P: melatih hipnosis lima jari

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


dalam dan distraksi, dan spiritual ketika sebelum tidur,
memasukkan ke dalam jadwal
Diagnosa Keperawatan: harian
1. Nyeri akut
2. Ansietas sedang
Tindakan:
1. Mengevaluasi kegiatan spiritual
2. Mengajarkan hipnosis lima jari
RTL:
1. Evaluasi skala nyeri
2. Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam, distraksi,
kegiatan spiritual, dan hipnosis lima jari
3. Ajarkan anggota keluarga mengatasi ansietas
Hari/Tanggal: Rabu, 11-05-2016 S: semua cara bisa mengatasi
Data ansietas yang dirasakan; rasanya
a : “semalam tidur nyenyak, sudah mampu mengatasi ada perbedaan menjadi lebih
pikiran-pikiran yang mengganggu; ekspresi tenang tenang dan rileks; keluarga akan
b : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu membantu klien mengatasi
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas ansietas yang di alami\
dalam dan distraksi, spiritual dan hipnosis lima jari O: Klien mampu melakukan
Diagnosa Keperawatan: empat cara yang dilakukan untuk
Ansietas sedang mengatasi ansietas; keluarga
Tindakan: memahami tentang ansietas yang
1. Mengevaluasi kemandirian klien melakukan di alami klien dan
seluruh tindakan mengatasi ansietas dengan mengungkapkan kesediaannya
teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, membantu klien mengatasi
spiritual dan hipnosis lima jari ansietasnya
2. Mengajarkan anggota keluarga mengatasi A: Ansietas sedang sudah teratasi
ansietas P: keluraga membantu klien
RTL: mengatasi ansietasnya
1. Evaluasi keluarga dalam membantu klien
mengatasi ansietas
2. Berikan penkes tentang penyakit dan cara
penanganan selama di rumah

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Hari/Tanggal: Kamis, 12-05-2016 S: selalu mencoba melakukan
Data teknik yang sudah diajarkan; lebih
a : “sudah mampu mengatasi pikiran-pikiran yang ada perbedaannya jika sudah
mengganggu; tetapi belum tahu bagaimana cara dilakukan yaitu lebih tenang
mengatasi penyakitnya; ekspresi tenang O: Klien mampu melakukan
b : sudah mampu mengenal ansietas, sudah mampu empat cara yang dilakukan untuk
mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi nafas mengatasi ansietas; klien
dalam dan distraksi, spiritual dan hipnosis lima jari memahami penkes yang diberikan
A: Ansietas sedang sudah teratasi
Diagnosa Keperawatan: P: melakukan teknik mengatasi
Ansietas sedang ansietas ketika sedang di rumah
Tindakan:
1. Mengevaluasi kemandirian klien melakukan
seluruh tindakan mengatasi ansietas dengan
teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi,
spiritual dan hipnosis lima jari
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit TB paru dan bagaimana cara
pengobatannya di rumah

Intervensi selesai dilakukan

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016


Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Personal

Nama : Nurma Harlianti


Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 17 Mei 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Komplek TNI AU Blok C 19 No.4 RT 002/
RW 004 Atang Senjaya Bogor
Nomor Telepon : +6281219404712
Email : nurma.harlianti17@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan Formal


Nama Sekolah Tahun
Program Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu 2015-2016
Keperawatan Universitas Indonesia
Program Sarjana Keperawatan, Fakultas Ilmu 2011-2015
Keperawatan Universitas Indonesia
SMA Negeri 5 Bogor 2008-2011
SMP Negeri 4 Bogor 2005-2008
SD Negeri Semplak 2 Bogor 1999-2005
TK Tarbiyatunnissa Bogor 1997-1999

Asuhan keperawatan ..., Nurma Harlianti, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai