Anda di halaman 1dari 5

Pengecekan Kondisi Kekuatan Bangunan Air Menggunakan

Metode Geofisika GPR (Ground Penetrating Radar)


Rani Nasrasyam Zalma
140710150017

Air yang hakikat nya merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup semua makhluk hidup sangat diperlukan untuk kegiatan industri, terutama di
bidang pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut perlunya dilakuakn usaha
pembangunan di bidang pengairan. Jaringan irigasi yang merupakan saluran , bangunan dan
bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pambagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Saluran irigasi merupakan
infrastruktur yang mendistribusikan air yang berasal dari bendungan kepada lahan pertanian yang
dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya saluran irigasi ini, kebutuhan air akan sawah/ ladang
para petani akan terjamin.(Soewarno 2000).

Besarnya kebutuhan air bergantung kepada cara pengelolaan lahan. Rusaknya sumber-
sumber air berkaitan dengan kesalahan pengelolaan lingkungan, perubahan tata guna lahan,
pencemaran oleh limbah domestik dan industry serta eksploitasi sumber daya air yang berlebih
akibat tekanan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi. Untuk memecahkan permasalahan
tersebut dapat dilakukan analisis dan evaluasi terhadap kondisi bangunan air utama untuk melihat
tingkat kinerja serta keamanan bangunan air menggunakan teknologi Ground Penetrating Radar
(GPR) yang sering disebut sebagai Georadar.

Ground penetrating radar (GPR) merupakan salah satu metode geofisika yang
memanfaatkan propagasi gelombang electromagnetic (EM) dengan merespon perubahan sifat
elektro-magnetik dari permukaan bawah yang dangkal. Kecepatan propagasi gelombang EM, yang
merupakan faktor pengendali utama pada generasi refleksi, ditentukan oleh kontras permitivitas
relatif antara bahan latar belakang dan target (atau kontras antar lapisan). Permitivitas relatif
didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk menyimpan dan kemudian mengizinkan
bagian energi EM ketika suatu bidang dikenakan pada material dan dapat diukur di laboratorium
atau di tempat. Adanya perbedaan sifat kelistrikan batuan dan mineral digunakan sebagai dasar
untuk penyelidikan bawah permukaan dengan metode geofisika Ground Penetrating Radar
(GPR). Kelistrikan batuan yang penting dalam penguran GPR adalah sifat penghantar listrik
(konduktor) dan permitivitas listrik dalam konstanta dielektrik (isolator). (Srigutomo, dkk, 2016).

Beberapa kelebihan yang dimiliki GPR diantara metode geofisika lainnya, adalah
murahnya biaya operasional, lebih tingginya resolusi hasil karena penggunaan frekuensi tinggi
(broadband atau wideband), cukup mudah dalam pengoperasiannya, aman digunakan dan
merupakan metoda non destructive. Pengukuran georadar tidak dilakukan bila hujan, karena
berbahaya pengaruh halilintar dan juga tanah/batuan akan menjadi material penghantar listrik atau
konduktor yang menyebabkan resolusinya menjadi rendah.

Salah satu studi kasus dari aplikasi metode GPR adalah seperti pengukuran georadar di
Bendung Pasarbaru yang memberikan hasil berupa radar gram. Radar gram tersebut
menggambarkan sinyal yang diakibatkan oleh adanya variasi jenis tanah/batuan/fluida seperti
rembesan air tercerminkan pada nilai konduktansi/kapasitansi yang berbeda bila dibandingkan
dengan lapisan yang homogen. Dengan sifat-sifat yang berbeda tersebut, maka sifat kecepatan
penjalaran gelombang EM georadar yang berbentuk sebagai displacement current akan
menghasilkan nilai amplitudo yang berbeda pula. Semua sifat atenuasi, refleksi maupun dispersi
sinyal yang melaluinya juga menunjukkan perbedaan struktur bawah permukaan.

Gambar 1. Bendung Pasarbaru Irigasi Cisadane (Soewaeli dkk, 2014)


Gambar 2. Pengukuran GPR pada area tubuh bendungan (Soewaeli dkk, 2014)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan warna dalam skala, dengan variasi
intensitas putih, kuning, merah abu-abu dan hitam yang cukup kontras menunjukkan perbedaan
struktur perlapisan bawah permukaan yang kontras pula, baik perbedaan jenis tanah/ batuan
maupun tingkat kepadatan atau densitasnya. Bila ada citra yang berwarna putih baik menerus
ataupun spot-spot, dapat diinterpretasikan sebagai tanda adanya fluida.

Gambar 3. Lintasan A. Lintasan memanjang A tidak memperlihatkan adanya anomaly


yang ekstrim, kecuali respon gelombang yang sedikit tidak jelas karena adanya
pengaruh dari air.

Gambar 4. Lintasan B. Lintasan memanjang B, respon gelombang berbentuk tajam


diperkirakan akibat dari struktur beton bending yang mengandung kawat baja. Pada
lintasan ini, tidak ditemukan adanya anomaly yang ekstrim.
Gambar 5. Lintasan C. Lintasan Cmerupaka lintasan pengukuran melintang dengan
kedalaman 10m. Batas garis merah menunjukkan daerha limpasan yang terbuat dari
beton. Refleksi gelombang yang tidak beraturan karena adanya anoali pengaruh
dari air dan tidak ada anomaly yang ekstrim di daerah ini.

Gambar 6. Lintasan D. Lintasan D merupakan perpanjangan dari Lintasan B, pada


lintasana ini dapat dikenali adanya daerah pertemuan struktur bendung dengan
batas timbunan tanah aslinya (garis lurus), anomaly terlihat pada kedalaman 14m-
22m.

Pada umumnya hasil interpretasi georadar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu
didukung dengan analisa gabungan hasil evaluasi monitoring pada lokasi dan hari pengukuran
serta data sekunder maupun uji in-situ. Metoda georadar merupakan salah satu cara untuk
pemetaan kondisi bawah permukaan, sebelum dilaksanakannya penelitian detail atau bila tidak
tersedia data sekunder. Sehingga kondisi bangunan air yang tidak dilengkapi dengan instrumentasi
monitoring, dapat diketahui kondisi bawah permukaanya.
REFERENSI

Soewaeli S. Adang, Nurlia Sadikin, 2014, “Pemetaan Kondisi Bawah Permukaan Dengan Metode
Geofisika (Studi Kasus: Bendung Pasarbaru, Tangerang)” Bandung ; Peneliti Pusat
Litbang Sumber Daya Air.

Srigutomo Wahyu, Trimadona, Eleonora Agustine, 2016, “Investigation of Underground


Hydrocarbon Leakage using Ground Penetrating Radar” Indonesia : Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, Bandung Institute of Technology and Geophysics
Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Padjajaran University,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai