SOSIOLOGI HUKUM
HUKUM dan POLITIK NASIONAL
DOSEN PENGAMPU : Galuh Praharafi Rizqia, S.H., M.H.
Kelompok 6
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………..…………….……
DAFTAR ISI .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..……………….............................................
1.3 Tujuan………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN ……………………..................................
BAB III PENUTUP .........................................................................
1.5 KESIMPULAN ………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun kata nasional sendiri diartikan sebagai wilayah berlakunya politik hukum
itu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah wilayah yang tercakup dalam kekuasaan Negara
Republik Indonesia. Dari pengertian tersebut, yang dimaksud dengan politik hukum
nasional adalah kebijakan dasar penyelenggara (Republik Indonesia) dalam bidang
hukum akan, sedang dan berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara (Republik
Indonesia) yang dicita-citakan. Dari pengertian tersebut ada lima agenda yang ditekankan
dalam politik hukum nasional, yaitu:
Kemudian jika kita kaitkan dengan struktur lembaga-lembaga negara yang akan
melaksanakan dan merumuskan tentang kebijakan politik hukum didalam sistem
ketatanegaraan Indonesia melalui rekonstruksi lembaga-lembaga negara yang
menjalankan kekuasaan eksekuttif, legislatif, dan yudikatif adalah di maksudkan untuk
menciptakan lembaga-lembaga negara yang demokratis, kuat, dan mandiri dalam
mekanisme check and balances.
Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasca amandemen pada sisi kekuasaan
eksekutif, UUD 1945 memperkuat karakter sistem pemerintahan presidensial dengan
menetapkan Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Dalam
kaitannya dengan pembangunan hukum nasional, presiden mempunyai kekuasaan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 mengenai kewenangan
mengajukan RUU, Pasal 20 mengenai kewenangan membahas RUU, Pasal 20 mengenai
kewenanangan membahas RUU, Pasal 22 mengenai kewenangan mengeluarkan PERPU.
Sedangkan pada posisi kekuasaan yudikatif, UUD 1945 menetapkan dua lembaga
pemengang kekuasaan yudikatif yaitu MA dan MK, serta yang terkait dengan
pelaksanaan kekuasaan yudikatif ialah Komisi Yudisial. Penguatan lembaga yudikatif
yang bebas dan mandiri diatur lebih rinci dalam UU yang mengatur masing-masing
lembaga negara tersebut yaitu: UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,
UU No.5 Tahun 2004 tentang perubahan terhadap UU No.15 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, dan UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Politik hukum nasional adalah kebijakan dasar penyelenggara negara dalam
bidang hukum yang akan, sedang, telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan Negara yang dicita-citakan. Adapun kata
nasional sendiri diartikan sebagai wilayah berlakunya politik hukum itu. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah wilayah yang tercakup dalam kekuasaan Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian, yang dimaksud dengan politik hukum nasional adalah
kebijakan dasar penyelenggara (Republik Indonesia) dalam bidang hukum akan, sedang
dan berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara (Republik Indonesia) yang
dicita-citakan.
Sendi-sendi hukum menjadi kebijakan politik yang membentuk sistem hokum,
yang didalamnya terdiri atas komponen-komponen yang saling bekerja sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu pola dengan ciri tersendiri.
Dalam menentukan kebijakan pembangunan hukum, diantaranya terdapat dua
strategi pembangunan hukum yaitu:
1. Strategi Pembangunan Hukum yang ortodoks yaitu segala usaha yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang berkenaan
dengan bagaimana hukum itu dibentuk, dikonseptualisasikan, diterapkan, dan
dilembagakan dalam suatu proses politik. Dalam hal ini, peran lembaga-
lembaga negara dalam menentukan arah pembangunan hukum suatu negara
sangat dominan.
2. Strategi Pembangunan Hukum yang responsive yaitu usaha pembangunan
hukum yang peran besarnya dilakukan oleh lembaga peradilan dan partisipasi
luas oleh kelompok-kelompok sosial dan individu-individu dalam masyarakat.