PANDUAN TRIAGE
RSUD Ploso Jombang
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang perawat triage harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk melakukan peran triage. Perawat triage profesional memiliki
kewajiban hukum untuk melaksanakan peran Triage Perawat
menggunakan pendekatan sistematis.
Perawat IGD sebagai profesional, bertanggung jawab atas tindakan
mereka. Akuntabilitas berasal dari pemanfaatan protokol yang tersedia,
penyelesaian dokumentasi yang benar, dan kepatuhan terhadap standar
dan panduan kualitas. Protokol idealnya membantu dalam pemeliharaan
standar perawatan yang tinggi secara konsisten di institusi tersebut dan
dapat digunakan jika perlu untuk memberikan bukti dari praktek klinis di
fasilitas perawatan kesehatan.
The Diskriminator Fisiologis dan Australasia Triage Scale (ATS)
adalah contoh pedoman yang tersedia untuk perawat untuk dimanfaatkan.
Hal ini tidak diasumsikan bahwa panduan otomatis akan melindungi
perawat dari semua kewajiban hukum. Dengan pemikiran ini,
pertimbangan juga harus diberikan kepada otonomi peran, dengan
pemberian otonomi kepada Perawat dalam penentuan katagori triage, dan
kemampuan untuk memanfaatkan keahlian individu untuk penilaian
pasien.
Protokol harus dipandang sebagai standar minimal perawatan yang
diberikan. Posisi pernyataan yang menjelaskan peran dan tanggung jawab
1
Nurse Triage termasuk praktek standar minimum telah dihasilkan oleh
badan-badan profesional. Semua perawat harus mengetahui beberapa
prinsip hukum dasar, yang meliputi persetujuan, unsur-unsur kelalaian,
definisi dan sumber-sumber standar perawatan, dan bagaimana kebijakan
dan pedoman dapat mempengaruhi praktek. Ada harapan bahwa perawat
melakukan peran perawat triage akan memiliki pengalaman yang
memadai, pelatihan dan supervisi untuk melakukan peran. Lembaga yang
mempekerjakan juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
staf cukup siap untuk melakukan peran.
BAB II
DEFINISI DAN TUJUAN
A. DEFINISI
1. Sistem Triage
Proses di mana seorang klinisi menilai tingkat urgensi pasien.
2. Triage
Adalah struktur dasar di mana semua pasien yang datang
dikategorikan ke dalam kelompok tertentu dengan menggunakan
standar skala penilaian urgensi atau struktur .
3. Fungsi triase
2
Triase adalah fungsi penting dalam Instalansi Gawat Darurat (IGD), di
mana banyak pasien dapat datang secara bersamaan. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dirawat di urutan
terpenting secara klinis yang mengacu pada kebutuhan untuk
dilakukan intervensi secara cepat terlabih dahulu. Hal ini tidak identik
dengan derjat keparahan penyakit. Triase juga memungkinkan untuk
alokasi pasien untuk penilaian yang paling tepat, perawatan, dan
memberikan kontribusi informasi yang membantu untuk
menggambarkan bagian dari berbagai macam kasus.
4. Penilaian Triage
Triase adalah titik kontak pertama publik dengan Instalansi Gawat
Darurat. Penilaian triage umumnya harus mengambil tidak lebih dari
2-5 menit dengan tujuan terjadi keseimbangan antara kecepatan dan
ketelitian.
5. Re-triase
Jika kondisi pasien berubah saat sedang menunggu untuk
pengobatan atau jika informasi tambahan yang relevan telah tersedia
yang berdampak pada hal yang lebih penting, makan pasien harus
kembali diprioritaskan. Baik triase awal dan kategorisasi selanjutnya
harus dicatat, dan alasan untuk kembali triase harus
didokumentasikan.
6. Urgensi
3
Urgensi ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien dan digunakan
untuk menentukan kecepatan intervensi yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang optimal. Tingkat Urgensi adalah tingkat
keparahan atau kompleksitas suatu penyakit atau cedera. Sebagai
contoh, pasien mungkin akan diprioritaskan ke peringkat urgensi yang
lebih rendah karena mereka dinilai lcukup aman bagi mereka untuk
menunggu penilaian emergensi, walaupun mereka mungkin masih
memerlukan rawat inap di rumah sakit untuk kondisi mereka atau
mempunyai kondisi morbiditas yang signifikan dan resiko kematian.
7. Waktu Kedatangan
Waktu kedatangan adalah yang pertama kali dicatat antara pasien dan
staf di Unit Gawat Darurat.
Ini adalah jeda antara waktu kedatangan dan saat penilaian medis
dan pengobatan awal. Dibutuhkan ketepatan dalam perekaman sejak
menit pertama.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari sistem triage adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah sesuai
dengan kriteria klinis, bukan didasarkan pada kebutuhan organisasi
atau administrasi.
2. Tujuan Khusus
4
a. Mengoptimalkan keselamatan dan efisiensi pelayanan darurat
berbasis-rumah sakit dan untuk menjamin kemudahan akses
terhadap pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat;
b. Sebagai Sebuah tempat masuk tunggal untuk semua pasien
datang (bersifat ambulans dan non-bersifat ambulans), sehingga
semua pasien memperoleh proses penilaian yang sama.
c. Lingkungan fisik yang sesuai untuk melakukan melakukan
pemeriksaan singkat. Juga diperlukan lingkungan yang
memberikan kemudahan untuk pasien menyampaikan kondisi
klinis, memperoleh rasa aman dan persyaratan administrasi, serta
ketersediaan peralatan pertolongan pertama serta tersedianya
fasilitas cuci tangan.
d. Sebuah sistem penerimaan pasien yang terorganisir akan
memungkinkan kemudah aliran informasi kepada pasien dari unit
triase sampai ke seluruh komponen instalasi gawat darurat , dari
pemeriksaansampai penanganan pasien
e. Didapatnya data yang tepat waktu untuk kebutuhan pemberian
pelayanan , termasuk sistem untuk memberitahukan kedatangan
pasien dengan ambulan dan pelayanan gawat darurat lainnya.
BAB III
RUANG LINGKUP
5
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya.
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.
d. Pelaksana panduan triage pasien ini adalah perawat IGD Rumah
Sakit.
BAB IV
TATA LAKSANA
6
Tabel 4.2. Deskripsi Kategori ATS (Australian Triage Scale)
Kategori Respon Deskripsi kategori Deskripsi klinis
ATS (indikatif)
Kategori Penilaian dan Mengancam nyawa - Henti jantung
1 pengobatan Kondisi yang - Henti nafas
segera mengancam -Risiko langsung ke
kehidupan jalan napas
(atau risiko besar akan – cenderung buntu
kecacatan) dan total
membutuhkan - RR < 10x/min
intervensi - Gangguan
sesegera mungkin pernapasan yang
ekstrim
- BP <80 (dewasa)
atau shock
- Anak / bayi
berespon dengan
rangsang sakit
saja (GCS <9)
- Kejang
berkepanjangan
(status epileptikus)
- Drug overdosis
yang tidak
responsif atau
hipoventilasi
- Gangguan
perilaku berat
dengan ancaman
kekerasan yang
berbahaya
No. RM :
RUMAH SAKIT UMUM Nama :
DAERAH PLOSO KABUPATEN Tanggal lahir : L/P
JOMBANG Alamat :
No Bed :
LEMBAR TRIAGE
Tanggal masuk : Jam masuk : Jam mulai diperiksa : Jam selesai triage :
Jenis kasus : Trauma Non Trauma Obstetri Diantar polisi : Ya Tidak
Cara datang Komunikasi dari Rujukan
Kendaraa pribadi Ambulance Ya Tidak Tgl & Jam :
Kendaraan umum Rujukan dari :
Tgl & Jam Kejadian : Tempat Kejadian :
Keluhan Utama :
13
Tekanan darah Tekanan darah Hipertensi TDS 120 - 219 TDS 90
: : TDS ≥ 220 mmHg mmHg atau -119 mmHg
………mmHg ………mmHg atau TDD 70 - 119 atau
TDD ≥ 120 mmHg mmHg TDD 70-
atau 119 mmHg
Hipotensi TDS ≤
80 mmHg
Akral Dingin
CRT > 2 detik
MATERNITAS
Hamil ≥ 20 mgg,
TDS ≥ 160 mmHg
atau
TDD ≥ 110 mmHg
KESADARAN GCS Kejang Verbal respon GCS > 13 GCS 15 GCS 15
E : Unrespon GCS ≤ 13 Luka resiko
V : Pain Typical chest pain infeksi
M: Respon Trauma curiga
fraktur
SUHU : 0
C Neonatus Neonatus 36,5 0C - 36,5 0C -
Neonatus < 36,5 C > 37,5 C
0 0
37,5 C0
37,5 0C
AREA P1 P2 P3
RESPON TIME 1 menit 10 menit 60 menit
ALERGI GANGGUAN PERILAKU
Tidak Ada Alergi Marah PETUGAS TRIAGE :
Alergi Obat : Cemas
DOA ………………………… Panik
Alergi Makanan : Membahayakan diri dan orang lain ( ……………………………………. )
………………………. Tanda tangan & Nama terang
B. PENATALAKSANAAN TRIAGE
14
Poses triage merupakan suatu suatu proses identifikasi yang
dilakukan terhadap pasien pada kontak pertama berdasarkan tingkat
prioritas kegawatan pasien, agar pasien IGD dapat segera diidentifikasi
dan diberikan pelayanan segera sesuai tinggkat kegawat daruratanya,
memprioritaskan kasus-kasus yang benar–benar gawat darurat (true
emergency) dengan tepat dan cepat (live saving)
1. Kriteria pasien sesuai jenis triage (kegawat daruratanya)
a. RESUSITASI
Prioritas I : Pasien yang mengancam jiwa/ fungsi vital dilakukan
tindakan segera, pelayanan terhadap pasien dengan kategori
GAWAT DARURAT MENGANCAM NYAWA yang membutuhkan
resusitasi akan diprioritaskan lebih dulu pertama kali dalam waktu
0 menit.
b. EMERGENT
Prioritas II : Pasien potensial mengancam jiwa/ fungsi organ bila
tidak segara ditangani dalam waktu tingkat pasien dengan
kategori GAWAT DARURAT YANG MEMBUTUHKAN
PELAYANAN SEGERA akan mendapatkan penanganan dalam
waktu 1-3 menit.
c. URGENT
Prioritas III : pasien tidak berpotensial mengancam jiwa/ fungsi
organ. Pelayanan terhadap pasien dengan kategori DARURAT
TIDAK GAWAT yang membutuhakan pelayanan lebih lanjut akan
mendapatkan penanganan dalam waktu 3-5 menit.
d. NON URGENT dan FALSE EMERGENT
Prioritas IV, keadaan dimana pasien masih bernafas normal,
denyut jantung normal dan masih memerlukan tindakan observasi
ataupun tidak.
2. Dalam keadaan bencana baik dari dalam ataupun luar rumah sakit
Perawat IGD terlatih ikut dalam melakukan triase, petugas IGD akan
menetapkan kondisi pasien dengan label seperti berikut sesuai
dengan klasifikasi berat ringan/ sesuai kegawatdaruratannya.
a. Warna hijau/ rendah : perlu penanganan seperti pelayan biasa
tidak perlu tindakan segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir seperti luka ringan dan luka superfiisial.
b. Warna kuning/ prioritas sedang : potensi mengancam fungsi vital
bila tidak segera dilakukan pertolongan dalam jangka waktu
15
singkat seperti cidera abdomen tanpa syock, cedera dada tanpa
gangguan respirasi, cedera tulang belakang tanpam ada
gangguan kesadaran
c. Warna merah/ prioritas utama : mengancam jiwa atau fungsi vital
yang memerlukan tindakan/ pertolongan segera untuk
penyelamatan nyawa perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar seperti
gangguan jalan nafas, syok dengan perdarahan hebat, luka
bakar grad II dan III >25% , penurunan sistem mental.
d. Warna hitam/ prioritas nol : sudah meninggal atau kemungkinan
untuk hidup sangat kecil atau luka sangat parah dan pasien
sudah kondisi tidak bernyawa.
BAB V
DOKUMENTASI
BAB VI
PENUTUP
17