Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN PENENTUAN TARIF

(Berdasar PMK 85 Tahun 2015)

dr. Tri Muhammad Hani, MARS


Pasal 6 Ayat (2) :
 Tarif Rumah Sakit disusun TETAP
Pola Tarif Nasional sebagaimana dimaksud
berdasarkan UNIT COST atau BIAYA
pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
SATUAN
komponen BIAYA SATUAN pembiayaan
(UNIT COST) dan dengan memperhatikan
 Tarif TIDAK disusun secara PAKET
kondisi regional.

Pasal 7 Ayat (2) :


Biaya satuan pembiayaan (unit cost)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  UNIT COST atau BIAYA SATUAN 
merupakan hasil perhitungan total Hasil dari perhitungan TOTAL BIAYA
(Total Cost)
biaya (total cost) masing-masing
kegiatan yang dikeluarkan Rumah
Sakit.
Pasal 15 Ayat (1) :
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan Tarif Kegiatan Pelayanan =
pelayanan diperhitungkan berdasarkan
komponen jasa sarana dan jasa pelayanan Jasa Sarana (JS) + Jasa
pada rawat jalan, rawat inap, dan rawat Pelayanan (JP)
darurat.

Pasal 16 :
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan non Tarif Kegiatan NON
pelayanan bagi Rumah Sakit yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pelayanan =
Daerah meliputi komponen jasa sarana
dan/atau jasa lain sesuai dengan ketentuan
Jasa Sarana (JS) + Jasa
peraturan perundang-undangan. Lain (Jika Ada)
Pasal 15 Ayat (2) :
Komponen jasa sarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan imbalan yang diterima
oleh Rumah Sakit atas pemakaian akomodasi, Jasa Sarana (JS)
bahan non medis, obat-obatan, bahan/alat Biaya JASA SARANA
kesehatan habis pakai yang digunakan langsung
dalam rangka Pelayanan Medis dan Pelayanan
Penunjang Medis.

Pasal 15 Ayat (3) :


Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan imbalan yang diterima
Jasa Pelayanan (JP) 
oleh pemberi pelayanan atas jasa yang diberikan Imbalan kepada PARA
kepada pasien dalam rangka Pelayanan Medis,
Pelayanan Penunjang Medis dan/atau pelayanan
PEMBERI JASA
lainnya.
Pasal 19 Ayat (1) :
Biaya jasa sarana untuk tarif rawat jalan dihitung
dari total biaya sarana dibagi total volume
kegiatan jumlah kunjungan dalam 1 (satu) tahun
 Biaya Jasa Sarana = Total
Pasal 19 Ayat (2) : Biaya / Volume Kegiatan
Biaya jasa sarana untuk tarif rawat inap dihitung
dari total biaya masing-masing sarana rawat inap
 Biaya Jasa Sarana = Unit
dibagi jumlah volume kegiatan masing-masing
sarana sesuai kelas perawatan dalam 1 (satu) Cost
tahun
Pasal 19 Ayat (3) :
Biaya jasa sarana untuk tarif rawat darurat
dihitung dari total biaya sarana dibagi total
volume kegiatan dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 20 :  Biaya Jasa Pelayanan
(1) Biaya jasa pelayanan diperhitungkan dengan
 Perhitungan Lain
mempertimbangkan masukan dari berbagai unsur
pelayanan di Rumah Sakit.  Biaya Jasa Pelayanan
(2) Biaya jasa pelayanan untuk jenis pelayanan yang sama
 Terpisah dari UNIT
harus diperhitungkan sama di semua kelas pelayanan. COST
(3) Penentuan besaran biaya jasa pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus mempertimbangkan
 Biaya Jasa Pelayanan
keberlangsungan pelayanan. BUKAN dari
perhitungan Unit Cost
Jadi.....
Ketika kita menghitung UNIT COST  Sesungguhnya kita
sedang menghitung JASA SARANA

Rumus TARIF = JASA SARANA + JASA PELAYANAN

Rumus TARIF = UNIT COST + JASA PELAYANAN


UNIT COST = UNIT COST AKTUAL + PRICING POLICY

UNIT COST AKTUAL = TOTAL COST / VOLUME

PRICING POLICY = PM + BB + ATP + WTP +


KOMPETITIF

UNIT COST = (TC/VOL) + PM + BB + ATP + WTP + KOMPETITIF


Bagaimana dengan JASA PELAYANAN (JP) nya ?
Berapakah Proporsi JP terhadap Total Tarif ?

Tergantung pada KEBIJAKAN INTERNAL RS  Proses PRICING


POLICY juga

Apakah bebas menetapkan proporsi Jasa Pelayanan terhadap Tarif ?

TIDAK JUGA... Ada ketentuan yang bisa jadi acuan


PMK 12 Tahun 2013  Pasal 28 Ayat 2 :
a. biaya pegawai paling besar 44%  Jasa Pelayanan (JP) 
(empat puluh empat persen);
SALAH SATU Komponen
b. biaya operasional dan biaya investasi
paling kecil 56% (lima puluh enam BIAYA PEGAWAI
persen).
PMK 12 Tahun 2013  Pasal 28 Ayat 3 :  Jasa Pelayanan TIDAK
Biaya pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) MUNGKIN LEBIH dari 44
huruf a berupa komponen remunerasi yang berasal
% dari Pendapatan (Tarif)
dari penerimaan negara bukan pajak yang meliputi
gaji pegawai BLU Rumah Sakit non pegawai negeri
sipil, jasa pelayanan, insentif, lembur, honorarium,
kesejahteraan, dan asuransi pegawai
PMK 85 Tahun 2015  Pasal 24  Belanja Barang / Jasa dan
Ayat 3 : Belanja Modal MINIMAL
Penggunaan pengeluaran untuk 40 %
belanja barang/jasa dan belanja
 Berarti....Belanja
modal sebagaimana dimaksud pada Pegawai MAKSIMAL
ayat (2) huruf a ditetapkan dengan 60%
proporsi paling sedikit 40% (empat
puluh persen) dengan  Berarti....Jasa Pelayanan
memperhatikan keberlangsungan (JP) PASTI DIBAWAH 60
pelayanan %
PMK 28 Tahun 2014  Hal 39 (Huruf D  Jasa Pelayanan (JP) 
 Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana, Minimal 30 % dan
Poin Nomer 2.3) : Maksimal 50 % dari
PENDAPATAN
Besaran jasa pelayanan kesehatan di
FKRTL milik Pemerintah dalam kisaran  Konteks PENDAPATAN
30 - 50% (tiga puluh sampai dengan lima  Nilai Klaim Yang
puluh persen) dari total pendapatan Disetujui
fasilitas kesehatan tersebut.
 PENDAPATAN = TARIF
KESIMPULAN :
Proporsi Jasa Pelayanan (JP) terhadap TARIF :
PALING RENDAH  30 %
PALING TINGGI  Dibawah 60 %

Tergantung pada kebijakan internal  PRICING POLICY


Tahap Ke-2.

Pertimbangkan  Kemampuan Keuangan RS, Daya Saing


Dengan Kompetitor, Lingkungan Eksternal RS
KAIDAH NORMATIF :

1. Layanan yang memanfaatkan MODALITAS ALAT yang LEBIH BESAR


dibanding HUMAN SKILL  Jasa Sarana (JS) HARUS JAUH LEBIH
BESAR daripada Jasa Pelayanan (JP). Contoh : Pemeriksaan
Laboratorium  Pertimbangkan Biaya Modal  ROI (Return Of
Investmen), KSO dll

2. Layanan yang memanfaatkan HUMAN SKILL yang LEBIH BESAR


dibanding MODALITAS ALAT  Jasa Pelayanan (JP) HARUS LEBIH
BESAR daripada Jasa Sarana (JS)  Minimal SAMA (Kebijakan
Internal). Contoh : Tindakan Medis Operatif (TMO) di Ruang OK.
KOMPONEN TARIF IDEAL :

1. Sebagian Besar  Ada Jasa Sarana (JS) dan Jasa Pelayanan


(JP). Contoh : Pemeriksaan Radiologi, TMO, TMNO dll

2. Ada yang HANYA Jasa Sarana (JS) SAJA  Contoh :


Akomodasi Kamar, Biaya Obat dan BHP

3. Ada yang HANYA Jasa Pelayanan (JP) SAJA  JARANG


Tergantung Kebijakan Internal RS (Kalau Ada)  Contoh :
Konsultasi Dokter Rawat Jalan  Bisa TANPA JASA SARANA
Jadi....
Proses Penghitungan TARIF :

1. Menghitung JASA SARANa (JS)  Yaitu Dengan Menghitung UNIT


COST AKTUAL
2. Menentukan JASA SARANA (JS) = UC AKTUAL + PRICING POLICY
Tahap 1
3. Menentukan PROPORSI JASA PELAYANAN (JP) Terhadap TARIF 
Proporsi JP Ideal + Pricing Policy Tahap 2
4. Menjumlahkan JASA SARANA + JASA PELAYANAN = TARIF AKHIR
ANOTHER SIGHT ...........

Jika PMK 85 Tahun 2015 Pasal 18 Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) :

a. Rawat jalan reguler SESUAI titik impas (break even point);


b. Kelas III (tiga) ditetapkan LEBIH KECIL dari kelas II (dua);
c. Kelas II (dua) ditetapkan SESUAI titik impas (break even point); dan
d. Kelas selain huruf a dan huruf b, ditetapkan LEBIH BESAR dari kelas II (dua)
dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan.
e. Rawat Darurat LEBIH BESAR titik impas (break even point);

TITIK IMPAS (BEP) sama dengan UNIT COST AKTUAL ??


Jika BEP = UC AKTUAL ..............
Maka..............

a. UC Rawat jalan reguler = UC AKTUAL


b. UC Kelas III (tiga) < UC AKTUAL
c. UC Kelas II (dua) = UC AKTUAL
d. UC Kelas I, VIP, VVIP, Kelas Khusus > UC AKTUAL
e. UC IGD > UC AKTUAL

Artinya .................
Kelas III  Kelas SUBSIDI
Kelas II, Rawat Jalan  Kelas IMPAS
Kelas I, VIP, VVIP, Kelas Khusus, IGD  Kelas PROFIT
Penemuan menarik .....

Hasil analisa SAMPEL DATA dan RERATA (AVERAGE) terhadap TARIF INA CBGs
 Gradasi KENAIKAN TARIF berdasarkan KELAS RAWAT INAP dari Kelas III ke
Kelas I adalah :
Kelas III : 1,00
Kelas II : 1,18 x Kelas III
Kelas I : 1,39 x Kelas III

Jika Dibuat DERET ANGKA sesuai KAIDAH STATISTIK  Jika


dilanjutkan sampai kelas diatas kelas I, maka hasilnya adalah
Kelas III : 1,00
Kelas II : 1,18 x Kelas III
Kelas I : 1,39 x Kelas III
Kelas VIP : 1,63 x Kelas III
Kelas VVIP : 1,90 x Kelas III
Sekian dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai