BUDAYA NUSANTARA
Disusun oleh :
1) Abdul Ivan Ramadani C.S (14650077)
2) Lufiyah Fauziyah (14650059)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG, SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan
dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
BAB III
PEMBAHASAN
Pesta laut
Rumah Adat
Bali
Rumah Adat : Rumah Gapura Candi Bentar.
Gorontalo
Rumah Adat : Rumah Dulohupa dan Rumah Pewaris.
Maluku
Rumah Adat : Rumah Baileo
Papua Barat
Rumah Adat : Rumah Honai.
Papua Rumah Adat : Rumah Honai
Alat Musik
Alat musik di Indonesia sebenarnya sangat banyak macamnya, contoh saja seperti gendang
dari yogyakarta, gamelan dari jawa tengah, Angklung dari jawa barat, bende dari lampung dan
masih banyak lagi. Tapi heranya kenapa sekarang orang indonesia sudah jarang ada yang
memainkan alat musik tersebut, alat musik tersebut dipakai kalau hanya ada acara besar saja atau
di peruntuhkan untuk anak sekolah dasar. harusnya sebagai orang indonesia kita ikut mewarisi
budaya-budaya yang telah ada agar budaya tersebut tidak hilang karna adanya budaya asing yang
masuk.
Tarian
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia.tetapi kebanyakan dari orang indonesia sudah terpengaruh oleh budaya asing atau luar.
setiap suku bangsa di Indonesia pasti memmpunyai tarian khas daerahnya sendiri-sendiri. Tradisi
kuno tarian dan drama ini biasanya diajarkan seperti di sanggar-sanggar tari dan juga sekolah.
Seni tari di indonesia juga bisa masuk kedalam beberapa golongan, Dalam katagori sejarah, seni
tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan
era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari
keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat
kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari
tradisional dan tari kontemporer.
contoh gambar tarian bercorak prasejarah dari suku pedalaman
Tari keraton
Tarian Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari
masyarakatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya. Berdasarkan
pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh
rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana
(keraton) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih
dinamis, enerjik, dan relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun
demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap dipertahankan.
Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial pergaulannya daripada fungsi ritual.
Tari tradisional
Kecenderungan distengrasi yang muncul belakangan ini salah satu faktornya adanya
sikap ekslusif terhadap pandangan ideologi dan keyakinan agama hingga akhir ketegangan.
Ketegangan tersebut menjembatani dan turut menyumbang serta memperparah berbagai konflik
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat
Sebelum kedatangan Islam, wanita merupakan sesuatu yang tak berharga sehingga masyarakat
Arab selalu memandangnya dengan sebelah mata. Al-Qur’an menyebutkan bahwa wanita adalah
sosok yang mengurusi pendidikan hati dan roh manusia, sementara roh dan hati manusia
bukanlah pria maupun wanita. Oleh sebab itu al-Qur’an meniadakan tema wanita dan pria agar
tidak ada tempat untuk menjelaskan persamaan atau perbedaan antara kedua jenis manusia
tersebut. Ketika masalah wanita dibahas oleh al-Qur’an dan hadits, hal tersebut tidak dapat
dilihat sebagai sebuah keistimewaan yang melebihkannya dari pria.
Dalam masalah ibadah umpamanya, tidak ada satu iabadah pun yang tidak melibatkan wanita.
Bahkan dalam masalah haid sekalipun, meski ada riwayat yang mengatakan, “Tinggalkanlah
salat ketika kamu dalam keadaan haid.
Sebab ada riwayat , bahwa jika seorang wanita dalam keadaan haid kemudian ia berudhu dan
duduk di tempat shalatnya pada saat waktu shalat wajib tiba, kemudian menghadap kibalat
sambil berzikir, maka ia akan memperoleh pahala shalat yang saat itu tidak boleh dilakukannya.
Maka itu, tidak ada satu pun bentuk kesempurnaan yang hanya dapat digapai kaum pria saja,
sehingga wanita terhalang untuk mendapatkannya. Tentunya masalah-masalah fiqhilah yang
mengurusi pembagian masalah tehnis pelaksanaan, apa saja yang harus dilakukan pria dan tidak
boleh dilakukan wanita. Namun, sekali lagi itu hanya berkaitan dengan pelaksanaan teknis
semata. Adapun dalam masalah pengetahuan tafsir, filsafat dan irfan, tidak ada pembahasan
tentang perbedaan antara pria maupun wanita, yang menentukan adalah sisi kemanusiaan. Oleh
sebab itu, jika permasalahannya adalh pendidikan roh, maka roh bukan pria maupun wanita,
karena di sini semua sama. Sementara itu ayat-ayat al-Qur’an yang banyak menggunakan bentuk
maskulin dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok pertama, ayat-ayat yang tidak dikhususkan untuk satu jenis saja seperti ayat yang
menyebutkan kata an-nas atau insane (manusia) atau yang disebut dengan kata man (siapa).
Kelompok kedua, ayat-ayat yang berbicara tentang pria seperti ayat-ayat yang menggunakan
bentuk maskulin (kata yang mengandung arti banyak dengan diakhiri dengan
huruf waw dan nun atau ya’ dan nun seperti kata muslimun atau muslimin), dan ayat yang
mengandung arti maskulin sebagai kata ganti dari kata nas atau yang lainnya, misalnya
kata yu’allimikum dan lain-lain. Semua itu berdasarkan bahasa tersendiri yang digunakan al-
Qur’an.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perrempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (Qs.
An-Nahl:97)”
Al-Qur’an turun untuk membersihkan roh. Ketika roh beribadah dan mendekat kepada Allah
SWT. dia dihukumi sebagai ‘amil, artinya orang yang melakukan, baik fisiknya berjenis wanita
maupun pria; ia tidak berbeda. Jika demikian, maka dalam hal makrifat Allah, keikhlasan dan
kemauan teguh, tidak ada perbedaan antara pria maupun wanita.
Jelaslah bahwa gender tidaklah berperan dalam hal menerima ajaran-ajaran al-Qur’an. Allah
SWT. mengatakan bahwa fisik manusia pertama (Adam as) adalah bersumber dari tanah (thin);
“sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah (Qs. Shad: 71).
Terkadang Allag SWT. mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat kering
(shalshal), juga hama’ masnun (Lumpur hitam yang diberi bentuk). “Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi
bentuk (Qs. Al-Hijr: 26).
Jika demikian, apa yang akan dibanggakan manusia? Jika harus membanggakan sesuatu,
maka kebanggaan yang hakiki adalah terhadap sesuatu yang tidak dapat kita banggakan. Faktor
yang dapat dibanggakan hanya ketakwaan saja, yang tidak boleh disertai kesombongan dan
kebanggaan.
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang peling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengethaui lagi
maha mengenal (Qs. Al-Hujarat: 13).
Ayat ini seakan-akan menyeru umat manusia; jika kalian menginginkan kebanggaan dengan
jasad kalian, maka pria diciptakan dari wanita. Begitu pula pria dan wanita, mereka juga
diciptakan dari pria dan wanita. Jasad pria tidak lebih utama dari jasad wanita atau sebaliknya.
Jika ada orang, jenis manusia atau ras yang ingin membanggakan tubuhnya, maka katakanlah
padanya bahwa sesungguhnya setiap ras dari kalian berasal dari wanita dan pria.
Masalah ras dan bahasa merupakan faktor untuk saling mengenal dan identitas alami. Manusia
tidak dapat menghilangkan identitas tersebut, ke mana ia pergi pasti membawanya. Wajah,
bentuk, tubuh, bahasa, dialek dan lain-lainnya merupakan identitas alami manusia yang melekat
pada tubuh. Adapun roh adalah satu, ia bukan barat dan bukan timur, ia bukan Arab dan bukan
pula non Arab dan seterusnya.
Identitas bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan. Jika demikian tidak ada sedikit pun –bagi
manusia- peluang untuk saling ingin berbangga diri, karena seluruh manusia terdiri dari pria dan
wanita, dan suku atau bangsa seluruhnya berkaitan dengan jasad, sementara roh tidak demikian.
Ia (roh) memiliki pembahasan lain yang tidak masuk pada pembahasan tentang identitas dan
lain-lainnya. Jika seseorang menginginkan untuk bangga, maka janganlah membanggakan
dirinya namun banggalah dengan takwanya
Pada dasarnya manusia yang lahir dan berkembang mengikuti dan mencontoh nilai-nilai yang
berada di lingkunganya, hal ini tidak terlepas dari peranan wilayah sekitar yang memberikan
contoh dalam perkembangan pada setiap manusianya. Budaya memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap perkembangan manusianya, sebagai contoh, setiap manusia memiliki naluri dan
kemampuan menyerap apa yang menjadi contoh di kehidupanya, di ibaratkan sebuah balon gas
berwarna warni yang dapat terbang di udara, kita melihat balon itu dapat terbang bukan
berdasarkan warnanya, namun yang menjadi intinya adalah isi dari balon tersebut. Dari beberapa
panjabaran diatas ada beberapa sedikit kesimpulan yang di ambil tentang makna kebudayaan,
dimana kebudayaan sangat berperan penting dalam setiap kehidupan manusia sebagai landasan
berfikir dan bertindak.
Dengan memaknai dan mengamalkan arti dari kebudayaan kita dapat menyimpulkan
bahwasanya kebudayaan sebagai landasan dasar manusia untuk berkembang dan bertindak di
dalam kehidupan. Jika kita mengutip perkataan dari beberapa tokoh seperti yang di utarakan
Mohamad Hatta tentang kebudayaan, dimana kebudayaan selalu berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat baik, jadi kebudayaan menurut Hatta sendiri adalah suatu hal yang lebih ditekankan pada
hal yang baik dan tidak terkesan negative. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang belajar ilmu
matematika dan kemudian dalam pengamalanya ilmu tersebut di gunakan bukan untuk hal yang
bersifat negative namun ilmu tersebut di gunakan untuk membangun kehidupan sesama
manusianya.
Proses humanisasi adalah hal yang harus ditekankan dalam kehidupan bermasyarakat, ketika
manusia bisa memanusikan sesamanya, hal ini jelas sangat penting di tekankan di kehidupan
kita. Pengaruh globalisasi yang terbentuk dalam ruang-ruang yang lebih sempit (glokalisasi)
yang diutarakan Ritzer, sangatlah mengusik tatanan budaya pada masyarakat lokalnya. Cepatnya
arus informasi, teknologi dan perputaran barang pada satu waktu yang bersamaan dapat
memberikan kemudahan bagi manusianya, namun disisi lain hal ini sangat berpengaruh terhadap
tatanan budaya lokalnya. Tatanan nilai-nilai lokal harus di pelihara sedemikian baik sehingga
masyarakat dapat memfilter segala bentuk hal yang dapat merusak tatanan budaya masyarakat
lokalnya.
Berkaca pada kondisi sekarang ini, begitu banyak kejadian yang mengusik hati kita, seperti
ketika manusia tidak dapat menjaga sesamanya, kemiskinan yang tidak dapat di tuntaskan. Hal
ini tidak terlepas dari rusaknya dan tidak berfungsinya manusia dalam mengamalkan makna
kebudayaan yang sebenarnya. Budaya adalah sebagai dasar yang membentuk setiap prilaku
manusianya, jika budaya yang bersifat baik dapat diamalkan maka tatanan kemanusiaan akan
terjaga dengan baik, namun jika budaya sudah tidak bias lagi di pahami dan dimaknai dan
terkesan terusak dan terabaikan maka akan timbul hal yang sebaliknya.
BAB IV
ANALISIS, SARAN DAN KESIMPULAN
4.1 ANALISIS
A. Nilai , Budaya , Dan Nusantara
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu
dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang
terjadi.Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu
yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.Ada tiga hal yang
terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang
kelihatan kasat mata (jelas)Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto
tersebutKepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka
acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Nilai budaya mencakup tradisi lisan, bahasa, festival budaya, ritus dan kepercayaan,
musik dan lagu-lagu, seni pertunjukan, pengobatan tradisional, literatur, makanan tradisional
serta olah raga dan permainan tradisional . Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya
masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal
yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada
kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.Faktor
lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan
budaya lokal.
Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus
dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian
negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan
berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit
demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya
kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah
mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya
budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat
serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai
contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya
luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti
KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut
higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi
menu keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis
makanan tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita
kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari daerah asal mereka.
Tambah lagi, jawaban dari pertanyaan itu bukanlah tujuan yang utama. Sementara itu,
masyarakat Kalimantan yang dipengaruhi oleh keluasan alam dan lingkungan mereka
membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan orang Jawa. Kebudayaan dipengaruhi juga
oleh luas wilayahnya. Semakin luas wilayah kehidupan budaya tertentu, maka semakin luas pula
ruang yang diperlukan oleh mereka. Itu berarti bahwa mereka semakin independen dan tak ingin
dicampuri urusannya. Maka sebagai jawaban atas pertanyaan di atas adalah tidak menjawab.
Secara spontan, pertanyaan di atas juga mengusik kebebasan mereka sehingga menimbulkan
stimulus untuk bereaksi spontan dan emosional.
Berdasarkan analisis di atas, persoalannya terletak pada keluasan ruang bebas yang
diperlukan oleh masing-masing budaya. Budaya yang satu membutuhkan ruang yang lebih luas
dibandingkan oleh budaya yang lain. Sementara budaya yang lain justru merasa bahwa ruang
bebas itu dibentuk secara bersama-sama. Apabila dicermati lebih lanjut, maka masing-masing
memiliki aturan berbeda yang menerangi realitas yang sama yaitu mengenai penempatan diri
terhadap orang lain. Aturan yang satu cenderung mengambil jarak, sementara yang lain
cenderung makin menghilangkan jarak dalam tataran relasi bermasyarakat.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan di sini bahwa konflik budaya memungkinkan
munculnya masalah yang lebih besar bagi kedua pihak yang bersalah paham. Persoalan kecil,
tentang sapaan untuk berelasi dalam masyarakat dapat menghancurkan tujuan yang sebenarnya
yaitu untuk bermasyarakat.
4.2 SARAN
Keanekaragaman budaya yang ada di nusantara hendaknya jangan dijadikan sebagai
perbedaan, tetapi lebih baik jika dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku
bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beragam
tersebut agar kita dapat menjadi bangsa yang besar dan mau serta mampu menghargai
kebudayaan tersebut.
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan dalam masyarakat agar
kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya tetap lestari, tidak terkena dampak buruk yang
datang akibat perubahan pesat yang terjadi di dunia. Melestarikan kebudayaan yang ada di
Indonesia harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suatu kedamaian dan keharmonisan, tidak ada
perpecahan di antara kita semua.
4.3 KESIMPULAN
Melalui fakta-fakta yang telah diperoleh dan dibahas di dalam makalah ini, sulit
dibayangkan bila semua orang yang berpijak di atas bumi hanya mempunyai satu kebudayaan
yang sama. Di era globalisasi seperti sekarang ini saja, kita dapat melihat hampir semua orang di
dunia terorganisasi ke dalam etnis atau kebangsaan tertentu dan dioperasikan dibawah sistem
yang berbeda-beda, berbicara dalam bahasa yang berbeda, dan mempunyai kebudayaan yang
berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sekuat atau secanggih apapun sistem komunikasi
dan transportasi yang ada di dunia ini tidak akan mampu menciutkan seluruh kebudayaan
menjadi hanya satu kebudayaan saja. Dunia ini tidak akan menjadi sebuah desa global atau yang
lebih populer dikenal dengan sebutan global village seperti yang dibayangkan oleh sebagian
orang. Dunia ini akan tetap menjadi dunia yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam.
Tidak akan ada satu kebudayaan yang mampu menggabungkan seluruh kebudayaan berbeda
yang ada di dunia ini atau mungkin menggantikannya. Yang ada hanyalah, dengan teknologi
canggih dan sistem komunikasi serta transportasi yang canggih seperti sekarang ini, orang-orang
dengan kebudayaan yang berbeda dapat melakukan pertukaran kebudayaan yang dapat
memperkaya pengetahuan mereka akan kebudayaan yang dimiliki oleh negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
H.M. Yusran Asmuni, Dirasah Ilmiyah I Pengantar Studi Al-Qur’an Al –Hadits Fiqh dan
Pranata Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 1
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 1.
Prof. Dr. H. Said Agil Husain al-Munawar, M.A. Fikih Hubungan antar Agama (Cet. III;
Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 89.
Sumber :http://organisasi.org/daftar-nama-rumah-adat-daerah-di-indonesia-dan-asal
provinsi-ibu-kota