Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH RAGAM KEBUDAYAAN DAN NILAI-NILAI

BUDAYA NUSANTARA

Pembimbing : Ni’matuz Zuhroh, M.Si

Disusun oleh :
1) Abdul Ivan Ramadani C.S (14650077)
2) Lufiyah Fauziyah (14650059)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG, SEPTEMBER 2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati, kami mengucapkan puji syukur


kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”RAGAM KEBUDAYAAN DAN
NILAI-NILAI BUDAYA NUSANTARA”.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah berhasil memimpin, membimbing serta menuntun umatnya dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami karena dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Meskipun demikian, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kasalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami dan
khususnya bagi pembaca. Amiin.

Malang, 09 September 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini
tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap
satu. Kemajemukan tersebut terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa.
Selain beragam, bangsa Indonesia memiliki beberapa persamaan, antara lain keramah tamahan,
gotong-royong, dan kehidupan sosial yang berlandaskan kekeluargaan.
Untuk mencapai kesatuan dan kebaikan bangsa Indonesia yang memiliki beragam
perbedaan, salah satunya adalah keberagaman kebudayaan tentu bukanlah sustu perkara yang
mudah. Tokoh-tokoh nasional, dalam usahanya untuk kesejahteraan, persatuan dan kesatuan
bangsa telah memutuskan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
dasar hukum, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan untuk bangsa Indonesia.
Adapun definisi umum tentang kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai
hasil usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Tiga kata terakhir ini “rakyat Indonesia
seluruhnya” jelas menyatakan bahwa kebudayaan salah satu suku bangsa belum dapat di
katakan kebudayaan nasional.
Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita. Namun,
beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang
mengecewakan dimana banyak budaya kita yang mulai luntur dan bahkan hampir lepas dari
genggaman kita.
Itulah yang membuat kita ingin mengajak bangsa kita ini untuk lebih memperhatikan
budaya-budaya yang sudah di wariskan oleh nenek moyang kita, dengan bersama-sama
menganalisis keberagaman kebudayaan di nusantara ini. Agar natinya kebudayaan yang sudah
ada sejak dahulu sampai sekarang yang sudah di wariskan oleh nenek moyang kita tidak hilang
dari Negara kita, sehingga keturunan dari Negara kita kelak masih bisa melihat berbagai macam
kebudayaan yang sekarang kita miliki.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja ragam budaya nusantara?
2. Apa yang di maksud dengan nilai-nilai budaya nusantara?
3. Bagaimana peranan nilai-nilai kebudayaan nusantara di masyarakat?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KEBUDAYAAN


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya
adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu
dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

2.2 NILAI-NILAI BUDAYA


Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
(believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya
sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang
nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :

1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan
dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 RAGAM BUDAYA NUSANTARA


Kita sering bangga bahwa 210 juta orang Indonesia yang mendiami kepulauan nusantara kita ini
menunjukkan suatu keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan bahasa, kita bangga akan slogan
yang melambangkan aneka warna bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-
beda tetapi satu juga, diambil dari Kakawin /Sutasomo karangan Mpu Tantular. Makna
harfianya: Berbeda itu, satu itu.
Walaupun di satu pihak kita bangga akan sifat aneka warna masalah yang timbul karena sifat itu.
Masalah yang paling besar yang bersangkut-pangkut dengan sifat tersebut adalah masalah
kebudayaan nasional Indonesia. Hal itu disebabkan karena masalah kebudayaan nasional
menyangkut masalah kepribadian nasional, tidak hanya langsung mengenai identitas kita sebagai
bangsa, tetapi juga menyangkut soal tujuan kita dengan susah payah mengeluarkan tenaga
banyak untuk membangun, dan menyangkut soal motivasi kita untuk membangun.
Agar suatu kebudayaan nasional dapat didukung oleh sebagian besar dari warga suatu Negara,
maka sebagai syarat mutlak sifatnya harus khas dan harus dapat dibanggakan oleh warga negara
yang mendukungnya. Hal itu perlu karena suatu kebudayaan nasional harus member idenitas
kepada warga negara tadi.
Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak
ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Tetapi, sayangnya,
sebagai anak bangsa masih banyak yang tidak mengetahui ragam budaya daerah lain
di Indonesia, salah satunya budaya tato di Mentawai, Sumatra Barat, tindik sebagai tanda
kedewasaan dan masih banyak kebudayaan lain yang belum ter ekdplorasi.
Bagi penyuka traveling ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya yang rasa ingintahunya
cukup tinggi terhadap beragam budaya, tidak ada salahnya mampir ke Mentawai untuk melihat
dari dekat budaya tato yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat setempat, selain menikmati
sajian pesona alam dan lautnya.
Tato kebudayaan indonesia
Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa,
masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang
merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah
tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau
di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi.
Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal
ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di
Indonesia yang berbeda.
Contoh dari kebudayaan rakyat pesisir adalah pesta laut yang dipersembahkan untuk para leluhur

Pesta laut

Masyarakat pesisir indonesia


Dari berbagai kebudayaan yang ada sebagai generasi muda Indonesia patutnya kita bangga dan
berusaha menghalau budaya-budaya luar yang mampu menggerus kearifan budaya lokal
Indonesia dengan semangat juang dan nilai dasar Pancasila.

Ragam Seni dan Budaya Indonesia

 Rumah Adat

Nuwo Sesat, Rumah Adat Lampung


Nama-nama rumah adat dan Provinsinya:

 Nanggro Aceh Darussalam (NAD)


Rumah Adat : Rumah Krong Bade
 Sumatera Utara (SUMUT)
Rumah Adat : Rumah Bolon
 Sumatera Barat

Rumah Adat : Rumah Gadang


 Riau
Rumah Adat : Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar
 Jambi
Rumah Adat : Rumah Panjang
 Sumatera Selatan (SUMSEL)
Rumah Adat : Rumah Limas
 Bangka Belitung
Rumah Adat : Rumah Rakit
 Bengkulu
Rumah Adat : Rumah Rakyat
 Lampung
Rumah Adat : Rumah Sesat
 DKI Jakarta
Rumah Adat : Rumah Kebaya
 Jawa Barat (JABAR)
Rumah Adat : Rumah Kasepuhan Cirebon
 Banten Rumah Adat : Rumah Badui
 Jawa Tengah (JATENG)
Rumah Adat : Padepokan Jawa Tengah.

 Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta


Rumah Adat : Bangsal Kencono Dan Rumah Joglo.

 Jawa Timur (JATIM)


Rumah Adat : Rumah Situbondo.

 Bali
Rumah Adat : Rumah Gapura Candi Bentar.

 Nusa Tenggara Barat (NTB)


Rumah Adat : Rumah Istana Sultan Sumbawa

 Nusa Tenggara Timur (NTT)


Rumah Adat : Rumah Musalaki

 Kalimantan Utara (KALTARA)


Rumah Adat : Rumah Baloy.

 Kalimantan Barat (KALBAR)


Rumah Adat : Rumah Istana Kesultanan Pontianak.

 Kalimantan Tengah (KALTENG)


Rumah Adat : Rumah Betang

 Kalimantan Selatan (KALSEL)


Rumah Adat : Rumah Banjar Bubungan Tinggi.

 Kalimantan Timur (KALTIM)


Rumah Adat : Rumah Lamin.

 Sulawesi Utara (SULUT)


Rumah Adat : Rumah Pewaris

 Sulawesi Barat (SULBAR)


Rumah Adat : Rumah Tongkonan

 Sulawesi Tengah (SULTENG)


Rumah Adat : Rumah Tambi

 Sulawesi Tenggara (SULTRA)


Rumah Adat : Rumah Istana Buton
 Sulawesi Selatan (SULSEL)
Rumah Adat : Rumah Tongkonan.

 Gorontalo
Rumah Adat : Rumah Dulohupa dan Rumah Pewaris.

 Maluku
Rumah Adat : Rumah Baileo

 Papua Barat
Rumah Adat : Rumah Honai.
 Papua Rumah Adat : Rumah Honai

Macam-macam Seni di Indonesia

 Alat Musik
Alat musik di Indonesia sebenarnya sangat banyak macamnya, contoh saja seperti gendang
dari yogyakarta, gamelan dari jawa tengah, Angklung dari jawa barat, bende dari lampung dan
masih banyak lagi. Tapi heranya kenapa sekarang orang indonesia sudah jarang ada yang
memainkan alat musik tersebut, alat musik tersebut dipakai kalau hanya ada acara besar saja atau
di peruntuhkan untuk anak sekolah dasar. harusnya sebagai orang indonesia kita ikut mewarisi
budaya-budaya yang telah ada agar budaya tersebut tidak hilang karna adanya budaya asing yang
masuk.

Gendang, Yogyakarta Angklung, Jawa Barat

 Tarian
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia.tetapi kebanyakan dari orang indonesia sudah terpengaruh oleh budaya asing atau luar.
setiap suku bangsa di Indonesia pasti memmpunyai tarian khas daerahnya sendiri-sendiri. Tradisi
kuno tarian dan drama ini biasanya diajarkan seperti di sanggar-sanggar tari dan juga sekolah.
Seni tari di indonesia juga bisa masuk kedalam beberapa golongan, Dalam katagori sejarah, seni
tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan
era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari
keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat
kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari
tradisional dan tari kontemporer.
contoh gambar tarian bercorak prasejarah dari suku pedalaman

Tari keraton

Tari Golek Ayun-ayun, dari KeratonYogyakarta


Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga bangsawan;
berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di berbagai bagian Indonesia
menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian
istana dengan tarian rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Masyarakat Jawa yang berlapis-lapis
dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih
memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan; masyarakat
kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya tarian
istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi
ke generasi, sementara tari rakyat lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan
sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari Keraton
Yogyakarta dan Keraton Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap
dengan komposisigamelan pengiring tarian tersebut.
Tari rakyat
Tari Jaipongan, tari tradisi rakyatSunda

Tarian Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari
masyarakatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya. Berdasarkan
pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh
rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana
(keraton) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih
dinamis, enerjik, dan relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun
demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap dipertahankan.
Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial pergaulannya daripada fungsi ritual.

Tari tradisional

TARI SIGEH PENGUTEN

Tari tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia.


Beberapa tradisi seni tari seperti; tarian Bali, tarian Jawa, tarian Sunda, tarian Minangkabau,
tarian Palembang, tarian Melayu, tarian Aceh, dan masih banyak lagi adalah seni tari yang
berkembang sejak dahulu kala, meskipun demikian tari ini tetap dikembangkan hingga kini.
Penciptaan tari dengan koreografi baru, tetapi masih di dalam kerangka disiplin tradisi tari
tertentu masih dimungkinkan. Sebagai hasilnya, muncullah beberapa tari kreasi baru. Tari kreasi
baru ini dapat merupakan penggalian kembali akar-akar budaya yang telah sirna, penafsiran baru,
inspirasi atau eksplorasi seni baru atas seni tari tradisional.
Sekolah seni tertentu di Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Bandung,
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) yang tersebar
di Denpasar,Yogyakarta, dan Surakarta kesemuanya mendukung dan menggalakkan siswanya
untuk mengeksplorasi dan mengembangkan seni tari tradisional di Indonesia. Beberapa festival
tertentu seperti Festival Kesenian Bali dikenal sebagai ajang ternama bagi seniman tari Bali
untuk menampilkan tari kreasi baru karya mereka.

3.2 NILAI-NILAI BUDAYA NUSANTARA


Nilai-Nilai Budaya adalah Perekat yang sangat kuat untuk mempersatukan suatu Bangsa.
Hal ini disadari betul oleh para founding fathers bangsa kita, maka mereka membangun negara
diatas landasan kebudayaan.

Pengetahuan mengenai keanekaragaman budaya perlu dipelajari agar masyarakat dapat


memperluas wawasan kebangsaan sebagai salah satu perwujudan integrasi nasional,memperkuat
rasa kesatuan dan persatuan bangsa,menumbuhkan rasa saling menghormati di antara sesama
warga masyarakat yang berbeda suku bangsa dan budayanya.
Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan beranegara adalah menjaga
persatuan dan kesatuan dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga negara dan
umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan kearah keutuhan dan
kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk didalamnya hubungan antara agama
dan kerukunan hidup umat beragama. Persoalan ini semakin kursial karena terdapat serangkaian
kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu kebersamaan dalam membangun
keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. Demikian pula kebanggaan terhadap kerukunan
dirasakan selama bertahun-tahun yang mengalami dekradasi, bahkan menimbulkan kecemasan
terjadinya disintegrasi bangsa

Kecenderungan distengrasi yang muncul belakangan ini salah satu faktornya adanya
sikap ekslusif terhadap pandangan ideologi dan keyakinan agama hingga akhir ketegangan.
Ketegangan tersebut menjembatani dan turut menyumbang serta memperparah berbagai konflik
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat

Pengetahuan mengenai keanekaragaman budaya perlu dipelajari agar masyarakat dapat


meningkatkan solidaritas dan kesetiakawanan sosial di antara sesama warga masyarakat dan
warga Negara, meningkatkan kepedulian dan minat untuk memahami potensi kebudayaan dalam
pembangunan masyarakat di Indonesia.

3.3 PERANAN KEBUDAYAAN BAGI MASYARAKAT


Sebelum kedatangan Islam, wanita merupakan sesuatu yang tak berharga sehingga masyarakat
Arab selalu memandangnya dengan sebelah mata. Al-Qur’an menyebutkan bahwa wanita adalah
sosok yang mengurusi pendidikan hati dan roh manusia, sementara roh dan hati manusia
bukanlah pria maupun wanita. Oleh sebab itu al-Qur’an meniadakan tema wanita dan pria agar
tidak ada tempat untuk menjelaskan persamaan atau perbedaan antara kedua jenis manusia
tersebut. Ketika masalah wanita dibahas oleh al-Qur’an dan hadits, hal tersebut tidak dapat
dilihat sebagai sebuah keistimewaan yang melebihkannya dari pria.
Ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang dengan jelas menyebut nama pria dan wanita. Hal
ini bertujuan untuk menghilangkan pikiran jahiliyah, yang mereka telah membedakan antara pria
dan wanita. Mereka menganggap bahwa ibadah dan kemuliaan hanya milik kaum pria. Oleh
sebab itu al-Qur’an datang dengan analisa nalar bahwa seseuatu yang harus disempurnakan
adalah roh, dan roh bukan wanita maupun pria.

Sebelum kedatangan Islam, wanita merupakan sesuatu yang tak berharga sehingga masyarakat
Arab selalu memandangnya dengan sebelah mata. Al-Qur’an menyebutkan bahwa wanita adalah
sosok yang mengurusi pendidikan hati dan roh manusia, sementara roh dan hati manusia
bukanlah pria maupun wanita. Oleh sebab itu al-Qur’an meniadakan tema wanita dan pria agar
tidak ada tempat untuk menjelaskan persamaan atau perbedaan antara kedua jenis manusia
tersebut. Ketika masalah wanita dibahas oleh al-Qur’an dan hadits, hal tersebut tidak dapat
dilihat sebagai sebuah keistimewaan yang melebihkannya dari pria.

Dalam masalah ibadah umpamanya, tidak ada satu iabadah pun yang tidak melibatkan wanita.
Bahkan dalam masalah haid sekalipun, meski ada riwayat yang mengatakan, “Tinggalkanlah
salat ketika kamu dalam keadaan haid.
Sebab ada riwayat , bahwa jika seorang wanita dalam keadaan haid kemudian ia berudhu dan
duduk di tempat shalatnya pada saat waktu shalat wajib tiba, kemudian menghadap kibalat
sambil berzikir, maka ia akan memperoleh pahala shalat yang saat itu tidak boleh dilakukannya.
Maka itu, tidak ada satu pun bentuk kesempurnaan yang hanya dapat digapai kaum pria saja,
sehingga wanita terhalang untuk mendapatkannya. Tentunya masalah-masalah fiqhilah yang
mengurusi pembagian masalah tehnis pelaksanaan, apa saja yang harus dilakukan pria dan tidak
boleh dilakukan wanita. Namun, sekali lagi itu hanya berkaitan dengan pelaksanaan teknis
semata. Adapun dalam masalah pengetahuan tafsir, filsafat dan irfan, tidak ada pembahasan
tentang perbedaan antara pria maupun wanita, yang menentukan adalah sisi kemanusiaan. Oleh
sebab itu, jika permasalahannya adalh pendidikan roh, maka roh bukan pria maupun wanita,
karena di sini semua sama. Sementara itu ayat-ayat al-Qur’an yang banyak menggunakan bentuk
maskulin dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Kelompok pertama, ayat-ayat yang tidak dikhususkan untuk satu jenis saja seperti ayat yang
menyebutkan kata an-nas atau insane (manusia) atau yang disebut dengan kata man (siapa).

Kelompok kedua, ayat-ayat yang berbicara tentang pria seperti ayat-ayat yang menggunakan
bentuk maskulin (kata yang mengandung arti banyak dengan diakhiri dengan
huruf waw dan nun atau ya’ dan nun seperti kata muslimun atau muslimin), dan ayat yang
mengandung arti maskulin sebagai kata ganti dari kata nas atau yang lainnya, misalnya
kata yu’allimikum dan lain-lain. Semua itu berdasarkan bahasa tersendiri yang digunakan al-
Qur’an.

Ketika mereka ingin mengatakan, “orang-orang berkata demikian, orang-orang mengharapkan


demikian, orang-orang menyuarakan demikian”, kata “orang-orang” yang dalam bahasa
Arabnya an-nas bukanlah sebagai lawan dari kata an-nisa (wanita) namun yang
dimaksudkan an-nas (orang-orang) adalah khalayak ramai. Dari sini, maka kita pun tidak dapat
menyimpulkan bahwa al-Qur’an selalu cenderung menggunakan bentuk maskulin dalam
ungkapan-ungkapannya, karena hal itu cukup popular digunakan dalam dunia kesusastraan Arab.
Kelompok ketiga, kata-kata yang menggunakan kata pria dan wanita. Dijelaskan dalam ayat
tersebut bahwa dalam halini bukan masalah pria dan wanita, namun untuk menjelaskan bahwa
antara pria dan wanita tidak terjadi perbedaan, hal itu seperti dalam firman Allah yang berbunyi;

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perrempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (Qs.
An-Nahl:97)”

Al-Qur’an turun untuk membersihkan roh. Ketika roh beribadah dan mendekat kepada Allah
SWT. dia dihukumi sebagai ‘amil, artinya orang yang melakukan, baik fisiknya berjenis wanita
maupun pria; ia tidak berbeda. Jika demikian, maka dalam hal makrifat Allah, keikhlasan dan
kemauan teguh, tidak ada perbedaan antara pria maupun wanita.
Jelaslah bahwa gender tidaklah berperan dalam hal menerima ajaran-ajaran al-Qur’an. Allah
SWT. mengatakan bahwa fisik manusia pertama (Adam as) adalah bersumber dari tanah (thin);
“sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah (Qs. Shad: 71).

Terkadang Allag SWT. mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat kering
(shalshal), juga hama’ masnun (Lumpur hitam yang diberi bentuk). “Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi
bentuk (Qs. Al-Hijr: 26).

Jika demikian, apa yang akan dibanggakan manusia? Jika harus membanggakan sesuatu,
maka kebanggaan yang hakiki adalah terhadap sesuatu yang tidak dapat kita banggakan. Faktor
yang dapat dibanggakan hanya ketakwaan saja, yang tidak boleh disertai kesombongan dan
kebanggaan.

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang peling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengethaui lagi
maha mengenal (Qs. Al-Hujarat: 13).

Ayat ini seakan-akan menyeru umat manusia; jika kalian menginginkan kebanggaan dengan
jasad kalian, maka pria diciptakan dari wanita. Begitu pula pria dan wanita, mereka juga
diciptakan dari pria dan wanita. Jasad pria tidak lebih utama dari jasad wanita atau sebaliknya.
Jika ada orang, jenis manusia atau ras yang ingin membanggakan tubuhnya, maka katakanlah
padanya bahwa sesungguhnya setiap ras dari kalian berasal dari wanita dan pria.

Masalah ras dan bahasa merupakan faktor untuk saling mengenal dan identitas alami. Manusia
tidak dapat menghilangkan identitas tersebut, ke mana ia pergi pasti membawanya. Wajah,
bentuk, tubuh, bahasa, dialek dan lain-lainnya merupakan identitas alami manusia yang melekat
pada tubuh. Adapun roh adalah satu, ia bukan barat dan bukan timur, ia bukan Arab dan bukan
pula non Arab dan seterusnya.
Identitas bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan. Jika demikian tidak ada sedikit pun –bagi
manusia- peluang untuk saling ingin berbangga diri, karena seluruh manusia terdiri dari pria dan
wanita, dan suku atau bangsa seluruhnya berkaitan dengan jasad, sementara roh tidak demikian.

Ia (roh) memiliki pembahasan lain yang tidak masuk pada pembahasan tentang identitas dan
lain-lainnya. Jika seseorang menginginkan untuk bangga, maka janganlah membanggakan
dirinya namun banggalah dengan takwanya

Pada dasarnya manusia yang lahir dan berkembang mengikuti dan mencontoh nilai-nilai yang
berada di lingkunganya, hal ini tidak terlepas dari peranan wilayah sekitar yang memberikan
contoh dalam perkembangan pada setiap manusianya. Budaya memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap perkembangan manusianya, sebagai contoh, setiap manusia memiliki naluri dan
kemampuan menyerap apa yang menjadi contoh di kehidupanya, di ibaratkan sebuah balon gas
berwarna warni yang dapat terbang di udara, kita melihat balon itu dapat terbang bukan
berdasarkan warnanya, namun yang menjadi intinya adalah isi dari balon tersebut. Dari beberapa
panjabaran diatas ada beberapa sedikit kesimpulan yang di ambil tentang makna kebudayaan,
dimana kebudayaan sangat berperan penting dalam setiap kehidupan manusia sebagai landasan
berfikir dan bertindak.

Dengan memaknai dan mengamalkan arti dari kebudayaan kita dapat menyimpulkan
bahwasanya kebudayaan sebagai landasan dasar manusia untuk berkembang dan bertindak di
dalam kehidupan. Jika kita mengutip perkataan dari beberapa tokoh seperti yang di utarakan
Mohamad Hatta tentang kebudayaan, dimana kebudayaan selalu berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat baik, jadi kebudayaan menurut Hatta sendiri adalah suatu hal yang lebih ditekankan pada
hal yang baik dan tidak terkesan negative. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang belajar ilmu
matematika dan kemudian dalam pengamalanya ilmu tersebut di gunakan bukan untuk hal yang
bersifat negative namun ilmu tersebut di gunakan untuk membangun kehidupan sesama
manusianya.

Proses humanisasi adalah hal yang harus ditekankan dalam kehidupan bermasyarakat, ketika
manusia bisa memanusikan sesamanya, hal ini jelas sangat penting di tekankan di kehidupan
kita. Pengaruh globalisasi yang terbentuk dalam ruang-ruang yang lebih sempit (glokalisasi)
yang diutarakan Ritzer, sangatlah mengusik tatanan budaya pada masyarakat lokalnya. Cepatnya
arus informasi, teknologi dan perputaran barang pada satu waktu yang bersamaan dapat
memberikan kemudahan bagi manusianya, namun disisi lain hal ini sangat berpengaruh terhadap
tatanan budaya lokalnya. Tatanan nilai-nilai lokal harus di pelihara sedemikian baik sehingga
masyarakat dapat memfilter segala bentuk hal yang dapat merusak tatanan budaya masyarakat
lokalnya.

Berkaca pada kondisi sekarang ini, begitu banyak kejadian yang mengusik hati kita, seperti
ketika manusia tidak dapat menjaga sesamanya, kemiskinan yang tidak dapat di tuntaskan. Hal
ini tidak terlepas dari rusaknya dan tidak berfungsinya manusia dalam mengamalkan makna
kebudayaan yang sebenarnya. Budaya adalah sebagai dasar yang membentuk setiap prilaku
manusianya, jika budaya yang bersifat baik dapat diamalkan maka tatanan kemanusiaan akan
terjaga dengan baik, namun jika budaya sudah tidak bias lagi di pahami dan dimaknai dan
terkesan terusak dan terabaikan maka akan timbul hal yang sebaliknya.
BAB IV
ANALISIS, SARAN DAN KESIMPULAN

4.1 ANALISIS
A. Nilai , Budaya , Dan Nusantara

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu
dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang
terjadi.Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu
yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.Ada tiga hal yang
terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang
kelihatan kasat mata (jelas)Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto
tersebutKepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka
acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).

Nilai budaya mencakup tradisi lisan, bahasa, festival budaya, ritus dan kepercayaan,
musik dan lagu-lagu, seni pertunjukan, pengobatan tradisional, literatur, makanan tradisional
serta olah raga dan permainan tradisional . Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
Nusantara adalah Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan
wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua. Variasi istilah hiperkorek
yang juga dikenal adalah Nuswantara.Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa
Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16), untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang
dianut Majapahit. Setelah sempat tenggelam, pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan
kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu nama alternatif untuk negara merdeka
pelanjut Hindia-Belanda yang belum terwujud. Ketika penggunaan nama "Indonesia" (berarti
Kepulauan Hindia) disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara tetap dipakai sebagai
sinonim untuk kepulauan Indonesia. Pengertian ini sampai sekarang dipakai di Indonesia. Akibat
perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian dipakai pula untuk menggambarkan
kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia,
termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina. Dalam pengertian
terakhir ini, Nusantara merupakan padanan bagi Kepulauan Melayu (Malay Archipelago), suatu
istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama dalam literatur
berbahasa Inggris

B. Pudarnya Budaya Bangsa Akibat Pengaruh Dari Luar

Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan


sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya
lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi
serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola
hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang
mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.

Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya
masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal
yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada
kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.Faktor
lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan
budaya lokal.

Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus
dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian
negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan
berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.

Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit
demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya
kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah
mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya
budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat
serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai
contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya
luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti
KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut
higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi
menu keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis
makanan tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita
kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari daerah asal mereka.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara


termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi,
ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap
bangsa.

1. Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme


a. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih
dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut
berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
b. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan
kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
c. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita
terhadap bangsa.

2. Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme


a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa
akan hilang
b. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
c. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.
d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
e. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama
warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

C. PENTINGNYA BUDAYA DI MASYARAKAT


Kita menyadari bahwa setiap budaya memiliki kekhasannya masing-masing. Bahkan
seringkali saling bertolak belakang. Di satu budaya sikap tertentu dapat diterima, namun dalam
budaya yang lain tidak. Sebagai contoh ketika saya seorang Jawa berada di Tumbangtiti (kota
kecil yang letaknya sekitar 100 km dari Ketapang, Kalimantan Barat) menanyakan tujuan kepada
tetangga dekat yang hendak bepergian. Kemudian dijawab dengan sepatah kata “entah” yang
bagi saya cukup mengagetkan. Padahal konteks pembicaraan itu bermaksud untuk menyapa,
namun berbeda tanggapannya.Dari pengalaman itu, saya merasakan perlunya pemahaman lintas
budaya sehingga perbedaan itu tidak mengakibatkan persoalan atau kesalahpahaman bagi kedua
pihak yang terlibat. Dalam banyak kasus, konflik budaya mudah ditemui di berbagai tempat
pertemuan multi budaya seperti Yogya dan kota-kota besar lainnya. Maka dalam artikel ini, saya
hendak membahas permasalahan konflik kultural dalam kasus di atas.Pertama-tama kita perlu
menyadari dua budaya antara Jawa dan Kalimantan. Salah satu falsafah Jawa adalah tepa salira
terhadap sesama. Artinya kurang lebih saya artikan sebagai sikap saling menghargai terhadap
sesama. Falsafah itu mengandung konsekuensi bahwa setiap orang bertanggung jawab juga
terhadap kehidupan orang lain. Maka, ia perlu mengerti pula urusan orang lain pula. Dalam hal
ini, konteksnya adalah basa-basi untuk mendekatkan relasi dengan
tetangga.

Tambah lagi, jawaban dari pertanyaan itu bukanlah tujuan yang utama. Sementara itu,
masyarakat Kalimantan yang dipengaruhi oleh keluasan alam dan lingkungan mereka
membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan orang Jawa. Kebudayaan dipengaruhi juga
oleh luas wilayahnya. Semakin luas wilayah kehidupan budaya tertentu, maka semakin luas pula
ruang yang diperlukan oleh mereka. Itu berarti bahwa mereka semakin independen dan tak ingin
dicampuri urusannya. Maka sebagai jawaban atas pertanyaan di atas adalah tidak menjawab.
Secara spontan, pertanyaan di atas juga mengusik kebebasan mereka sehingga menimbulkan
stimulus untuk bereaksi spontan dan emosional.

Berdasarkan analisis di atas, persoalannya terletak pada keluasan ruang bebas yang
diperlukan oleh masing-masing budaya. Budaya yang satu membutuhkan ruang yang lebih luas
dibandingkan oleh budaya yang lain. Sementara budaya yang lain justru merasa bahwa ruang
bebas itu dibentuk secara bersama-sama. Apabila dicermati lebih lanjut, maka masing-masing
memiliki aturan berbeda yang menerangi realitas yang sama yaitu mengenai penempatan diri
terhadap orang lain. Aturan yang satu cenderung mengambil jarak, sementara yang lain
cenderung makin menghilangkan jarak dalam tataran relasi bermasyarakat.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan di sini bahwa konflik budaya memungkinkan
munculnya masalah yang lebih besar bagi kedua pihak yang bersalah paham. Persoalan kecil,
tentang sapaan untuk berelasi dalam masyarakat dapat menghancurkan tujuan yang sebenarnya
yaitu untuk bermasyarakat.

Bagaimanapun juga konflik budaya sangat berpeluang memunculkan permasalahan di


dalam masyarakat multikultural seperti Yogya. Karenanya, siapa saja dan terutama orang-orang
muda perlu belajar tentang pemahaman lintas budaya sehingga mereka dapat memahami
perbedaaan budaya sebagai kesempatan untuk memperkaya budaya dan seni hidup manusia.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan-
kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh Kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri. Mengapa sebagian besar? ..... Karena kemampuan manusia terbatas
sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam
memenuhi segala kebutuhan.

Solusi Untuk Menyadarkan Masyarakat Akan Kekurangan Dalam Kebudayaan


1. Mencoba membangun kembali kesadaran masyarakat Indonesia terutama para pemuda
pemudinya akan pentingnya suatu kebudayaan bagi negara dan tetap melestarikan kekayaan
budaya yang menjadi ciri khas Indonesia. Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan
budaya daerah sehingga membuat bangsa Indonesia menjadi suatu masyarakat majemuk yang
berpadu dalam satu budaya nasional yang lebih dikenal dengan sebutan budaya Indonesia.
2. Memberikan pengarahan kepada masyarakat Indonesia akan arti kebudayaan dan bagaimana
cara melestarikannya.
3. Memberikan pendidikan kepada masyarakat Indonesia terutama para generasi muda yang
menjadi tulang punggung bangsa dan negara Indonesia bahwa kebudayaan yang beraneka ragam
dapat menjadi harta karun serta aset yang berharga bagi suatu negara di mata dunia apalagi di era
globalisasi seperti sekarang ini.
4. Mengarahkan bangsa Indonesia agar memiliki rasa cinta dan bangga akan kekayaan kebudayaan
yang dimiliki, karena kemakmuran suatu negara tidak hanya dinilai dari sektor ekonomi atau
politiknya saja, tetapi dari semua sektor termasuk sektor kebudayaan.

4.2 SARAN
Keanekaragaman budaya yang ada di nusantara hendaknya jangan dijadikan sebagai
perbedaan, tetapi lebih baik jika dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku
bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beragam
tersebut agar kita dapat menjadi bangsa yang besar dan mau serta mampu menghargai
kebudayaan tersebut.
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan dalam masyarakat agar
kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya tetap lestari, tidak terkena dampak buruk yang
datang akibat perubahan pesat yang terjadi di dunia. Melestarikan kebudayaan yang ada di
Indonesia harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suatu kedamaian dan keharmonisan, tidak ada
perpecahan di antara kita semua.

4.3 KESIMPULAN
Melalui fakta-fakta yang telah diperoleh dan dibahas di dalam makalah ini, sulit
dibayangkan bila semua orang yang berpijak di atas bumi hanya mempunyai satu kebudayaan
yang sama. Di era globalisasi seperti sekarang ini saja, kita dapat melihat hampir semua orang di
dunia terorganisasi ke dalam etnis atau kebangsaan tertentu dan dioperasikan dibawah sistem
yang berbeda-beda, berbicara dalam bahasa yang berbeda, dan mempunyai kebudayaan yang
berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sekuat atau secanggih apapun sistem komunikasi
dan transportasi yang ada di dunia ini tidak akan mampu menciutkan seluruh kebudayaan
menjadi hanya satu kebudayaan saja. Dunia ini tidak akan menjadi sebuah desa global atau yang
lebih populer dikenal dengan sebutan global village seperti yang dibayangkan oleh sebagian
orang. Dunia ini akan tetap menjadi dunia yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam.
Tidak akan ada satu kebudayaan yang mampu menggabungkan seluruh kebudayaan berbeda
yang ada di dunia ini atau mungkin menggantikannya. Yang ada hanyalah, dengan teknologi
canggih dan sistem komunikasi serta transportasi yang canggih seperti sekarang ini, orang-orang
dengan kebudayaan yang berbeda dapat melakukan pertukaran kebudayaan yang dapat
memperkaya pengetahuan mereka akan kebudayaan yang dimiliki oleh negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyahbana,Takdir,St,1961,puisi lama,PT.Pustaka Rakyat,jakarta.

Anshari,H.Endang saifuddin,M.A.,1982,ilmu,falsafat dan agama,PT.Bina Ilmu,surabaya.

Sultan Takdir Alisjahbana, Antropologi Baru, (Jakarta: Dian Rakyat, 1986).

H.M. Yusran Asmuni, Dirasah Ilmiyah I Pengantar Studi Al-Qur’an Al –Hadits Fiqh dan
Pranata Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 1

Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 1.

Prof. Dr. H. Said Agil Husain al-Munawar, M.A. Fikih Hubungan antar Agama (Cet. III;
Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 89.

Sumber :http://organisasi.org/daftar-nama-rumah-adat-daerah-di-indonesia-dan-asal
provinsi-ibu-kota

Fathoni, H.Abdurrahmat, Antropologi Sosial Budaya, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006),


h.63.

Anda mungkin juga menyukai