1. Mutu
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun
berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan untuk
menilai mutu berbagai kondisi.
2. Peningkatan Mutu
Pendekatan pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya.
3. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien Puskesmas adalah suatu system dimana Puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh terjadinya
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
BAB V
PENGORGANISASIAN
Langkah Pertama
A. Tingkat Puskesmas
- Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen resiko klinis dan non
klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintregasi dengan keselamatan
pasien dan staf
- Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) bagi sistem pengelolaan resiko yang dapat dimonitor oleh tim kendali mutu
- Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan assesment resiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
- Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada ketua
unit terkait
- Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses assesment resiko
puskesmas
- Lakukan proses assesment resiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap resiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko
tersebut
- Pastikan penilaian resiko tersebut di sampaikan sebagai masukan ke proses
assesment dan pencatatan resiko di Puskesmas
c. Laporan dan analisis KTD, Sentinel dan KNC dimulai dengan laporan dalam unit layanan
yang rutin dilaporkan setiap bulan, kemudian dianalisis setiap 3 bulan oleh tim mutu
dengan menggunakan grading matrix akan diketahui kejadian yang low, moderate, high
maupun extreme. Kemudain hasil laporan tersebut ditindak lanjuti dengan tindakan-
tindakan sesuai dengan tingkat kejadiannya.
d. Laporan indikator mutu dan laporan kejadian tidak diduga dianalisis setiap 3 bulan. Hasil
analisis merupakan dasar untuk membuat dokumen perbaikan mutu, perbaikan
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sehingga dapat mengeliminir kejadian-
kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien diharapkan memberi rasa aman
dan nyaman kepada pasien Puskesmas.
e. Dalam proses keselamatan pasien perlu juga diperhatikan SDM yang sesuai kompetensi.
Proses kredential dan kredentialing dilaksanakan oleh ketua medis secara rutin untuk
menjaga mutu pelayanan Puskesmas. Legalitas petugas medik, paramedis maupun non
medis dapat dipertanggungjawabkan dengan meninjau kembali kompetensi dan kinerja
sesuai dengan kewenangan.
BAB VIII
METODE PELAKSANAAN PMKP
Peningkatan mutu adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran Puskesmas dalam hal jasa dan pelayanan kesehatan.
Peningkatan mutu kualitas pelayanan pada dasarnya adalah peningkatan mutu kualitas kerja
dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (Quality Os Customer’s
Satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap unit di Puskesmas.
Konsep PDCA tersebut merupakan panduan bagi setiap koordinator unit untuk proses
perbaikan kualitas (Quality Improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkatkan ke keadaan yang lebih baik dan dijalankan diseluruh bagian unit.
a. Langkah
1. Menentukan tujuan dan sasaran? Plan
Tujuan dan sasaran yamg akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala Puskesmas atau Ketua Tim Mutu.
Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
b. Langkah
2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan? Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus
rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. O9leh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti
oleh semua karyawan.
c. Langkah
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan? Do
Metode untuk mencapai tujuan ydang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait. Dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah
4. Melaksanakan pekerjaan? Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang selalu dapat
berubah. Oleh karena itu, keterampilan dan pengalaman para karyawan dapat
dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah diterapkan.
e. Langkah
5. Memeriksa akibat pelaksanaan? Check
Kepala Puskesmas perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja. Hal yang harus dilakukan kepada karyawan adalah atas dasar
apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan
manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode, (standar
kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh
koordinator unit. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang
timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
f. Langkah
6. Mengambil tindakan yang tepat? Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam peningkatan
mutu dan kualitas pelyanan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif
untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelyanan yang akan
dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.
Partisipasi semua karyawan dalam peningkatan mutu kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata
bersifat pragmatis. Dalam sikap keungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya
sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai
sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam meningkatkan mutu kualitas pelayanan mencakup
semua jenis kelompok karyawan secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas
kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam peningkatan
mutu kualitas terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu
pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika peningkatan mutu
kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat
dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dan
manajemen, sebagai tanggungjawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja
dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB IX
MONITORING DAN PELAPORAN
A. Puskesmas
1. Puskesmas wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian sentinel.
2. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada pedoman
keselmatan pasien rumah sakit
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu diinternal Puskesmas
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Puskesmas ke Tim Kendali Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas
4. Panitia Mutu dan kerja keselamatan pasien Puskesmas melakukan pencatatan kegiatan
yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Kepala Puskesmas secara
berkala.
5. Seluruh jaringan Manajemen Puskesmas secara berkala melakukan monitoring dan
evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Tim kendali peningkatan
mutu dan keselamatan pasien Puskesmas
6. Tim Kendali Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas secara berkala
(minimal 2 tahun sekali) melakukan evaluasi kebijakan dan prosedur keselamatan
pasien yang dipergunakan di Puskesmas
7. Tim Kendali Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien melakukan evaluasi kegiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya
BAB X
PENUTUP