Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

DEFINISI MUTU, PMKP DAN KESELAMATAN PASIEN

1. Mutu
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun
berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan untuk
menilai mutu berbagai kondisi.

2. Peningkatan Mutu
Pendekatan pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya.

3. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien Puskesmas adalah suatu system dimana Puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh terjadinya
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
BAB V
PENGORGANISASIAN

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan masyarakat tingkat I. Sebagai pelayaran


tingkat pertama maka diharapkan untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan. Mutu
pelayanan pasien sangat berhubungan erat dengan keselamatan pasien. Sebelum perencanaan
tersebut dibuat maka perlu organisasi yang merencanakan, menyepakati sekaligus
melaksanakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Organisasi dibentuk berupa Tim Kendali Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Tim kendali langsung bertanggung jawab terhadap Kepala Puskesmas. Kepala Puskesmas
bersama Tim kendali mutu berperan penuh dalam menentukan arah, tujuan dan sasaran
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Pemimpin dalam hal ini tim kendali mutu berperan
dalam perencanaan, impelentasi sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Adapun tugas yang harus dilaksanakan Tim kendali peningkatan mutu dan
keselamatan pasien adalah :
1. Meningkatkan mutu layanan disemua bidang layana Puskesmas
2. Mengembangkan program keselamatan pasien
3. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
4. Menjalankan peran, motivator, edukator, konsultasi, evaluasi dan monitoring program
keselamatan pasien
5. Bersama-sama ketua dan tim kendali peningkatan mutu keselamatan pasien melakukan
pelatihan internal keselamatan pasien
6. Melakukan pencatatan pelaporan, analisa masalah terkait dengan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian sentinel
7. Memproses laporan insiden keselamatan pasien internal ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Cianjur
8. Secara berkala membuat laporan kegiatan ke pemimpin Puskesmas
Struktur organisasi Mutu dan Keselamatan Pasien adalah sebagai berikut :
BAB VI
KEBIJAKAN DAN KEGIATAN PMKP

Puskesmas Takokak dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien


berupaya untuk membuat dokumen yang dapat dijadikan landasan pelyanan sehari-hari.
Dokumen tersebut diharapkan ditaati oleh seluruh karyawan sehingga hasil yang dicapai dapat
memenuhi standar pelayanan dan memuaskan masyarakat. Beberapa tahap kebijakan yang
dipersiapkan adalah sebagai berikut :
1. Membuat dokumen perencanaan PMKP
2. Monitoring pelaksanaan PMKP dan membuat laporan pelaksanaan
3. Menetapkan prioritas pelaksanaan mutu keselamatan pasien
4. Menetapkan ruang lingkup pelaksanaan mutu
5. Membangun komunikasi dari Tim Kendali Mutu ke karyawan
6. Membangun sistim informasi yang baik
7. Pengumpulan data seuai dengan ketetapan yang ada
8. Menetapkan alokasi sumber daya manusia yang sesuai dengan kompetensinya
9. Menetapkan dukungan alat dan teknologi untuk keselamatan pasien
10. Menetapkan persetujuan dokumen PMKP
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka Puskesmas harus merancang
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi dan tujuan Puskesmas, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, SOP klinis, dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko
bagi pasien sesuai dengan “7 langkah keselamatan pasien Puskesmas.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka perlu ada kejelasan perihal 7 langkah menuju
keselamatan pasien di Puskesmas sebagai berikut :

1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN


Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
Langkah Penerapan
A. Tingkat Puskesmas
 Puskesmas telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan
staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta
harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan
keluarga
 Puskesmas telah memiliki kebijakan prosedur yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bila mana ada insiden
 Puskesmas telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di Puskesmas
 Lakukan assesment dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien
B. Tingkat Unit Kinerja dan Tim
 Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenal
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
 Sosialisasikan kepada seluruh staf puskesmas ukuran-ukuran yang dipakai di
puskesmas untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan atau solusi yang tepat

2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF PUSKESMAS


Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien
disemua unit di puskesmas
Langkah Penerapan
A. Tingkat Puskesmas
- Ketua dan tim kendali mutu puskesmas bertanggung jawab atas kesalamatan
pasien
- Telah dibentuk Tim Kendali peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
ditugaskan untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien
- Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat Tim Kendali Mutu maupun
rapat-rapat manajemen di Puskesmas
- Keselamatan pasien jadi materi dalam semua program orientasi dan pelatihan di
Puskesmas
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
- Semua koordinator unit kerja wajib memimpin gerakan keselamatan pasien
- Selalu jelaskan kepada seluruh staf tentang pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien
- Tumbuhkan tanggung jawab staf akan pelaporan insiden
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RESIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi dan
assesment hal yang berpotensi bermasalah

Langkah Pertama
A. Tingkat Puskesmas
- Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen resiko klinis dan non
klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintregasi dengan keselamatan
pasien dan staf
- Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) bagi sistem pengelolaan resiko yang dapat dimonitor oleh tim kendali mutu
- Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan assesment resiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
- Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada ketua
unit terkait
- Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses assesment resiko
puskesmas
- Lakukan proses assesment resiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap resiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko
tersebut
- Pastikan penilaian resiko tersebut di sampaikan sebagai masukan ke proses
assesment dan pencatatan resiko di Puskesmas

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Pastikan semua staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
puskesmas mengatur pelaporan kepada Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Langkah Penerapan :
A. Tingkat Puskesmas
Sistem pelaporan insiden kedalam maupun luar puskesmas mengacu pada Pedoman
Keselamatan Pasien Ruman Sakit
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
Berikan semangat kepada seluruh staf untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting

5. Libatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah Penerapan :
A. Tingkat Puskesmas
Seluruh koordinator unit harus mampu memberikan dukungan, pelatihan dan
dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka pada pasien dan keluarganya
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
- Pastikan seluruh staf Puskesmas menghargai dan mendukung ketertiban pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
- Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana telah terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara
tepat
- Pastikan segera setelah kejadian, tim menunjukan empati kepada pasien dan
keluarganya

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN


PASIEN
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa KTD itu timbul
Langkah Penerapan :
A. Tingkat Puskesmas
- Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
- Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan
analisis akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) yang mencakup insiden yang
terjadi dan miimum 1x pertahun melakukan Failure Modes and Effect Analysis
(FMEA) untuk proses resiko tinggi
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
- Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis insiden
- Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak dimasa depan dan
bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas

7. CEGAH CIDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN


PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan
Langkah Penerapan
A. Tingkat Puskesmas
- Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
assesment resiko, kejadian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan
solusi
- Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (input dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen
yang menjamin keselamatan pasien
- Lakukan assesment resiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
- Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Tim Kendali Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
- Berikan umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
- Libatkan seluruh staf dalam mengembangkan berbagaia cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
- Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan
pelaksanaannya
- Pastikan seluruh staf menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien sehingga 7 langkah tersebut secara
menyeluruh harus dilaksankan oleh setiap Puskesmas. Dalam pelaksanaan, 7 langkah
tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat dipilih langkah-langkah
yang strategis dan paling mudah dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.
BAB VII
KEGIATAN PMKP

Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas sudah diawali dengan penilaian


akreditasi Puskesmas yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan
proses. Pada kegiatan ini Puskesmas harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang
telah ditetapkan. Puskesmas dipicu untuk dapat menilai diri (Self Assesment) dan memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan Puskesmas yang
menilai dan memecahkan masalah pada hasil (Output). Tanpa mengukur hasil kinerja
Puskesmas tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan
output yang baik pula. Indikator Puskesmas disusun bertujuan mengukur knerja Puskesmas
serta nyata sesuai standar yang ditetapkan.

Kegiatan tim Peningkatan Mutu Puskesmas Takokak dilakukan melalui pemantauan


dan peningkatan indikator klinis dan keselamatan pasien
a. Pemantauan Indikator Klinis
Pemantauan indikator klinis adalah kegiatan pencatatan output suatu pelayanan. Metode
pengukuran ini lebih mencerminkan mutu hasil pelayanan. Indikator klinis yang dipantau
untuk menilai mutu pelayanan antara lain :
1) Pendaftaran
2) Ruang tindakan
3) Klinik BP
4) Klinik MTBS/M
5) Klinik KIA/KB
6) Laboratorium
7) Loket obat
8) PONED
9) Mobil Ambulan
10) Pemeliharaan alat dan sarana kesehatan
11) Pencegahan dan pengandaian infeksi

b. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi :


1) Ketepatan identifikasi pasien
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Kepastian pemberian obat
4) Kepastian tepat pasien, tepat lokasi, tepat prosedur
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
6) Pengurangan resiko pasien jatuh

c. Laporan dan analisis KTD, Sentinel dan KNC dimulai dengan laporan dalam unit layanan
yang rutin dilaporkan setiap bulan, kemudian dianalisis setiap 3 bulan oleh tim mutu
dengan menggunakan grading matrix akan diketahui kejadian yang low, moderate, high
maupun extreme. Kemudain hasil laporan tersebut ditindak lanjuti dengan tindakan-
tindakan sesuai dengan tingkat kejadiannya.

d. Laporan indikator mutu dan laporan kejadian tidak diduga dianalisis setiap 3 bulan. Hasil
analisis merupakan dasar untuk membuat dokumen perbaikan mutu, perbaikan
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sehingga dapat mengeliminir kejadian-
kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien diharapkan memberi rasa aman
dan nyaman kepada pasien Puskesmas.

FREKUENSI/LIKEHOOD POTENSIAL DAMPAK

Insignificant Minor Moderate Mayor Catastropic

Sangat sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme

Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme

Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme

Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme

Sangat jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme

e. Dalam proses keselamatan pasien perlu juga diperhatikan SDM yang sesuai kompetensi.
Proses kredential dan kredentialing dilaksanakan oleh ketua medis secara rutin untuk
menjaga mutu pelayanan Puskesmas. Legalitas petugas medik, paramedis maupun non
medis dapat dipertanggungjawabkan dengan meninjau kembali kompetensi dan kinerja
sesuai dengan kewenangan.
BAB VIII
METODE PELAKSANAAN PMKP

Peningkatan mutu adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran Puskesmas dalam hal jasa dan pelayanan kesehatan.
Peningkatan mutu kualitas pelayanan pada dasarnya adalah peningkatan mutu kualitas kerja
dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (Quality Os Customer’s
Satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap unit di Puskesmas.

Pengertian peningkatan mutu kualitas pelayanan diatas mengacu pada siklus


peningkatan mutu (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action” (P-D-C-
A)=Relaksasi (Rencanakan-Laksanakan, Periksa, Aksi). Pola PDCA tersebut ini dikenal
sebagai “Siklus Shewart” karena pertama dikemukakan oleh Walter Shewart beberapa puluh
tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis PDCA lebih sering
disebut “Siklus Deming” hal ini Deming adalah orang yang mengpopulerkan penggunaannya
dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun disebut PDCA alat yang bermanfaat
untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (Continous Improvement) tanpa berhenti.

Konsep PDCA tersebut merupakan panduan bagi setiap koordinator unit untuk proses
perbaikan kualitas (Quality Improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkatkan ke keadaan yang lebih baik dan dijalankan diseluruh bagian unit.

Hubungan peningkatan mutu kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan


berdasarkan siklus PDCA (Relationship Between Control and Improvement Under PDCA
Cycle). Peningkatan mutu kualitas berdasarkan siklus PDCA hanya dapat berfungsi jika
sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat diajabarkan dalam enam
langkah. Keenam langkah PDCA tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Langkah
1. Menentukan tujuan dan sasaran? Plan
Tujuan dan sasaran yamg akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala Puskesmas atau Ketua Tim Mutu.
Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
b. Langkah
2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan? Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus
rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. O9leh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti
oleh semua karyawan.
c. Langkah
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan? Do
Metode untuk mencapai tujuan ydang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait. Dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah
4. Melaksanakan pekerjaan? Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang selalu dapat
berubah. Oleh karena itu, keterampilan dan pengalaman para karyawan dapat
dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah diterapkan.
e. Langkah
5. Memeriksa akibat pelaksanaan? Check
Kepala Puskesmas perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja. Hal yang harus dilakukan kepada karyawan adalah atas dasar
apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan
manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode, (standar
kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh
koordinator unit. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang
timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.

f. Langkah
6. Mengambil tindakan yang tepat? Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam peningkatan
mutu dan kualitas pelyanan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif
untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelyanan yang akan
dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.
Partisipasi semua karyawan dalam peningkatan mutu kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata
bersifat pragmatis. Dalam sikap keungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya
sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai
sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam meningkatkan mutu kualitas pelayanan mencakup
semua jenis kelompok karyawan secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas
kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam peningkatan
mutu kualitas terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu
pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika peningkatan mutu
kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat
dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dan
manajemen, sebagai tanggungjawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja
dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB IX
MONITORING DAN PELAPORAN

A. Puskesmas
1. Puskesmas wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian sentinel.
2. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada pedoman
keselmatan pasien rumah sakit
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu diinternal Puskesmas
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Puskesmas ke Tim Kendali Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas
4. Panitia Mutu dan kerja keselamatan pasien Puskesmas melakukan pencatatan kegiatan
yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Kepala Puskesmas secara
berkala.
5. Seluruh jaringan Manajemen Puskesmas secara berkala melakukan monitoring dan
evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Tim kendali peningkatan
mutu dan keselamatan pasien Puskesmas
6. Tim Kendali Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas secara berkala
(minimal 2 tahun sekali) melakukan evaluasi kebijakan dan prosedur keselamatan
pasien yang dipergunakan di Puskesmas
7. Tim Kendali Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien melakukan evaluasi kegiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya
BAB X
PENUTUP

Demikianlah dokumen Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien telah disusun


Puskesmas Cibinong. Dokumen ini diharapkan menjadi pedoman untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan Puskesmas Cibinong, Kepala Puskesmas, Ketua dan tim terkendali
peningkatan mutu dan keselamatan pasien beserta staf karyawan diharapkan mempunyai
komitmen kuat untuk melaksakannya.

Anda mungkin juga menyukai