Anda di halaman 1dari 51

KEPERAWATAN KELUARGA

‘’ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DAN IBU NIFAS’’

Disusun Oleh :

Andrik yulio (15620987)

Catur Asmarani (15620991)

Dwinda kurniawati (15620995)

Sindy Septiana (15621010)

Yusron Hanif K.M (15621012)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2017

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya dan petunjuk-
Nya, penulis diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah “Keperawatan
Keluarga yang Membahas Tentang Askep Ibu Hamil dan Ibu Nifas ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah ‘’ Keperawatan Keluarga PSIK Semester 4, sekaligus sebagai
cara untuk meningkatkan pengetahuan .
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Arif Nurma E S.kep
,Ns M.kep , sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga PSIK Semester 4.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih
banyak keterbatasan pengetahuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan bagi pembuat
makalah selanjutnya akan lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembuat makalah dan bagi pembaca.

Kediri , April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
1.4 Manfaat........................................................................................................ 2

BAB 2 IBU HAMIL ......................................................................................................... 3

2.1. Definisi ....................................................................................................... 3


2.2. Konsep Perkembangan ............................................................................... 3
2.3. Masalah yang terjadi pada Bumil ............................................................... 5
2.4. Tugas Perkembangan ................................................................................. 7

BAB 3 IBU NIFAS ...........................................................................................................

3.1.Definisi ........................................................................................................ 10

3.2.Tujuan Asuhan Masa Nifas ......................................................................... 10

3.3.Tahap Masa Nifas ........................................................................................ 11

3.4. Perubahan masa nifas ................................................................................. 11

3.5.Komplikasi masa nifas ................................................................................ 13

3.6.Hal yang perlu di perhatikan ....................................................................... 16

BAB 4 TEORI ASKEP .................................................................................................... 29

4.1 Ibu Hamil ..................................................................................................... 29

4.2.Ibu Nifas ...................................................................................................... 41

iii
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................. 45

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 45

3.2 Saran ............................................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 46

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang
tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada
manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir
sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan
khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu
maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya
normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil seperti
umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah
keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu
hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab
langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi.
Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan
kehamilan berisiko tinggi.
Seperti yang kita ketahui masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting
bagi kesehatan ibu dan anak,setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Pada masa ini
terjadi banyak sekali perubahan-perubahan penting yang berpengaruh sekali pada Ibu.
Perubahan peran ibu memerlukan adaptasi yg hrs dijalani. Tanggung-jawab bertambah dg
hadirnya bayi yg baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan.

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ibu hamil dan Ibu Nifas.

1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan keperawatan pada
Ibu hamil dan Ibu Nifas.

1
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi dari Ibu hamil dan Ibu Nifas.
2. Mengetahui Konsep Perkembangan Ibu hamil.
3. Mengetahui Masalah yang terjadi pada Bumil.
4. Mengetahui Tugas Perkembangan Ibu Hamil.
5. Mengetahui Tujuan Asuhan masa Nifas.
6. Mengetahui Tahap Msa Nifas.
7. Mengetahui Perubahan Masa Nifas.
8. Mengetahui Komplikasi masa nifas.
9. Mengetahui Hal yang perlu di perahatikan pada saat Nifas.
10. Mengetahui Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dan Ibu Nifas.

1.4.Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep Asuhan keperawatan Ibu Hamil dan Ibu Nifas.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang
konsep Asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dan Ibu Nifas yang sesuai
dengan standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang
lebih lanjut.
1.4.2. Manfaat praktis

Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada


Ibu Hamil dan Ibu Nifas dengan baik.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
IBU HAMIL

2.1. Definisi
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan matur berlangsung ± 40
minggu dan tidak boleh lebih dari 42 minggu (Wiknjosastro, 1996).
Menurut Federasi Obstertri dan Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-1 hingga ke-
27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga 40).
2.2.Konsep Perkembangan
Perkembangan / Perubahan Fisik :
1. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah,
pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng
kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah
yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang
biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder.
Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola
suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat.
Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang
ditengah atas pusat (linea nigra).
Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan
garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna
biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh

3
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis.
2. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi
setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai berikut :
a) Payudara membesar, tegang dan sakit.
b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae
sekunder.
d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar
puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang
biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu,
cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu,
warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning,
dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan,
perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat
menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta
linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang

4
menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan
memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna
hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi
edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar
pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
7. Perubahan pada sikap tubuh
a) Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
b) Perkembangan / Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada :
Trimester I meliputi : Ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
Trimester II meliputi : Perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
Trimester III meliputi : Memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu.
2.3.Masalah yang terjadi pada Bumil
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester
II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara
memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan
menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia
kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti,
yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang
diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan.
Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring
kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita
perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat

5
sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri
mereka.
2. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta
dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon
normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru.
Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita
yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap
bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan
seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika
keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat
meningkatkan rasa ambivalen.
Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam
merawat anak dapat memicu perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang
menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu
belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan
akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang
wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai,
ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya
cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan
sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik,
emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa, masalah disfungsi
seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan
bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua
belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali
keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan
mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan

6
kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk
melampiaskan seksualitasnya.
Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh
dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson,
Lowdermilk, 1993). Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan
seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain
dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa
hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya.
Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan
dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita
selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa
hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau
memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika
janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung,
Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua
mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk
memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut
kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah.
Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.
2.4.Tugas Perkembangan
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan
dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman,

7
1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons
emosionalnya dalam menerima kehamilan Kesiapan menyambut kehamilan.
a) Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi
banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan.
b) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal
tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya.
2. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang
wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh
ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya
condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan
mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan
boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman
tentang arti menjadi seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi,
menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat
dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka
terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi
orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984).
3. Hubungan Ibu – Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika
wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975;
Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan
membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang
menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan
dekat dengan anaknya. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita ‘’menerapkan’’ dan
menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita
lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber
informasi dan pengalaman. Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa
hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975).

8
4. Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari
sang anak (Richardson,1983), karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan,
dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang
ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983).
Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975)
menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan
fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.Hubungan
pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
5. Kesiapan untuk melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang,
sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat
sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu
kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang
nyaman untuk tidur dan istirahat. Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar
untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran
keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk
segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

9
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

IBU NIFAS

3.1.Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal (Ambarwati, 2009).
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka
tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan patologis.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan
ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas,
seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian terbanyak para ibu, infeksi
merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat
tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkannya
karena bayi tersebut tidakakan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan
demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat.
3.2.Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi
terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7

10
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa
nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Adapun tujuan Asuhan masa nifas normal yaitu:
1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya
3. Melaksanakan pemeriksaan yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana
3.3. Tahap Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial,
dan remote puerperium (Ambarwati, 2009).
a. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia,
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan,
bahkan tahunan.
3.4. Perubahan Masa Nifas
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis
yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu :

11
1. Perubahan fisik
a) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya :
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap
oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami
beser kencing setelah melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak
berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah
uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. Ischemia yaitu kekurangan darah pada
uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi :
1. Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.
2. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
3. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini
dan karena aretraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang

12
sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal.
Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan
sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-
masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke ± 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan
perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang
dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post
partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
3.5 Komplikasi Masa Nifas
1. Perdarahan Per Vagina
a. Hemoragi Post Partum Primer
Yaitu mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab:
1. Uterus atonik (terjadi karena misalnya: placenta atau selaput ketuban tertahan).
2. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio
caesaria, episiotomy).
3. Koagulasi intravascular diseminata

13
4. Inversi uterus.
b. Hemoragi Post Partum Sekunder
Adalah mencakup semua kejadian Hemoragi Post Partum yang terjadi antara 24 jam
setalah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1. Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina,
kandung kemih, rectum)
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, rupture uterus).
2. Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia
yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membrane) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih
dari hal-hal berikut ini:
1. Nyeri pelvic
2. Demam 38,5˚C atau lebih
3. Nyeri tekan di uterus
4. Lokea berbau menyengat (busuk)
5. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus
6. Pada laserasi/luka episiotomy terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah.
Bakteri penyebab sepsis puerperalis:
1. Streptokokus
2. Stafilokokus
3. E. Coli
4. Clostridium tetani
5. Clostridium welchi
6. Clamidia dan gonocokus
Faktor resiko pada sepsis puerperalis:
1. Anemia/kurang gizi
2. Higiene yang buruk
3. Teknik aseptic yang buruk

14
4. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir
5. Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin intra uteri, fragmen
atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan jaringan mati dari dinding vagina
setelah persalinan macet).
6. Insersi tangan, instrument, atau pembalut/tampon yang tidak steril (praktek
tradisional juga harus diperiksa).
7. Ketuban pecah lama
8. Pemeriksaan vagina yang sering
9. Kelahiran melalui SC dan tindakan operasi lainnya
10. Laserasi vagina atau laserasi servik yang tidak diperbaiki
11. PMS yang diderita
12. Haemoragi post partum
13. Tidak diimunisasi terhadap tetanus
14. Diabetes mellitus
3. Kelainan Payudara
a. Bendungan air susu
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal,
payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan
ini yang disebut dengan bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan disertai dengan kenaikan suhu.
Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah normal yang berlebihan dan
penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk
terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi system lacteal oleh
air susu.

Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Roser (1996)


mengamati bahwa 18% wanita normal akan mengalami demam post partum akibat
bendungan air susu. Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu
tubuhnya berkisar antara 38-39˚C. ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain,
khususnya panas yang disebabkan oleh infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.

15
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi ante
partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai dalam masa nifas dan
laktasi. Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa
nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau ke empat.
Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan
pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera di
ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.

3.6 Hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Asepsis
Setelah bahaya pertama hemoragi telah lewat, bahaya kedua adalah infeksi.
Sepsis purpural, disebut “child bed fever”. Hal ini masih merupakan suatu ancaman
bagi wanita post partum. Cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi adalah
rumah sakit mempertahankan fasilitas dan peralatan yang bersih, perawatan melakukan
teknik aseptic, dan ibu belajar kebersihan diri yang baik, terutama teknik mencuci
tangan.
Perlawanan terhadap infeksi adalah upaya berkelanjutan yang membutuhkan
partisipasi semua personil rumah sakit. Perabot, lantai, instrument, dan alat-alat tenun
harus bebas dari pathogen. Makanan, minuman, dan obat-obatan harus asli, sampah-
sampah harus dibuang dengan teknik yang tepat.
Sumber infeksi terbesar bagi ibu postpartum adalah staf, terutama tangan,
hidung, dan mulut mereka. Pada saat bersalin dikenakan gaun dan sarung tangan steril.
Masker wajah membantu mencegah organisme di udara menginfeksi jalan lahir ibu.
Setelah itu, perawat harus terus menerus mencuci tangannya setelah memberikan
asuhan pada setiap pasien. Karena perhatian terakhir terhadap penyebaran sekresi
pathogen, perawat harus melindungi diri sendiri dari sekresi tubuh sebagaimana
mencegah kontaminasi silang antar pasien.
2. Kebersihan diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan kesejahteraan mereka. Segera setelah mereka cukup kuat untuk berjalan,

16
bantu ibu untuk mandi. Instruksikan panya untuk mencuci putting susunya pertama
kali, kemudian tubuh, dan terakhir perineum. Sediakan pakaian dan pembalut yang
bersih.
3. Perawatan perineal
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi
rasa ketidaknyamanan, keberhasilan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan. Walaupun prosedurnya bervariasi dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya, prinsip-prinsip dasarnya adalah universal, sebagai berikut :
a. Mencegah kontaminasi dari rectum
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma dan
c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. \
Dengan menerapakan prinsip-prinsip ini prosedur yang disarankan berikut. Perawat
mengajarkan untuk :
a. Mencuci tangan.
b. Mengisi botol plastic dengan yang dimiliki dengan air hangat.
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum
dan letakkan pembalut ke dalam kantung plastic.
d. Berkemih dan BAB ke toilet.
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci tangan dengan air mengalir.
i. Perawat menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan perineal pada
ibu.
4. Mandi berendam

Mandi berendam biasanya sangat berguna karena kehangatan tidak hanya


meningkatkan sirkulasi untuk meningkatkan penyembuhan tetapi juga melepaskan
jaringan untuk meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan edema. Mandi berendam
mungkin dilakukan dalam bak mandi, kursi yang dibentuk dengan khusus, atau unit
disposable yang didekatkan disebelah toilet.

17
Perawat harus memastikan suhu air sehuingga membuat rasa nyaman yaitu
sekirtar 105⁰ F (40,5⁰ C) dan bahwa pasien telah memiliki lonceng didekatnya.
Beberapa peniliti menganjurkan bahwa mandi berendam dengan air dingin jauh lebih
efektif daripaada mandi berendam dengan air hangat. Berikan dorongan pada psien
untuk melakukan mandi berendam tiga sampai empat kali sehari selama 20 menit.

5. Penghangatan kering

Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang – kadang digunakan untuk


meningkatakan penyembuhan perineal. Perineum harus dibersihkan terlebih dahulu
untuk membuang sekresi. Pasien berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan
direnggangkan, dan lampu diletakkan 20 inci dari perineum. Penghangatan dengan
cahaya lampu biasanya dilakukan 3 kali sehari selama 20 menit.

6. Anestetik topical

Anestetik topical seperti dermoplast aerosol spray atau nupercainal ointment


mungkin digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada perineum. Pasien dianjurkan
untuk mengoleskan obat setelah ia melakukan mandi berendam atau operawatan
perineum. Untuk menghindari terbakarnya jaringan, anjurkan pasien untuk tidak
menggunakannya sebelum ia melakukan penghangatan dengan cahaya lampu.

7. Perawatan hemoroid

Beberapa ibu mengalami nyeri hemoroid setelah melahirkan. Tindakan yang


dapat membantu menurunkan nyeri tersebut termasuk mandi berendam, salep
anestetik, supositoria rectal, dan pembalut hazel. Pasien mungkin dianjurkan untuk
memeasukkan hemoroid yang terdapat diluar rectum kedalam rectum dengan
menggunakan jari tangan yang bersarung. Mereka mungkin akan menemukan bahwa
hal tersebut sangat membantu untuk mempertahankan posisi berbaring miring atau
telentang dan menghindari duduk lama. Berikan dorongan pada pasien untuk
mempertahankan asupan cairan yang adekuat dan menggunakan pelunak feses untuk
lebih memberikan rasa nyaman ketika terjadi gerakan usus. Hemoroid biasanya akan

18
menghilang dalam beberapa minggu bila pasien tidak mengalaminyasebelum
kehamilan.

8. Eliminasi

Kebanyakan pasien dapat berkemih secara spontan dalam 8 jam setelah


melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%. Setelah
melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Mungkin terdapat aseton dalam urin
pada pasien yang mengalami persalinan lama atau mereka yang mengalami dehidrasi.
Ketika laktasi dimulai, mungkin terdapat lactose dalam urin.

Buang Air Besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah
melahirkan karena enema prepersalinan, diit cairan, obat-obatan analgesic selama
persalinan, dan perineum yang sangat sakit. Melakukan kembali kegiatan makan dan
ambulasi secara teratur biasanya cukup membantu untuk mencapai regulasi BAB.
Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sangat dianjurkan. Bagi ibu
menyusui, pelunak feses seperti dokusat atau laksatif bulk yang beraksi local pada usus
lebih disukai daripada makanan laksatif.

9. Involusi uterus

Segera setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah
melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus. Setelah itu tinggi fundus
berkurang 1 sampai 2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama, saat tinggi fundus
sejajar dengan tulang pubis. Sampai minggu keenam normalnya uterus kembali
kebentuknya ketika tidak hamil, yaitu organ kecil berbentuk buah pir yang terdapat
dalam pelvic. Tonus otot uterus dipelihara oleh control persarafan dan dapat
dirangsang dengan masase atau rangsangan puting. Servik mencapai ukuran semula
dalam seminggu setelah melahirkan dan sampai minggu keenam telah sembuh dan
terlihat seperti crosswise slit pada multipara. Involusi uterus menjadi lambat bila uterus
terinfeksi.

19
10. Lokea

Lokea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari darah, sel-sel
tua, dan bakteri. Lokea pertama kemerahan dan mungkin mengandung bekuan. Jumlah
dan karakternya berubah dari hari ke hari. Pada awalnya jumlah lokea sangat banyak,
kemudian sedang, dan biasanya berhenti dalam 2 minggu. Warna digambarkan dengan
bahasa latin rubra untuk merah segar, serosa untuk serum kecoklatan, dan alba untuk
kuning keputihan. Keluaran keseluruhan setelah melahirkan adalah 400 sampai 1200
mI. normalnya lokea memiliki bau apak. Bau yang amis atau busuk menandakan
terjadinya infeksi. Periode menstruasi biasanya mulai kembali sekitar 6 sampai 8
minggu setelah melahirkan untuk ibu tidak menyusui dan 3 bulan atau lebih setelah
melahirkan untuk ibu menyusui. Menstruasi pertama mungkin lebih sedikit ketimbang
menstruasi selanjutnya.

11. Episiotomy

Perawat melakukan inspeksi tanda-tanda infeksi dan bukkti-bukti penyembuhan


pada episotomi paling tidak setiap 8 jam. Kecepatan penyembuhan tergantung pada
letak dan kedalaman insisi. Kebanyakan episiotomy sembuh sebelum minggu keenam
postpartum. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian perawatan
perineum, mandi berendam, penghangatan dengan cahaya lampu, dan obat-obatan
topical meningkatkan penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan luka
episiotomy

12. Afterpain

Afterpain adalah rasa sakit saat kontraksi yang dialami oleh ibu multipara
selama 3 sampai 4 hari pertama postpartum. Nyeri ini tidak biasa terjadi pada
kehamilan pertama, tetapi dengan kehamilan berikutnya rasa sakit tersebut menjadi
lebih berat. Karena menyusui merangsang kontraksi uterus, maka afterpain umum
terjadi saat ibu menyusui bayinya. Obat analgesic memberikan sedikit bantuan
penurunan rasa nyeri.

20
13. Payudara
Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan,
ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak lagi ada untuk menghambatnya, kelenjar
pituitary mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenink). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, terbukti adanya efek prolaktin pada payudara. Pembuluh dalam payudara
menjadi bengkak terisi darah, menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel
yang menghasilkan ASI mulai berfungsi, dan ASI mulai mencapai putting melalui
saluran susu, menggantikan kolustrum yang telah mendahuluinya. Kemudian laktasi
dimulai.
Ketika laktasi menghisap putting, refleks saraf merangsang lobus posterior
kelenjar pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks
letdown (mengalirkan), menyebabkan ejeksi ASI dari sinusis laktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada putting. (oksitosin juga merangsang kontraksi, mempercepat
involusi uteri dan menyebabkan afterpain). Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi
atau dengan memompa, sel-sel laktasi terangsang untuk menghasilkan ASIlebih
banyak. Proses ini dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan tahunan. Bila ASI
tetap berada dalam duktus, menyebabkan tekanan balik meningkat , maka hanya
sedikit ASI yang terbentuk, dan pada akhirnya tidak terdapat sama sekali. Hal ini
merupakan penjelasan bagaimana “ drying up” (tidak terdapat lagi ASI dalam
payudara) terjadi secara alamiah.
Bila untuk berbagai alasan, ibu memutuskan untuk tidak menyusui bayinya,
berbagai obat mungkin diberikan untuk menghambat pembentukan prolaktin. Obat
tersebut diberikan selama jam pertama setelah melahirkan sebelum masa laktasi
dimulai. Obat-obatan tersebut diantaranya adalah bromokriptin (parlodel), agonist
dopamine, dan enantat testosterone (deladumone), hormone. Obat ini tidak lagi
memberikan efek bila laktasi telah dimulai.
Ibu tak menyusui. Bahkan sekalipun diberikan obat-obatan penghambat
laktasi, pembengkakan payudara terjadi dalam derajat tertentu. Penggunaan kutang
yang dapat menyangga payudara dengan baik sangat dianjurkan. Dapat dilakukan
kompres es tetapi secara periodic harus dihentikan untuk memungkinkan terjadinya

21
fungsi refleks saraf dan aliran darah diantara kulit. Mungkin juga diresepkan obat-
obatan analgesic untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
Ibu Menyusui. Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu
merupakan suatu hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari
selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat
kolustrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan
masuknya bakteri baik ke putting maupun ke mulut bayi. Salep atau krim khusus dapat
digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada puting.
Bila puting menjadi pecah-pecah , proses menyusui ditangguhkan sampai
putting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan pompa
ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan pada bayi. Terus menyusui dengan
putting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada mastitis, ibu dari premature
mungkin harus mengeluarkan ASI-nya sampai bayi mereka cukup kuat uuntuk
menyusu.
Teknik menyusui. Perawat mempunyai pengaruh yang besar pada pengalaman
menyusui dari ibu-ibu baru. Sara-saran berikut untuk para perawat yang merawat ibu
baru dan bayinya dikutip dari ocasio dan strokamer (1982) dan velasquez (1984).
1. Bentuk hubungan dengan ibu, berikan dukungan dengan cara yang tidak
memberikan suatu penilaian tertentu, dan jawab pertanyaan yang diajukannya.
2. Kaji keadaan payudara, areola, dan putingnya. Tangani bagian yang keras dengan
lap hangat dan lakukan masase. Paparkan putting yang terasa sakit diudara terbuka,
oleslan krim, dan kurangi waktu menyusui
3. Berikan dorongan pada ibu untuk mengenakan kutang yang pas dan menyangga
payudara dengan baik.
4. Ajarkan ibu untuk masase payudara dari dinding dada mengarah ke areola, hal ini
mempermudah gerakan ASI dan/atau kolustrum dari kelenjar penghasil ASI ke
sinus-sinus pengumpul di bawah areola.
5. Jelaskan pentingnya suasana relaks ketika menyusui. Bantu ibu untuk menentukan
posisi yang nyaman, duduk dengan sandaran yang baik, tanpa gangguan, di tempat
yang tenang dan hangat.

22
6. Bantu ibu untuk memberikan posisi pada bayinya denhgan kontak kulit. Keluarkan
sedikit ASI atau kolustrumuntuk merangsang bayi dalam menyusudan pandu putting
memasuki mulut bayi. Untuk mendapatkan posisi yang tepat, keseluruhan aerola
harus berada dalam mulut bayi. Berikan dorongan pada ibu.
7. Ajarkan ibu untuk memberikan respon terhadap petunjuk dari bayi mereka dan tukar
payudara ketika bayi sudah memperlihatkan agitasi. Akhiri menyusui bila bayi
tertidur atau melepaskan putting.
8. Jelaskan bagaimana cara melepaskan mulut bayi dari putting tanpa menyebabkan
kerusakan pada putting. Ibu memeasukkan jari kelingkingnya kedalam mulut bayi
untuk menghentikan penghisapan dan dengan lembut menariknya keluar.
9. Ingatkan ibu untuk menyendawakan bayinya dengan posisi kepala bayi terangkat
setelah menyusu, tepuk-tepuk punggung bayi.
10. Karena payudara harus dirangsang dengan teratur, kedua payudara harus digunakan
bila menyusui sampai ASI keluar dengan jumlah yang diinginkan. Memberikan ASI
hanya sesuai kebutuhan bayi, setiap 2 sampai 3 jam, selama bayi ingin menyusu.
Dukungan dan pemberian semangat. Bukan merupakan hal yang aneh bagi ibu yang
pertama kali menyusui bayinya merasa tidak bersemangat. Payudaranya sangat sakit
dan bengkak, dan bayinya belum mengetahui bagaimana cara menghisap. Pada
awalnya belum terdapat ASI, hanya kolustrum. Dan semakin lama terlalu banyak
ASI. Tambahan pula kram uterus yang menyakitikan terjadi setiap kali bayi
menyusu.
Perawat dapat melakukan banyak hal untuk membantu ibu memangku bayinya
dengan tepat. Mereka dapat menjelaskan bahwa payudara yang bengkak akan
menghilang secara bertahap dan suplai ASI akan sesuai dengan napsumakan bayi.
Perawat dapat menolong ibu relaks dan menikmati saat-saat mendorong bayinya.
14. Aktivitas dan istirahat
Sebagian beasar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah efek obat-
obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut amat berguna
bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan paru-
paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembentukan bekuan (thrombosis) pada
pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantunagn peran sakit

23
menjadi sehat dan tidak tergantung. Demikian juga, ibu membutuhkan penyembuhan
dari persalinan mereka daan untuk memungkinkan tubuhnya menjadi sembuh. Oleh
karenanya, mereka didorong untuk melakukan aktivitas secara bertahap, memberikan
jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan.
15. Latihan peregangan otot-otot
Ketika kekuatan mereka telah kembali, setelah awal periode penyesuaian
terhadap melahirkan anak, pasien dapat memulai latihan peregangan otot dasarr pelvic
dan otot-otot abdomen. Latihan kegel’s, disarankan pada ibu selama perawatan
prenatal. Segera setelah merasa nyaman, dorong ibu untuk melakukan latihan ini,
demikian pula, mereka dapat memulai latiahn otot-otot abdomen ketika bila
kekuatannya telah kembali. Pasien harus ingat bahwa selama 5 sampai 6 bulan otot-
otot mereka mengalami relaksasi dan hal tersebut membutuhkan waktu berbulan-
bulan untuk mencapai tonus sebelumnya
16. Makanan dan minuman
Ibu baru membutuhkan diet seimbang yang baik. Pedoman umum yang baik
untuk diet termasuk dua sampai empat porsi setiap hari dari empat kelompok makanan
dasar, makan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan
sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu menyusui butuh protein, mineral, dan cairan ekstra.
Mereka bisa mendapatkan semuanya dengan menambahkan 4 sampai 6 cangkir susu
rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Tambahan mineral dan multivitamin mungkin
juga diresepkan.
17. Kulit
Striae yang diakibatkan karena regangan kulit abdomen mungkin akan tetap
bertahan lama setelah kelahiran, tetapi akan menghilang menjadi bayangan yang lebih
terang. Bila terdapat linea nigra atau topeng kehamilan (khloasma), biasanya akan
memutih dan kelamaan akan menghilang.
18. Pencegahan sensitifitas factor-Rh
Sebagai bagian perawatan antepartum, dilakukan pemeriksaan golongan darah
ABO dan factor Rh. Bila ibu memiliki Rhₒ(D) (seperti RhoGAM) diberikan pada
minggu ke 28 perinatal dan diberikan kembali dalam 72 jam setelah melahirkan,
insiden isoimunisasi dapat diturunkan secara signifikan.

24
Bila pasien tidak mendapatkan perawatan antepartuum, pemeriksaan golongan
darah dilakukan pada saat masuk ke rumah sakit. Ia dipertimbangkan sebagai calon
terhadap RhoGAM bila (1) Rh-nya negative, (2) bayinya Rh-positif seperti
ditunjukkan dari hasil pemeriksaan darah tali pusat, dan (3) bayi memberikan reaksi
negative pada test Coomb, yang menandakan bahwa ibu kemungkinan belum
membentuk factor Rh.
Bila diputuskan bahwa ibu merupakan calon RhoGam, (1) ia harus
menandatangani informed consent, (2) dipesankan RhoGam dari laboratorium, (3)
dilakukan test kompattibilitas, dan (4) RhoGam dikirimkan ke unit postpartum untuk
diberikan. Dalam memberikan RhoGam, perawat harus mengikuti beberapa hal
penting seperti halnya pada pemberian darah lengkap. Dua orang perawat memeriksa
ulang nama pasien dan nomor identitas pada vial RhoGam mencocokkannya dengan
kertas dari laboratorium. RhoGam disuntikkan secara intramuscular, biasanya ke
dalam bokong. Jarang terjadi reaksi, tetapi tempat suntikan diperiksa untuk melihat
adanya tanda-tanda inflamasi local, tanda-tanda vital diperiksa paling tidak dua kali
selama periode 4 jam berikutnya.
19. Hubungan seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomy telah
sembuh dan keluaran lokea telah terhenti. Karena tingkat estrogen yang rendah dalam
seminggu setelah melahirkan, sel-sel pensekresi dalam vagina mungkin hanya
membentuk sedikit pelumas alamiah. Oleh karenanya, penggunaan lubrikan dapat
sangat membantu. Beberapa wanita mengalami “let-down” ASI sebagai respon
terhadap orgame seksual. Mereka juga mungkin merasakan rangsangan seksual pada
saat menyusui. Respons fisiologis ini dapat menekan pasien kecuali mereka
memahami bahwa hal tersebut adalah normal.
20. Menstruasi dan ovulasi
Pada ibu tak menyusui, menstruasi mulai pada minggu ke 6 sampai ke 8
setelah melahirkan. Ovulasi mungkin saja terjadi pada saat itu. Oleh karenanya
mungkin saja terjadi konsepsi. Pada ibu menyusui mungkin belum akan mendapat
menstruasi sampai 3 bulan atau lebih setelah melahirkan. Pembentukan prolaktin yang
berlanjut dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) dari

25
kelenjar pituitary dan memperlambat ovulasi. Namun demikian, FSH mungkin tidak
dihambat dan ovulasi dapat terjadi. Untuk alasan ini, menyusui bukan merupakan
kontrasepsi yang dapat diandalkan. Bila abstinence tidak memungkinkan dan
kehamilan lainnya merupakan hal yang tidak diinginkan, salah satu jenis kontrasepsi
harus digunakan.
21. Emosi
Respons emosi pada wanita terhadap kehamilan, persalinan, dan purpurium
telah didiskusikan pada Bab 4. Seperti yang telah dijelaskan, ketika saat-saat kelahiran
telah dekat, wanita mengalami peningkatan kegembiraan, mencapai klimaks dengan
kelahira bayi. Seringkali emosi yang tiinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran.
Tingkat esterogen dan progesterone dalam tubuh turun. Pasien keletihan karena
persalinan, dan mereka mengalami nyeri perineum, pembengkakan payudara, dan
afterpain. Mereka merasa sangat tertekan dan mungkin menangis untuk hal-hal yang
mereka tidak pahami. Depresi ini disebut postpartum blues.
Perawat menenangkan ibu dengan menjelaskan penyebab fisik dari depresi
postpartum. Mereka meyakinkan ibu bahwa depresi seperti itu adalah hal yang umum
dan segera akan menghilang, sama seperti halnya rasa tidak nyaman lainnya pada
melahirkan. Perasaan bahagia dan harapan mereka akan kembali seperti sebelum
melahirkan.
22. Parenting
Pengkajian awal tentang interaksi antara orang tua dan bayinya ditegakkan
diruang persalinan. Proses penegasan ini disebut bonding, terjadi saat ibu dan ayah
menerima dan mengenali bayinya. Reaksi yang sangat positif termasuk berbicara pada
bayi, tersenyum, memeluk, meneliti, dan memberikan tanda positif tentang bayinya.
Reaksi yang sangat negative termasuk sedikit melihat dan menggendong bayi,
menjadi apatis, dan memberikan tanda tidak baik pada bayinya. Bila orang tua
merasakan positif pada bayinya, sepertinya mereka akan lebih banyak mendapat
keterampilan dalam perawatan anak dan sedikit kemungkinan untuk memperlakukan
anak dengan salah atau melalaikan bayi di saat mendatang.

26
Menurut beberapa peneliti, menerima peran sebagai orang tua adalah suatu
proses yang terjadi dalam tiga tahap : (1) ketergantungan, (2) ketergantungan-
ketidaktergantungan, dan (3) saling ketergantungan.
Tahap 1: ketergantungan. Bagi beberapa ibu baru tahap ini terjadi pada hari
ke-1 dan ke-2 setelah melahirkan. Rubin (1961) menjelaskan bahwa hari tersebut
merupakan fase “taking-in” (menerima), waktu dimana ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan. Ia memfokuskan energinya pada bayinya yang baru. Ia
mungkin selalu membicarakan pengalaman melahirkannya berulan-ulang, “taking-in”
merupakan fakta bagi perannya yang baru. Preokupasi ini mempersempit persepsinya
dan mengurangi kemampuannya untuk berkonsentrasi pada informasi baru. Perawat
mungkin harus mengulang-ulang instruksi yang berikan pada tahap ini.
Tahap 2: Ketergantungan-ketidaktergantungan. Tahap kedua mulai pda
sekitar hari keyiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu ke-4 sampai ke-5.
Rubin menyebutnya sebagai fase ‘takinghold’. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Namun demikian,
tubuhnya mengalami perubahan yang sangat signifikan. Sebagai akibat pengaruh
hormonal yang sangat kuat, keluarlah ASI. Uterus dan perineum terus dalam proses
penyembuhan. Pasien menjadi keletihan. Ketika ia kembali ke rumah, ia mungkin
merasakannya lebih buruk lagi. Selama fase ini system pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik. Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan
sumber penting selama fase ini karena postpartum blues merupakan hal yang biasa
terjadi. Layanan kunjungan rumah oleh perawat sangat dianjurkan, terutama bagi ibu
muda.
Tahap 3: saling ketergantungan. Dimulai sekitar minggu ke-5 sampai ke-6
setelah kelahiran, system keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinnya telah kembali, dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali. Keluarga besar (extended family) dan
teman-teman, walaupun sangat membantu sebagai sistem yang memberikan dukungan
pada awalnya, tidak lagi turut campur dalam interaksi keluarga, dan kegiatan sehari-
hari telah kembali dilakukan. Secara fisik ibu mamp[u menerima tanggung jawab

27
normal dan tidak lagi menerima “peran sakit”. Tahap saling ketergantungan ini
berlanjut terus sampai terganggu oleh periode ketergantungan lain.

28
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

4.1. IBU HAMIL


1. Pengkajian
Hari :
Tanggal :
Jam :
Data Subjektif :
a) Biodata Pasien dan Penanggung Jawab
b) Keluhan dan Alasan Datang
c) Riwayat Kesehatan ( Dahulu, Sekarang dan Keluarga)
d) Riwayat Perkawinan (usia menikah, lama menikah, brp kali menikah)
e) Riwayat Menstruasi (menarche, siklus/lama, byknya haid, dismenorea)
f) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
g) Riwayat Kehamilan sekarang (usia kehamilan mnrt pasien, HPHT/HPL, periksa
ANC brp kali, therapy, penkes, suntik TT 1-3, kebiasaan merokok;minum minuman
keras;jamu;obt2an, ada hewan peliharaan, gerakan janin, renc bersalin)
h) Riwayat KB (KB yang digunakan, lamanya, alas an berhenti, renc KB stlh bersalin)
i) Kebutuhan sehari hari sebelum dan slm hamil (nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat,
seksual, personal hygiene)
j) Psikososiospiritual (perasaan dg kehamilan, respon kluarga thd kehamilan,
pengambil kptusan dominan ke siapa)

Data Obyektif :
Tingkat Kesadaran :
BB / TB :
LILA :
TTV : Suhu : Nadi : Tensi :
Status Present : Head to toe (Tulang Belakang lordosis)
Status Obstetri :

29
1) Inspeksi
Muka : Tidak cloasma grav, tidak odema
Mamae : Montgomery terlihat, putting susu menonjol, colostrum
sudah keluar
Perut : Linea Alba dan Striae gravidarum ada
Anus : tidak hemoroid
2) Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan antara prosesus xipoideus dan pusat
Bagian fundus teraba bulat, lunak dan tidak melenting
Leopold II : Bagian Kanan ibu teraba ada tahanan memanjang, keras
Bagian Kiri ibu teraba bagian kecil kecil janin
Leopold III : Bagian segmen bawah rahim teraba bagian bulat, keras dan
melenting
Leopold IV : Keduan jari jari tangan bertemu berarti kepala janin belum
masuk PAP
3) Auskultasi
DJJ
4) Perkusi
Reflek patella : + / +
2. Diagnosa Keperawatan
1) .Ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan adaptasi kehamilan dibuktikan
dengan postur tubuh berubah
2) .Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
3) .Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh
dibuktikan dengan postur tubuh menunduk
4) Resiko cedera pada ibu dibuktikan dengan besarnya ukuran janin,riwayat cidera pada
persalinan sebelumnya,ketuban pecah.
5) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih,
dibuktikan dengan desakan berkemih (urgensi).

30
6) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh dibuktikan
dengan mengeluh hubungan seksual terbatas
7) Penurunan Curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
dibuktikan dengan berat badan bertambah
8) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dibuktikan dengan
mengeluh pola tidur berubah
9) Risiko cedera pada janin berhubungan dengan kelelahan,besarnya ukuran janin
,kecemasan berlebih tentang proses persalinan dibuktikan dengan ketuban pecah
sebelum waktunya (KPSW)
10) Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang berbeda
diantara klien dan orang terdekat dibuktikan dengan mengabaikan anggota keluarga
3. Intervensi Keperawatan
1) Ketidaknyamanan b/d perubahan fisik dan pengaruh hormonal
Kemungkinan di buktikan oleh :
a) Melaporkan tegang/nyeri,
b) Kram kaki,
c) Parestesia,
d) Pruritus,
e) Kontraksi uterus

NIC NOC RASIONAL


1) Mendiskusiakan 1) Kaji terus-menerus 1) Data dasar terbaru untuk
perubahan fisik/psikologis ketidaknyamanan klien dan merencanakan perawatan.
berkenaan dengan metode mengatasinya. 2) Penurunan kapasitas
persalinan/kelahiran 2) Kaji status pernapasan pernapasan saat uterus
2) Mengidentifikasi sumber- klien. menekan difragma,
sumber yang tepat untuk 3) Perhatikan adanya keluhan mengakibatkan dipsnea,
mendapatkan informasi ketegangan pada punggung khususnya pada
tentang perawatan bayi. dan perubahan cara jalan. multigravida yang tidak
3) Mengungkapkan kesiapan Lanjutkan penggunaan mengalami kelegaan
untuk sepatu hak rendah, latihan dengan ikatan antara ibu
persalinan/kelahiran dan pelvic-rock, girdle dan bayi dalam

31
bayi maternitas, penggunaan kandungannya
kompres hangat, sentuhan (keringanan) sampai
terapeutik atau stimulasi awitan persalinan.
saraf elektrikal transkutan 3) Lordosis dan regangan
(TENS) dengan tepat. otot disebabkan oleh
4) Berikan suplemen kalsium pengaruh hormone
dengan tepat. Anjurkan (rrelaksin, progesterone)
penggunaan jeli alumunium pada sambungan pelvis
hidroksida sesuai kebutuhan dan perpindahan pusat
gravitasi sesuai dengan
pembesaran uterus.
Intervensi multiple
biasanya lebih membantu
untuk menghilangkan
ketidaknyamanan.
4) Penambahan produk susu
bila intoleransi dapat
menjadi masalah. Jeli
dapat menurunkan kadar
fospor, memperbaiki
ketidakseimbangan
kalsium fospor.
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Kemungkinan dibuktikan oleh :
a) Meminta informasi
b) Pernyataan masalah atau kesalahan konsep

NIC NOC RASIONAL


1) Mendiskusiakan perubahan 1) Berikan info tentang 1) Pemahanman kenormalan
fisik/psikologis berkenaan perubahan fisik atau perubahan ini dapat

32
dengan fisiologis normal menurunkan klecemasan
persalinan/kelahiran. berkenaan dengan dan membantu
2) Mengidentifikasi sumber- trimester tiga. meningkatkan
sumber yang tepat untuk 2) Berikan info penyesuaiaan aktivitas
mendapatkan informasi tertulis/verbal tentang perawatan diri.
tentang perawatan bayi. tanda-tanda awitan 2) Membantu klien untuk
3) Mengungkapkan kesiapan persalinan, bedakan antara mengenali awitan
untuk persalinan/kelahiran persalinan palsu dan persalinan, untuk
dan bayi benar. Diskusiakan kapan menjamin tiba kerumah
memberi tahu doctor atau sakit tepat waktu, dan
pemberi pelayuanan menangani
kesehatan serta kapan persalinan/kelahiran.
meninggalkan rumah 3) Membantu menyiapkan
sakit/rumah bersalin. pengambilan peran
Diskusikan tahap-tahap baru, memerlukan
persalinan untuk barang-barang tertentu
persalinan. untuk perabot, pakaian
3) Berikan info verbal atau bayi, membantu persiapan
tertulis tentang perawatan membri makan, cara
bayi, perkembangan, menyusui dengan
pemberian makan, berikan menggunakan botol.
referensi tepet. Kaji Kurang persiapan
keyakinan budaya. mungkin brhubungan
4) Anjurkan keikutsertaan secara kultural, di tandai
dalam kelas kelahiran dengan keyakinan bahwa
anak (bila belum ersiapan mungkin
mengikuti) dan melakukan berkenaan dengan
orientasi RS/RB. peningkatan resiko
kematian bayi karena
“menentang keinginan
Tuhan.”

33
4) Menurunkan ansietas
berkanaan
dengan ketidaktahuan,
meningkatkan mekanisme
koping untuk
persalinan/kelahiran.

3) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh
dibuktikan dengan postur tubuh menunduk

NIC NOC RASIONAL


1) Mendiskusikan reaksi- 1) Diskusiakan 1) Pada saat ini, mimpi-
reaksi terhadap perubahan sifat/frekuensi mimpi mimpi dan fantasi
citra tubuh dan impian- mimpi. berhubungan dengan
impian. 2) Evaluasi adaptasi pengalaman melahirkan,
2) Mencari model peran positif fisiologis klien/pasangan kemungkinan
dalam persiapan untuk terhadap kehamilan. abnormalitas bayi baru
menjadi orangtua. 3) Dorong untuk lahir, dan perubahan
3) Mengungkapkan perasaan berpartisivasi dalam kelas peran yang berat.
percaya diri mengenai kelahiran anak,bila belum 2) Tugas normal trimester
perqn baru. terlibat. ketiga berfokus pada
4) Kaji ketersidaian dan sifat persiapan menjadi ibu
system pendukung, model atau ayah. Bila klien
peran, dan keyakinan dan/atau pasangannya
budaya. mempunyai ego lemah
dan tidak menyelesaikan
tugas-tugas kehamilan,
kesulitan mengatasi stress
persalinan dan kelahiran
serta menjadi orang tua
mungkin terjadi.
3) Memberikan kesempatan

34
untuk mengembangkan
kelompok pendukung
untuk berbagi reaksi
emosi pada kehamilan
dan menyiapkan kelahiran
yang berhasil.
4) Ketersediaan dukungan
yang memedai membantu
mengembangkan
penyesuaian positif
terhadap kehamilan dan
menjadi orangtua.
4) Resiko cedera pada ibu dibuktikan dengan besarnya ukuran janin,riwayat cidera pada
persalinan sebelumnya,ketuban pecah

NIC NOC RASIONAL


1) Mengungkapkan 1) Dapatkan kultur vagina. 1) Infeksi vagina atau PHS
pemahaman tentang factor- Kaji terhadap infeksi dan yang tidak diobati,
faktor resiko individu yang penyakit hubungan seksual menciptakan
potensial. (PHS) missalmonilia, ketidaknyamanan berat
2) Bebas dari komplikasi. gonorrhea dll.bila ada, rujuk pada klien, dan resiko
pada tindakan yang tepat. terhadap janin, baik
2) Dapatkan hemoglobin (Hb) transmisi melalui plasenta
dan hematokrit (Ht) pada atau pad saat kelahiran.
gestasi minggu ke-28. 2) Mendeteksi anemia
Paastikan bahwa klien dengan
mentaati masukan zat besi hipoksemia/anoksia
dan vitamin Pranatal setiap potensial pada klien dan
hari. Periksa masalah janin.
genetik (mis, sel sabit, 3) Riwayat positif
talasemi) bila tidak di meningkatkan

35
lakukan sebelumnya. kemungkinan masalah
3) Berikan informasi tentang serupa pada kehamilan
awitan persalinan. berikutnya
4) Tentukan penggunaan 4) Penggunaan/
alkohol/onbat-obatan lain penyalahgunaan zat
5) Kaji terhadap perdarahan membuat klien beresiko
vagina, adanya area terhadap persalinan
ekimosis, dan tanda-tanda prematur dan janin sulit di
koagulasi intravaskuler lahirkan.
diseminata, rujuk pada 5) Adanya kedaruratan
tindakan yang tepat obstetrik, dengan reduksi
(hemoragi pranatal) pada volume cairan dan
penurunan kapasitas
pembawa oksigen
menimbulkan ancaman
pada organ-organ ibu,
sirkulasi plasenta, dan
sistem janin.
5) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih,
dibuktikan dengan desakan berkemih (urgensi).

Kemungkinan dibuktikan oleh :


a) Frekuensi berkemih
b) Dorongan
c) Edema Dependen

36
NIC NOC RASIONAL
1) Mengungkanpkan
1) Anjurkan clien untuk 1) Meningkatkan proposi
pemahaman tentang melakukan posisi miring ginjal: memobilisasi
kondisi. kiri saaat tidur. Perhatikan bagian yang mengalami
2) Mengidentifikasi cara-cara keluhan-keluhan nokturia. edema dependen. Edema
untuk mencegah statis 2) Anjurkan clien untuk berkurang pada pagi hari
urinarius dan/ atau edema menghindari pisisi tegak pada edema fisiologis.
jaringan. atau supina dalam waktu 2) Posisi ini
yang lama. memungkinkan
3) Berikan informasi mengenai terjadinya sindrom vena
bahaya menggunakan cava dan menurunkan
deuretik dan penghilangan aliran vena.
natrium dari diet. 3) Kehilangan/ pembatasan
4) Tes urine midstrream untuk natrium sangat
memeriksa albumin. menentukan regulator
Perhatikan lokasi dan renin-angio tensin-
luasnya edema jaringan dan aldosteron dari kadar
haluaran urine. cairan, mengakibatkan
5) Kaji ulang masalah-masalah dehidrasi atau
medis yang ada sebelumnya hipovolemia berat.
(misal: penyakit ginjal, 4) Dapat mengidentifikasi
hipertensi dan penyakit spasme glomerulus atau
jantung). penurunan perfusi ginjal
berkenaan dengan HAK.
5) Masalah-masalh yang
mempengaruhi fungsi
ginjal di sertai dengan
peningakatan folume
cairan dan statis
meningkatkan resiko clien
terhadap masah-masalah
sirkulasi yang

37
mempengaruhi plasenta
atau janin.
6) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh dibuktikan
dengan mengeluh hubungan seksual terbatas
Kemungkinan di buktikan oleh :
a) Keluhan kesulitan / ketidaknyamanan seksual
b) Keterbatasan atau perubahan pada perilakku seksual
c) Memperhatikan keamanan janin

NIC NOC RASIONAL


1) Mendiskusikan masalah 1) kaji persepsi pasangan 1) Kemampuan pasangan
yang behubungan dengan terhadap hub seksual. untuk mengintifikasi
isu-isu seksual pada 2) Anjurkan pilihan posisi perubahan seksual pada
trisemester3. untuk choitus selain posisi trimester 3 dapat
2) Mengekpresika kepuasan pria di atas( misal, miring mempengaruhi hub dan
berssama dengan hub atau posisi wanita di atas). lemampuasn mereka untuk
seksual. 3) Diskusikan pentingnya mendukung ssatu sama lain
tidak meniup udara ke secara emosional.
dalam vagina. 2) Pembesaran abdomen clien
4) Intruksikan clien untuk memerlukan perubahan
mendiskusikan keamanan posisi untuk kenyamanan
choitus dalam minggu ke 6- dan keamanan.
8 ahir dengan pemberi 3) Kematian ibu keerena
perawatanya. imbolisme udara telah di
jumpai.
4) Intruksi khusus mungkin di
perlukan bila terdapat
riwayat komplikasi atau bila
komplikasi di antisipasi.
7) Penurunan Curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung dibuktikan
dengan berat badan bertambah

38
NIC NOC RASIONAL
1) Melaporkan perbaikan 1) Tinjau ulang kebutuhan 1) Membantu
tidur/istirahat. perubahan tidur normal mengidentifikasi kebutuhan
2) Melaporkan berkanaan dengan kehamilan. untuk menetapkan pola
peningkatan rasa Tentukan pola tidur saat ini. tidur yang berbeda ( misal
sejahtera dan persaan 2) Kaji terhadap kejadian waktu tidur malam dan
segar. insomnnia dan respon clien tidur siang lebih dini.
terhadap penurunan tidur. 2) Ansietas yang berlebihan,
Anjurka alat bantu untuk tidur, kegambiraan, ketidak
seperti tehnik relaksasi, nyamanan fisik, nokturia
membaca, mendi air hangat dan aktifitas janin dpat
dan penurunan aktifitas tepat mempersulit tidur.
sebelum istirahat. 3) Anemia dan penurunan
3) Dapatkan sel darah merah dan kadar hb, men gakibatkan
kadar hb: keseimbangan penurunan oksigenasi
masala-masalah organik jaringan serta
seperti anemia. mempengaruhi perasaan
leleh berlbihan.
8) Resiko tinggi terhadap pertukaran gas, kerusakan janin b/d perubahan suplai oksigen/
perubahan kapasitas pembawa oksigen darah
Kemungkinan di buktikan oleh :
a) Anemia
b) Merokok
c) Asma

NIC NOC RASIONAL


1) Mengidentifikasi faktor- 1) Kaji program latihan pranatal 1) Karena latihan yang keras
faktor resiko indifidu. clien, anjurka clien untuk aliran darah pada uterus
2) Medemonstrasikan mengikuti latihan yang tidak daoat menurunkan sampai

39
tehnik untuk terlalu berat bukan latihan 70%, terjadi bradikardi
mengontrol menghilang dengan beban berat badan janin sementara,
kan faktor resiko. (misal berenang, naik sepesa). kemungkinan hipertermia
3) Menunjukan denyut 2) Evalusasi terhadap faktor- janin, dan retardasi
jantung janin normal, faktor resiko lain (misal pertumbuhan intra uterus.
gerakan janin setiap hari anemia ibu). 2) Merupakan indikasi
normal dan kemajuan 3) Siapkan dan bantu dengan masalah incompatibilitas
perkembangan fundus. ultra sonografi , bila di potensial dan penurunan
indikasikan. perfusi plasenta.
4) Berikan globulin Rh-imun 3) Perbandingan ukuran
pada gestasi minggu ke28. diameter biparietal,
perkiraan berat badan
janin dan panjang femur
yang di dapatkan dengan
ultra sonografi dapat
mengkaji pertumbuhan
secara akurat.
4) Pada clien yang tidak
sensitif dapat menurunkan
kemungkinan perdarahan
transplasenta.
9) Risiko cedera pada janin berhubungan dengan kelelahan,besarnya ukuran janin
,kecemasan berlebih tentang proses persalinan dibuktikan dengan ketuban pecah
sebelum waktunya (KPSW)

NIC NOC RASIONAL


1) Mengidentifikasi 1) Hindari penggunaan 1) Dapat menghambat penambahan
faktor-faktor resiko tembakau. berat badan ibu, menurunkan
indifidu. 2) Pantau profil bio fisik pertumbuhan intra uterus/
2) Mengubah gaya hidup/ janin. plasenta , dan mengakibatkan

40
perlaku untuk 3) Perhatikan scor apgar rendah saat
menurunkan resiko. kondisi membran: clien melahirkan.
yang di rawat di rumah 2) Tentukan kesejahteraan
sakit bila membran ultraplasenta atau janin.
pecah. 3) Pecah ketuban membuat janin
dan clien beresiko terkena sepsis.
10) Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang berbeda
diantara klien dan orang terdekat dibuktikan dengan mengabaikan anggota keluarga
Kemungkinan dibuktikan oleh :
a) Kurangnya pengetahuan

NIC NOC RASIONAL


1) Mendiskusikan reaksi 1) Kaji persiapan persalinan, 1) Ketrlibatan pada kelas kelahiran
emosi trisemester3. keahlian dan kedatangan bayi dan keahlian tentang
2) Menyiapkan kelahiran bayi baru lahir. peralatan dan bahan dalam
bayi, sesuai dengan 2) Tentuka persepsi clien / perawatan dapat menunjukkan
keinginan budaya , pasangan terhadap janin kesiapan secara psikologis.
melalui pendidikan sebagai kesatuan yang Kurangnya persiapan dapat di
atau keahlian. terpisah. dasarkan pada keyakinan budaya,
3) Mengidentifikasi model 3) Evaluasi sistem atau dapat menandakan masalah
peran yang tepat. pendukung yang tersedia keuangan atau psikologis.
4) Menggambarkan pada clien attau pasangan. 2) Persepsi ini menandakan
kerakterikstik pelengkapan tugas-tugas
kepribadian psikologis dari kehamilan.
terhadap janin. 3) Ketersediaan keluarga dan teman
dapat membantu klien/pasangan
untuk mengatasi tugas-tugas yang
datang karena persalinan dan
kelahiran.

41
4.2. IBU NIFAS
1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
Data Objektif :
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku, bangsa, riwayat persalinan, nama suami, usia.
Riwayat kesehatan :
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah
a) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
b) Adakah kesulitan dan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat dan
mobilisasi
c) Riwayat tentang persalinan
d) Obat atau sublemen yang dikonsumsi
e) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran
baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang,
kecemasan dan kekhawatiran
f) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari
g) Bagaimana rencana menyusui nanti (ASI eksklusif atau tidak), rencana merawat
bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua atau mertua)
h) Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu
i) Pengetahuan ibu tentang nifas
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat harus melakukan pemeriksaan menyeluruh dan
terutama berfokus pada masa nifas, yaitu:
a) Keadaan umum, kesadaran
b) Tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi, pernafasan
Head Toe Toe :
a) Kepala
Kulit rambut tampak bersih tidak terdapat benjolan.
b) Mata

42
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor sclera tidak
ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.
c) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal, pendengaran
normal.
d) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak
ada.
e) Mulut dan faring
Tidak terdapat kotoran, Kelainan lidah tidak ada.
f) Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, tidak terdapat pembesaran
g) Payudara
Adanya pembesaran putting susu(menonjol atau mendatar, ada nyeri atau lecet pada
putting), ASI atau kolostrum sudah keluar, ada pembengkakan, radang atau benjolan
h) Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
i) Kandung kemih
kosong atau penuh
j) Genitalia dan perineum :
Pengeluaran lokhea ( jenis, warna, jumlah dan bau), oedem, peradangan, keadaan
jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum, hemoroid
pada anus.
k) Ekstremitas bawah :
Pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri, oedem,
varises.
l) Ekstremitas bawah :
Tidak dapat di jumpai pembengkakan.

43
2. Diagnosa Keperawatan
1. Infeksi resiko tinggi terhadap penyebaran sepsis yang berhubungan dengan infeksi
kerusakan kulit atau jaringan/trauma faskularisasi tinggi pada saat sakit, prosedur
invasive dan peningkatan pemajaman lingkungan, penyakit kronis, anemia,
malnutrisi dan efek dari obat-obatan yang tidak diinginkan dibuktikan dengan
penyalahgunaan obat,kanker,luka bakar,KPSW ,dll.
2. Resiko deficit nutrisi dibuktikan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan pasca
melahirkan
3. Intervensi

1. Infeksi resiko tinggi terhadap penyebaran sepsis yang berhubungan dengan infeksi
kerusakan kulit atau jaringan/trauma faskularisasi tinggi pada saat sakit, prosedur
invasive dan peningkatan pemajaman lingkungan, penyakit kronis, anemia, malnutrisi
dan efek dari obat-obatan yang tidak diinginkan. dibuktikan dengan penyalahgunaan
obat,kanker,luka bakar,KPSW ,dll.
a. Tinjau ulang catatan prenatal intra partum dan pasca partum
b. Tahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk setiap klien dan
pengunjung
c. Pantau suhu, nadi, dan pernafasan, perhatikan adanya mengigil/laporkan anoreksia
atau malaise
2. Resiko deficit nutrisi dibuktikan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

a) Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
b) Berikan pasien diet dalam keadaan hangat dan bervariasi
c) Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi dalam pemberian nutrisi.
3. Gangguan pasca partum berhubungan dengan involusi uterus, proses pengembalian
ukuran rahim ke ukuran semula dibuktikan dengan terdapat kontraksi uterus
a) Ajarkan teknik relaksasi
b) Kompres hangat pada area nyeri

44
4. Implementasi
1. Dx.1
a) Meninjau ulang catatan prenatal intra partum dan pasca partum
b) Mempertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk setiap klien dan
pengunjung
c) Memantau suhu, nadi, dan pernafasan, perhatikan adanya mengigil/laporkan
anoreksia atau malaise
2. Dx.2
a) Memberi makanan dalam porsi sedikit tapi sering agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
b) Meberikan pasien diet dalam keadaan hangat dan bervariasi
c) Mengkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi dalam pemberian nutrisi.
3. Dx.3
a) Menganjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
b) Menjelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui

45
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kehamilan merupakan sebuah proses fisiologis yang terjadi pada manusia dalam
rangka menciptakan penerus-penerus bagi sebuah keluarga atau menciptakan keturunan
yang ada dalam sebuah keluarga. Kehamilan berakhir pada proses persalianan dimana
banyak terjadi permasalahan baik bagi individu yang mengalami maupun pada keluarga.
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal (Ambarwati, 2009).
5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba mengemukakan saran


untuk menjadi pertimbangan dan untuk meningkatkan kualitas dalam Asuhan
Keperawatln Keluarga. Adapun saran tersebut adalah :

a) Diperlukaan keterampilan dalam pendekatan dengan keluarga dan teknik-teknik


observasi serta wawancara sehingga diperlukan data-data yang lengkap.
b) Perlu ditingkatkan wawancara dan keterampilan dalam menentukan rencana tindakan
dalam Asuhan Keperawatan Keluarga.
c) Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan diharapkan selalu berlandaskan pada
konsep teoritis tanpa mengabaikan kondisi klien dan keluarga itu sendiri.

46
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/S,Kep/Semester%204/Kep.Keluarga%20%28Listika%29/ASUHAN%20KEPERAW
ATAN%20PADA%20IBU%20DALAM%20MASA%20NIFAS%20%20%20novie%
20pangaribuan.html (Diakses pada tanggal 04 April 2015, Pukul 00.00 WIB).

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: salemba medika.

Wiknjosastro, hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.

Taber, Ben-zion,M.D. 1994. Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan ginekologi. Jakarta:
EGC.

Rabe,Thomas. 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta: hipokrates.


Ambarwati, Any Retna dan Diah Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan NIFAS. Jogjakarta:
MITRA CENDIKIA Press.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta: EGC

Suherni, dkk. 2009 . Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan:Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

47

Anda mungkin juga menyukai