Anda di halaman 1dari 3

PENGOLAHAN LIMBAH DAUN KERING SEBAGAI BRIKET UNTUK

ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK


Paper ini menjelaskan tentang penolahan limbah daun kering sebagai briket untuk alternatif
pengganti bahan bakar minyak. Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar)
yang dibuat dari aneka macam hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan,
rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi. Bioarang
ini dapat digunakan melalui proses pengolahan, salah satunya menjadi briket bioarang.

Metode pelaksanaan pembuatan briket bioarang adalah sebagai berikut:


Penyiapan bahan baku Bahan baku yang disiapkan adalah sampah daun-daun kering dari
pohon. Bahan tersebut dikumpulkan dan dibersihkan dari materialmaterial yang tidak
berguna seperti batu serta material logam lainnya. Untuk mengarangkan bahan, dapat
menggunakan drum bekas yang telah bersih. Drum tersebut terlebih dahulu diberi lubang-
lubang kecil dengan paku pada bagian dasar. Selanjutnya seluruh bahan dimasukkan ke
dalam drum dan api dinyalakan. Sekitar 10 menit akan terlihat mengepul asap putih dari atas
drum yang menandakan bahwa pengarangan telah dimulai dari bagian dasar. Selanjutnya
daun kering dimasukkan sedikit demi sedikit. Jika pembakaran selesai, siram drum dengan air
melalui lubang buatan. Simpan arang daun di tempat yang aman.

Keluarkan arang daun, biarkan beberapa saat agar panas mereda. Tumbuklah arang daun
tersebut hingga halus dan diayak. Tahap selanjutnya adalah panaskan tepung tapioka hingga
menjadi bubur lem, campurkan arang halus dengan bubur lem tepung tapioka dengan
perbandingan ideal 1 kg bubur tapioka dengan 10 kg arang halus (kelipatan perbandingannya)
sampai merata, masukkan adukan ke dalam cetakan paralon, keringkan briket basah dengan
menjemurnya di bawah sinar matahari atau panaskan dalam tungku pengering/ oven, setelah
kering simpan briket sampah dan siap untuk digunakan.

Dari hasil penelitian ini untuk sekitar 5 kg sampah kering setelah dibakar dalam tungku
pembakaran diperoleh 2 - 3 kg arang sampah untuk kondisi bahan yang lain mungkin tidak
sama. Setelah arang ditumbuk halus, diayak dan dicampur dengan bubur tepung tapioka
kemudian dicetak dengan pipa paralon dengan ukuran tabung diameter 2 inchi dan tinggi 5
cm diperoleh 15 – 20 buah briket sampah yang masih basah untuk kemudian dikeringkan.
Jika proses ini dibuat berskala industri, briket ini dapat menjadi alternatif pengganti bahan
bakar minyak.
Studi Pemanfaatan Potensi Biomass Dari Sampah Organik Sebagai Bahan Bakar
Alternatif (Briket) Dalam Mendukung Program Eco-Campus Di ITS Surabaya

Banyaknya sampah organik di lingkungan ITS, berupa sampah daun dan juga limbah
eceng gondok. Dengan kondisi demikian maka perlu dilakukan penelitian untuk
menanggulangi jumlah sampah yang semakin meningkat menjadi bahan bakar alternatif
(briket). Metodologi yang dilakukan ada tiga tahap, yakni pre-treatment bahan (pengeringan,
pencacahan bahan, penggilingan dan penyaringan bahan dengan ukuran partikel 120Mesh),
setelah itu tahap pembuatan/pencetakan briket (dengan tekanan kompaksi 100kg/cm2) dan
yang terakhir tahap pengujian (uji proximate, eksperimental dan analisa ekonomi).

Hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan briket terbaik berdasarkan uji
proximate dengan nilai kalor tertinggi terjadi pada briket jenis E1D4 dengan nilai kalor
4.348kal/gr. Sedangkan berdasarkan uji eksperimental briket terbaik terjadi pada briket jenis
E3D2 dengan waktu nyala terlama 53menit dengan laju pembakaran rata-rata yang lebih
minimum dari pada briket jenis lainnya yakni sebesar 0,04gram/menit. Karakteristik briket
dengan hasil tersebut dapat direkomendasikan untuk bahan bakar bagi masyarakat di
pedesaan yang biasanya menggunakan kayu bakar untuk kebutuhan memasak dan juga
trauma akan penggunaan LPG.

Berdasarkan kegunaanya briket ini tergolong lebih murah dari minyak tanah sehingga
dapat direkomendasikan untuk masyarakat pedesaan yang tidak mampu membeli minyak
tanah. Dan jika briket ini dikomersilkan keuntungan bersih yang akan didapatkan mencapai
Rp. 1.625.000,00/ bulan dengan target penjualan 50kg briket setiap harinya.
Physical and Thermal Properties of Briquette Fuels from Rice Straw and Sugarcane
Leaves by Mixing Molasses
Energy resources are classified into two, namely renewable and non-renewable. The
renewable are thought to be a better option since the non-renewable such as kerosene, diesel,
gasoline etc have the capability not to be replenished and would be exhausted. Out of the
renewable sources of energy, agricultural waste is one of the most versatile. Energy from
biomass which includes agricultural waste, has made the greatest contribution to national
energy consumption in both developed and developing countries. The burning of the
agricultural waste in loose form results in loss of fuel and widespread air pollution. However,
briquetting the agricultural waste forestall the aforementioned problems. Agricultural waste
briquettes have the following advantages over the loose ones, there is increase in the net
calorific value per unit volume, the fuel is easy to transport and store, uniform in size and
quality. Agricultural waste covers a wide range of different species which show large
variation in composition and fuel characteristics. However, the percentage composition of the
combustible elements in the agricultural waste whether in loose form or briquette form are
very low compare to fossil fuels. Biomass energy provides basic energy requirements for
space heating, power generation and cooking and heating of rural and urban households'
particularly in developing countries. Biomass energy in Thailand is mainly consumed in 2
economic sectors: residential and commercial sector and manufacturing sector.

The following conclusions can be drawn from this research, for briquette quality
control, the physical parameters, such as density, moisture content and compressive strength,
were found to be the best indicator of additive quality. The physico-chemical characteristics
of the briquette assessed in this study showed that briquettes manufactured from rice straw:
sugarcane leaves (50:50) had low moisture content (4.22%), high calorific value
(17.83MJ/kg) and low ash content (9.07%). There is also an indication that the briquette will
be environmentally friendly due to the low sulphur (0.02%) and nitrogen (0.27%) contents
observed. A part from that proximate analysis and calorific value tests will so help us to give
answer to some of the questions regarding the fuel such as whether it produces too much
harmful fly ash and unwanted gases which are general indoor air pollutants many households
and effectiveness of the fuel in terms of heat value. A fuel without heat value would be
useless as a lot of fuel will be needed during use for its lower heat value.

Anda mungkin juga menyukai