Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

ULKUS DEKUBITUS

Disusun Oleh:
Arlita Mirza
1102013043

Pembimbing:
dr. Evy Aryanti, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS YARSI
RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE 10 SEPTEMBER 2018 – 13 OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih
sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad
SAW, beserta para keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman,
aamiin. Penulisan referat yang berjudul “ULKUS DEKUBITUS“ ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian ilmu
penyakit kulit dan kelamin di RSUD Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu, terutama kepada dr. Evy Aryanti ,Sp.KK yang telah
memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas
beliau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
guna perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Bekasi, September 2018

Arlita Mirza
Penyusun

2
BAB 1
PENDAHULUAN
Ulkus dekubitus atau luka baring adalah tipe luka tekan. Terminologi ulkus
dekubitus, luka baring, dan luka tekan sering dipertukarkan. Istilah ulkus dekubitus
berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring. Penggunaan ulkus
dekubitus dinilai kurang tepat untuk menggambarkan luka tekan ini karena ulkus
dekebitus tidak hanya terjadi pada pasien yang berbaring tetapi bisa pada pasien
yang menggunakan kursi roda atau protesa. Nama lain dari ulkus dekubitus adalah
bed ridden, bedridden, bed rest injury, bedrest injury, air-filled beds, air-filled
sitting device, low-airloss bed, low air-loss bed, air-fluidized bed, chronic
ulceration, pressure ulceration, dan decubitus ulceration.1,2,3,4
Hal yang menjadi permasalahan adalah infeksi pada ulkus dekubitus
termasuk sebagai infeksi nosokimial dan di Amerika Serikat menghabiskan dana
sekitar satu miliar setiap tahun untuk pengobatannya. Penyakit ini sering terjadi
pada pasien dengan tirah baring lama di rumah sakit.2,3,
Prevalensi ulkus dekubitus pada rumah sakit sekitar 17-25% dan dua dari
tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus. Di
antara pasien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus setiap
tahun sekitar 5-8% dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8% penyebab
kematian pada paraplegia.3,5,6
Pada perawatan akut, insiden ulkus dekubitus 0.4% sampai 38%, pada
perawatan yang lama 2.2% sampai 23.9% dan pada perawatan di rumah 0 % sampai
29%. Insiden yang sangat tinggi terdapat pada pasien yang dirawat di ruang ICU.
Hal ini terjadi karena immunocompromised penderita, dengan angka kejadian 8%
sampai 40%.3,4,5
Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut mempunyai angka
insiden ulkus dekubitus sebesar 2-11%. Namun, hal yang perlu menjadi perhatian
adalah angka kekambuhan pada penderita ulkus dekubitus yang telah mengalami
penyembuhan sangat tinggi yakni 90% walaupun mendapatkan terapi medik dan
bedah yang baik.3,4

3
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah
posisi tubuhnya terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau
kelainan neurologi, pasien yang selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan
penyakit akut dan pasien yang menggunakan kursi roda. Walaupun demikian tidak
semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus
tidak akan terbentuk pada orang dengan sensivitas, mobilitas dan mental yang
normal, karena baik disadari atau tak disadari penekanan yang terlalu lama pada
bagian tubuh akan memaksa orang tersebut untuk merubah posisinya, sehingga
akan mencegah daerah yang tertekan tersebut mengalami kerusakan yang
irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian tubuh
melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler, yakni sekitar 32 mmHg3,4
Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat progresif dan sulit untuk
disembuhkan. Komplikasi ulkus dekubitus sangat sering dan mengancam
kehidupan. Komplikasi ulkus dekubitus serius dan tersering adalah infeksi. Hal ini
harus dibedakan dengan infeksi yang memang sudah terjadi sebelum terjadi ulkus.
1,2

Masalah ulkus dekubitus menjadi problem yang cukup serius baik di negara
maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan meningkatnya biaya
perawatan, memperlambat program rehabilitasi bagi penderita, memperberat
penyakit primer dan mengancam kehidupan pasien.3,4,6 Oleh karena itu, perlu
pemahaman cukup tentang ulkus dekubitus agar diagnosis dapat ditegakkan secara
dini sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan tepat serta dapat
dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus tersebut.

4
BAB II
ULKUS DEKUBITUS

2.1. Definisi
Ulkus dekubitus adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan
aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana
kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian
atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.1,2,4,7
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana
terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu,
punggung dan kepala bagian belakang. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang
terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler dan tidak
ada usaha untuk mengurangi atau memperbaikinya sehingga terjadi kerusakan
jaringan yang menetap. Bila tekanan yang terjadi kurang dari 32 mmHg atau ada
usaha untuk memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut maka ulkus dekubitus
dapat dicegah.3,5,8
Menurut Webster's New Riverside University Dictionar, definisi ulkus
adalah suatu inflamasi, sering suatu lesi yang bernanah pada kulit atau mukosa
permukaan tubuh internal, seperti duodenum, yang menghasilkan jaringan nekrosis.
(An inflammatory, often suppurating lesion on the skin or an internal mucosal
surface of the body, as in the duodenum, resulting in necrosis of the tissue).
Dorland's Medical Dictionary menggambarkan bahwa ulkus (Latin, ulcus; Yunani,
heliosis) adalah suatu kerusakan pada permukaan organ atau jaringan yang terjadi
akibat inflamasi jaringan nekrosis.8
Menurut National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) tahun 1989,
ulkus dekubitus adalah suatu daerah tertekan yang tidak nyeri dengan batas yang
tegas, biasanya batas penonjolan tulang, yang mengakibatkan terjadi iskemik,
kematian sel dan nekrosis jaringan. (As an area of unrelieved pressure over a
defined area, usually over a bony prominence, resulting in ischemia, cell death, and
tissue necrosis).8

5
2.2. Morbiditas dan Mortalitas
Morbiditas dan mortalitas pasien yang mempunyai predisposisi untuk
terjadinya ulkus dekubitus akan meningkat karena ada kemungkinan terjadinya
komplikasi berupa infeksi. Infeksi adalah komplikasi penting dan sering pada ukus
dekubitus. Infeksi yang terjadi pada ulkus dekubitus dapat melibatkan kuman aerob
dan anaerob.8,9,10
Kuman yang sering dijumpai pada ulkus dekubitus adalah Proteus
mirabilis, group D streptococci, Escherichia coli, Staphylococcus species,
Pseudomonas species, dan Corynebacterium. Pasien dengan bakterimia lebih
sering terinfeksi dengan Bacteroides sp pada ulkus dekubitusnya yang ditandai
dengan bau yang tidak sedap, leukositosis, demam, hipotensi, peningkatan denyut
jantung dan perubahan status mental. Bakterimia terjadi pada 3,5 pasien di antara
10.000.1,6,8,10
Mortalitas pada pasien dengan ulkus dekubitus meningkat sampai 50%.
Sekitar 60.000 orang meninggal setiap tahun karena ulkus dekubitus dan mortalitas
meningkat menjadi empat sampai lima kali. Mortalitas dan morbiditas ini
meningkat dengan terjadinya osteomyelitis, amiloidosis sistemik, selulitis, abses
sinus, arthritis septic, karsinoma sel skuamousa, fistula periuretra dan osifikasi
heterotopik.1,7,9

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko


Terbentuknya ulkus dekubitus dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
tekanan yang menyebabkan iskemik adalah penyebab utama. Setiap jaringan
mempunyai kemampuan untuk mengatasi terjadinya iskemik akibat tekanan, tetapi
tekanan yang lama dan melewati batas pengisian kapiler akan menyebakan
kerusakan jaringan yang menetap.1,2,4,8
Penyebab ulkus dekubitus lainnya adalah kurangnya mobilitas, kontraktur,
spastisitas, berkurangnya fungsi sensorik, paralisis, insensibilitas, malnutrisi,
anemia, hipoproteinemia, dan infeksi bakteri. Selain itu, usia yang tua, perawatan
di rumah sakit yang lama, orang yang kurus, inkontinesia urin dan alvi, merokok,

6
penurunan kesadaran mental dan penyakit lain (seperti diabetes melitus dan
gangguan vaskuler) akan mempermudah terjadinya ulkus dekubitus.4,6,8

Tabel 1. Klasifikasi Bakteri pada Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak1

2.4. Patofisologi
Ulkus dekubitus dapat terbentuk karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Allman (1989), Anthony (1992) dan Brand (1976) membagi
mekanisme terbentuknya ulkus dekubitus berdasarkan faktor yang
mempengaruhinya menjadi patomekanikal dan patofisilogi.1,4,8,10
a. Patomekanikal
Patomekanikal merupakan faktor ekstrisik atau faktor primer terbentuknya
ulkus dekubitus. Patomekanikal ulkus dekubitus meliputi;
1. Tekanan yang Lama
Faktor yang paling penting dalam pembentukan ulkus dekubitus adalah
tekanan yang tidak terasa nyeri. Kosiak (1991) mengemukakan bahwa tekanan
yang lama yang melampaui tekanan kapiler jaringan pada jaringan yang iskemik
akan mengakibatkan terbentuknya ulkus dekubitus. Hal ini karena tekanan yang
lama akan mengurangi asupan oksigen dan nutrisi pada jaringan tersebut

7
sehingga akan menyebabkan iskemik dan hipoksia kemudian menjadi nekrosis
dan ulserasi.1,8,10
Pada keadaan iskemik, sel-sel akan melepaskan substansia H yang mirip
dengan histamine. Adanya substansi H dan akumulasi metabolit seperti kalium,
adenosine diphosphat (ADP), hidrogen dan asam laktat akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah. Reaksi kompensasi sirkulasi akan tampak sebagai
hiperemia dan reaksi tersebut masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum
periode kritis terjadi yaitu 1-2 jam. Suatu penelitian histologis memperlihatkan
bahwa tanda-tanda kerusakan awal terjadi di dermis antara lain berupa dilatasi
kapiler dan vena serta edema dan kerusakan sel-sel endotel. Selanjutnya akan
terbentuk perivaskuler infiltrat, agregat platelet yang kemudian berkembang
menjadi hemoragik perivaskuler. Hal yang menarik, pada tahap awal ini, di
epidermis tidak didapatkan tanda-tanda nekrosis oleh karena sel-sel epidermis
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada keadaan tanpa oksigen dalam
jangka waktu yang cukup lama. Selain itu, perubahan patologis oleh karena
tekanan eksternal tersebut terjadi lebih berat pada lapisan otot daripada pada
lapisan kulit dan subkutaneus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Daniel dkk
(1981) yang mengemukakan bahwa iskemia primer terjadi pada otot dan
kerusakan jaringan kulit terjadi kemudian sesuai dengan kenaikan besar dan
lamanya tekanan1,4,8,10
Pada tahun 1930, Land melakukan mikroinjeksi pada cabang arteriol dari
kapiler pada jari manusia untuk mempelajari tekanan darah kapiler. Dia
melaporkan bahwa tekanan darah arteriol sekitar 32 mmHg, tekanan darah pada
midkapiler sebesar 22 mmHg dan tekanan darah pada venoul sebesar 12 mmHg.
Tekanan pada arteriol dapat meningkat menjadi 60 mmHg pada keadaan
hiperemia.8,10
Kosiak (1959) membuktikan pada anjing, bahwa tekanan eksternal sebesar
60 mmHg selama 1 jam akan menimbulkan perubahan degeneratif secara
mikroskopis pada semua lapisan jaringan mulai dari kulit sampai tulang,
sedangkan dengan tekanan 35 mmHg selama 4 jam, perubahan degeneratif
tersebut tidak terlihat.8,10

8
Sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam.
Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami
ulkus dekubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.1,4,6
2. Tekanan antar Permukaan
Menurut NPUAP tekanan antar permukaan adalah tekanan tegak lurus
setiap unit daerah antara tubuh dan permukaan sandaran. Tekanan antar
permukaan dipengaruhi oleh kekakuan dan komposisi jaringan tubuh, bentuk
geometrik tubuh yang bersandar dan karakteristik pasien. Russ (1991)
menyatakan bahwa tekanan antar permukaan yang melebihi 32 mmHg akan
menyebabkan mudahnya penutupan kapiler dan iskemik.8,11
Faktor yang juga berpengaruh terhadap tekanan antar permukaan adalah
kolagen. Pada penderita sklerosis amiotropik lateral risiko untuk terjadinya ulkus
dekubitus berkurang karena adanya penebalan kulit dan peningkatan kolagen dan
densitasnya (Seiitsu, 1988; Watanebe, 1987).6,8,12
3. Luncuran
Luncuran adalah tekanan mekanik yang langsung paralel terhadap
permukaan bidang. Luncuran mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya ulkus
dekubitus terutama pada daerah sakrum. Brand (1976) dan Reichel (1958)
menjelaskan bahwa gerakan anguler dan vertikal atau posisi setengah berbaring
akan mempengaruhi jaringan dan pembuluh darah daerah sacrum sehingga
berisiko untuk mengalami kerusakan. Penggunaan tempat tidur yang miring
seperti pada bedah kepala dan leher akan meningkatkan tekanan luncuran
sehingga memudahkan terjadinya ulkus dekubitus (Defloor, 2000).6,8,11
4. Gesekan
Menurut Makebulst (1983), gesekan adalah gaya antar dua permukaan
yang saling berlawanan. Gesekan dapat menjadi faktor untuk terjadinya ulkus
dekubitus karena gesekan antar penderita dengan sandarannya akan
menyebabkan trauma makroskopis dan mikroskopis. Kelembaban, maserasi dan
kerusakan jaringan akan meningkatkan tekanan pada kulit. Kelembaban yang
terjadi akibat kehilangan cairan dan inkontinensia alvi dan urin akan

9
menyebabkan terjadinya maserasi jaringan sehingga kulit cenderung lebih mudah
menjadi rusak.3,8,11
5. Immoblitas
Seorang penderita immobil pada tempat tidurnya secara pasif dan
berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70
mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Lindan dkk menyebutkan
bahwa pada pasien posisi telentang, tekanan eksternal 40-60 mmHg merupakan
tekanan yang paling berpotensi untuk terbentuk ulkus pada daerah sacrum,
maleolus lateralis dan oksiput. Sedangkan pada pasien posisi telungkup, thoraks
dan genu mudah terjadi ulkus pada tekanan 50 mmHg. Pada pasien posisi duduk,
mudah terjadi ulkus bila tekanan berkisar 100 mmHg terutama pada tuberositas
ischii. Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi
nekrosis jaringan kulit.1,11

Gambar 1. Patofisologi terbentuknya Ulkus Dekubitus1


Pada penderita dengan paralisis, kelaian neurologi, atau dalam anestesi
yang lama, syaraf aferen tidak mampu untuk memberikan sistem balik

10
sensoromotor. Akibatnya, tanda-tanda tidak menyenangkan dari daerah yang
tertekan tidak diterima, sehingga tidak melakukan perubahan posisi.1,4,8,10
Berbeda dengan orang tidur, untuk mengatasi tekanan yang lama pada
daerah tertentu secara otomatis akan terjadi perubahan posisi tubuh setiap 15
menit. Gerakan perubahan posisi pada orang tidur biasanya lebih dari 20 kali
setiap malam. Bila kurang dari 20 kali, maka akan berisiko untuk terjadinya ulkus
dekubitus.1,10
b. Patofisiologi
Faktor patofisiologi (faktor instrinsik atau sekunder) terbentuknya ulkus
dekubitus meliputi demam, anemia, infeksi, iskemik, hipoksemia, hipotensi,
malnutrisi, trauma medula spinalis, penyakit neurologi, kurus, usia yang tua dan
metabolisme yang tinggi.1,10,11,13
Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga
kulit akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990). Kandungan kolagen pada kulit
yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan
mengalami deformasi dan kerusakan. Kemampuan sistem kardiovaskuler yang
menurun dan sistem arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan
penurunan perfusi kulit secara progresif. Sejumlah penyakit yang menimbulkan
ulkus dekubitus seperti DM yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskuler
perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem pernapasan
menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun. Gizi yang kurang
dan anemia memperlambat proses penyembuhan pada ulkus dekubitus.1,11,13
Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan
memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan
menyebabkan kadar albumin darah menurun. Pada orang malnutrisi, ulkus
dekubitus lebih mudah terbentuk daripada orang normal. Oleh karena itu, faktor
nutrisi ini juga penting dalam patofisiologi terbentuknya ulkus dekubitus. 10,11,14

Gejala
Setiap bagian tubuh dapat terkena ulkus dekubitus, tetapi bagian tubuh yang
paling sering terjadi ulkus dekubitus adalah daerah tekanan dan penonjolan tulang.

11
Bagian tubuh yang sering terkena ulkus dekubitus adalah tuberositas ischi (30%)i,
trochanter mayor (20%), sacrum (15%), tumit (10%), lutut, maleolus, siku, jari
kaki, scapulae dan processus spinosus vertebrae. Tingginya frekuensi tersebut
tergantung pada posisi penderita.

Gambar 2. Area terbentuknya Ulkus Dekubitus pada Posisi Telentang1


Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang
kemerahan sampai terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi
dermis, epidermis, jaringan otot sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP
mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat stadium, yakni8,13,14
1. Stadium 1

12
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya
reversibel dan dapat sembuh dalam 5 - 10 hari.

2. Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan
adiposa.Terlihat eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 - 15
hari.

3. Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur
fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan
fibrosis. Kadang-kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik. Biasanya
sembuh dalam 3-8 minggu.

4. Stadium 4

13
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat
terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat
sembuh dalam 3 - 6 bulan.

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus


dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus
dapat dibagi menjadi tiga:5,13,14

1. Tipe normal

Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan


kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini
terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan
pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.

2. Tipe arterioskelerosis

Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit
pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus
disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh
dalam 16 minggu.

3. Tipe terminal

14
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai ciri ulkus dekubitus adalah
adanya bau yang khas, sekret luka, jaringan parut, jaringan nekrotik, dan kotoran
yang berasal dari inkontinensia urin dan alvi. Ciri tersebut dapat menunjukkan
kontaminasi bakteri pada ulkus dekubitus dan penting untuk penatalaksanaan.2,4,7
Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4 walaupun dapat juga pada
ulkus yang superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain infeksi (sering
brsifat multibakterial, baik yang aerobik atau pun anerobik), keterlibatan jaringan
tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis, osteomielitis, artritis septik, septikemia,
anemia, hipoalbuminemia, bahkan kematian.2,7,9

2.6 Pemeriksaan
Diagnosis ulkus dekubitus biasanya tidak sulit. Diagnosisnya dapat
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Tetapi untuk
menegakkan diagnosis ulkus dekubitus diperlukan beberapa pemeriksaan
laboratorium dan penujang lainnya.
Beberapa pemeriksaan yang penting untuk membantu menegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah,
1. Kultur dan analisis urin
Kultur ini dibutuhakan pada keadaan inkontinensia untuk melihat apakah ada
masalah pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama pada trauma medula
spinalis.
2. Kultur Tinja
Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi untuk melihat leukosit
dan toksin Clostridium difficile ketika terjadi pseudomembranous colitis.
3. Biopsi
Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat
apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi

15
bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi
tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.
4. Pemeriksaan Darah
Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan
laju endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan sepsis.
5. Keadaan Nutrisi
Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses
penyembuhan ulkus dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level,
prealbumin level, transferrin level, dan serum protein level,
6. Radiologis
Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat
osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-X, scan tulang atau
MRI.

2.7. Penatalaksanaan Infeksi Pada Ulkus Dekubitus

Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan terpadu,


karena proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Agency for
Health Care Policy and Research (AHCPR) telah membuat standar baku dalam
penatalaksanaan ulkus dekubitus (Bergstrom, 1994). Ketika ulkus dekubitus telah
terbentuk, maka pengobatan harus diberikan dengan segera. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa tempat tidur yang termodifikasi baik untuk penderita ulkus
dekubitus, pemberian salap, krim, ointment, solution, kasa, gelombang ultrasonik,
atau lampu panas ultraviolet, gula, dan tindakan bedah. 6,11,13
Pemilihan terapi, tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan tujuan
pengobatan.seperti proteksi, pelembaban dan membuang jaringan nekrosis. Hal
yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah,4,6,10,12
1. Perawatan luka harus dibedakan ke dalam metode operatif dan nonoperatif.
2. Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus dekubitus
stadium 1 dan 2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4 harus menggunakan metode
operatif.

16
3. Sekitar 70-90% ulkus dekubitus adalah superfisial dan sembuh dengan
penyembuhan sekunder.
4. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus.

Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi


nonmedikamentosa dan medikamentosa.
A. Nonmedikamentosa1,4,10,11
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa adalah
meliputi pengaturan diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah disebutkan di atas,
nutrisi adalah faktor risiko untuk terjadinya ulkus dekubitus.
Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan
meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi
penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat
penyembuha ulkus dekubitus.
Terapi rehabilitasoi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus
dekubitus adalah dengan radiasi infra merah, short wave diathermy, dan
pengurutan. Tujuan terapi ini adalah untuk memberikan efek peningkatan
vaskularisasi sehibgga dapat membantu penyembuhan ulkus. Sedangkan
penggunaan terapi ultrasonik, sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya
terhadap terapi ulkus dekubitus.
B. Medikamentosa3,4,6,12
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan metode medikamentosa meliputi:
1. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat
dan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan,
pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC1 0,9%,
larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta
larutan antiseptik lainnya.

Table 2. Delapan Tipe Kompres Mayor dan karakteristiknya8

17
Major Dressing Key Performance Characteristics
Categories

Alginates (sheets and Exudate absorption, obliterate dead space, and


fillers) autolytic debridement

Foams (sheets and Obliterate dead space, retain moisture, exudate


fillers) absorption, and mechanical debridement

Gauzes (woven and Obliterate dead space, retain moisture, absorb


nonwoven) exudate, and mechanical debridement

Hydrocolloids (wafers Occlusion, moisture retention, obliterate dead space,


and fillers) and autolytic debridement

Hydrogels (sheets and Retain moisture and autolytic debridement


fillers)

Transparent films Occlusion, retain moisture, and autolytic


debridement

Wound fillers Obliterate dead space, absorb exudate, retain


moisture, and autolytic debridement

Wound pouches Exudate control

Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan


tertutup, yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer
penguapan air dari kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres
dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma.
Tetapi, kompres ini tidak berfungsi baik pada pasien dengan diaforesis dan
eksudat yang banyak.
Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah
antimikrobial, moisturizer, emollient, topical circulatory stimulant, kompres
semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel,
penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim dan cairan
atau gel pembentuk film.

18
2. Mengangkat jaringan nekrotik.
Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari
bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan
mempercepat proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat
dilakukan antara lain,
 Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan yang lembab
untuk memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat tetapi tidak
menimbulkan nyeri.
 Biological debridement, or maggot debridement therapy. Metode ini
menggunakan maggot (belatung) untuk memakan jaringan nekrosis. Oleh
karena itu dapat membersihkan ulkus dari bakteri. Pada Januari 2004, FDA
menyetujui maggot sebagai live medical devic untuk ulkus dekubitus.
 Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode ini
menggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis.
 Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya untuk membuang
jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa basah lalu
membiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya. Teknik ini
kurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut terbuang.
Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat memicu
terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen.
 Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen serupa
untuk membuang jaringan yang sudah mati.
 Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli bedah
dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa menimbulkan nyeri.
 Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan jaringan
nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik.
3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat
diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi
harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan

19
H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama
UVB) mempunyai efek bakterisidal.
Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus
karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan
meliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides,
fluoroquinolones, dan sulfonamides. Antibiotik lainnya yang dpat digunakan
adalah clindamycin, metronidazole dan trimethoprim.
4. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada
ulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan:
 Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat seng (ZnO,
ZnSO4).
 Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap
sejumlah bakteri, juga mempunyai efek proliferatif epitel, menambah
jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular.
5. Tindakan bedah
Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV
dan karenanya sering dilakukan tandur kulit, myocutaneous flap, skin graft
serta intervensi lainnya terhadap ulkus.
Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure
Wound Therapy, yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada luka.
Teknik ini menggunakan busa yang ditempatkan pada rongga ulkus yang
dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara. Dengan demikian, eksudat
dapat dikeluarkan dan material infeksi ditambahkan untuk membantu tubuh
membentuk jaringan granulasi dan membentuk kulit baru. Terapi ini harus
dievaluasi setiap dua minggu untuk menetukan terapi selanjutnya.

20
BAB III
KESIMPULAN

Ulkus dekubitus adalah suatu daerah tertekan yang tidak nyeri dengan batas
yang tegas, biasanya batas penonjolan tulang, yang mengakibatkan terjadi iskemik,
kematian sel dan nekrosis jaringan.
Prevalensi ulkus dekubitus pada rumah sakit sekitar 17-25% dan dua dari
tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus. Di
antara pasien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus setiap
tahun sekitar 5-8% dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8% penyebab
kematian pada paraplegia. Mortalitas pada pasien dengan ulkus dekubitus
meningkat sampai 50%. Sekitar 60.000 orang meninggal setiap tahun karena ulkus
dekubitus dan mortalitas meningkat menjadi empat sampai lima kali.
Infeksi kuman yang sering dijumpai pada ulkus dekubitus adalah Proteus
mirabilis, group D streptococci, Escherichia coli, Staphylococcus species,
Pseudomonas species, Corynebacterium dan Bacteroides sp. Komplikasi yang
dapat terjadi berupa osteomyelitis, amiloidosis sistemik, selulitis, abses sinus,
arthritis septic, karsinoma sel skuamousa, fistula periuretra dan osifikasi
heterotopik.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, mekanisme terbentuknya
ulkus dekubitus dibagi menjadi patomekanikal dan patofisilogi. Faktor
patomekanikal meliputi tekanan yang lama, gaya luncuran, gesekan, dan
immobilitas. Sedangkan faktor patofisiologi meliputi demam, anemia, infeksi,
iskemik, hipoksemia, hipotensi, malnutrisi, trauma medula spinalis, penyakit
neurologi, kurus, usia yang tua dan metabolisme yang tinggi.
Setiap bagian tubuh dapat terkena ulkus dekubitus, tetapi bagian tubuh yang
paling sering terjadi ulkus dekubitus adalah daerah tekanan dan penonjolan tulang.
Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang kemerahan
sampai terbentuknya suatu ulkus. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP
mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat stadium, yakni stadium1,
stadium 2, stadium 3 dan stadium 4. Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk

21
penyembuhannya ulkus dekubitus dibagi menjadi tiga yakni tipe normal, tipe
arterioskelerosis dan tipe terminal
Diagnosis ulkus dekubitus ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang seperti kultur dan analisis urin, kultur tinja, biopsi dan
kultur, pemeriksaan darah, pemeriksaan keadaan nutrisi, dan pemeriksaan
radiologis.
Penatalaksanaan ulkus dekubitus meliputi nonmedikamentosa (istirahat,
diet, dan rehabilitasi medik) dan terapi medikamentosa yang terdiri dari
mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya, mengangkat jaringan
nekrotik, menurunkan dan mengatasi infeksi, merangsang dan membantu
pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi dan tindakan bedah.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Pendland, Susan L., dkk. Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T.
DiPiro, dkk, editor. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edisi 6.
Chicago: McGrawHill Company; 2005. p1998-90
2. Staf Mayoklinik. 2007. Bedsores (pressure sores). Availaible from URL:
www.mayoclinic.com diakses tanggal 20 Juli 2008
3. Jr, Don R Revis. 2008. Decubitus Ulcer. Availaible from URL:
www.emedicine.com diakses tanggal 20 Juli 2008
4. Hidayat, Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar Hamzah. Ulkus Dekubitus
. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 64, Tahun 1990. Availaible from URL:
www.kalbe.co.id diakses tanggal 20 Juli 2008
5. Anonim. 2008. Bedsore. Availaible from URL: www.wikipedia.org diakses tanggal 20
Juli 2008
6. Wilhelmi, Bradon J. 2008. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and Principles.
Availaible from URL: www.emedicine.com diakses tanggal 20 Juli 2008
7. Anonim. 2008. Bedsores. Availaible from URL: www.dermnetnz.org diakses
tanggal 20 Juli 2008
8. Salcido, Richard. 2006. Pressure Ulcers and Wound Care. Availaible from URL:
www.emedicine.com diakses tanggal 20 Juli 2008
9. Thomas, David R. Prevention and treatment of pressure ulcers: What works?
What doesn’t? Dalam Cleveland Clinic Journal Of Medicine. Volume 68
Number 8 Augustus 2001. Availaible from URL: www.ccjm.org diakses tanggal
20 Juli 2008
10. Kirman,Christian N. 2008. Pressure Ulcers, Nonsurgical Treatment and
Principles. Availaible from URL: www.emedicine.com diakses tanggal 20 Juli
2008
11. Pershall, Linda D.2008. Decubitus Ulcer Information and Stages of Wounds.
from URL: http://expertpages.com diakses tanggal 20 Juli 2008
12. Anonim. 2006. Decubitus Ulcers. Availaible from URL: www.expertlaw.com
diakses tanggal 20 Juli 2008

23
13. Susanto, Heri. 2008. Integumen Disorder. Availaible from URL:
http://els.fk.umy.ac.id diakses tanggal 20 Juli 2008
14. Anonim 2008. Pressure Sores, Pressure Ulcers or Decubitus Ulcers. Availaible
from URL: www.apparelyzed.com diakses tanggal 20 Juli 2008

24

Anda mungkin juga menyukai