Anda di halaman 1dari 68

KELAINAN-KELAINAN PADA

TULANG BELAKANG
ANATOMI
VERTEBRAE
ANATOMI
Tulang belakang terdiri atas :
• 7 tulang vertebra cervicalis
• 12 tulang vertebra thoracalis
• 5 tulang vertebra lumbalis
• 5 tulang vertebra sacrum
• 4 tulang vertebra coccygeus
VERTEBRA CERVICALIS

• Terbentuk dari 7 ruang tulang


vertebra
• Vertebra cervicalis 1 & 2
dimodifikasikan untuk menyangga
dan menggerakan kepala
VERTEBRA THORACALIS

• Terdiri dari 12 ruas tulang vertebra


• Merupakan regio columna vertebralis yang paling stabil
VERTEBRA LUMBALIS

• Terdiri dari 5 ruas tulang


vertebra
• Merupakan bagian columna
vertebralis yang terpanjang
dan terkuat
VERTEBRA SACRALIS

• Berbentuk triangular
• Kelima ruas tulang bergabung
dan tidak memiliki celah atau
diskus intervertebra satu
sama lainnya
SKOLIOSIS
Skoliosis adalah deformitas postural vertebra yang mengakibatkan
deviasi/ kurvatura lateral (koronal).
GEJALA KLINIS

• Bergantung kepada derajat beratanya kurva, lokasi deviasi serta


etiologi.
• Gejala awal biasanya asimtomatik.
• Rasa lelah terutama pada akhir aktivitas, terutama pada daera
lumbal.
• Nyeri punggung pada scoliosis berat.
• Nyeri bersifat mekanik.
• Nyeri semakin berat bila semakin lama melakukan ambulasi.
• Dapat berkurang bila berbaring.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik
• Tanda hump (punuk) pada punggung.
• Asimetri pundak dan tinggi pinggul.
• Asimetri pada ukura payudara/ kontur lipatan pinggang.
• Pemeriksaan neurologis umumnya normal. Pemeriksaan defisit neurologis
perlu diperiksa bila dicurigai scoliosis degenerative.

Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos torakolumbal AP dan lateral
• MRI dan CT Scan bila dicurigai etiologi spesifik.
TATALAKSANA

Konservatif
• Observasi berkala
• Analgesik/antinflamasi non-steroid
• Rehabilitasi

Operatif dengan indikasi :


• Deformitas progresif.
• Instabilitas.
• Defisit neurologis baru/progresif.
• Gangguan kardiopulmonar.
KIFOSIS
• Deviasi sagital vertebra atau peningkatan kurva ke arah posterior
melebihi nilai normal (20-40 derajat).
• Kifosis patologik berhubungan dengan fraktur kompresi pada
osteoporosis, tumor, penyakit Sceuermenn.
GEJALA KLINIS

• Nyeri punggung seperti diremas-remas/ditarik disertai kekakuan.


• Nyeri bersifat intermitten.
• Nyeri dan kaku terasa bila membungkuk ke depan.
• Kasus berat dapat terjadi gangguan kardiopulmoner : sesak, fatik,
berkurangnya toleransi fisik untuk beraktivitas.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
• Peningkatan kifosis torakal akan mengakibatkan pergeseran ke depan
(forward Displacement) kepala dan leher terhadap segmen vertebra
dibawahnya sehingga menyebabkan kompensasi berupa peningkatan
lordosis lumbal.
• Nyeri tekan apabila dilakukan palpasi pada prosessus spinosus
• Pemeriksaan neurologis bila ada keluhan kelemahan, gangguan
sensorik/keluhan pola jalan.

Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos torakolumbal AP dan lateral.
• MRI dan CT Scan bila dicurigai etiologi spesifik.
TATALAKSANA

Konservatif
• Observasi berkala.
• Analgesik/antinflamasi non-steroid.
• Rehabilitasi.

Operatif dengan indikasi :


• Deformitas progresif.
• Instabilitas.
• Defisit neurologis baru/progresif.
• Gangguan kardiopulmonar.
LORDOSIS
• Disebabkan oleh gagalnya segmentasi posterior dari tulang vertebra sedangkan
proses segmentasi bagian anterior tulang vertebra tidak terganggu.
• Deformitas bersifat progresif sehingga dapat mempengaruhi besarnya diameter
anteroposterior tulang dada.
• Berkurangnya diameter anteroposterior rongga dada akan menurunkan fungsi
mekanik tulang dada iga dalam proses pernapasan.
• Terapi : Operatif.
SPONDILITIS TB

Spondilitis tuberkulosa adalah


peradangan granulomatosa di tulang
vertebrae yg bersifat kronis destruktif oleh
Mycobacterium tuberculosis.
Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit Pott terjadi melalui
kombinasi 4 faktor yaitu :
• Penekanan oleh cold absces
• Iskemia akibat penekanan pada arteri spinalis
• Endarteritis tuberkulosa setinggi blokade spinalnya
• Penyempitan kanalis spinalis akibat angulasi korpus vertebra
yang rusak
Derajat I:Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan
aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf
sensoris.

Derajat II:Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita


masih dapat melakukan pekerjaannya.

Derajat III: Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
gerak atau aktivitas penderita serta terdapat hipestesia sampai anastesia

Derajat IV :Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan


defekasi dan miksi.
ASIA IMPAIRMENT SCALE
GEJALA KLINIK

Penyakit ini berkembang lambat, tanda dan gejalanya dapat berupa :


• Nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra yang terinfeksi.
• Bengkak pada daerah paravertebral
• Tanda dan gejala sistemik dari TB
• Cold abscess
• Gibus
• Tanda defisit neurologis: gangguan motoris, sensoris maupun autonom sesuai
dengan beratnya destruksi tulang belakang, kifosis dan abses yang terbentuk.

Defisit neurologis terjadi pada 12 – 50 % penderita. Defisit yang mungkin antara


lain: paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri radikular dan / atau sindrom kauda
equina
Kifosis: patogenesis TB sudah berjalan selama kurang lebih 3-4 bulan.
Spondilitis TB servikal: gejala awal - kaku leher atau nyeri leher
tidak spesifik
• n. laringeus: disfagia dan stridor, tortikollis, suara serak
• n. frenikus: Pernapasan terganggu dan timbul sesak napas (disebut
juga Millar asthma). Umumnya gejala awal spondilitis servikal
adalah kaku leher atau nyeri leher yang tidak spesifik
Insiden paraplegia pada spondilitis TB (Pott’s paraplegia), sebagai komplikasi yang
paling berbahaya, hanya terjadi pada 4 – 38 % penderita.

Pott’s paraplegia dibagi menjadi dua jenis:


• Paraplegia onset cepat -> akut - dua tahun pertama (kompresi medula spinalis
oleh abses atau proses infeksi)
• Paraplegia onset lambat -> saat penyakit sedang tenang, tanpa adanya tanda-
tanda reaktifasi spondylitis (tekanan jaringan fibrosa/parut atau tonjolan-tonjolan
tulang akibat destruksi tulang sebelumnya)
Klasifikasi Gulhane Askeri Tip Akademisi
(GATA) untuk spondilitis TB.
Klasifikasi klinikoradiologis
DIAGNOSIS

ANAMNESIS
• Keluhan paling awal: Nyeri punggung
• Riwayat TB paru
• Adanya gejala sistemik seperti demam, nafsu makan turun, keringat malam
• Riwayat batuk lama >3 minggu
• Adanya paraparesis/kekakuan otot sampai nyeri yang tergantung pada lokasi
infeksi
• Adanya perubahan pola jalan
• Kebas, baal, gangguan defekasi & miksi
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi
• Lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentuk kifosis.
• Alignment tulang

Palpasi
• Gibbus pada area tulang yang mengalami infeksi.
• Abses paravertebra.
• Abses terbentuk di anterior rongga dada atau abdomen

Perkusi
Nyeri ketok pada tempat infeksi

Auskultasi
Pada Infiltrat paru akan terdengar sebagai ronkhi dengan predileksi di apeks paru.
paravertebral, extradural or other soft
tissue cold abscess.
Pemeriksaan Fisik Neurologis
Gangguan fungsi motorik, sensorik, dan autonom.

Kelumpuhan berupa kelumpuhan upper motor neuron (UMN) : paralisis flaksid ->
spastisitas dan refleks patologis yang positif.
Kelumpuhan lower motor neuron (LMN) mononeuropati jika radiks spinalis anterior
ikut terkompresi.

Kelumpuhan sudah lama -> atrofi otot.

Sensibilitas
Protopatis (raba, nyeri, suhu)
Proprioseptif (gerak, arah, rasa getar, diskriminasi 2 titik).

Evaluasi sekresi keringat rutin dikerjakan untuk menilai fungsi saraf autonom.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis


• Uji Mantoux positif
• Kultur/Pewarnaan: ditemukan Micobacterium TB
• Pungsi lumbal: Akan didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah, test
Queckenstedt menunjukkan adanya blokade sehingga menimbulkan
sindrom Froin yaitu kadar protein likuor serebrospinalis amat tinggi
sehingga likuor dapat secara spontan membeku.
RADIOLOGIS

Rontgen

• Foto toraks -> tuberkulosis paru


• Foto polos vertebra-> osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus vertebra,
disertai penyempitan discus intervertebralis yang berada di antara korpus
tersebut, massa abses paravertebral.
• Pada foto AP -> abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang
burung (bird’s net), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal
abses terlihat berbentuk fusiform.
• Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis.
CT scan :

• CT scan dapat memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irreguler,
skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.

MRI :

• Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra dan osteomielitis tulang belakang.


• Menunjukkan adanya penekanan saraf.
GIBBUS DAN ANGULASI
PENATALAKSANAAN
TERAPI KONSERVATIF
a. Medikamentosa :
b. Imobilisasi - 2-3 bulan
c. Pencegahan komplikasi imobilisasi lama
• turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus latihan luas
gerak sendi untuk mencegah kontraktur
• latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan mencegah
terjadinya orthostatik pneumonia
• latihan penguatan otot
• bladder training dan bowel training bila ada gangguan mobilisasi bertahap
sesuai dengan perkembangan penyakit

d. Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai perkembangan penyakit


TERAPI OPERASI

Indikasi operasi :
1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia.
2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri, dalam hal ini
kifosis progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak anak).
3) tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu.
4) abses luas.
5) biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis.
6) nyeri berat karena kompresi abses.

Kontra-indikasi operasi :
Kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung yang membahayakan operasi
Tindakan bedah yang dapat dilakukan

1. drainase abses
2. debridemen radikal
3. penyisipan tandur tulang : tandur krista iliaka, tandur iga, tandur tibia,tandur fibula,
hingga tandur humerus
4. artrodesis/fusi
5. osteotomi.
KOMPLIKASI

1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury).


2. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke dalam
pleura.
SPONDYLOSIS
Spondylosis adalah suatu penyakit degenerasi dari spine yaitu
degenerasi diskus intervertebral. Ketika degenerasi discus terjadi
elastisitas serabut dari annulus menurun dan berubah menjadi jaringan
fibrous menyebabkan fleksibilitas dan gerakan menjadi kaku.
Klasifikasi :
1. Spondylosis Servical
2. Spondylosis Thoracal
3. Spondylosis Lumbar
MANIFESTASI KLINIS

Spondilosis CERVICAL
• Rasa sakit yang hilang timbul
• Nyeri yang metastase ke bahu, lengan, tangan, atau jari
• Kekakuan sendi pada bahu atau leher sehingga membatasi pergerakan setelah
bangun tidur
• Mati rasa pada daerah leher atau bahu
• Kelemahan atau kesemutan di leher, bahu, lengan, tangan, atau jari
• Sakit kepala di bagian belakang kepala
• Kehilangan keseimbangan
• Kesulitan menelan
Spondilosis THORACAL
• Nyeri di bagian atas dan pertengahan punggung
• Kaku punggung setelah bangun tidur
• Terbatasnya gerak tulang punggung
Spondilosis LUMBAR
• Rasa sakit yang hilang timbul
• Kaku tulang punggung bagian bawah
• Rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah berolahraga
• Mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah
• Kelemahan pada punggung bawah
• Sering terjadi kesemutan pada kaki
• Kesulitan berjalan
• Masalah usus atau kandung kemih (tapi jarang terjadi)
RADIOLOGIS
• X-ray dapat menunjukkan tonjolan tulang pada tubuh vertebra di tulang
belakang, penebalan sendi facet (sendi yang menghubungkan tulang
belakang satu sama lain), dan penyempitan ruang disk intervertebralis.
TATALAKSANA

Penatalaksanaan spondylosis mirip dengan pengobatan sakit punggung dan


sakit leher : obat, perawatan diri, latihan dan terapi fisik, terapi tambahan
(chiropractics dan akupunktur), prosedur invasif minimal seperti injeksi, dan
pembedahan.
SPONDYLOLISTESIS
Spondylolistesis menggambarkan suatu pergeseran vertebra atau
pergeseran kolumna vertebralis yang berhubungan dengan vertebra di
bawahnya (Vookshoor,2005).

Spondylolisthesis adalah salah satu bentuk kelainan pada struktur tulang


belakang karena pergeseran dan yang sering terjadi pada L4 - 5 atau antara
L5 dan sacrum. Pergeseran tersebut terjadi karena struktur tulang
belakangnya bergeser kedepan yang terjadi pada lumbal 4 (Apley, 1995).
MANIFESTASI KLINIS

• Nyeri punggung bawah yang makin meningkat apabila berdiri, jalan


atau lari dan akan berkurang apabila berbaring.
• Bervariasi sesuai tingkat pergeseran vertebra pada lumbosakral yang
terjadi.
RADIOLOGIS

Diperlukan pemeriksaan posisi AP, lateral dan oblik yang akurat untuk
menilai kemungkinan penyebab. Pada spondilolitesis oleh karena
kelainan degeneratif, pergerakan vertebra dapat ke depan atau
kebelakang disebut retro-spondilolistesis.
TATALAKSANA

Pengobatan tergantung dari berat ringannya spondilolistesis dan


derajatnya diukur sesuai dengan jarak pergerakan terhadap badan
vertebra.
• Spondilolistesis yang ringan → konservatif
• Spondilolistesis yang berat (pergerakan melewati separuh dari
vertebra) → pertimbangkan untuk stabilisasi vertebra dengan cara
artrodesis vertebra.
MEDULA SPINALIS
• Segmen servikal : 8
• Segmen thorakal : 12
• Segmen lumbal : 5
• Segmen sakral : 5
• Segmen koksigeal : 1
• Cedera pada tulang belakang  penekanan medula spinalis
• Bisa juga cedera langsung pada medula spinalis
MYELOPATHY
• Prognosis dipengaruhi 2 faktor:
• Beratnya defisit neuro yg timbul
• Lamanya defisit neuro sebelum dilakukan tindakan
Mekanisme Cedera Medspin
• Fraktur vertebra
• Dislokasi (C 1-2, C5-6, Th 11-12)
• Luka tembus
• Perdarahan epidural
• Hematoma subdural
• Cedera tdk langsung
• Cedera intrameduler
KOMPRESI MEDULA SPINALIS
• Penyebab:
• Trauma
• Tumor
• Gejala klinis:
• Flaksid paralisis dg spinal shock
• Nyeri radikuler
• Kelumpuhan spastik
• Ggn miksi dan defekasi
COMPLETE SPINAL TRANSECTION
 Penyebab:
◦ Akut:
 Trauma
 Infeksi (Transverse Myelitis)
◦ Progresif:
 Tumor
 Gejala klinis:
◦ Diawali spinal shock (akut)
◦ Paralisis komplit flaksid  spastik
◦ Ggn otonom
◦ Ggn sensibilitas
BROWN SEQUARD SYNDROME
• Penyebab::
• Trauma tusuk
• Tumor
• Gejala klinis:
• Gangg. Eksteroseptif kontralateral
• Gangg. Proprioseptif ipsilateral
• Parese (mono/hemiipsilateral)
• Sindroma epiconus
• Sindroma conus medularis
• Sindroma cauda equina
CAUDA EQUINA SYNDROME
• Penyebab:
• Trauma
• Tumor
• Gejala klinis:
• Flaksid paralisis asimetri
• Ggn sensibilitas sesuai sesuai dermatom
• Retensio  overflow
• impotensi
CONUS MEDULLARY SYNDR.
 Terbagi menjadi:
◦ Fraktur vertebra L1
◦ Segmen spinalis S3 – C
 Penyebab:
◦ Trauma
◦ Tumor
 Gejala klinis :
◦ Retensio urine  inkontinensia overflow
◦ Saddle back anestesi
◦ Impotensi
◦ Defisit motorik jarang
Prosedur diagnosis
 X- photo vertebra
◦ Foto cervical Ap/lat/oblique
◦ Thorakal/thorakolumbal/ lumbosakral AP/ lateral
 Myelografi / caudografi
◦ Lesi thorakal/cauda equina
◦ Tidak pada curiga metastase
 MRI spine
 Laboratorium
 Neurofisiologi: EMG
Komplikasi
• Dekubitus
• Pneumonia
• Gagal napas (lesi C3-C4)
• Gangguan neurogenic bladder
• Ileus paralitik
PENATALAKSANAAN
 Umum  Medika mentosa
◦ Bila fraktur/dislokasi  cervical ◦ Metil prednison 30 mg/kgbb iv (15
collar, korset  immobilisasi mnt), 45 mnt kmd per infus 5mg/kgbb
◦ Bila tanda gagal napas (+)  intubasi selama 24 jam
respirator ◦ Bila spastisitas otot:
◦ Jaga suhu tetap normal  Diazepam, baclofen
◦ Ggn miksi  pasang kateter ◦ Bila nyeri: analgesik, antidepresan,
◦ Ggn defekasi  beri laksan antikonvulsan
 Operasi ◦ Antihipertensi jika TD meningkat akibat
ggn otonom
◦ Bila:
◦ Rawat luka
 Fraktur
 Defisit progresif
 Dislokasi labil
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai