Anda di halaman 1dari 35

“WETTED WALL COLUMN”

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

“ WETTED WALL COLUMN “

GROUP : P

1. Safinatun Najah (1631010066)


2. Rian Ardiansyah (1631010075)

TANGGAL PERCOBAAN : 29 Oktober 2018

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2018

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ i


“WETTED WALL COLUMN”

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA II

“ WETTED WALL COLUMN “

GRUP P :

1. Safinatun Najah (1631010066)


2. Rian Ardiansyah (1631010075)

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Dosen Pembimbing

Ir. Caecilia Pujiastuti, MT Ir. Caecilia Pujiastuti, MT

NIP. 19630305 198803 2 001 NIP. 19630305 198803 2 001

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ i


“WETTED WALL COLUMN”

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
INTISARI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
I.2 Tujuan Parktikum ................................................................................... 2
I.3 Manfaat Praktikum ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
II.1 Secara Umum........................................................................................ 3
II.2 Sifat Bahan............................................................................................ 13
II.3 Hipotesa ................................................................................................ 13
II.4 Diagram Alir ......................................................................................... 14
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM .................................................. 15
III.1 Bahan yang Digunakan ....................................................................... 15
III.2 Alat yang Digunakan ........................................................................... 15
III.3 Gambar Alat yang digunakan .............................................................. 15
III.4 Gambar Rangkaian Alat ...................................................................... 16
III.5 Prosedur Praktikum ............................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 18
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan ...................................................................... 28
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan ...................................................................... 24
IV.3 Grafik dan Pembahasan....................................................................... 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 28
V.1 Kesimpulan ........................................................................................... 28
V.2 Saran ..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
APPENDIX ..................................................................................................... 30

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ ii


“WETTED WALL COLUMN”

INTISARI

Percobaaan wetted wall coloum ini bertujuan untuk menentukan harga


koefisien perpindahan massa dan perpindahan panas. Untuk mempelajari
pengaruh laju alir udara dan air terhadap koefesien perpindahan massa dan juga
panas. Untuk menghitung nilai humidity (kelembapan).

Pada percobaan kali ini dapat menggunakan metode sebagai berikut.


Pertama mengisi tangki penampung sampai penuh dan membuka kran bawah
tangki, laludibiarkan beberapa saat hingga overflow. Selanjutnya mengatur aliran
air pada tekanan tertentu dan mengukur laju alirnya. Aliran tersebut membentuk
film tipis dibagian dinding pipa gelas, jangan sampai tangki penampung kosong.
Kemudian menjalankan blower untuk mengalirkan udara kedalam pipa gelas. Bila
keadaan sudah steady state, atur laju alir, amati berdasarkan data laju alir, laju
udara, suhu air masuk maupun keluar, suhu ruangan, tekanan barometer. Bila
keadaan memungkinkan ulangi percobaan tersebut.

Dari percobaan ini didapatkan hasil, pada kisaran Qair = 12,868 sampai
25,998 ml/detik, dan Qudara = 5,6701 sampai 8,4563 ml/detik. Dari hasil debit
tersebut didapatkan grafik ∆H vs Q. Pada Qair y = 8.7195x +8.5086 sedangkan
pada Qudara y =7.5724x + 0.8839. Dari hasil percobaan didapatkan harga kG
pada ∆H= 0,5 sebesar 5652,64 sampai dengan 61566,28 lbmol/jam ft2 atm,
harga hG sebesar -8916115.79 Btu/jam ft2 °F atm sampai dengan -1825237.8
Btu/jam ft2 °F atm. Sedangkan, pada ∆H= 1 cm didapatkan harga kG sebesar
5655,46 sampai 3256,07 lbmol/jam ft2 atm dan harga hG sebesar -5821303.55
sampai -3384655.12 Btu/jam ft2 °F atm. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa Semakin besar ∆H maka debit air dan udara semakin besar begitu juga
perpindahan massa dan perpindahan panasnya semakin besar.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ iii


“WETTED WALL COLUMN”

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Proses humidifikasi, merupakan suatu proses yang dapat menambah kadar


air dalam gas. Dalam prosesnya ada dua cara yaitu dengan pemanasan dan tanpa
pemanasan. Arah aliran kedua proses tersebut berbeda tergantung bagaimana kita
dapat mengatur buka tutupnya valve. Salah satu alat yang menyediakan luas
permukaan yang besar untuk perpindahan massa dan panas adalah wetted wall
column.Wetted wall column adalah kolom vertikal dimana terjadi perpindahan
massa dan panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom. Cairan
mengalir dari atas kolom kemudian membasahi dinding kolom vertikal sedangkan
gas dialirkan dari bawah ke atas di pusat kolom. Pada lapisan tipis (film) antar
muka di kolom vertikal, perpindahan massa dan panas akan meningkat karena
luas antar muka (interface) yang terbentuk lebih besar. Proses perpindahan massa
dari cairan ke gas terjadi melalui proses penguapan dan besar penurunan suhu
merupakan panas laten penguapan.
Prosedur pada percobaan wetted wall column yang pertama yaitu
melakukan kalibrasi udara, dengan menyambungkan air pada blower udara
dengan selang gallon yang berisi air. Nyalakan blower udara hingga tekanan 30
psi, lalu matikan. Kemudian buka kran pada blower hingga terdengar bunyi keluar
udara. Atur aliran udara dengan membuka kran aliran udara dan ukur volume air
yang keluar dari gallon. Ulangi dengan variable beda tekanan. Melakukan
kalibrasi air, dengan mengisi penampung atas sampai penuh dan biarkan
overflow. Atur aliran air pada suatu tekanan tertentu dengan membuka kran aliran
air yang menuju pipa gelas. Ukur volume air yang keluar dari pipa gelas. Ulangi
dengan variabelbeda tekanan. Selanjutnya buka kran untuk mengalirkan air ke bak
penampung, lalu iarkan berapa saat hingga terjadi overflow pada constant head
tank. Selanjutnya atur aliran air pada suatu harga tertentu dan ukur laju alirnya,

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 4


“WETTED WALL COLUMN”

aliran air tersebut harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada
setiap dinding pipa gelas (perhatikan tangki penampung air yang paling atasharus
sering diisi dengan air). Jalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa
gelas, bila keadaan sudah mantap, atur laju alir pada suatu harga dan catat harga
ini. Bila keadaan sudah mantap, amati data dibawah ini (laju alir air, laju alir
udara, suhu air masuk dan keluar, suhu ruangan, tekanan barometer). Bila keadaan
memungkinkan, ulangi untuk variable laju alir udara dan air.

Percobaan ini bertujuan, untuk menentukan harga koefisien perpindahan


massa dan panas serta untuk mempelajari pengaruh laju alir udara dan air terhadap
koefisien perpindahan massa dan juga panas. Kedua, untuk mengetahui hubungan
antara wetted wall column dengan humidifikasi. Ketiga, untuk menghitung nilai
humidity (kelembapan).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa dan perpindahan


panas.
2. Untuk mengetahui pengaruh laju alir udara dan air terhadap koefisien
perpindahan massa dan panas
3. Untuk menghitung nilai humidity (kelembapan).

1.3 Manfaat Praktikum

1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses


berlangsungnya wetted wall column.
2. Agar praktikan dapat mengaplikasikan teori perpindahan massa dan panas
antar fase.
3. Agar praktikan dapat mengetahui prinsip kerja dari alat wetted wall
column.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 5


“WETTED WALL COLUMN”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

Koefisien transfer massa sangat bergantung pada difusivitas. Difusi


bersama dengan konveksi menjelaskan mekanisme koefisien transfer massa.
Berbagai teori memprediksi ketergantungan yang berbeda pada difusivitas. Teori
film, teori pembaruan permukaan, teori peregangan permukaan. Memprediksi
hubungan langsung antara koefisien perpindahan massa dan difusivitas, meskipun
dalam magnitudo yang berbeda. Kolom yang dibasahi biasanya digunakan untuk
mempelajari koefisien perpindahan massa di daerah laminar. Penyerapan gas
dengan pelarut yang berbeda telah dipelajari oleh berbagai peneliti. Studi
menunjukkan bahwa biaya yang lebih rendah, kurang toksisitas kalium karbonat
dapat menjadi keuntungan lebih dari monoetanolamina (MEA). Kelemahan utama
adalah tingkat penyerapan rendah karena transfer massa yang buruk. Ditemukan
bahwa laju aliran fluida dan suhu memiliki efek yang signifikan pada variabel
yang diteliti. Studi transfer massa termasuk studi tentang difusi dan koefisien
perpindahan massa. Koefisien transfer massa bisa lokal atau keseluruhan.
Diffusivitas gas dan cairan berbeda tergantung pada suhu, tekanan, berat molekul
dan interaksi.

Sifat aliran laminar dan turbin menyebabkan berbagai nilai untuk koefisien
perpindahan massa. Koefisien transfer massa sangat bergantung pada difusivitas.
Difusi bersama dengan konveksi menjelaskan mekanisme koefisien transfer
massa. Berbagai teori memprediksi ketergantungan yang berbeda pada difusivitas.
Teori film, teori pembaruan permukaan, teori peregangan permukaan, dll.
Memprediksi hubungan langsung antara koefisien perpindahan massa dan
difusivitas, meskipun dalam magnitudo yang berbeda. Kolom yang dibasahi
biasanya digunakan untuk mempelajari koefisien perpindahan massa di daerah

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 6


“WETTED WALL COLUMN”

laminar. Penyerapan gas memiliki aplikasi luas dalam pemulihan dan


pengendalian pencemaran. Penyerapan gas dengan pelarut yang berbeda telah
dipelajari oleh berbagai peneliti. Juga pemodelan proses dan simulasi telah
dilaporkan. Tinjauan saat ini merangkum penelitian dan studi pada kolom dinding
yang dibasahi.
( Kulkarni,2017)

II.1.1 Operasi Humidity

Operasi yang dipertimbangkan dalam bab ini berkaitan dengan transfer


massa dan energi interpha yang dihasilkan ketika gas dibawa ke dalam dengan
cairan murni yang pada dasarnya tidak larut. Meskipun istilah operasi pelunakan
lembab digunakan untuk mengkarakterisasi ini secara umum, tujuan operasi
tersebut dapat meliputi tidak hanya humidifikasi gas tetapi juga dehumidifasi dan
pendinginan gas, pengukuran kandungan uapnya, dan mendinginkan cairan juga.
Masalah yang ditransfer antar fase dalam beberapa kasus adalah substansi yang
membentuk fase cair, yang menguap atau mengembun. Dalam semua masalah
perpindahan masal, penting untuk memahami sepenuhnya operasi untuk mengenal
karakteristik kesetimbangan sistem. Karena transfer massa dalam kasus-kasus ini
akan selalu disertai dengan transfer energi panas secara bersamaan juga, beberapa
pertimbangan harus juga diberikan kepada karakteristik entalpi sistem.

Dalam operasi humidifikasi, terutama yang diterapkan pada sistem air air,
sejumlah definisi yang agak khusus digunakan secara umum. Dasar biasa untuk
perhitungan teknik adalah satuan massa gas bebas uap, dimana uap berarti bentuk
gas dari komponen yang ada hanya dalam bentuk gas. Dalam diskusi ini dasar
satuan massa gas uap bebas digunakan. Dalam fasa gas, uap akan disebut sebagai
komponen A dan gas tetap sebagai komponen B. Karena sifat campuran uap gas
berbeda dengan tekanan total, massa tekanan harus diperbaiki. Kecuali ditentukan
lain, tekanan total 1 atm diasumsikan. Juga, diasumsikan bahwa campuran gas dan
uap mengikuti hukum gas ideal.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 7


“WETTED WALL COLUMN”

(Treybal,1982 )

Humidity (H) didefinisikan sebagai jumlah massa uap yang dibawa oleh
satuan massa gas bebas uap yang dibawa oleh satuan massa gas bebas uap.

𝑀𝐴 𝑃𝐴
𝐻= … … … … … … … … … … … … … . (1)
𝑀𝐵 (1 − 𝑃𝐴 )

Dimana:

H = Humidity (lb air/ib udara kering)

𝑃𝐴 = Tekanan parsial uap (atm)

𝑀𝐴 = Berat molekul uap (misal H2O)

𝑀𝐵 = Berat molekul gas (misal udara)

Hubungan antara humidity dan mol fraksi uap (YA):

𝐻⁄
𝑀𝐴
𝑌𝐴 = … … … … … … … … … … … … . (2)
1⁄ + 𝐻⁄
𝑀𝐵 𝑀𝐴

Dimana:

H = Humidity (lb air/ib udara kering)

YA = Mol fraksi uap

𝑀𝐴 = Berat molekul uap (misal H2O)

𝑀𝐵 = Berat molekul gas (misal udara)

Biasanya 𝐻⁄𝑀 lebih kecil bila dibandingkan dengan 1⁄𝑀 sehingga sama
𝐴 𝐵

dengan H.

Saturated humidity adalah keadaan gas dimana uap yang dibawa dalam
kesetimbangan dengan liquid pada suatu gas.

𝑀𝐴 𝑃𝐴 ′
𝐻𝑆 = … … … … … … … … … … … … . (3)
𝑀𝐵 (1 − 𝑃𝐴 ′)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 8


“WETTED WALL COLUMN”

Dimana :

𝑃𝐴 ′ = Tekanan uap liquid (atm).

Hs = Saturated humidity (lb air/ib udara kering)

𝑀𝐴 = Berat molekul uap (misal H2O)

𝑀𝐵 = Berat molekul gas (misal udara)

Relatif humidity adalah perbandingan dari tekanan parsial uap dengan


tekanan uap pada temperatur gas.

𝐻𝑅 = 100 (𝑃𝐴 − 𝑃𝐴 ′) … … … … … … … … … … … . (4)

Dimana :

𝐻𝑅 = Relatif Humidity (RH)

𝑃𝐴 = Tekanan parsial uap (atm)

𝑃𝐴 ′ = Tekanan uap liquid (atm).

(Tim Dosen, 2018)

II.1.2 Grafik Humiditas

Gambar. 1 Grafik humidity. Udara-air pada 1 atm

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 9


“WETTED WALL COLUMN”

Pada Gambar. 1 suhu diplot sebagai abscissas dan kelembaban sebagai


ordinat. Setiap titik pada grafik mewakili campuran udara dan air yang pasti.
Garis lengkung yang ditandai 100 persen memberi kelembaban udara jenuh
sebagai fungsi dari temperamen udara. Dengan menggunakan tekanan uap air.
Setiap titik di atas dan di sebelah kiri garis saturasi mewakili campuran udara
jenuh dan air cair. Wilayah ini penting hanya dalam memeriksa formasi kabut.
Setiap titik di bawah garis saturasi mewakili udara yang tidak terendam, dan titik
pada sumbu suhu mewakili udara kering. Garis lengkung antara garis saturasi dan
sumbu temperatur yang ditandai bahkan dalam persen, mengirimkan campuran
udara dan air dengan persentase pasti kelembaban. Interpolasi linier antara garis
saturasi dan sumbu temperatur dapat digunakan untuk mencari garis-garis
persentase kelembaban konstan.

Garis miring berlari ke bawah dan ke kanan garis kejenuhan disebut garis
pendinginan adiabatik. Masing-masing digambar untuk nilai konstanta suhu
adiabatik yang diberikan. Untuk nilai T yang diberikan, baik H, dan à, ditetapkan,
dan garis f versus Tcan diplot dengan menetapkan nilai untuk ae dan menghitung
nilai yang sesuai dari T. Kemiringan ini tergantung pada kelembaban. Pada
koordinat rectangula, garis pendingin adiabatik tidak lurus atau paralel. Dalam
koordinat cukup terdistorsi untuk meluruskan adiabatik dan Gambar. 1 membuat
mereka sejajar, sehingga interpolasi di antara mereka adalah mudah. Ujung-ujung
aditif diidentifikasi dengan Garis adiabatik terkait ditunjukkan pada Gambar. 1
untuk volume spesifik udara kering dan lume jenuh. Kedua garis adalah plot
volume versus suhu. Jilid dibaca pada bagian kiri. Koordinat poin pada garis-garis
ini dihitung dengan menggunakan Persamaan. Interpolasi linier antara dua garis,
berdasarkan persentase kelembaban, memberikan volume udara tak jenuh yang
lembab. Juga, hubungan antara panas lembab c, dan kelembapan ditampilkan
sebagai lincir pada Gambar. 1. Skala untuk c, berada di bagian atas grafik.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 10


“WETTED WALL COLUMN”

II.1.3 Suhu Wet-Bulb dan Pengukuran Kelembaban

Properti yang dibahas di atas dan yang ditampilkan pada grafik


kelembaban adalah jumlah statis atau ekuilibrium. Sama pentingnya adalah
tingkat di mana massa dan panas ditransfer antara fase gas dan cairan yang tidak
dalam kesetimbangan. Kekuatan pendorong untuk perpindahan massa dan panas
adalah konsentrasi dan perbedaan suhu, yang dapat diprediksi dengan
menggunakan kuantitas yang disebut suhu bola basah Suhu bohlam basah adalah
suhu tunak, suhu tidak sempurna yang dicapai oleh massa kecil cairan. terpapar di
bawah kondisi adiabatik ke aliran gas yang terus menerus. Karena aliran gas
kontinyu, sifat-sifat gas adalah konstan dan biasanya dievaluasi pada kondisi inlet.
Jika gas tidak jenuh, beberapa cairan menguap, mendinginkan cairan yang tersisa
sampai tingkat perpindahan panas ke cairan hanya menyeimbangkan panas yang
dibutuhkan untuk penguapan. Suhu cair ketika kondisi tunak tercapai adalah suhu
bola basah.

Gambar 2 Termometer Wet Bulb


Metode pengukuran suhu wet-bulb ditunjukkan pada Gambar. 2a.
Termometer atau alat pengukur suhu lainnya, seperti termokopel, ditutupi oleh

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 11


“WETTED WALL COLUMN”

sumbu, yang jenuh dengan cairan murni dan direndam dalam aliran gas yang
memiliki suhu T dan kelembaban yang pasti. Asumsikan bahwa pada awalnya
suhu cairan adalah tentang gas. Karena gas tidak jenuh, cairan menguap; dan
karena prosesnya adiabatik, hamster laten diberikan pada awalnya dengan
mendinginkan cairan. Ketika suhu cairan menurun di bawah bahwa gas, panas
yang masuk akal ditransfer ke cairan. Akhirnya kondisi stabil dicapai pada suhu
cair seperti itu bahwa panas yang dilepaskan untuk menguapkan cairan dan
memanaskan uap ke suhu gas persis diimbangi oleh panas yang masuk akal dari
gas ke cairan. Suhu stabil ini, dilambangkan dengan T.

Ini disebut suhu bola-basah. Ini adalah fungsi dari T dan R. Untuk
mengukur suhu wet-bulb dengan presisi, diperlukan tiga kewaspadaan: (1) Sumbu
harus benar-benar basah, sehingga tidak ada daerah kering dari sumbu yang
bersentuhan dengan gas: (2) kecepatan gas harus besar cukup (setidaknya 5 m / s)
untuk memastikan bahwa laju aliran panas oleh radiasi dari lingkungan yang lebih
hangat ke bola lampu ncgible dibandingkan dengan laju aliran panas yang masuk
akal oleh konduksi dan konveksi dari gas ke bola lampu; (3) jika cairan rias
disuplai ke bohlam, itu harus pada suhu bola basah.

Ketika tindakan pencegahan ini dilakukan, suhu bola basah tidak


bergantung pada kecepatan gas pada berbagai tingkat aliran. Suhu wet-bulb secara
dangkal menyerupai suhu saturasi adiabatik T, Memang, untuk campuran air-
udara, dua suhu hampir sama. adalah kebetulan, bagaimanapun, dan tidak benar
campuran selain udara dan air. Suhu wet-bulb berbeda secara fundamental dari
suhu saturasi adiabatic. Suhu dan kelembaban gas bervariasi selama saturasi
adiabatik, dan titik akhir adalah kesetimbangan sejati daripada kondisi mantap
dinamis. Umumnya, termometer yang tidak tertutup digunakan bersama dengan
bola basah untuk mengukur T suhu gas yang sebenarnya, dan suhu gas biasanya
disebut.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 12


“WETTED WALL COLUMN”

II.1.4 Metode Dew-point.

Jika cakram yang didinginkan dan dipoles dimasukkan ke dalam gas


dengan kelembaban yang tidak diketahui dan suhu disk secara bertahap
diturunkan, piringan mencapai suhu saat kabut mengembun pada permukaan yang
dipoles. Suhu di mana kabut ini terbentuk adalah suhu kesetimbangan antara uap
dalam gas dan fase cair. Oleh karena itu titik embun. Pemeriksaan pembacaan
diperoleh dengan perlahan-lahan meningkatkan suhu disk dan mencatat suhu saat
kabut menghilang begitu saja. Dari rata-rata suhu pembentukan kabut dan
menghilang, kelembaban dapat dibaca dari grafik kelembaban.

II.1.5 Metode Psikometri.

Metode yang sangat umum untuk mengukur kelembaban adalah dengan


menentukan secara bersamaan suhu bola basah dan kering. Dari pembacaan ini
kelembaban ditemukan dengan menemukan garis psikrometrik yang memotong
garis saturasi pada pengamatan bola-basah yang diamati dan mengikuti garis
psikrometrik ke persimpangannya dengan kordinat dari metode suhu kering-buib
yang diamati. Kandungan uap gas dapat ditentukan dengan analisis langsung, di
mana volume gas yang diketahui ditarik melalui perangkat analitis yang tepat.

(McCabe, 1993)

Untuk menentukan koefesien perpindahan massa antara udara dan liquid


dirumuskan sebagai berikut:

𝑉(𝑦2 − 𝑦1 )
𝐾𝐺 = … … … … … … … … … … . (5)
𝑃𝐴(𝑦1 ′ − 𝑦) 𝑙𝑚

Dimana:

𝐾𝐺 = Koefesien perpindahan massa antara udara dan liquid (lbmol/jam ft2


atm)

P = Tekanan udara (atm)

V = Kecepatan linear (m/s)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 13


“WETTED WALL COLUMN”

A = Luas permukaan pipa gelas (m2)

𝑦1 = fraksi mol udara (kolom atas)

𝑦2 = fraksi mol udara (kolom bawah)

𝑦1 ′ = Fraksi mol uap di interfase

(Tim Dosen, 2018 “Wetted Wall Column”)

II. 1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Humidity :

1. Ketingian Tempat

Apabila semakin tinggi tempat maka tingkat kelembabannya juga tinggi


karena suhunya rendah dan sebaliknya semakin rendah tempat suhunya semakin
tinggi dan kelembabannya pun menjadi rendah.

2. Kerapatan Udara

Ini juga berkaitan dengan suhu dimana apabila kerapatan udara pada
daerah tertentu rapat maka kelembabanya tinggi. Sedangkan apabila kerapatan
udara di suatu daerah renggang maka tinggkat kelembabannya juga rendah.
Diketahui pula antara kerapatan,suhu,dan ketinggian tempat juga saling
berkaitan..

3. Tekanan Udara.

Tekanan udara juga mempengaruhi kelembaban udara dimana apabila


takanan udara. pada.suatu. daerah .tinggi. maka kelembabanya juga tinggi,hal ini
disebabkan oleh kapasitas lapang udaranya yang rendah.

5. Angin

Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air
laut menguap ke udara. Besarnya tingkat kelembaban ini dapat berubah menjadi
air dan terjadi pembentukan awal.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 14


“WETTED WALL COLUMN”

6. Suhu

Apabila suhu suatu tempat tinggi maka kelembabanya rendah dan


sebaliknya apabila suhu rendah maka kelembaban tinggi. Dimana hal ini antara
suhu dan kelembaban ini juga berkaitan dengan ketinggian tempat.

(Suharno, 2015)

II. 1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi koefesien perpindahan panas

Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan panas adalah :

1. perpindahan panas yang menembus sekat kondensasi pada uap

2. Koefisien sekat cairan didih di dalam cairan pada alat pengubah panas.

3.Skala atau faktor-faktor hambatan baik di dalam maupun di luar dinding

dinding pembatas permukaan perpindahan panas.

4.Hambatan panas pada dinding bahan.

Perubahan energi panas dari bahan dapat diketahui dari perubahan


suhunya. Skala suhu yang umum digunakan adalah derajat Celsius dan Fahrenheit
serta skala-skala absolut derajat Kelvin dan RanSkine. Jumlah panas dapat diukur
dengan satuan kalori, BTU atau Joule. Satu kalori adalah jumlah panas yang
dibutuhkan oleh 1 gram air untuk menaikkan suhunya 1000C.

(hendris.2010)

Faktor yang mempengaruhi koefisien transfer panas antara lain yaitu luas
permukaan transfer panas steam pada tube, konduktivitas termal bahan tube, dan
luas permukaan transfer panas tube terhadap air pendingin

II. 1.7 Persamaan koefesien perpindahan panas


Kecepatan transfer panas dari steam ke air pendingin:

\Q= U.A.Δt

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 15


“WETTED WALL COLUMN”

Ket:

Q :Kecepatan perpindahan panas (kal/s)

U : koefisien perpindahan panas (kal/sm3 )

A :Luas daerah perpindahan panas (m2 )

Δt : selisih temperatur perubahan panas (◦C)

Dimana Δt adalah perbedaan suhu rata-ratast eam dan air pendingin


dengan menentukan transfer panas yang terjadi dalam kolom diintegrasikan
dengan panjan kolom , maka persamaan perbedaan suhu rata-rata dapat
dinyatakan dengan:

Δt0− Δt 1
ΔtLMTD = Δt 0
ln( )
Δt 1

persamaan di atas dengan perbedaan suhu rata-rata logaritymik (LMTD)

koefisien panas diperoleh dengan asumsi hal-hal mempengaruhi perhitungan


perpindahan panas adalah mendekati konstan walaupun dari beberapa kasus
analisis ini tidak cukup baik.

(susanti.2017)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 16


“WETTED WALL COLUMN”

II.2 Sifat Bahan

1. Air
Sifat Fisika:
a. Wujud : Cair
b. Warna : Tak berwarna
c. Titik lebur : 0OC
d. Titik didih : 100OC

Sifat Kimia:

a. Rumus molekul : H2O


b. Berat molekul : 18,016 gr/mol
c. Densitas : 0.998 gr/ml
d. Kalor jenis : 4184 J/kg K
(MSDS, 2013, ‘’Water’’)

II.3 Hipotesa

Pada percobaan wetted wall column, diperkirakan laju alir fluida (air dan
udara) mempengaruhi perpindahan panas dan massanya. Laju alir sangat
mempengaruhi koefisien perpindahan panas dan massa, dimana akan berbanding
lurus jika laju alirnya di percepat maka perpindahan panas dan perpindahan
massa juga cepat.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 17


“WETTED WALL COLUMN”

II.4 Diagram Alir

Kalibrasi Udara Kalibrasi Air

Sambungkan air pada Isi tangki penampung


kompressor dengan selang galon dan biarkan overflow

Nyalakan kompresor hingga <


40 psia, lalu matikan

Buka aliran kompresor Atur beda tekanan dan


ukur volume air

Atur beda tekanan dan ukur


volume air

Ulangi dengan beda tekanan Ulangi dengan beda


yang berbeda tekanan yang berbeda

Nyalakan kompresor dan isi


tangki penampung

Atur beda tekanan pada


manometer udara dan air

Amati suhu Tw1, Tw2, Td1 dan


Td2

Ulangi pengontakkan udara dan air


dengan beda tekanan yang lain

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 18


“WETTED WALL COLUMN”

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan

1. Air

III.2 Alat yang digunakan

a. Serangkaian alat Wetted Wall Column


b. Thermometer
c. Gelas Ukur
d. Ember
e. Stopwatch
f. Penggaris

III.3 Gambar alat

Thermometer Gelas Ukur Ember

Stopwatch Penggaris

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 19


“WETTED WALL COLUMN”

III.4 RangkaianAlat

B
TW2
Td2

V1 V3
A V2
A
G
F V5
V4

TW1
Td1

V6 E
H D
E C

H
= Aliran air
---------- =Aliran gas

Keterangan gambar :
A = kolom WWC
B = Tangki overflow
C = Tangki feed
D = Pompa
E = Tangki ekspansi udara
F = Manometer
G = Manometer
H = Kompresor
V = Valve

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 20


“WETTED WALL COLUMN”

III.5 Prosedur Praktikum


a. Prosedur kalibrasi udara
1. Sambungkan air pada compressor dengan selang gallon
2. Nyalakan kompresor hingga < 40 psia lalu matikan
3. Buka aliran kompresor
4. Atur beda tekanan dan ukur volume air
5. Ulangi dengan beda tekanan yang berbeda

b. Prosedur kalibrasi air


1. Isi tangki penampung dan biarkan overflow
2. Atur beda tekanan dan ukur volume air
3. Ulangi dengan beda tekanan yang berbeda

c. Prosedur wetted wall column


1. Nyalakan kompresor dan isi tangki penampung
2. Atur beda tekanan pada manometer udara dan air
3. Amati suhu Tw1, Tw2, Td1 dan Td2
4. Ulangi pengontakan udara dan air dengan beda tekanan yang lain

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 21


“WETTED WALL COLUMN”

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan


1. Tabel kalibrasi udara

∆h
t Q
udara v (cm3) v rata-rata (cm3)
(detik) (cm3/det)
(cm)
0.5 5 34 29 31 31.33 6.27
1 5 41 32 35 36.00 7.20
1.5 5 48 45 47 46.67 9.33
1.75 5 85 76 70 77.00 15.40
2 5 95 85 80 86.67 17.33

20.00
18.00
y = 7.5724x + 0.8839
16.00
R² = 0.8395
Q udara (cm3/det)

14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
∆h (cm)

Grafik 1. Hubungan antara Q udara dan ∆h


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin
besar beda tinggi air raksa dalam manometer maka debit dari udara yang didapat
juga semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 yang menyatakan hubungan
dari kedua variabel tersebut.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 22


“WETTED WALL COLUMN”

2. Tabel Kalibrasi air

∆h air t Vrata-rata Q
(cm) (detik) V1 (ml) V2 (ml) V3 (ml) (ml) (ml/s)
0.5 5 68 60 65 64.33 12.87
1 5 86 85 90 87.00 17.40
1.5 5 110 108 102 106.67 21.33
1.75 5 118 121 115 118.00 23.60
2 5 138 127 128 131.00 26.20

30.00
y = 8.7195x + 8.5086
25.00 R² = 0.9983
Q air (cm3/det)

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
∆h (cm)

Grafik.2 hubungan antara Q air dengan ∆h


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin
besar beda tinggi air raksa dalam manometer maka debit dari udara yang didapat
juga semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari grafik 2 yang menyatakan hubungan
dari kedua variabel tersebut.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 23


“WETTED WALL COLUMN”

3. Suhu Air dan Suhu Udara yang Masuk dan Keluar untuk ΔH Udara 0,5
cm

ΔH Tw1 (˚C) suhu Tw2 (˚C) suhu


ΔH rata-
air keluar masuk rata-rata
udara(cm) rata
(cm) 1 2 3 1 2 3
0.5 0.5 27 27 28 27.5 27 27 27 27
1 0.5 27 27 28 27.5 27.5 27 27 27.16667
1.5 0.5 28 28 28 28 27 27 27 27
1.75 0.5 28 28 28 28 27 28 28 27.66667
2 0.5 28 28 29 28.5 28 28 28 28

ΔH ΔH Td1 (˚C) suhu Td2 (˚C) suhu


rata-
air udara keluar masuk rata-rata
rata
(cm) (cm) 1 2 3 1 2 3
0.5 0.5 26 26 26.5 26.17 23 23 23 23
23.3333
23 23 24
1 0.5 26 26 26 26 3
23.6666
23 24 24
1.5 0.5 28 28 28 28 7
1.75 0.5 28.5 28.5 28 28.33 24 24 24 24
2 0.5 28 29 29 28.67 24 24 24 24

4. Suhu Air dan Suhu Udara yang Masuk dan Keluar untuk ΔH Udara 1 cm
ΔH Tw1 (˚C) suhu Tw2 (˚C) suhu
ΔH rata-
air keluar rata-rata masuk
udara(cm) rata
(cm) 1 2 3 1 2 3
0.5 1 27 27 27 27 29 29 29 29
1 1 27.5 28 28 27.83 28 28 28 28
1.5 1 28 28 28 28 28 28 28 28
1.75 1 28 28 28 28 28 28 28 28
2 1 29 28 28 28.33 29 29 28 28.66

ΔH Td1 (˚C) suhu Td2 (˚C) suhu


ΔH
air keluar rata-rata masuk rata-rata
udara(cm)
(cm) 1 2 3 1 2 3
0.5 1 27 27 27 27 25 25 24 24.66
1 1 27.5 27.5 27.5 27.5 24 24 24 24
1.5 1 28 29 29 28.66 24 24 24 24
1.75 1 28 28 28 28 24 24 24 24
2 1 29 28 28 28.33 24 24 24 24

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 24


“WETTED WALL COLUMN”

IV.1.3 Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi dengan suhu
Tabel 5. Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi pada beda tekanan
0,5 cm
ΔH
ΔH air
udara
(cm)
(cm) Tw1(˚F) Tw2(˚F) Td1(˚F) Td2(˚F)
0.5 0.5 81.5 80.6 79.1 76.4
1 0.5 81.5 80.9 78.8 75.2
1.5 0.5 82.4 80.6 82.4 75.2
1.75 0.5 82.4 81.8 83 75.2
2 0.5 83.3 82.4 83.6 75.2

Tabel 6. Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi pada beda tekanan
1 cm

ΔH air ΔH udara
(cm) (cm) Tw1(˚F) Tw2(˚F) Td1(˚F) Td2(˚F)
0.5 1 80.6 84.2 80.6 76.4
1 1 82.1 82.4 81.5 75.2
1.5 1 82.4 82.4 83.6 75.2
1.75 1 82.4 82.4 82.4 75.2
2 1 83 83.6 83 75.2

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 7. Pengaruh kecepatan fluida terhadap koefisien perpindahan massa
(kG) dan koefisien perpindahan panas (hG) untuk Q = 4.6701ml/s

kG(Lbmol/jam ft2
Q air (ml/s) Q udara (ml/s) hG (Btu/jam ft2 °F atm)
atm)
12.868 4.6701 5652.64 -8916115.79
17.228 4.6701 3843.82 -5422149.24
21.588 4.6701 3339.41 -5252085.5
23.768 4.6701 3306.08 -4378178.65
25.948 4.6701 1566.23 -1825237.8

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 25


“WETTED WALL COLUMN”

Tabel 8. Pengaruh kecepatan fluida terhadap koefisien perpindahan massa


(kG) dan koefisien perpindahan panas (hG) untuk Q = 8.4563ml/s

kG(Lbmol/jam ft2
Q air (ml/s) Q udara (ml/s) hG (Btu/jam ft2 °F atm)
atm)
12.868 8.4563 5655.46 -5821303.55
17.228 8.4563 3986.59 -4103496.9
21.588 8.4563 3503.33 -5098358.94
23.768 8.4563 3306.08 -4009411.16
25.948 8.4563 3256.07 -3384655.12

IV.3 Grafik dan pembahasan


Untuk ∆h = 0,5 cm

kG vs Q air
6000
kG (Lbmol/jam ft2 atm)

5000
4000 y = -261.68x + 8848.5
3000 R² = 0.8834
2000
1000
0
14 16 18 20 22 24 26 28
Q air (ml/s)

Grafik.3 Hubungan antara koefisien perpindahan massa kG


(lbmol/jam ft2 atm) dan debit aliran air Q (ml/detik)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran air
pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan massanya terlihat
fluktuatif. Hal ini sesuai dengan literatur dikarenakan, semakin banyak air yang
dikontakkan, maka nilai kG akan semakin kecil. Karena, Hubungan antara laju
aliran air dengan koefisien perpindahan massa adalah berbanding terbalik

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 26


“WETTED WALL COLUMN”

hG vs Q
0
14 16 18 20 22 24 26 28
hG (Btu/jam ft2 °F atm) -2000000 y = 454837x - 1E+07
R² = 0.8801
-4000000

-6000000

-8000000

-10000000
Q air (ml/s)

Grafik.4 Hubungan antara koefisien perpindahan massa hG (Btu/jam ft2


°F atm) dan debit aliran air Q (ml/detik)

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju alir
air pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya semakin
berkurang. Karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka
perbedaan suhunya akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air dan suhu udara
lama-kelamaan akan mendekati sama dan kemudian tidak terjadi perpindahan
panas blagi karena tidak ada perbedaan suhu.

Untuk ∆h = 1 cm

kG vs Q
6000
kG(Lbmol/jam ft2 atm)

5000
4000
3000
2000 y = -177.01x + 7531.2
R² = 0.8625
1000
0
14 16 18 20 22 24 26 28
Q air (ml/s)

Grafik.5 Hubungan antara koefisien perpindahan massa kG


(lbmol/jam ft2atm) dan debit aliran air Q (ml/detik)

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 27


“WETTED WALL COLUMN”

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran air
pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan massanya terlihat
fluktuatif. . Hal ini sesuai dengan literatur dikarenakan, semakin banyak air yang
dikontakkan, maka nilai kG akan semakin kecil. Karena, Hubungan antara laju
aliran air dengan koefisien perpindahan massa adalah berbanding terbalik.

hG vs Q
0
14 19 24 29
-1000000
hG (Btu/jam ft2 °F atm)

-2000000
y = 143609x - 7E+06
-3000000 R² = 0.6073

-4000000

-5000000

-6000000

-7000000
Q air (ml/s)

Grafik.6 Hubungan antara koefisien perpindahan massa hG (Btu/jam


ft2oFatm) dan debit aliran air Q (ml/detik)

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju alir
air pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya fluktuatif. Hal
ini tidak sesuai dengan literatur, karena semakin lama waktu pengontakan air
dan udara maka perbedaan suhunya akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air
dan suhu udara lama-kelamaan akan mendekati sama dan kemudian tidak terjadi
perpindahan panas lagi karena tidak ada perbedaan suhu.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 28


“WETTED WALL COLUMN”

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Pada kalibrasi udara dan air semakin besar beda ketinggian manometer maka
semakin besar pula debit nya.
2. Semakin besar debit maka semakin kecil koefisien perpindahan massanya
karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka akan mendekati
titik jenuh.
3. Semakin besar nilai Q maka semakin kecil koefisien peprindahan panas (hG)
karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka perbedaan
suhunya semakin kecil.

V.2 Saran
1. Lakukan pengamatan dan perhitungan dengan teliti agar diperoleh hasil yang
akurat.
2. Sebaiknya praktikan melakukan kalibrasi agar bisa menjadi tolak ukur
nantinya dengan data praktikum.
3. Pastikan air dalam galon terisi agar galon tidak pecah dikarenakan tekanan
dari kompresor.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 29


“WETTED WALL COLUMN”

DAFTAR PUSTAKA

Hendris, Gery.2010.”perpindahan panas”.(http://gerrygva.blogspot.

com/2010/12/perpindahan-panas.html). Diakses pada tanggal 25 oktober 2018

pukul 21.00WIB

Kulkarni,2017. “werred wall colum:review on studies and investigation”. IJRR,

nomer 6, halaman 24

Mc.Cabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering 5th Edition”., United States of America : McGraw Hill Book.

MSDS.2013.”water”.(http://www.sciencelab.com/msds-php?id).diakses pada tanggal


25 oktober 2018 pukul 21.00 WIB

Perry, R.H., and Green, D.W., 1997, “Perry’s Chemical Engineers Hand Book 3th
Edition. America : Mc. Graw Hill Co.

Suharno, Tomi. 2015.” Pengukuran humiditas” (http://jalurmaniaa.blogspot.com/)”.


Diaskes pada 9 September 2018, pukul 00.30 WIB
Susanti, Risky.2017.”perpindahan panas”.(http::/www.academia.edu/8749643/).
Diakses pada tanggal 25 oktober 2018 pukul 21.00 WIB
Tim Dosen. 2018. “Wetted Wall Column”. Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur

Treybal, Robert.E., 1982, “Mass-Transfer Operation”. Inggris : Mc. Graw Hill Co.

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 30


“WETTED WALL COLUMN”

APPENDIX
1. Laju Alir
a. Untuk air
ΔH = x = 0,5 cm
Y = 8.7195x +8.5086
y = Q = 8.7195(0.5) +8.5086
Q = 12,8683 ml/sec
b. Untuk udara
Δh = x = 0,5 cm
y = Q = y = 7.5724x + 0.8839
Q = y = 7.5724 (0,5) + 0.8839
Q = 4.6701 ml/sec

2. Mengkonversi satuan
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 = 13600 𝑘𝑔/𝑐𝑚3
Pada ΔH air = 0,5 cm = 0,005 m
13600𝑘𝑔 9,8𝑚
𝑥 2 𝑥0,005𝑚 7345,67𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑃 𝑎𝑖𝑟 = 𝜌 𝑔 𝛥𝐻 = 𝑚3 𝑠 = = 9,66536 𝑎𝑡𝑚
133,322365 760

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 31


“WETTED WALL COLUMN”

P udara = P air +760 = 9,66536 mmHg +760 = 762,999 mmHg / 760 = 1260.18
atm
M air = 18 lbm/lbmol
M udara = 29 lbm/lbmol
Panjang kolom = 100 cm * 0,394 = 39,4 ft
Diameter kolom = 5,3 cm * 0,394 = 2,0882 ft
𝐷 2,0882
𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = = = 1,0441 𝑓𝑡
2 2
𝐴 = 2𝜋𝑟𝛥𝐻 = 1.8388 𝑓𝑡 2

3. Menghitung Humidity
Pada ΔH udara= 0,5 cm
H (kolom atas) = 0,24 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,27 lb air/lb udara
4. Menghitung fraksi mol udara dan air
Pada ΔH udara= 0,5 cm
H (kolom atas) = 0,24 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,27 lb air/lb udara
M udara = 29 lbm/lbmol
M air = 18 lbm/lbmol

𝐻 0,24
𝑌1 = 𝑀𝑎 = 18 = 0,2788
1 𝐻 1 0,24
𝑀𝑢 + 𝑀𝑎 29 + 18

𝐻 0,27
𝑌2 = 𝑀𝑢 = 29 = 0,1435
1 𝐻 1 0,27
+ +
𝑀𝑎 𝑀𝑢 18 29

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 32


“WETTED WALL COLUMN”

5. Menghitung fraksi mol interface (Tabel F.3 J.M Smith Edisi 5 hal 706)
Pada Td2 = 230C dan Tw2 = 270C
P udara
𝑦 = 2.808 𝑘𝑃𝑎 = 0,0277 𝑃𝑠𝑖𝑎 = 0.8287 𝑖𝑛𝐻𝑔

P air
𝑦 = 3,631 𝑘𝑃𝑎 = 0,0296 𝑃𝑠𝑖𝑎 = 1,9958 𝑖𝑛𝐻𝑔

𝑃 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝑃 𝑎𝑖𝑟 0.8287 + 1,9958


𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 1,9958 𝑖𝑛𝐻𝑔
2 2
Yi’ = (1,9958 * 25,4 mmHg/inHg) / 769,77 mmHg = 0,0631

6. Menghitung kG
𝑘𝐺. 𝑃. 𝐴 1 𝑌𝑖 ′ − 𝑌1 1 − 𝑌2
=− ′
ln [( ′ )+( )]
𝑉 1 − 𝑌𝑖 𝑌𝑖 − 𝑌2 1 − 𝑌1
1 0,0613 − 0,2788 1 − 0,1435
=− ln [( )+( )] = 1,587
1 − 0,0613 0,0613 − 0,1435 1 − 0,2788

12,8683 𝑚𝑙 1𝑔𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘


𝑠 𝑥 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑙
𝑉= = 5,6688 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙/𝑗𝑎𝑚
454𝑔𝑟 18 𝑙𝑏𝑚
𝑥
𝑙𝑏𝑚 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐺. 𝑃. 𝐴 5,6688 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
[ 𝑣 ]𝑣 1,587 𝑥 𝑗𝑎𝑚 5652,64 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐺 = = 2
=
𝑃 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝐴 0,00173 𝑎𝑡𝑚 𝑥 1,8388𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚

7. Menghitung Hg (Kern fig.12 hal 815)


Pada Td2 = 76,40F
λw = 1025 Btu/lb
Tw rata-rata = 81,050F

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 33


“WETTED WALL COLUMN”

29. 𝜆𝑤. 𝑘𝐺(𝐻𝑤 − 𝐻𝑑)


ℎ𝐺 =
(𝑇𝑤 – 𝑇𝑑)
Btu
29 x 1025 x 5652,64 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚 𝑥 (0,1435−0,2788)
lb
= (81,05 °𝐹–78,5°𝐹)
−8916115,79 𝐵𝑡𝑢
= 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚 °𝐹

“PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II “ 34

Anda mungkin juga menyukai