LAPORAN RESMI
GROUP : P
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
GRUP P :
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Dosen Pembimbing
DAFTAR ISI
INTISARI
Dari percobaan ini didapatkan hasil, pada kisaran Qair = 12,868 sampai
25,998 ml/detik, dan Qudara = 5,6701 sampai 8,4563 ml/detik. Dari hasil debit
tersebut didapatkan grafik ∆H vs Q. Pada Qair y = 8.7195x +8.5086 sedangkan
pada Qudara y =7.5724x + 0.8839. Dari hasil percobaan didapatkan harga kG
pada ∆H= 0,5 sebesar 5652,64 sampai dengan 61566,28 lbmol/jam ft2 atm,
harga hG sebesar -8916115.79 Btu/jam ft2 °F atm sampai dengan -1825237.8
Btu/jam ft2 °F atm. Sedangkan, pada ∆H= 1 cm didapatkan harga kG sebesar
5655,46 sampai 3256,07 lbmol/jam ft2 atm dan harga hG sebesar -5821303.55
sampai -3384655.12 Btu/jam ft2 °F atm. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa Semakin besar ∆H maka debit air dan udara semakin besar begitu juga
perpindahan massa dan perpindahan panasnya semakin besar.
BAB I
PENDAHULUAN
aliran air tersebut harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada
setiap dinding pipa gelas (perhatikan tangki penampung air yang paling atasharus
sering diisi dengan air). Jalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa
gelas, bila keadaan sudah mantap, atur laju alir pada suatu harga dan catat harga
ini. Bila keadaan sudah mantap, amati data dibawah ini (laju alir air, laju alir
udara, suhu air masuk dan keluar, suhu ruangan, tekanan barometer). Bila keadaan
memungkinkan, ulangi untuk variable laju alir udara dan air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat aliran laminar dan turbin menyebabkan berbagai nilai untuk koefisien
perpindahan massa. Koefisien transfer massa sangat bergantung pada difusivitas.
Difusi bersama dengan konveksi menjelaskan mekanisme koefisien transfer
massa. Berbagai teori memprediksi ketergantungan yang berbeda pada difusivitas.
Teori film, teori pembaruan permukaan, teori peregangan permukaan, dll.
Memprediksi hubungan langsung antara koefisien perpindahan massa dan
difusivitas, meskipun dalam magnitudo yang berbeda. Kolom yang dibasahi
biasanya digunakan untuk mempelajari koefisien perpindahan massa di daerah
Dalam operasi humidifikasi, terutama yang diterapkan pada sistem air air,
sejumlah definisi yang agak khusus digunakan secara umum. Dasar biasa untuk
perhitungan teknik adalah satuan massa gas bebas uap, dimana uap berarti bentuk
gas dari komponen yang ada hanya dalam bentuk gas. Dalam diskusi ini dasar
satuan massa gas uap bebas digunakan. Dalam fasa gas, uap akan disebut sebagai
komponen A dan gas tetap sebagai komponen B. Karena sifat campuran uap gas
berbeda dengan tekanan total, massa tekanan harus diperbaiki. Kecuali ditentukan
lain, tekanan total 1 atm diasumsikan. Juga, diasumsikan bahwa campuran gas dan
uap mengikuti hukum gas ideal.
(Treybal,1982 )
Humidity (H) didefinisikan sebagai jumlah massa uap yang dibawa oleh
satuan massa gas bebas uap yang dibawa oleh satuan massa gas bebas uap.
𝑀𝐴 𝑃𝐴
𝐻= … … … … … … … … … … … … … . (1)
𝑀𝐵 (1 − 𝑃𝐴 )
Dimana:
𝐻⁄
𝑀𝐴
𝑌𝐴 = … … … … … … … … … … … … . (2)
1⁄ + 𝐻⁄
𝑀𝐵 𝑀𝐴
Dimana:
Biasanya 𝐻⁄𝑀 lebih kecil bila dibandingkan dengan 1⁄𝑀 sehingga sama
𝐴 𝐵
dengan H.
Saturated humidity adalah keadaan gas dimana uap yang dibawa dalam
kesetimbangan dengan liquid pada suatu gas.
𝑀𝐴 𝑃𝐴 ′
𝐻𝑆 = … … … … … … … … … … … … . (3)
𝑀𝐵 (1 − 𝑃𝐴 ′)
Dimana :
Dimana :
Garis miring berlari ke bawah dan ke kanan garis kejenuhan disebut garis
pendinginan adiabatik. Masing-masing digambar untuk nilai konstanta suhu
adiabatik yang diberikan. Untuk nilai T yang diberikan, baik H, dan à, ditetapkan,
dan garis f versus Tcan diplot dengan menetapkan nilai untuk ae dan menghitung
nilai yang sesuai dari T. Kemiringan ini tergantung pada kelembaban. Pada
koordinat rectangula, garis pendingin adiabatik tidak lurus atau paralel. Dalam
koordinat cukup terdistorsi untuk meluruskan adiabatik dan Gambar. 1 membuat
mereka sejajar, sehingga interpolasi di antara mereka adalah mudah. Ujung-ujung
aditif diidentifikasi dengan Garis adiabatik terkait ditunjukkan pada Gambar. 1
untuk volume spesifik udara kering dan lume jenuh. Kedua garis adalah plot
volume versus suhu. Jilid dibaca pada bagian kiri. Koordinat poin pada garis-garis
ini dihitung dengan menggunakan Persamaan. Interpolasi linier antara dua garis,
berdasarkan persentase kelembaban, memberikan volume udara tak jenuh yang
lembab. Juga, hubungan antara panas lembab c, dan kelembapan ditampilkan
sebagai lincir pada Gambar. 1. Skala untuk c, berada di bagian atas grafik.
sumbu, yang jenuh dengan cairan murni dan direndam dalam aliran gas yang
memiliki suhu T dan kelembaban yang pasti. Asumsikan bahwa pada awalnya
suhu cairan adalah tentang gas. Karena gas tidak jenuh, cairan menguap; dan
karena prosesnya adiabatik, hamster laten diberikan pada awalnya dengan
mendinginkan cairan. Ketika suhu cairan menurun di bawah bahwa gas, panas
yang masuk akal ditransfer ke cairan. Akhirnya kondisi stabil dicapai pada suhu
cair seperti itu bahwa panas yang dilepaskan untuk menguapkan cairan dan
memanaskan uap ke suhu gas persis diimbangi oleh panas yang masuk akal dari
gas ke cairan. Suhu stabil ini, dilambangkan dengan T.
Ini disebut suhu bola-basah. Ini adalah fungsi dari T dan R. Untuk
mengukur suhu wet-bulb dengan presisi, diperlukan tiga kewaspadaan: (1) Sumbu
harus benar-benar basah, sehingga tidak ada daerah kering dari sumbu yang
bersentuhan dengan gas: (2) kecepatan gas harus besar cukup (setidaknya 5 m / s)
untuk memastikan bahwa laju aliran panas oleh radiasi dari lingkungan yang lebih
hangat ke bola lampu ncgible dibandingkan dengan laju aliran panas yang masuk
akal oleh konduksi dan konveksi dari gas ke bola lampu; (3) jika cairan rias
disuplai ke bohlam, itu harus pada suhu bola basah.
(McCabe, 1993)
𝑉(𝑦2 − 𝑦1 )
𝐾𝐺 = … … … … … … … … … … . (5)
𝑃𝐴(𝑦1 ′ − 𝑦) 𝑙𝑚
Dimana:
1. Ketingian Tempat
2. Kerapatan Udara
Ini juga berkaitan dengan suhu dimana apabila kerapatan udara pada
daerah tertentu rapat maka kelembabanya tinggi. Sedangkan apabila kerapatan
udara di suatu daerah renggang maka tinggkat kelembabannya juga rendah.
Diketahui pula antara kerapatan,suhu,dan ketinggian tempat juga saling
berkaitan..
3. Tekanan Udara.
5. Angin
Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air
laut menguap ke udara. Besarnya tingkat kelembaban ini dapat berubah menjadi
air dan terjadi pembentukan awal.
6. Suhu
(Suharno, 2015)
2. Koefisien sekat cairan didih di dalam cairan pada alat pengubah panas.
(hendris.2010)
Faktor yang mempengaruhi koefisien transfer panas antara lain yaitu luas
permukaan transfer panas steam pada tube, konduktivitas termal bahan tube, dan
luas permukaan transfer panas tube terhadap air pendingin
\Q= U.A.Δt
Ket:
Δt0− Δt 1
ΔtLMTD = Δt 0
ln( )
Δt 1
(susanti.2017)
1. Air
Sifat Fisika:
a. Wujud : Cair
b. Warna : Tak berwarna
c. Titik lebur : 0OC
d. Titik didih : 100OC
Sifat Kimia:
II.3 Hipotesa
Pada percobaan wetted wall column, diperkirakan laju alir fluida (air dan
udara) mempengaruhi perpindahan panas dan massanya. Laju alir sangat
mempengaruhi koefisien perpindahan panas dan massa, dimana akan berbanding
lurus jika laju alirnya di percepat maka perpindahan panas dan perpindahan
massa juga cepat.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Air
Stopwatch Penggaris
III.4 RangkaianAlat
B
TW2
Td2
V1 V3
A V2
A
G
F V5
V4
TW1
Td1
V6 E
H D
E C
H
= Aliran air
---------- =Aliran gas
Keterangan gambar :
A = kolom WWC
B = Tangki overflow
C = Tangki feed
D = Pompa
E = Tangki ekspansi udara
F = Manometer
G = Manometer
H = Kompresor
V = Valve
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
∆h
t Q
udara v (cm3) v rata-rata (cm3)
(detik) (cm3/det)
(cm)
0.5 5 34 29 31 31.33 6.27
1 5 41 32 35 36.00 7.20
1.5 5 48 45 47 46.67 9.33
1.75 5 85 76 70 77.00 15.40
2 5 95 85 80 86.67 17.33
20.00
18.00
y = 7.5724x + 0.8839
16.00
R² = 0.8395
Q udara (cm3/det)
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
∆h (cm)
∆h air t Vrata-rata Q
(cm) (detik) V1 (ml) V2 (ml) V3 (ml) (ml) (ml/s)
0.5 5 68 60 65 64.33 12.87
1 5 86 85 90 87.00 17.40
1.5 5 110 108 102 106.67 21.33
1.75 5 118 121 115 118.00 23.60
2 5 138 127 128 131.00 26.20
30.00
y = 8.7195x + 8.5086
25.00 R² = 0.9983
Q air (cm3/det)
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
∆h (cm)
3. Suhu Air dan Suhu Udara yang Masuk dan Keluar untuk ΔH Udara 0,5
cm
4. Suhu Air dan Suhu Udara yang Masuk dan Keluar untuk ΔH Udara 1 cm
ΔH Tw1 (˚C) suhu Tw2 (˚C) suhu
ΔH rata-
air keluar rata-rata masuk
udara(cm) rata
(cm) 1 2 3 1 2 3
0.5 1 27 27 27 27 29 29 29 29
1 1 27.5 28 28 27.83 28 28 28 28
1.5 1 28 28 28 28 28 28 28 28
1.75 1 28 28 28 28 28 28 28 28
2 1 29 28 28 28.33 29 29 28 28.66
IV.1.3 Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi dengan suhu
Tabel 5. Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi pada beda tekanan
0,5 cm
ΔH
ΔH air
udara
(cm)
(cm) Tw1(˚F) Tw2(˚F) Td1(˚F) Td2(˚F)
0.5 0.5 81.5 80.6 79.1 76.4
1 0.5 81.5 80.9 78.8 75.2
1.5 0.5 82.4 80.6 82.4 75.2
1.75 0.5 82.4 81.8 83 75.2
2 0.5 83.3 82.4 83.6 75.2
Tabel 6. Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi pada beda tekanan
1 cm
ΔH air ΔH udara
(cm) (cm) Tw1(˚F) Tw2(˚F) Td1(˚F) Td2(˚F)
0.5 1 80.6 84.2 80.6 76.4
1 1 82.1 82.4 81.5 75.2
1.5 1 82.4 82.4 83.6 75.2
1.75 1 82.4 82.4 82.4 75.2
2 1 83 83.6 83 75.2
kG(Lbmol/jam ft2
Q air (ml/s) Q udara (ml/s) hG (Btu/jam ft2 °F atm)
atm)
12.868 4.6701 5652.64 -8916115.79
17.228 4.6701 3843.82 -5422149.24
21.588 4.6701 3339.41 -5252085.5
23.768 4.6701 3306.08 -4378178.65
25.948 4.6701 1566.23 -1825237.8
kG(Lbmol/jam ft2
Q air (ml/s) Q udara (ml/s) hG (Btu/jam ft2 °F atm)
atm)
12.868 8.4563 5655.46 -5821303.55
17.228 8.4563 3986.59 -4103496.9
21.588 8.4563 3503.33 -5098358.94
23.768 8.4563 3306.08 -4009411.16
25.948 8.4563 3256.07 -3384655.12
kG vs Q air
6000
kG (Lbmol/jam ft2 atm)
5000
4000 y = -261.68x + 8848.5
3000 R² = 0.8834
2000
1000
0
14 16 18 20 22 24 26 28
Q air (ml/s)
hG vs Q
0
14 16 18 20 22 24 26 28
hG (Btu/jam ft2 °F atm) -2000000 y = 454837x - 1E+07
R² = 0.8801
-4000000
-6000000
-8000000
-10000000
Q air (ml/s)
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju alir
air pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya semakin
berkurang. Karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka
perbedaan suhunya akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air dan suhu udara
lama-kelamaan akan mendekati sama dan kemudian tidak terjadi perpindahan
panas blagi karena tidak ada perbedaan suhu.
Untuk ∆h = 1 cm
kG vs Q
6000
kG(Lbmol/jam ft2 atm)
5000
4000
3000
2000 y = -177.01x + 7531.2
R² = 0.8625
1000
0
14 16 18 20 22 24 26 28
Q air (ml/s)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran air
pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan massanya terlihat
fluktuatif. . Hal ini sesuai dengan literatur dikarenakan, semakin banyak air yang
dikontakkan, maka nilai kG akan semakin kecil. Karena, Hubungan antara laju
aliran air dengan koefisien perpindahan massa adalah berbanding terbalik.
hG vs Q
0
14 19 24 29
-1000000
hG (Btu/jam ft2 °F atm)
-2000000
y = 143609x - 7E+06
-3000000 R² = 0.6073
-4000000
-5000000
-6000000
-7000000
Q air (ml/s)
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju alir
air pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya fluktuatif. Hal
ini tidak sesuai dengan literatur, karena semakin lama waktu pengontakan air
dan udara maka perbedaan suhunya akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air
dan suhu udara lama-kelamaan akan mendekati sama dan kemudian tidak terjadi
perpindahan panas lagi karena tidak ada perbedaan suhu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Pada kalibrasi udara dan air semakin besar beda ketinggian manometer maka
semakin besar pula debit nya.
2. Semakin besar debit maka semakin kecil koefisien perpindahan massanya
karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka akan mendekati
titik jenuh.
3. Semakin besar nilai Q maka semakin kecil koefisien peprindahan panas (hG)
karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka perbedaan
suhunya semakin kecil.
V.2 Saran
1. Lakukan pengamatan dan perhitungan dengan teliti agar diperoleh hasil yang
akurat.
2. Sebaiknya praktikan melakukan kalibrasi agar bisa menjadi tolak ukur
nantinya dengan data praktikum.
3. Pastikan air dalam galon terisi agar galon tidak pecah dikarenakan tekanan
dari kompresor.
DAFTAR PUSTAKA
pukul 21.00WIB
nomer 6, halaman 24
Mc.Cabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering 5th Edition”., United States of America : McGraw Hill Book.
Perry, R.H., and Green, D.W., 1997, “Perry’s Chemical Engineers Hand Book 3th
Edition. America : Mc. Graw Hill Co.
Treybal, Robert.E., 1982, “Mass-Transfer Operation”. Inggris : Mc. Graw Hill Co.
APPENDIX
1. Laju Alir
a. Untuk air
ΔH = x = 0,5 cm
Y = 8.7195x +8.5086
y = Q = 8.7195(0.5) +8.5086
Q = 12,8683 ml/sec
b. Untuk udara
Δh = x = 0,5 cm
y = Q = y = 7.5724x + 0.8839
Q = y = 7.5724 (0,5) + 0.8839
Q = 4.6701 ml/sec
2. Mengkonversi satuan
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 = 13600 𝑘𝑔/𝑐𝑚3
Pada ΔH air = 0,5 cm = 0,005 m
13600𝑘𝑔 9,8𝑚
𝑥 2 𝑥0,005𝑚 7345,67𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑃 𝑎𝑖𝑟 = 𝜌 𝑔 𝛥𝐻 = 𝑚3 𝑠 = = 9,66536 𝑎𝑡𝑚
133,322365 760
P udara = P air +760 = 9,66536 mmHg +760 = 762,999 mmHg / 760 = 1260.18
atm
M air = 18 lbm/lbmol
M udara = 29 lbm/lbmol
Panjang kolom = 100 cm * 0,394 = 39,4 ft
Diameter kolom = 5,3 cm * 0,394 = 2,0882 ft
𝐷 2,0882
𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = = = 1,0441 𝑓𝑡
2 2
𝐴 = 2𝜋𝑟𝛥𝐻 = 1.8388 𝑓𝑡 2
3. Menghitung Humidity
Pada ΔH udara= 0,5 cm
H (kolom atas) = 0,24 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,27 lb air/lb udara
4. Menghitung fraksi mol udara dan air
Pada ΔH udara= 0,5 cm
H (kolom atas) = 0,24 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,27 lb air/lb udara
M udara = 29 lbm/lbmol
M air = 18 lbm/lbmol
𝐻 0,24
𝑌1 = 𝑀𝑎 = 18 = 0,2788
1 𝐻 1 0,24
𝑀𝑢 + 𝑀𝑎 29 + 18
𝐻 0,27
𝑌2 = 𝑀𝑢 = 29 = 0,1435
1 𝐻 1 0,27
+ +
𝑀𝑎 𝑀𝑢 18 29
5. Menghitung fraksi mol interface (Tabel F.3 J.M Smith Edisi 5 hal 706)
Pada Td2 = 230C dan Tw2 = 270C
P udara
𝑦 = 2.808 𝑘𝑃𝑎 = 0,0277 𝑃𝑠𝑖𝑎 = 0.8287 𝑖𝑛𝐻𝑔
P air
𝑦 = 3,631 𝑘𝑃𝑎 = 0,0296 𝑃𝑠𝑖𝑎 = 1,9958 𝑖𝑛𝐻𝑔
6. Menghitung kG
𝑘𝐺. 𝑃. 𝐴 1 𝑌𝑖 ′ − 𝑌1 1 − 𝑌2
=− ′
ln [( ′ )+( )]
𝑉 1 − 𝑌𝑖 𝑌𝑖 − 𝑌2 1 − 𝑌1
1 0,0613 − 0,2788 1 − 0,1435
=− ln [( )+( )] = 1,587
1 − 0,0613 0,0613 − 0,1435 1 − 0,2788