Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATKUL TEKNOLOGI PASCA PANEN

oleh : Zulvia Faridatul Munawwarah

362015712270

1. What are Good Agricultural Practice (GAP) ?


Berdasarkan informasi dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Kementerian Pertanian RI diketahui bahwa GAP adalah sebuah teknis penerapan
sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju ramah
lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produk panen aman dikonsumsi,
kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usahatani memberikan keuntungan ekonomi
bagi petani.
GAP telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2003 dimulai dari GAP
komoditas sayuran yang secara berangsur mewajibkan semua produk bahan pangan
untuk perdagangkan global memiliki sertifikat GAP. ASEAN-GAP sendiri
menekankan terhadap empat komponen yaitu (1) keamanan konsumsi pangan; (2)
pengelolaan lingkungan dengan benar; (3) keamanan, kesehatan dan kesejahteraan
pekerja lapang; (4) jaminan kualitas produk dan traceability produk, bila diperlukan
(PSE, Kementan. 2015.)
Menurut Kementerian Pertanian ( 2012 ), Good Agricultural Practices (GAP),
mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan dan
peningkatan kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), dan prinsip traceability (dapat ditelusuri asal-usulnya dari pasar
sampai kebun). Di bidang pertanian praktek GAP lebih diarahkan pada budidaya
tanaman hortikultura baik tanaman buah-buahan, sayuran maupun tanaman
biofarmaka. Kita ketahui ketiga komoditas inilah yang menjadi andalan Indonesia
untuk ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara.

2. What is the importent from Good Agricultural Practice (GAP)


- Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman biofarmaka;
- Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi tanaman biofarmaka;
- Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing;
- Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam;
- Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi
yang berkelanjutan;
- Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan;
- Meningkatkan peluang dan daya saing penerimaan oleh pasar internasional
maupun domistik;
- Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen.
3. What is the benefit from Good Agricultural Practice (GAP) ?
Pengurangan kemiskinan, peningkatan daya saing dan pelestarian dan
pemanfaatan lingkungan hidup dan sumberdaya alam berkelanjutan. Peningkatan
daya saing, produktivitas, nilai tambah dan kemandirian dilakukan antara lain dengan
praktek usaha pertanian yang baik (Good Agricultural Practices = GAP).
Menghadapi tuntutan konsumen pasar global tersebut, petani dan pelaku
usaha agribisnis tanaman obat sudah saatnya terus memperbaiki cara budidaya
melalui penerapan teknologi maju dan cara budidaya yang benar. Oleh kerena itu
penerapan Good Agriculture Practices (GAP) sebagai acuan dalam mengelola usaha
budidaya pada tanaman obat rimpang diarahkan dalam rangka tercapainya usaha
produksi yang efisien dan berdaya saing, dihasilkannya produk bermutu yang aman
dikonsumsi dan diproduksi atas dasar keberlanjutan serta kelestarian sumberdaya
alam pertanian.

4. How should GAP implemented ?


Tahapan kegiatan pelaksanaan penerapan GAP/SOP adalah sebagai berikut :
a. sosialisasi GAP
b. penyusunan dan perbanyakan SOP budidaya
c. penerapan GAP/SOP budidaya
d. identifikasi kebun/lahan usaha
e. penilaian kebun/lahan usaha
f. kebun/lahan usaha tercatat/teregister,
g. penghargaan kebun/lahan usaha GAP kategori Prima-3, Prima-2 dan Prima-1,
h. labelisasi produk prima.
Untuk mempercepat penerapan GAP/SOP dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Mendorong terwujudnya Supply Chain Management (SCM),
2) Merubah paradigma pola produksi menjadi market driven
3) Mendorong peran supermarket, retailer, supplier, dan eksportir untuk
mempersyaratkan mutu dan jaminan keamanan pangan pada produk
4) Penyediaan tenaga pendamping penerapan GAP
5) Melakukan sinkronisasi dengan program instansi terkait lainnya
6) Perumusan program bersama instansi terkait lainnya dan melakukan promosi,
7) Target kuantitatif pencapaian kebun GAP tercantum dalam Renstra
Departemen Pertanian
8) Membentuk dan memberdayakan lembaga sertifikasi untuk melakukan
sertifikasi kebun dan produk Prima dan
9) Mendorong sosialisasi mekanisme sistem sertifikasi dan perangkatnya.
Penyebab belum diterapkannya GAP berbagai negara adalah mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk menerapkannya.
5. How does the buyer know that your product was processed with GAP ?
Jika produk tidak memenuhi standar maka dapat dilakukan dengan cara
Kontrol kualitas yang dilakukan dengan mengecek proses produksi. Setiap
penyimpanan kualitas & produktifitas dapat diketahui dari penyimpangan proses.

6. What the releated between GAP and quality of simplisia ?


Untuk mempertahankan mutu kualitas bahan baku obat tradisional tidaklah
mudah. Simplisia harus memenuhi persaratan mutu agar dapat menimbulkan efek
dan aman. Untuk mempertahankan mutu kualitas bahan baku obat tradisional
tidaklah mudah. Simplisia harus memenuhi persaratan mutu agar dapat
menimbulkan efek dan aman. salah satunya yang mempengaruhi kualiatas simplisia
adalah Cara budidaya tanaman yang tepat, dapat meningkatkan produksi tanaman
herbal. Penerapan GAP (Good Agricultural Practices) sebagai usaha memenuhi
jawaban atas kepentingan standarisasi, legalitas dan jaminan kontinuitas suplai
industri jamu. Good agricultural practice (GAP) merupakan metode spesifik yang
dapat diterapkan dalam agrikultur guna menghasilkan makanan untuk konsumen
atau diproses lebih lanjut yang aman dan sehat. GAP penting diterapkan dalam
kemitraan karena dapat menjadi standarisasi bahan jamu dari awal pengusahaan
untuk mendapatkan mutu bahan yang berkualitas (memenuhi standar).
Pendokumentasian kegiatan usaha (khususnya sumber asal usul bahan jamu) dapat
menjadi bukti kepada konsumen akan bahan baku. Perbedaan mendasar dalam
teknik budidaya dengan menerapkan GAP terletak pada tujuan proses budidaya yang
tidak hanya berorientasi pada hasil namun juga tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan dengan tetap mengupayakan lahan produksi yang subur.

7. Explain the examples of Good Agricultural Practice (GAP) to increase the


quality of simplisia ?
AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL
PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL –JURNAL Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman
Obat dan Penerapan Good … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ,
8 November 2017. Hal : 22 – 29
Dalam melakukan budidaya tanaman obat antara lain penentuan dan pemilihan
lahan yang sesuai, pemilihan benih yang benar dan bermutu, cara Pengolahan lahan,
penggunaan pupuk, cara perawatan, pengendalian hama dan penyakit, cara dan saat
panen, dan pasca panen.
 Penentuan dan Pemilihan Lahan yang Sesuai
Lahan yang digunakan disesuaikan dengan komuditas yang ditanam. Lahan
disesuaikan mirip dengan habitat aslinya, jika melakukan introduksi harus disesuaikan
dengan jenis tanah dan agroklimat habitat aslinya. Tanaman yang dibudidayakan tidak
berbenturan dengan kepentingan usaha lain. Tanaman diusahakan pada lahan lestari
(berkesinambungan)
 Pemilihan Benih yang Benar dan Bermutu
Benih yang benar adalah benih yang sesuai harapan pengguna. Ada
pemahaman yang sama sebelum penanaman antara produsen (petani) dengan
pengguna (PT. Sido Muncul). Sumber benih dapat menjadi kendala, sehingga perlu
rekomendasi dari lembaga penelitian (BALITTRO, B2P2TO-OT, Perguruan Tinggi,
dan lain-lain) maupun pengambilan dari sentra kawasan. Menghindari penggunaan
benih yang tercemar, utamanya dari bakteri patogen dan penyakit.
 Cara Pengolahan Lahan
Lahan diolah disesuaikan dengan pola tanam yang diterapkan (monokultur,
tumpang sari, atau tumpang gilir). Selain itu jenis tanaman yang ditanam perlu
disesuaikan dengan kriteria lahan.
 Penggunaan Pupuk
Penggunaan pupuk berorientasi pada pertanian organik. Pupuk yang
direkomendasikan adalah kompos, pupuk kandang, atau bokashi. Pupuk organik yang
digunakan merupakan hasil produk industri (telah teruji). Penggunaan PPC dan ZPT
perlu disesuaikan dengan dosis dan pemberian pada saat yang tepat
 Cara Perawatan
Perawatan meliputi tanaman selama budidaya berupa penyiangan gulma,
pengairan atau penyiraman, pembubunan dan pemangkasan. Selain itu perlu
dilakukan penyesuaian karakteristik masing-masing komoditas.
 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit mengutamakan pencegahan. Pengendalian
dini dan proteksi tanaman dari hama dan penyakit lebih baik diaplikasikan.
Penggunaan pestisida lebih baik yang organik. Aplikasi dan tindakan yang tepat dan
cepat lebih bermanfaat.
 Cara dan Saat Panen
Setiap jenis tanaman berbeda memiliki cara dan waktu panen yang berbeda.
Oleh karena itu perlu memahami saat panen yang tepat. Saat panen yang tepat
berdasarkan dari umur dan ciri spisifik (indikator: besar kecil, tua muda, tekstur,
warna, aroma dan rasa). Cara panen sesuai bagian tanaman yang mau diambil guna
menghindari cemaran atau kotoran yang terikut.
 Pasca Panen
Kegiatan pasca panen menjadi perhatian penting untuk menentukan mutu
akhir produk on farm. Perhatian mulai dari pemanenan di lahan hingga perlakuan di
gudang atau prosessing. Kegiatan pasca panen berupa sortasi basah, pencucian,
perajangan (kel. rimpang), pengeringan, sortasi kering serta pengemasan dan
penggudangan
 Contoh penerapan GAP pada tanaman Tanaman sereh
Tanaman sereh merupakan tanaman herbal yang relatif umum dijumpai
ditanam di pekarangan rumah atau kebun-kebun penduduk di Bali. Tanaman ini
banyak digunakan dalam Bali kuliner Bali maupun masakan Indonesia juga.
Demikian pula umum ditemukan sebagai salah satu bahan pada makanan dan
minuman di Asia. Dalam industri spa dan aroma terapi, minyak tanaman sereh telah
banyak digunakan sebagai minyak pijat. Terutama di Bali, minyak aromatik yang
dihasilkan dari tanaman sereh digunakan untuk dupa atau lilin aromatik. Selain
penggunaan tersebut, beberapa penelitian terhadap manfaat minyak sereh juga
menunjukkan bahwa adanya manfaat sebagai pestisida dan pengawet. Aplikasi
ekstrak sereh menurut beberapa penelitian yang dapat bekerja sebagai pembasmi ulat.
Tanaman sereh belum banyak dibudidayakan secara luas dalam konteks
tanaman komersial. Di Bali, sebagian besar tumbuh di daerah dengan sumber air
terbatas atau di lahan-lahan dengan kontur yang ekstrim. Selain itu, petani Bali
umumnya hanya menanam tanaman sereh untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Sementara potensi manfaat yang dihasilkan tanaman ini cukup banyak, baik untuk
konsumsi, farmakologi, pestisida, maupun aroma. Sehingga budidaya tanaman sereh
merupakan potensi ekonomi bagi petani. Posisi unik dari Bali sebagai salah satu
tujuan pariwisata dunia memberi Bali kesempatan yang baik untuk memasarkan
manfaat alami dari sereh.
Teknik Budidaya yang baik (Good Agricultural Practice = GAP) merupakan
suatu upaya yang dilakukan banyak negara untuk meningkatkan produksi,
produktifitas, dan mutu produk yang aman dikonsumsi. Perbedaan mendasar dalam
teknik budidaya dengan menerapkan GAP terletak pada tujuan proses budidaya yang
tidak hanya berorientasi pada hasil namun juga tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan dengan tetap mengupayakan lahan produksi yang subur. Pencapaian hasil
produksi yang tinggi dicapai melalui efisiensi produksi dan kemampuan melihat celah
pasar potensial produk pertanian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai