Berdasarkan informasi dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian RI diketahui bahwa GAP adalah sebuah teknis penerapan sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produk panen aman dikonsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usahatani memberikan keuntungan ekonomi bagi petani. GAP telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2003 dimulai dari GAP komoditas sayuran yang secara berangsur mewajibkan semua produk bahan pangan untuk perdagangkan global memiliki sertifikat GAP. ASEAN-GAP sendiri menekankan terhadap empat komponen yaitu (1) keamanan konsumsi pangan; (2) pengelolaan lingkungan dengan benar; (3) keamanan, kesehatan dan kesejahteraan pekerja lapang; (4) jaminan kualitas produk dan traceability produk, bila diperlukan (PSE, Kementan. 2015.) Menurut Kementerian Pertanian ( 2012 ), Good Agricultural Practices (GAP), mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan prinsip traceability (dapat ditelusuri asal-usulnya dari pasar sampai kebun). Di bidang pertanian praktek GAP lebih diarahkan pada budidaya tanaman hortikultura baik tanaman buah-buahan, sayuran maupun tanaman biofarmaka. Kita ketahui ketiga komoditas inilah yang menjadi andalan Indonesia untuk ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara.
2. What is the importent from Good Agricultural Practice (GAP)
- Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman biofarmaka; - Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi tanaman biofarmaka; - Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing; - Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam; - Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan; - Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan; - Meningkatkan peluang dan daya saing penerimaan oleh pasar internasional maupun domistik; - Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. 3. What is the benefit from Good Agricultural Practice (GAP) ? Pengurangan kemiskinan, peningkatan daya saing dan pelestarian dan pemanfaatan lingkungan hidup dan sumberdaya alam berkelanjutan. Peningkatan daya saing, produktivitas, nilai tambah dan kemandirian dilakukan antara lain dengan praktek usaha pertanian yang baik (Good Agricultural Practices = GAP). Menghadapi tuntutan konsumen pasar global tersebut, petani dan pelaku usaha agribisnis tanaman obat sudah saatnya terus memperbaiki cara budidaya melalui penerapan teknologi maju dan cara budidaya yang benar. Oleh kerena itu penerapan Good Agriculture Practices (GAP) sebagai acuan dalam mengelola usaha budidaya pada tanaman obat rimpang diarahkan dalam rangka tercapainya usaha produksi yang efisien dan berdaya saing, dihasilkannya produk bermutu yang aman dikonsumsi dan diproduksi atas dasar keberlanjutan serta kelestarian sumberdaya alam pertanian.
4. How should GAP implemented ?
Tahapan kegiatan pelaksanaan penerapan GAP/SOP adalah sebagai berikut : a. sosialisasi GAP b. penyusunan dan perbanyakan SOP budidaya c. penerapan GAP/SOP budidaya d. identifikasi kebun/lahan usaha e. penilaian kebun/lahan usaha f. kebun/lahan usaha tercatat/teregister, g. penghargaan kebun/lahan usaha GAP kategori Prima-3, Prima-2 dan Prima-1, h. labelisasi produk prima. Untuk mempercepat penerapan GAP/SOP dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Mendorong terwujudnya Supply Chain Management (SCM), 2) Merubah paradigma pola produksi menjadi market driven 3) Mendorong peran supermarket, retailer, supplier, dan eksportir untuk mempersyaratkan mutu dan jaminan keamanan pangan pada produk 4) Penyediaan tenaga pendamping penerapan GAP 5) Melakukan sinkronisasi dengan program instansi terkait lainnya 6) Perumusan program bersama instansi terkait lainnya dan melakukan promosi, 7) Target kuantitatif pencapaian kebun GAP tercantum dalam Renstra Departemen Pertanian 8) Membentuk dan memberdayakan lembaga sertifikasi untuk melakukan sertifikasi kebun dan produk Prima dan 9) Mendorong sosialisasi mekanisme sistem sertifikasi dan perangkatnya. Penyebab belum diterapkannya GAP berbagai negara adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menerapkannya. 5. How does the buyer know that your product was processed with GAP ? Jika produk tidak memenuhi standar maka dapat dilakukan dengan cara Kontrol kualitas yang dilakukan dengan mengecek proses produksi. Setiap penyimpanan kualitas & produktifitas dapat diketahui dari penyimpangan proses.
6. What the releated between GAP and quality of simplisia ?
Untuk mempertahankan mutu kualitas bahan baku obat tradisional tidaklah mudah. Simplisia harus memenuhi persaratan mutu agar dapat menimbulkan efek dan aman. Untuk mempertahankan mutu kualitas bahan baku obat tradisional tidaklah mudah. Simplisia harus memenuhi persaratan mutu agar dapat menimbulkan efek dan aman. salah satunya yang mempengaruhi kualiatas simplisia adalah Cara budidaya tanaman yang tepat, dapat meningkatkan produksi tanaman herbal. Penerapan GAP (Good Agricultural Practices) sebagai usaha memenuhi jawaban atas kepentingan standarisasi, legalitas dan jaminan kontinuitas suplai industri jamu. Good agricultural practice (GAP) merupakan metode spesifik yang dapat diterapkan dalam agrikultur guna menghasilkan makanan untuk konsumen atau diproses lebih lanjut yang aman dan sehat. GAP penting diterapkan dalam kemitraan karena dapat menjadi standarisasi bahan jamu dari awal pengusahaan untuk mendapatkan mutu bahan yang berkualitas (memenuhi standar). Pendokumentasian kegiatan usaha (khususnya sumber asal usul bahan jamu) dapat menjadi bukti kepada konsumen akan bahan baku. Perbedaan mendasar dalam teknik budidaya dengan menerapkan GAP terletak pada tujuan proses budidaya yang tidak hanya berorientasi pada hasil namun juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dengan tetap mengupayakan lahan produksi yang subur.
7. Explain the examples of Good Agricultural Practice (GAP) to increase the
quality of simplisia ? AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL –JURNAL Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29 Dalam melakukan budidaya tanaman obat antara lain penentuan dan pemilihan lahan yang sesuai, pemilihan benih yang benar dan bermutu, cara Pengolahan lahan, penggunaan pupuk, cara perawatan, pengendalian hama dan penyakit, cara dan saat panen, dan pasca panen. Penentuan dan Pemilihan Lahan yang Sesuai Lahan yang digunakan disesuaikan dengan komuditas yang ditanam. Lahan disesuaikan mirip dengan habitat aslinya, jika melakukan introduksi harus disesuaikan dengan jenis tanah dan agroklimat habitat aslinya. Tanaman yang dibudidayakan tidak berbenturan dengan kepentingan usaha lain. Tanaman diusahakan pada lahan lestari (berkesinambungan) Pemilihan Benih yang Benar dan Bermutu Benih yang benar adalah benih yang sesuai harapan pengguna. Ada pemahaman yang sama sebelum penanaman antara produsen (petani) dengan pengguna (PT. Sido Muncul). Sumber benih dapat menjadi kendala, sehingga perlu rekomendasi dari lembaga penelitian (BALITTRO, B2P2TO-OT, Perguruan Tinggi, dan lain-lain) maupun pengambilan dari sentra kawasan. Menghindari penggunaan benih yang tercemar, utamanya dari bakteri patogen dan penyakit. Cara Pengolahan Lahan Lahan diolah disesuaikan dengan pola tanam yang diterapkan (monokultur, tumpang sari, atau tumpang gilir). Selain itu jenis tanaman yang ditanam perlu disesuaikan dengan kriteria lahan. Penggunaan Pupuk Penggunaan pupuk berorientasi pada pertanian organik. Pupuk yang direkomendasikan adalah kompos, pupuk kandang, atau bokashi. Pupuk organik yang digunakan merupakan hasil produk industri (telah teruji). Penggunaan PPC dan ZPT perlu disesuaikan dengan dosis dan pemberian pada saat yang tepat Cara Perawatan Perawatan meliputi tanaman selama budidaya berupa penyiangan gulma, pengairan atau penyiraman, pembubunan dan pemangkasan. Selain itu perlu dilakukan penyesuaian karakteristik masing-masing komoditas. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit mengutamakan pencegahan. Pengendalian dini dan proteksi tanaman dari hama dan penyakit lebih baik diaplikasikan. Penggunaan pestisida lebih baik yang organik. Aplikasi dan tindakan yang tepat dan cepat lebih bermanfaat. Cara dan Saat Panen Setiap jenis tanaman berbeda memiliki cara dan waktu panen yang berbeda. Oleh karena itu perlu memahami saat panen yang tepat. Saat panen yang tepat berdasarkan dari umur dan ciri spisifik (indikator: besar kecil, tua muda, tekstur, warna, aroma dan rasa). Cara panen sesuai bagian tanaman yang mau diambil guna menghindari cemaran atau kotoran yang terikut. Pasca Panen Kegiatan pasca panen menjadi perhatian penting untuk menentukan mutu akhir produk on farm. Perhatian mulai dari pemanenan di lahan hingga perlakuan di gudang atau prosessing. Kegiatan pasca panen berupa sortasi basah, pencucian, perajangan (kel. rimpang), pengeringan, sortasi kering serta pengemasan dan penggudangan Contoh penerapan GAP pada tanaman Tanaman sereh Tanaman sereh merupakan tanaman herbal yang relatif umum dijumpai ditanam di pekarangan rumah atau kebun-kebun penduduk di Bali. Tanaman ini banyak digunakan dalam Bali kuliner Bali maupun masakan Indonesia juga. Demikian pula umum ditemukan sebagai salah satu bahan pada makanan dan minuman di Asia. Dalam industri spa dan aroma terapi, minyak tanaman sereh telah banyak digunakan sebagai minyak pijat. Terutama di Bali, minyak aromatik yang dihasilkan dari tanaman sereh digunakan untuk dupa atau lilin aromatik. Selain penggunaan tersebut, beberapa penelitian terhadap manfaat minyak sereh juga menunjukkan bahwa adanya manfaat sebagai pestisida dan pengawet. Aplikasi ekstrak sereh menurut beberapa penelitian yang dapat bekerja sebagai pembasmi ulat. Tanaman sereh belum banyak dibudidayakan secara luas dalam konteks tanaman komersial. Di Bali, sebagian besar tumbuh di daerah dengan sumber air terbatas atau di lahan-lahan dengan kontur yang ekstrim. Selain itu, petani Bali umumnya hanya menanam tanaman sereh untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Sementara potensi manfaat yang dihasilkan tanaman ini cukup banyak, baik untuk konsumsi, farmakologi, pestisida, maupun aroma. Sehingga budidaya tanaman sereh merupakan potensi ekonomi bagi petani. Posisi unik dari Bali sebagai salah satu tujuan pariwisata dunia memberi Bali kesempatan yang baik untuk memasarkan manfaat alami dari sereh. Teknik Budidaya yang baik (Good Agricultural Practice = GAP) merupakan suatu upaya yang dilakukan banyak negara untuk meningkatkan produksi, produktifitas, dan mutu produk yang aman dikonsumsi. Perbedaan mendasar dalam teknik budidaya dengan menerapkan GAP terletak pada tujuan proses budidaya yang tidak hanya berorientasi pada hasil namun juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dengan tetap mengupayakan lahan produksi yang subur. Pencapaian hasil produksi yang tinggi dicapai melalui efisiensi produksi dan kemampuan melihat celah pasar potensial produk pertanian tersebut.