Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang
dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di
pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generic maupun yang
paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena disamping mudah
penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum
serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama
anak-anak dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya.
Salah satunya yaitu sirup auranti atau sirup jeruk manis.

Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sukrosa.


Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih
dari 66%. Secara umum, sirup dibagi menjadi 2 macam yaitu Non Medicated
Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup, cocoa syrup, orange syrup)
dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat, sirup
isoniazid).Non Medicated Syrup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung
bahan obat, melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna
sedangkan Sirup Obat mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keragaman tanaman


yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Pengetahuan tentang tanaman obat
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman secara turun temurun,
sehingga tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri khas
pengobatan tradisional Indonesia (Wijayakusuma, 2008). Salah satu tumbuhan
yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah Sidaguri (Sida rhombifolia
L.). Setelah memformulasikan sediaan sirup ekstrak daun sidaguri, sediaan harus
dilakukan evaluasi sediaan mutu sirup meliputi : uji organoleptis, uji homogenitas,
uji pH dan uji waktu tuang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari Sirup ?
1.2.2 Apa saja komponen sirup ?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis sirup ?
1.2.4 Apa keuntungan dan kerugian sirup?
1.2.5 Bagaimana evaluasi sediaan mutu sirup ?
1.2.6 Bagaimana contoh preformulasi dari Sirup ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui tentang definisi sirup


1.3.2 Untuk mengetahui tentang komponen dari sirup
1.3.3 Untuk mengetahui tentang keuntungan dan kerugian sirup
1.3.4 Untuk mengetahui preformulasi pembuatan sediaan sirup
1.3.5 Untuk mengetahui evaluasi sediaan mutu sirup
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sirup

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa.


Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0%
dan tidak lebih dari 66,0% (FI III).Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat
(Ansel, 1989). Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain
(Syamsuni, 2007).Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam,
yang minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984).

Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat
ditambahkan Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit
dengan maksud untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi
pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali
dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi
jamur, ragi, dan bakteri (Anief,1994).

2.2 Komponen Sirup

1. Zat aktif
Zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup.
2. Pelarut
Pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut
sebagai zat pebawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol,
propilenglikol,etanol,eter, dll.
3. Pemanis
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis
ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada sirup. Karena sirup
identik dengan rasa manis. Contoh dari pemanis adalah sukrosa.
4. Zat penstabil
Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil
contoh dari zat penstabil adalah antioksidan, pendapar, pengkompleks, dll.
5. Pengawet
Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama
dan bisa di pakai berulang- ulang. Penambahan pengawet biasanya pada
sediaan dengan dosis berulang. Pengawet yang dapat digunakan pada
sediaan sirup antara lain adalah sodium benzoat, metil paraben dan propil
paraben.
6. Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut
corigen coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan
pewarna biasanya agar sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna
pucat. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam
kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan
cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Contoh pewarna yang dapat
digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah sunset yellow dan
tartrazine yang akan memberikan warna kuning. Warna sirup harus
menyesuaikan dengan perasa yang ditambahkan.
7. Perasa
Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan
sirup yang akan di berikan pada pasien kurang enak atau terlalu pahit.
Perasa dan pewarna harus sesuai.

2.3 Jenis-Jenis Sirup


Ada 3 macam sirup, yaitu (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta):
1. Sirup simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25%
b/v.
2. Sirupobat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat
pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini
adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak.

2.4 Keuntungan dan Kerugian Sirup


Keuntungan dari bentuk sediaan sirup adalah (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep
jilid II,Jakarta) :
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson,
anak - anak).
2. Obat terlarut lebih mudah diabsorpsi
3. Pendosisan fleksibel
4. Varian rasa obat banyak
Kerugian dari bentuk sediaan sirup adalah (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep
jilid II, Jakarta) :
1. Tidak cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan
2. Formulasi sulit untuk bahan berkelarutan rendah
3. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat
suspense atau eliksir).
2.5 Evaluasi Sediaan Mutu
1. Evaluasi Sediaan sirup terdiri dari :
a. In Process Control (IPC), meliputi
1. Organoleptik (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian bau, rasa dan warna dengan
spesifikasi yang telah ditentukan
Prinsip : Pemeriksaan bau, rasa dan warna menggunakan panca indra
Syarat : Bau, rasa dan warna sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan.
2. Penetapan pH (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Mengetahui pH sediaan
Prinsip :Pengukuran pH menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi
Syarat :pH sediaan sirup sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan
3. Uji Kejernihan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Untuk memastikan bahwa larutan yang diuji jernih dan
bebas pengotor
Prinsip: Membandingkan kejernihan larutan uji dengan suspense
padanan(pembanding). Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang
terdifusi,tegak lurus kea rah bawah tabung dengan latar belakang
hitam.
Alat uji kejernihan : Tabung reaksi alas datar dengan diameter 15
m,tidak berwarna,transparan dan terbuat dari kaca netral.
Syarat : Kejernihan sama dengan air atau pelarut yang diamati.
4. Bobot Jenis (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Alatnya: Piknomemeter
Prinsip :Membandingkan bobot sediaan sesuai dengan spesifikasi
bobot air dalam volume dan suhu yang sama.
Syarat :Bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
5. Viskositas/ kekentalan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
Alat : Viscometer Hoppler
Prinsip:Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam
tabung pada suhu tetap dengan cara menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh bola untuk menetukan jarak tertentu melalui
cairan pada tabung.
Syarat :Nilai viskositas sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.

2. Evaluasi Sediaan Akhir


a. Organoleptik (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Memeriksa kesesuaian bau, rasa dan warna dengan
spesifikasi yang telah ditentukan
Prinsip : Pemeriksaan bau, rasa dan warna menggunakan panca indra.
Syarat :Bau, rasa dan warna sesuai dengan spesifikasi yan ditentukan.
b. Penetapan pH (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Mengetahui pH sediaan.
Prinsip :Pengukuran pH menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
Syarat : pH sediaan sirup sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
c. Uji Kejernihan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Untuk memastikan bahwa larutan yang diuji jernih dan bebas
pengotor.
Prinsip:Membandingkan kejernihan larutan uji dengan suspense
padanan (pembanding). Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang
terdifusi, tegak lurus kea rah bawah tabung dengan latar belakang
hitam.
Alat uji kejernihan :Tabung reaksi alas datar dengan diameter 15 m,
tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca
netral.
Syarat : Kejernihan sama dengan air atau pelarut yang diamati.
d. Bobot Jenis (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Alatnya : Piknomemeter
Prinsip:Membandingkan bobot sediaan sesuai dengan spesifikasi
bobot air dalam volume dan suhu yang sama.
Syarat :Bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
e. Viskositas/ kekentalan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Alat : Viscometer Hoppler
Prinsip :Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung
pada suhu tetap dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan oleh
bola untuk menetukan jarak tertentu melalui cairan pada tabung.
Syarat :Nilai viskositas sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
f. Volume terpindahkan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Sebagai jaminan bahwa sediaan sirup yang dikemas dalam
wadah dosis ganda dengan volume yang tertera di etiket jika dipindah
kan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti tertera di
etiket.
Alat : Gelas ukur kering.
Prinsip:Melihat kesesuaian volume sediaan jika dipindahkan dari
wadah asli dengan volume yang tertera di etiket.
Prosedur :10 wadah dipilih dan dikocok satu per satu kemudian isi
wadah dituang perlahan dalam gelas ukur didiamkan selam kurang lebih
30 menit. Jika telah bebas gelembung udara volume dapat di ukur.
Kriteria penerimaan : Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100% yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari satu
botol yang bervolume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90%
seperti yang tertera di etiket.
g. Identifikasi bahan aktif dalam sediaan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan: Secara kualitatif memastikan bahwa bahan aktiv yang ada
dalam sediaan sirup memang benar-benar zat aktiv yang diinginkan.
Metode : Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan sirup
dengan kandungan zat aktif tertentu pada Farmakope Indonesia.
h. Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan:Secara kuantitatif mengetahui konsentrasi zat aktiv dalam
sediaan.
Metode : Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan sirup
dengan kandungan zat aktif tertentu pada Farmakope indonesia
i. Uji efektivitas pengawet (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Untuk mengetahui efektivitas dari pengawet yang digunakan.
Jadi uji ini hanya dilakukan untuk sediaan yang mengandung pengawet.

2.6 Preformulasi Sirup Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L.)


1. Formulasi
Komponen sediaan sirup ekstrak daun sidaguri (Sida rhombifolia L)
sebagai berikut :
Bahan Konsentrasi
10% 20%
Ekstrak daun 12 g 24 g
sidaguri
propilenglikol 12 g 12 g
Nipagin 0,24 g 0,24 g
Essense melon 0,3 g 0,3 g
Sirup simplex Ad 60 ml Ad 60 ml
2. Studi Preformulasi
a. Daun sidaguri (Sida rhombifolia L. Herba). Mengandung zat penting
seperti alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino,
dan minyak asiri. Terapat zat polifenol & flavonoid pada akar bersifat
diuretik, sehingga asam urat akan luruh dan terbuang bersama urin.
daun sidaguri ini mengandung sejumlah senyawa baik untuk tubuh
anda, seperti asam amino, saponin, fenol, tanin, alakoid, dan juga
minyak atsiri. kegunaan daunnya yaitu obat kudis, menyembuhkan
bisul, menyehatkan tulang, menyembuhkan luka, mengatasi mimisan,
obat nyeri pada sakit gigi, obat bengkak, mencegah rematik,
mengatasi penyakit cacing, baik untuk pernapasan, mengatasi gejala
asma, obat asma urat, mengatasi gatal di kulit, obat gigitan serangga,
baik untuk kesehatan paru-paru.
b. Propilenglikol (FI edisi III, hal 534)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa
agak manis.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan
dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat dicampur
dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Bobot jenis : 1,035 dan 1,037
c. Nipagin/ Methylis Parabenum (Excipient hal 441)
Rumus Molekul : C8H8O3
Pemerian : hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas.
Kelarutan : mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam
minyak; larut dalam 400 bagian air
OTT : surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat
Kegunaan : antifungi
d. Esensse melon
Esensse melon digunakan untuk menambah atau menguatkan aroma
pada bahan cake, roti, kue, puding maupun minuman. Bentuknya cair.
Melon (Cucumis melo L.) merupakan nama buah sekaligus tanaman
yang menghasilkannya, yang termasuk dalam suku labu-labuan
atau Cucurbitaceae.
e. Sirup simplex (FI III hal. 567)
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna
Pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan metal paraben
0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup
Kegunaan: pemanis, zat tambahan konsentrasi : 20 – 60%
Penyimpanan : wadah tertutup rapat dan ditempat sejuk

3. Perhitungan
Dalam formulasi tersebut terdapat 2 formula yaitu dengan konsentrasi
ekstrak daun sidaguri yang digunakan adalah 10% dan 20%.
Formula 1
Ekstrak daun sidaguri = 12 g
Propilenglikol = 12 g
Nipagin =0,24 g
Essense melon = 0,3 g
Sirup simplex = 60 –(12+12+0,24+0,3) =
Formula 2
Ekstrak daun sidaguri = 24 g
Propilenglikol = 12 g
Nipagin =0,24 g
Essense melon = 0,3 g
Sirup simplex = 60 –(24+12+0,24+0,3)=

4. Alat Dan Bahan


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah : timbangan
analitik, oven, pisau, gunting, blender, alat-alat gelas (pyrex),
ayakan mesh 200, rotary evaporator, wadah, kertas saring
whatman 41, cawan petri, pipet ukur, sudip, pH meter, stopwatch,
batang pengaduk, aluminium foil, wadah sirup (botol).
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
daun Sidaguri, etanol 96 %, propilenglikol, nipagin, essense melon,
sukrosa, dan aquades.

5. Prosedur Pembuatan

6. Evaluasi Sediaan Mutu


Evaluasi stabilitas fisik sediaan sirup dilakukan untuk mengetahui
apakah sediaan sirup yang dibuat dapat layak dikonsumsi nantinya.
Evaluasi sifat fisik yang dilakukan untuk sediaan sirup ekstrak daun
Sidaguri yaitu uji organoleptik (rasa, warna, dan bau), uji homogenitas,
uji pH serta uji waktu tuang. Pada uji organoleptik, sirup ekstrak daun
sidaguri memiliki rasa manis, bau khas buah melon dan juga warna
hijau pekat yang merupakan warna dasar ekstrak daun sidaguri. Pada
uji homogenitas semua sirup yang diuji tidak memiliki gumpalan dan
endapan dalam larutan, hal ini karena tidak terdapat perbedaan sifat
antara bahan dan zat aktif yang digunakan (Lachman, 1994). Pengujian
pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai pH yang
stabil dari larutan menunjukkan bahwa proses distribusi dari bahan
dasar dalam sediaan merata. Nilai pH yang dianjurkan untuk sirup
adalah berkisar antara 4 – 7 (Anonim, 1995). Pada pengujian pH
semua sirup yang dihasilkan masih memenuhi parameter nilai pH yang
dipersyaratkan. Pengujian terakhir untuk kelayakan sediaan sirup yaitu
uji waktu tuang. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemudahan tuang
sediaan saat nanti akan dikonsumsi. Uji ini berhubungan erat dengan
kekentalan suatu sediaan. Jika kekentalan yang rendah menjadikan
cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya, jika
viskositas/kekentalan semakin besar, maka cairan akan semakin sukar
dituang (Ansel, 1989). Pada pengujian ini sirup ekstrak daun Sidaguri
dikatakan layak karena memiliki waktu tuang yang memenuhi
persyaratan uji sirup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek yang dapat
mempengaruhi hasil akhir dari sediaan yang dihasilkan. Berbagai aspek itu antara
lain pemahaman dasar mengenai sediaan sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia
fisika, dan prinsip-prinsip dalam pengerjaan mulai dari pemilihan metode kerja
yang sesuai dengan bahan yang digunakan sampai pada uji mutu dan kestabilan
obat dalam penyimpanan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sirup ekstrak daun Sidaguri dengan konsentrasi 10% dan 20%
memenuhi persyaratan sirup yaitu untuk uji organoleptik, homogenitas, pH dan
waktu tuang.
3.2 Saran
Kami mengharapkan bimbingan dan arahan dalam membuat makalah dari dosen
pembimbing sebagai bekal dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta.
Wijayanti, Ria, Dkk, 2015, Formulasi Dan Evaluasi Sirup Ekstrak Daun Sidaguri
(Sida Rhombifolia L., Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi

Anda mungkin juga menyukai