Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

(Kosep-Konsep Politik)

Oleh Kelompok I :

Kiplan : 030444273
Alfianita : 030619138
Ajeng Clara Yolarisha : 030618928
A. Ahmad Zulkarnain A. Akil : 030587593

UNIVERSITAS TERBUKA MEJENE


TAHUN AKADEMIK
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat-
Nya, Kami dapat menyusun makalah Dasar-dasar ilmu politik. Khususnya tentang pembahasan
“Konsep-konsep politik”.
Makalah ini dibuat dalam rangka meningkatkan pembelajaran mata kuliah Dasar-dasar ilmu
politik.Pemahaman tentang manusia dan hal – hal yang berkaitan dengannya sangat
diperlukan, dengan suatu tujuan agar beberapa masalah dapat diselesaikan dan dihindari,
sekaligus memperdalam wawasan bagi kita semua.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Dra.Hj.Nurmaeta,mm, selaku
DosenPendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber inspirasi makalah ini.
Makalah ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena kami juga masih
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu kritik, koreksidan saran, sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca. Terima kasih atas perhatiannya dan
jikalau ada kesalahan kata maupun tulisan Kami mohon maaf.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu politik adalah salah satu cabang dari ilmu sosial, yang berdampingan dengan
cabang ilmu sosial lainnya yakni sosiologi, antropologi, dll. Dengan demikian maka ilmu
politik berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial tersebut yang objeknya adalah manusia
sebagai anggota kelompok (group).
Ilmu-ilmu tsb mempelajari kelakuan manusia serta cara-cara manusia hidup serta
bekerja sama. Namun walaupun ilmu-ilmu tsb saling berdampingan dan berhubungan erat,
tetapi tentu ada batasan-batasan antara ilmu politik dengan ilmu sosial lainnya dengan
melihat kepada sifat-sifat dan ruang lingkup ilmu politik itu sendiri. Konsep-konsep yang
dibahas dalam teori politik mencakup antara lain, masyarakat, kelas sosial, negara,
kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-lembaga negara,
perubahan sosial, pembangunan politik, modernisasi, dan lain sebagainya.
Sistem politik hanya merupakan salah satu dari bermacam-macam sistem yang terjadi
dalam masyarakat, seperti sistem ekonomi, sistem teknik, sistem komunikasi dll.Setiap
sistem masing-masing mempunyai fungsi tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup dan
mencapai tujuan dari masyarakat tersebut. Dalam hal ini, maka sistem politik
menyelenggarakan fungsi-fungsi tertentu untuk masyarakat, yakni membuat keputusan-
keputusan kebijaksanaan yang mengikat mengenai alokasi dari nilai-nilai (baik yang bersifat
materiil maupun non materiil). Maksudnya, sistem politik berfungsi merumuskan tujuan-
tujuan masyarakat dan selanjutnya dilaksanakan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan
untuk kepentingan masyarakat.
Karena itu,perlu kiranya suatu masyarakat mengetahui dan memahami ilmu politik.
Mulai dari lingkup kecil hingga besar.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka disini kami ingin membahas
tentang “ ILMU POLITIK”

B. Perumusan Masalah
Untuk lebih sistematis, maka kami merumuskan masalah-masalah pokok yang akan
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari teori politik ?
b. Bagimana konsep politik terhadap masyarakat ?
c. Bagaimana konsep politik terhadap kekuasaan ?
d. Bagaimna konsep politik terhadap Negara ?
e. Bagaimana konflik-konflik dengan konsep politik ?
f. Apakah tujuan dan fungsi politik ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka beberapa tujuan dari makalah ini,
yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu politik.
b. Untuk mengetahui apa saja sifat dari ilmu politik.
c. Untuk mengetahui bagaimana konsep politik terhadap masyarakat
d. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi ilmu politik.
e. Untuk mengetahui apa saja toeri-teori dalam ilmu politik.
f. Untuk mengetahui apa saja bidang kajian ilmu polit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ilmu Politik


Ilmu politik adalah salah satu ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang ada. Sejak
orang mulai hidup bersama, masalah tentang pengaturan dan pengawasan dimulai. Sejak itu para
pemikir politik mulai membahas masalah-masalah yang menyangkut batasan penerapan
kekuasaan, hubungan antara yang memerintah serta yang diperintah, serta sistem apa yang paling
baik menjamin adanya pemenuhan kebutuhan tentang pengaturan dan pengawasan.
Apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu
sosial yang memiliki dasar, rangka, fokus dan ruang lingkup yang sudah jelas, maka dapat
dikatakan bahwa ilmu politik masih muda usianya, karena baru lahir pada akhir abad ke 19. Pada
tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial
lainnya, seperti sosiologi, anthropologi dan psykhologi, dan dalam perkembangan ini mereka
saling berdampingan.
Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu sebagai
pembahasan secara rasionil dari berbagai-bagai aspek negara dan kehidupan politik, maka ilmu
politik dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya; malahan ia sering dinamakan “ilmu sosial yang
tertua” didunia. Pada taraf perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada sejarah dan
filsafat.
perkembangan ilmu politik dibagi dalam 2 zaman, antara lain:
1. Zaman Sebelum Masehi
Ilmu politik sebagai pemikiran mengenai Negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M. seperti
dalam karya Herodotus, Plato, Aristoteles, dan lainnya. terbukti dari hasil karya filosof seperti
Plato dan Aristoteles. Bahkan Plato yang telah meletakan dasar-dasar pemikiran ilmu politik
dikenal sebagai bapak filsafat politik, sedangkan Aristoteles yang telah meletakan dasar-dasar
keilmuan dalam kajian politik dikenal sebagai Bapak ilmu politik. Baik Plato maupun Aristoteles
pada dasarnya menjadikan negara sebagai perspektif filosofis, dan pandangan mereka tentang
pengetahuan merupakan sesuatu yang utuh. Perbedaan keduanya terletak pada tekanan dan
obyek pengamatan yang dilakukan, kalau Plato bersifat normatif-deskriptif, sedangkan
Aristoteles sudah mendekati empiris dengan memberikan dukungan dan preferensi nilai melalui
fakta yang dapat diamati dengan nyata. zaman ini yang terkenal dengan zaman Romawi Kuno
memberikan sumbangan yang berharga bagi ilmu politik, antara lain: bidang hukum,
yurisprudensi dan administrasi negara. Bidang-bidang tersebut didasarkan atas persefektif
mengenai kesamaan manusia, persaudaraan setiap orang, ke-Tuhan-an dan keunikan nilai-nilai
individu.
Para filosof pada zaman ini berusaha mencari esensi ide-ide seperti keadilan dan kebaikan, juga
mempertimbangkan masalah-masalah esensial lainnya seperti pemerintahan yang baik,
kedaulatan, kewajiban negara terhadap warga negara atau sebaliknya. Analisis-analisis yang
digunakan bersifat analisis normatif dan deduktif. Analisis normatif adalah membicarakan
asumsi-asumsi bahwa ciri khas tertentu adalah baik atau diinginkan, sedangkan analisis deduktif
adalah didasarakan pada penalaran dari premis umum menuju kesimpulan khusus.
Beberapa pusat kebudayaan Asia seperti India dan Cina, telah terkumpul beberapa karya
tulis bermutu. Tulisan-tulisan dari India terkumpul dalam kesusasteraan Dharmasatra dan
Arthasastra, berasal kira-kira dari tahun 500 S.M. Di antara filsuf Cina terkenal, ada Konfusius,
Mencius, dan Shan Yang(±350 S.M.).
2. Zaman Sesudah Masehi
Indonesia sendiri sudah mengenal tentang kenegaraan, ditandai dengan beberapa karya
tulis, misalnya Negarakertagama sekitar abad 13 dan Babad Tanah Jawi. Kesusasteraan di
Negara-negara Asia mulai mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran Barat yang
dibawa oleh Negara-negara penjajah dari Barat.
Perkembangan Ilmu Politik di Negara-negara benua Eropa sendiri bahasan mengenai
politik pada abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu politik
hanya berfokus pada negara. Selain ilmu hukum, pengaruh ilmu sejarah dan filsafat pada ilmu
politik masih terasa sampai perang Dunia II.
Pada abad kedelapan belas, di Inggris permasalahan politik lebih banyak merupakan kajian
filsafat serta pembahasannya tidak terlepas dari sejarah. Di Amerika Serikat terjadi
perkembangan berbeda, karena ada keinginan untuk membebaskan diri dari tekanan yuridis, dan
lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris. Amerika Serikat yang telah
menempatkan pangajaran politik di universitas semenjak tahun 1858, mula-mula studinya lebih
bersifat yuridis, akan tetapi semenjak abad ini telah melepaskan diri dari kajian yang bersifat
yuridis dengan lebih memfokuskan diri atas pengumpulan data empiris. Baru memasuki awal
abad kedua puluh kajian ilmu politik telah menjauhi studi yang semata-mata legalistis normatif
maupun yang murni normatif dan deduktif. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teori ilmu
pengetahuan sosial lainnya, terutama konsepsi yang berubah tentang hakekat manusia,
pragmatisme dan pluralisme.
Faktor pertama tentang hakekat manusia, telah diakui bahwa sifat manusia sangat beragam
dan kompleks. Pengakuan akan sifat manusia tersebut menimbulkan implikasi-implikasi yaitu:
pertama, digugatnya pernyataan mengenai hukum menentukan pemerintahan yang baik, hal ini
disebabkan sifat manusia yang berbeda-beda. Kedua, tidak semua manusia akan berperilaku
sama dalam suatu lembaga tertentu. Ketiga, sifat itu diyakini sebagai obyek resmi penelitian.
Faktor yang kedua yang mempengaruhi ilmu politik adalah pragmatisme. Ini berarti bahwa
tindakan-tindakan yang dilakukan manusia tidak dapat dinilai dari logika, melainkan dari hasil
tindakan atau perilaku tersebut. Misanya, sesorang dicap sebagai nasionalis, karena hasil dari
tindakan dan perilakunya selalu menunjukkan sikap antipati terhadap bangsa sendiri, terhadap
produksi dalam negeri, menjelek-jelekan bangsa sendiri di hadapan bangsa lain, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang ketiga, yakni pluralisme, mengandung pengertian bahwa kekuasaan
dalam politik dibagi-bagi antara berbagai kelompok, partai dan lembaga-lembaga pemerintahan.
Misalnya, organisasi kemasyarakatan, golongan, partai politik, dan yang lebih ekstrim seperti
partai oposisi memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi berbagai kebijakan pemerintah. Hal ini
disebabkan karena organisasi kemasyarakatan dan partai politik tersebut memiliki kekuasaan
untuk melakukan itu walaupun kekuasaan tersebut belum tentu mampu mempengarui kekuasaan
yang lainnya.[2]

Badan Internasional yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Politik


Perkembangan ilmu politik juga disebabkan oleh dorongan kuat beberapa badan
internasional, seperti UNESCO. Karena adanya perbedaan dalam metodologi dan terminologi
dalam ilmu politik, maka UNESCO pada tahun1948 melakukan survei mengenai ilmu politik di
kira-kira 30 negara. Kemudian, proyek ini dibahas beberapa ahli di Prancis, dan menghasilkan
buku Contemporary Political Science pada tahun 1948. Selanjutnya UNESCO bersama
International Political Science Association (IPSA) yang mencakup kira-kira ssepuluh negara,
diantaranya negara Barat, di samping India, Meksiko, dan Polandia. Pada tahun 1952 hasil
penelitian ini dibahas di suatu konferensi di Cambridge, Inggris dan hasilnya disusun oleh W. A.
Robson dari London School of Economics and Political Science dalam buku The University
Teaching of Political Science. Buku ini diterbitkan oleh UNESCO untuk pengajaran beberapa
ilmu sosial(termasuk ekonomi, antropologi budaya, dan kriminologi) di perguruan tinggi. Kedua
karya ini ditujukan untuk membina perkembangan ilmu politik dan mempertemukan pandangan
yang berbeda-beda.
Pada masa-masa berikutnya ilmu-ilmu sosial banyak memanfaatkan penemuan-
penemuan dari antropologi, sosiologi, psikologi, dan ekonomi, dan dengan demikian ilmu politik
dapat meningkatkan mutunya dengan banyak mengambil model dari cabang ilmu sosial lainnya.
Perkembangan ilmu politik ini pun sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya yang
berkaitan dengan ilmu politik dan tata Negara serta cabang-cabang ilmu sosial lainnya. Dimana
ilmu politik juga merupakan suatu ilmu yang dimana didalam terdapat berbagai macam ilmu
yang mendukung dan menjadi pilar untuk berdirinya ilmu politik. Jadi dapat ikatakan ilmu
politik mencangkup berbagai Ilmu social yang terkait dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan Ilmu Politik di Indonesia


Setelah perang dunia ke II perkembangan ilmu politik semakin pesat di Indonesia
misalnya didirikan fakultas-fakultas yang mempelajari masalah-masalah politik. Sedangkan di
Negara-negara Eropa timur perkembangan ilmu politik masih menggunakan segi sejarah, filsafat,
dan yuridis.” ( Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik(Jakarta: Gramedia, 1998. h. 1)
Fakultas Ilmu Politik yang terdapat di Indonesia antara lain Fakultas Sosial dan Politik
(seperti pada Universitas Gajah Mada, Yogyakarta) atau Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (seperti pada
Universitas Indonesia, Jakarta) dimana ilmu politik merupakan Departemen tersendiri. Akan
tetapi, oleh karena pendidikan tinggi ilmu hukum sangat maju, tidaklah mengherankan apabila
pada permulaan perkembangannya, ilmu politik di Indonesia terpengaruh secara kuat oleh ilmu
itu. Akan tetapi dewasa ini konsep-konsep ilmu politik yang baru berangsur-angsur mulai
dikenal.

B. KONSEP-KONSEP POLITIK
I. Teori politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan
upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles),
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara,
 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat,
 politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai
tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah
filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,
legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara
lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme,
fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme,
libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi,
totaliterisme, oligarki dsb.
II. Masyarakat

Kata Masyarakat itu berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang berarti ikut serta. Pengertian
masyarakat mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Masyarakat
sering juga disebut sistem sosial. Selain itu, ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang
pengertian masyarakat.

Koentjaraningrat, Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Harold J.Laski,
Masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup bersama dan bekerja sama untuk mencapai
terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.

Soerjono Soekamto, sejak dilahirkan manusia memiliki dua keinginan pokok, yaitu:

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya.


2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Pada umumnya ciri-ciri masyarakat adalah sebagai berikut:

 Manusia yang hidup bersama,


 Bergaul dalam waktu yang cukup lama,
 Sadar merupakan satu kesatuan,
 Suatu sistem kehidupan bersama.

Unsur-unsur agar terbentuk masyarakat antara lain:

1. Terdapat sekumpulan orang,


2. Berdiam dalam suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama,
3. Menghasilkan sistem nilai.

Masyarakat politik dapat diartikan sebagai masyarakat yang bertempat tinggal di dalam suatu
wilayah tertentu dengan “aktivitas tertentu” yang berhubungan dengan bagaimana cara-cara
memperoleh kekuasaan, usaha-usaha mempertahankan kekuasaan, menggunakan kekuasaan,
wewenang dan bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan, pengendalian kekuasaan, dan
sebagainya.

Pada masyarakat politik, interaksi setiap individu maupun kelompok memiliki cirri-ciri sebagai
berikut.

1. Perilaku Politik

(Political Behavior) Perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkah laku, politik
dan warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat,
antara lembaga pemerintah dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan,
pelaksanaan dan penegakan keputusan politik.

2. Budaya Politik

(Political Culture) Menurut Almond dan Verba, budaya politik merupakan suatu sikap orientasi
yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap
peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara mengidentifikasikan dirinya
dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.

3. Kelompok Kepentingan
(Interest Group) Adalah kelompok/organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijakan
pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok kepentingan bisa
menghimpun ataupun mengeluarkan dana dan tenaganya untuk melaksanakan tindakan-tindakan
politik, biasanya mereka berada di luar tugas partai politik.

4. Kelompok Penekan

(Pressure Group) Menurut Stuart Gerry Brown, kelompok penekan adalah kelompok yang dapat
mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah. Adapun cara yang digunakan
dapat melalui persuasi, propaganda atau cara lain yang lebih efektif. Mereka antara lain:
kelompok pengusaha, industriawan dan asosiasi lainnya.

III. Kekuasaaan

Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu
yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya tiga sumber kekuasaan: pertama dari
perundang-undangan yakni kewenangan; kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata;
ketiga, dari karisma.

Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya, yakni
kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat
memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerapa dikaitkan dengan kemampuan
untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita
bisa menyuruh adik kita berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu)
maka kita memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah
kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa kehadiran
kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.

Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai
badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal
atau perkara maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari
suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentikan mobil di jalan tidak berarti dia memiliki
kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas, sehingga
bila seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat
peraturan yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia
bisa dituntut dan dikenakan sanksi.

IV. Negara

Negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang
mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan, dan keberadaannya
diakui oleh negara lain. Ketentuan yang tersebut di atas merupakan syarat berdirinya suatu
negara menurut konferensi Montevideo pada tahun 1933.

Negara (Bahasa Inggeris: State; Bahasa Perancis: Etat) adalah satu komuniti politik tersusun
yang menakluki sesuatu kawasan dan mempunyai kedaulatan luaran dan dalaman yang boleh
menguatkuasakan monopoli terhadap penggunaan kekerasan yang difikirkan wajar.

Max Weber dalam buku “Politik sebagai vokasi” (Politics as a vocation) (1918) memberi
definasi Negara yang paling kerap digunakan dalam teori-teori politik masa kini. Mengikut
Weber, “Setiap negara wujud hasil penggunaan kekerasan. Jika tiadanya institusi sosial ganas
wujud, konsep ‘negara’ tidak membawa maksud dan satu keadaan yang diberi nama ‘anarki’
akan timbul. Maka, negara adalah “satu komuniti manusia yang dengan jayanya mendapat
pengiktirafan penggunaan kekerasan dalam satu kawasan.” Dalam definasi ini dia mencerminkan
pendapat ahli falsafah Thomas Hobbes yang mengatakan penguakuasaan Leviathan akan
mencegah kematian yang ganas. Weber: “Negara adalah satu-satunya sumber ‘hak’
menggunakan kekerasan”.

Definisi yang diberi Weber adalah penting kerana dia memperkenalkan usul yang negaralah satu-
satunya bentuk penggunaan kuasa yang sah. Dalam maksud itu, kuasa, yang berlawanan dengan
umpamanya keganasan, organisasi, penagihan dan atribusi lainan adalah konsep penting yang
dikaitkan dengan negara dalam politik sains terkini. (Lihat seminal Peter Evans, Theda Skocpol,
Dietrich Rueschemeyer, eds., Bringing the State Back in, Cambridge University Press, 1985).
Errico Malatesta, satu ahli anarki terkenal, menulis “Ahli anarki secara amnya menggunakan
perkataan “Negara” untuk merujuk kesemua institusi politik, perundangan, kehakiman,
ketenteraan, kewangan dll. yang dikawal sendirinya dan ditadbir oleh kelakuan sendiri
sesetengah individu tertentu dan mempunyai kepercayaan ramai untuk menjaga keselamatan
mereka, dan perlaksaan ini, secara terangan atau tersembunyi, memaksa orang ramai
menghormatinya dengan itu menggunakan penguatkuasaan kolektif komuniti ke arah ini”.

V. Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat
dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konfl

C . Pengertian Sistem Politik dan Ciri-Ciri Sistem Politik|


Sistem Politik Indonesia - Sedangkan di Indonesia yang memiliki sistem politik dimana
pengertian sistem politik indonesia sistem yang menunjuk pada suatu sistem yang pernah berlaku
di indonesia, yang sedang berlaku atau nyata berlaku di Indonesia, yang berlaku selama
eksistensi negara Indonesia sampai sekarang.
Pengertian Politik

Kehidupan Politik di Indonesia terus berkembang dari masa ke masa. Karena disebabkan oleh
sifat dari politik sendiri yang dinamis dan terbuka pada perubahan. Di Indonesia sudah terjadi 6
kali pergantian pemerintahan.

Sistem politik di Indonesia, walaupun sudah 4 periode, atau 6 kali pergantian pemerintahan
tetapi masih memakai sistem politik demokrasi Pancasila. Dalam hal ini, penulis mencoba untuk
mempelajari dan menguraikan materi Dinamika Politik Indonesia.

Sistem Politik Indonesia

Sistem Politik Indonesia adalah keseluruhan kegiatan (termasuk pendapat, prinsip, penentuan
tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, skala prioritas, dll) yang terorganisir
dalan negara Indonesia untuk mengatur pemerintahan dan mempertahankan kekuasaan demi
kepentingan umum dan kemaslahatan rakyat.

Kemudian untuk mewujudkan semua tujuan sistem politik di Indonesia membutuhkan


suprastruktur dan infrastruktur yang baik. Mereka adalah lembaga negara (Presiden dan Wakil
Presiden, MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY dan lembaga lainnya) sebagai kekuatan utama dan
didukung oleh partai politik, organisasi masyarakat, media komunikasi politik, pers, untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat agar kebijakan pemerintah sesuai dengan hati rakyat.

Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak zaman
kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para founding father
bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi acuan dalam pengelolaan
negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan situasi bangsa pada saat itu.

Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Bermunculan lembaga dan sistem yang baru dalam rangka merespon permasalahan
bangsa yang semakin kompleks.

Politik sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara Kota. Pada awalnya
politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam Negara/kehidupan Negara.

Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar-dasar
pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-
tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,
tentara dan organisasi kemasyarakatan.

Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

1.2. Pengertian Sistem Politik

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok
individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Sistem politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan
suatu proses yang langgeng.

II. Pembahasan

2.1. Ciri-ciri umum sistem politik

Sistem politik baik modern maupun primitive memiliki ciri-ciri tertentu almond dalam polities of
developing areas, mengatakan ada 4 (empat) ciri dalam sistem politik, yaitu :
a. Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kedudukan politik. Dalam
pengertian bahwa masyarakat yang paling sederhana pun mempunyai tipe struktur politik yang
terdapat dalam masyarakat yang paling kompleks sekali pun. Tipe-tipe tersebut dapat
diperbandingkan satu sama lain sesuai dengan tingkatan dan bentuk pembandingan kerja yang
teratur.

b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun tingkatannnya berbeda-
beda yang ditimbulkan karena perbedaab struktur. Hal ini dapat diperbandingkan, yaitu
bagaimana fungsi-fungsi tadi sering dilaksanakan atau tidak dan bagaimana gaya
pelaksanaannya.

c. Semua struktur politik, walaupun dispesifikasikan dengan berbagai unsur baik itu pada
masyarakat primitif maupun pada masyarakat modern, melaksanakan banyak fungsi. Oleh karena
itu, sistem politik dapat dibandingkan sesuai dengan tingkat kekhususan tugas.

d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian kebudayaan. Secara rasional
tidak ada struktur dan kebudayaan yang semuanya modern atau semuanya primitif melainkan
dalam pengertian tradisional, semuanya adalah campuran antara unsur modern dan tradisional.

Dalam memahami cara kerja sistem politik pada umumnya, peran input atau output mempunyai
pengaruh besar terhadap kebijakan publik. Hoogerwerf berpendapat bahwa “ input “ bisa berasal
dari sistem lain, misalnya sistem ekonomi. Sistem ekonomi yang terkena dampak kebijakan
pemerintah akan memberikan reaksi tertentu, mungkin memperkuat atau bertentangan.

Reaksi ini merupakan input bagi sistem politik untuk diproses lebih lanjut. Disamping itu, input
juga berasal dari prilaku politik berupa unjuk rasa / demonstrasi atau tindakan makar sebagai
dampak dari output sistem politik.

2.2. Macam-macam sistem Politik

Macam-macam sistem politik yang hendak diuraikan, sesungguhnya merupakan tipe, atau model
yang didasarkan pada sudut kesejarahan dan perkembangan sistem poltik dari berbagai Negara
yang disesuaikan dengan perkembangan kultur dan struktur masyarakatnya.

a) Almond dan powell, membagi 3 (tiga) kategori sistem politik yakni :

1. Sistem-sistem primitif yang intermittent (bekerja dengan sebentar-sebentar


istrahat).

2. Sistem-sistem tradisional dengan struktur-struktur bersifat pemerintahan


politik yang berbeda-beda dan suatu kebudayaan “subjek”.

3. Sistem-sistem modern dimana struktur-struktur politik yang berbeda-beda


(partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, dan media massa)
berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik “paticipant”.
b) Alfian, mengklasifikasikan sistem politik menjadi 4 (empat) tipe, yakni :

1. Sistem politik otoriter/totaliter

2. Sistem politik anarki

3. Sistem politik demokrasi

4. Sistem politik demokrasi dalam transisi


2.3. Pokok - pokok sistem politik Indonesia

Sejak awal berdirinya, Indonesia sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politiknya.
Isi dan mekanisme sistem politik demokrasi Indonesia dirumuskan pada batang tubuh UUD
1945, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan ada ditangan
rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD.

Adapun sendi-sendi pokok dari sitem politik demokrasi di Indonesia sebagai berikut :

Ide kedaulatan rakyat


Bahwa yangberdaulat dinegara demokrasi adalah rakyat. Ini menjadi gagasan pokok dari
demokrasi yang tercermin pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “ kedaulatan ditangan
rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD”

Negara Berdasarkan atas Hukum


Negara demokrasi juga negara hukum. Negara Hukum Indonesia menganut hukum dalam arti
material (luas) untuk mencapai tujuan nasional. Ini tercermin pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945
yang berbunyi “ Negara Indonesia adalah negara hukum”

Berbentuk Republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum (Republika). Negara
Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan kepentingan umum. Hal ini tercermin pada
pasal 1 ayat (1) UUD 1945.

Pemerintah Berdasarkan Konstitusi


Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan dan
berlandaskan konstitusi atau UUD yang demokratis. Ini tercermin pada pasal 4 ayat (1) UUD
1945.

Pemerintahan yang bertanggung jawab


Pemerintah selaku penyelenggara negara bertanggung jawab atas segala tindakannnya.
Berdasarkan demokrasi pancasila, pemerintah kebawah bertanggung jawab kepada rakyat dan ke
atas bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sistem Perwakilan
Pada dasarnya, pemerintah menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Sistem pemerintahan Presidensial


Presiden adalah penyelenggara negara tertinggi. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala
pemerintahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Politik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang teratur dalam kehidupan
bermasyarakatdengan pemusatan perhatian pada perjuangan manusia mencari atau
mempertahankan kekuasaan guna mencapai apa yang diinginkan. Politik bertujuan untuk
mencapai tujuan negara, diantaranya kesejahteraan, pertahanan, keamanan, tata tertib,
keadilan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya bagi penulis
sendiri agar lebih muda memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan
dengan materi yang dikaji dalam IPS 1 khususnya pada materi “Konsep-Konsep Dasar
Ilmu Politik”.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kepada para pembaca dan para pakar utama, penulis mengharapkan saran
dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun. Akan diterima dengan senang
hati demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pemebimbing yang telah
memberikan saran dan keritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini terutama kami
ucapkan Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993.
Hutauruk, M. Garis besar ilmu politik pelita keempat 1984-1989. Jakarta: Erlangga. 1984.
Varma, SP. Teori politik modern. Jakarta: Rajawali Pers. 1992.
Supardan,Dadang. Pengantar Ilmu Sosial.Jakarta: PT. Bumi Aksara.2008.
Wiki.(2008).Politik.[online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Politik [ 9 Maret 2008]
Hidayatlubis. (2008).Sifat dan Ruang Lingkup Ilmu Politik. [omline]. Tersedia:

Anda mungkin juga menyukai