Anda di halaman 1dari 28

SKENARIO 3

Klien datang dengan keluhan sesak nafas hilang timbul sejak 2


bulan dan sesak meningkat sejak 5 hari yang lalu.Sesak
dirasakan bila habis berjalan jauh.Klien mengeluh nafas terasa
sesak.Sesak dirasakan terutama pada malam hari dan bila klien
berubah posisi, klien dapat tidur dengan berbaring pada 2
bantal.Sesak dirasa berkurang dalam posisi setengah duduk,
klien mengatakan sulit berjalan sendiri kekamar mandi.Riwayat
asma (+) sejak 10 tahun yang lalu.Klien mengeluh demam, klien
mengeluh kurang nafsu makan, mual dan muntah.Sebelum
dirawat diruang paru laki laki, klien dirawat diruang interna
karena gastritis yang diderita kambuh, setelah dinyatakan
sembuh dari gastritis, sesak klien bertambah parah dan mulai
batuk batuk berdahak sehigga klien dipindah rawat keruang
paru laki laki.

Saat dikaji batuk (+), dahak (+) putih kental. S:38◦c , N: 88x/m,
RR : 26x/m, TD: 100/70 mmHg, ku tampak lemah, nafas klien
tampak tersengal sengal, nafas cuping hidung. Ronchi kasar(+),
mengii (+), turgor kulit kering, bibir pecah pecah ,porsi makan
tidak dihabiskan sebagian aktivitas klien Nampak dibantu
keluarga. Pemeriksaan laboratorium : HB 7g/dl, pemeriksaan
radiologi terdapat gambaran infiltrate pada bagian lobus bawah
paru kanan, PO2 80%.

1. KLARIFIKASI ISTILAH PENTING


1. Sesak nafas
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek danpenggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboliparu, penyakit paru


interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit
obstruktifparu(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price daWilson,2006).
2. Gastritis
Gastritis adalah suatu kondisi di mana lapisan kulit dalam lambung meradang
atau membengkak.Gastritis atau juga sering disebut sebagai radang lambung,
dapat muncul secara mendadak (gastritis akut) atau berlangsung dalam waktu
yang lama (gastritis kronis). Orang awam sering menyebut gastritis adalah
maag, padahal gastritis pada dasarnya berbeda dari maag
3. Batuk berdahak
Batuk berdahak terjadi ketika paru-paru Anda mengalami infeksi sehingga
menghasilkan dahak lebih dari kadar normal. Akibatnya terdapat dahak pada
tenggorokan yang keluar saat Anda batuk. Batuk adalah cara alami tubuh
untuk membersihkan saluran pernapasan dari dahak agar dapat bernapas
dengan lebih lega.
4. Nafas cuping hidung
Nafas cuping hidung adalah bernafas dari jaringan lunak yang membatasi
kembang kempis
5. Ronchi
Ronchi (rales) adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara
melalui saluran nafas yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran nafas
yang menyempit atau oleh edema saluran nafas.Ada dua jenis ronchi yaitu
basah dan kering.
6. Mengi
Wheezing (mengi) : Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya
lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara
klinis lebih jelas pada saat ekspirasi. Penyebab : akibat udara melewati jalan
napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan
batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan
dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma
dan bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan
temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.


7. Infiltrat
Infiltrat adalah gambaran densitas paru yang abnormal yang umumnya
berbentuk bercak bercak atau titik titik kecil dengan densitas sedang dan batas
yang tidak tegas merupakan gambaran suatu proses aktif paru
8. PO2
PO2 adalah PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah.Kadar yang rendah
menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat.PO2
dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan.
Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg
2. KATA KUNCI
1. Sesak
2. Riwayat asma+10 tahun
3. Batuk
4. Demam
5. Kurang nafsu makan
6. Mual
7. Muntah
8. Nafas cuping hidung
9. Mengii
10. Ronchi kasar
11. Terdapat gambaran infiltrat pada lobus bawah paru kanan
3. PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa pada kasus diatas klien mengeluh sesak nafas disertai mengi dan
batuk berdahak
2. Mengapa pada kasus diatas klien merasa sesak pada malam hari padahal
klien tidak melakukan aktivitas
4. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa pada kasus diatas klien mengeluh sesak nafas disertai mengi
dan batuk berdahak
Sesak Nafas disertai mengi
Sesak nafas atau dispnea bisa terjadi karena berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan


ventilasi makin meningkat sehingga terjadinya sesak nafas. Pada orang
normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting
,namun pada orang dalam patologis pada saluran pernafasan maka ruang mati
akan meningkat.
Begitu juga terjadi peningkatan tahanan jalan nafas maka pertukara gas juga
akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea. Sesak nafas juga terjadi
pada orang mengalami penurunan terhadap compliance paru, semakin rendah
kemapuan terhadap kemampuan compliance paru maka makin besar gradient
tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan
pengembangan paru yang normal, penyebab dari compliance paru
dikarenakan adanya pergantian jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa
akibat inhalasi asbston atau iritasi yang sama.( Rubenstein,2007)
Suara mengi dapat didengar baik pada saat inspirasi maupun ekspirasi
dimana suara nafas seperti ini terjadi karena adanya penyempitan jalan udara
atau tersumbat sebagian , obstruksi sering kali terjadi sebagai akibat adanya
sekresi atau edema , pada kasus diatas terjadinya mengi dikarenakan
disebabkan oleh bronkospasme ,edema mukosa,dan berlikunya saluran nafas
,seperti benda asing atau sekresi yang diaspirasi . bunyi mengi yang tidak
berubah menunjukan bronkus yang tersumbat oleh sebagian benda asing
ataupun sekresi.
Batuk berdahak
Rangsang pada reseptor batuk dialirkan kepusat batuk medulla , dari
medulla dikirim jawaban keotot-otot dinding dada dan laring sehingga timbul
batuk , reflex batuk sangat penting utk menjaga keutuhan saluran nafas
dengan mengeluarkan benda asing atau secret bronkopulmoner. Iritasi salah
satu ujung saraf sensoris nervus vagus dilaring , trakea, bronkus besar atau
sera aferen cabang faring dari nervus glosofaringeal dapat menimbulkan
batuk. Aliran udara yang mendorong benda asing disaluran napas kedalam
mulut sehingga bisa dikeluarkan , bunyi batuk atau mengi disebabkan oleh
getaran pita suara dan kadang – kadang oleh getrana secret . batuk merupakan
gejala umum yang mempunyai nilai diagnostic terbatas, tetapi dapat
merupakan satu indikasi terdapatnya penyakit bronkopulmoner yang serius.
Perubahan sifat batuk dan ekspektorasilah yang disebabkan oleh infeksi akan


tetapi keganasan yang banyak pada perokoksehingga menimbulkan gejala
batuk kronik yang biasanya disertai dengan sejumlah sputum.(
Rubenstein,2007)
2. Mengapa pada kasus diatas klien merasa sesak pada malam hari
padahal klien tidak melakukan aktivitas
Sesak napas yang dialami klien sering kali terjadi dimalam hari (Paroximal
nocturnal Dispneu) atau pada saat pasien terlentang ketika tidur. Posisi ini
meningkatkan volem darah intratorakal dan jantung yang lemah akibat
penyakit, tidak dapat mengatasi peninggian beban ini. Kerja pernapasan
meningkat akibat kongesti vaskular paru oleh edema di alveoli yang
mengurangi kelenturan paru. Waktu timbulnya lebih lambat dibandingkan
dengan orthopneu ( kesulitan bernapas ketika berbaring lurus) karena
mobilisasi cairan edema perifer dan peninggian volume intravascular pusat.
(http://www.academia.edu/analisis_masalah)


5. MIND MAP
PERNAPASAN CEPAT

ASMA BRONCHOPNEUMONIA PPOK PNEUMONIA


BRONCHIAL
LE

ASMA BRONCHIAL BRONCHOPNEUMONIA PPOK PNEUMONIA

Definisi Definisi Definisi Definisi

Penyakit obstruksi jalan nafas Salah satu jenis pneumonia Salah satu penyakit
Penyakit Paru Obstruksi
yang dapat pulih dan yang mempunyai pola peradangan akut
Kronik adalah suatu
intermiten yang ditandai penyebaran bercak, teratur penyumbatan menetap pada parenkim paru yang
oleh penyempitan jalan nafas, dalam satu atau lebih area saluran pernafasan yang biasanya dari suatu
yang mengakibatkan dispnoe, terlokalisasi di dalam infeksi saluran pernafasan
disebabkan oleh emfisema
batuk dan mengi. Eksaserbasi bronchi dan meluas ke bawah akut (Sylvia A.
dan bronchitis kronis
akut terjadi dari beberapa parenkim paru yang (Anies 2006). Price) (Nanda NIC-NOC
menit sampai jam, serta berdekatan di sekitarnya. 2015:65)
bergantian dengan periode (smeltzer& Suzanne Etiologi
bebas gejala (Mubarak 2015: C,2002)
98) - Kebiasaan merokok
Etiologi - Polusi Udara Etiologi
Etiologi - Mekanisme perthanan - Paparan Debu, asap
Sebagian pemicu timbulnya tubuh terhadap virulisme - Gas-gas kimiawi akibat - Bacteri ( diplococcus
serangan dapat berupa pathogen. kerja pneumonia,
- Virus - Riwayat infeki saluran pneumococcus,
- Infeksi ( Infeksi Virus) - Organisme nafas streptococcus aureus)
- Iklim ( Perubahan - Bakteri - Apirasi makanan
mendadak suhu, - Disfungsi menelan Manifestasi Klinis - Pneumonia hipostatik
- Reflex esophagus - Kelemahan badan - Sindrom loeffler
tekanan udara)
- Inhalan (Debu, kapuk, - Batuk
Manifestasi klinis - Sesak napas Manifestasi Klinis
tungau, bulu binatang,
bau asap) - Demam - Sesak napas saat
- Batuk, mula-mula aktivitas dan napas - Demam
- Makanan ( putih telur, - Anoreksia
mukoid lalu purulen dan berbunyi
susu sapi, kacang) - Mual
bisa terjadi hemoptisis - Mengi atau wheeze
- Obat ( Aspirin) - Ekspirasi yang - Muntah
- Nyeri pleuritik, ringan
- Kegiatan Fisik ( Olahraga memanjang - Diare
sampai berat, apabila
berat, kecapaian, proses menjalar ke pleura - Bentuk dada tong - Meningismus
tertawa terbahak (Barrel Chest) pada - Nyeri abdomen
(terjadi pleuropneumonia)
bahak) (Nanda NIC-NOC - Mialgia, penyakit lanjut. - Batuk
2016:66) - Pusing - Penggunaan ototbantu - Bunyi pernafasan (
pernapasan mengi, megorok, pada
- Anoreksia,
Manifestasi Klinik - Suara napas melemah auskultasi terdengar
- Mual & muntah.
- Kadang ditemukan mengi & krekels)
- Dispnea pernapasan paradoksal - Nafas cepat
- Mengi - Kesulitan bernafas
- Takipnea atau sesak
- Keluaran nasal sering
- Kelelahan
menyertai infeksi
- Batuk
pernafasan. Mungkin
- Pernafasan lambat encer kental dan
purulent
Mubarak 2016:198)


Tanda &Gejala Asma Bronchopneumonia PPOK Pneumonia
Sesak nafas √ √ √ √
Batuk √ √ √ √
Demam - √ - √
Kurang nafsu makan - √ - √
Mual - √ √ √
Muntah - √ - √
Ronchi kasar - - - √
Mengii √ - - √
Terdapat gambaran
infiltrat pada lobus bawah - - - √
paru kanan

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


1. Untuk mengetahui bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia dari tahap pengkajian sampai pada intervensi yang akan dilakukan
2. Mahasiswa mampu mengetahui prognosis penyakit pneumonia.
7. INFORMASI TAMBAHAN
Dari kasus diatas perlunya informasi tambahan untuk dapat melengkapi
data yang dapat menunjang dalam menegakkan diagnosa pneumonia yaitu salah
satunya tentang factor factor yang berhubungan dengan diagnosis pneumonia
pada pasien usia lanjut
8. ANALISA SINTESA
Pneumonia komunitas atau community acquired pneumonia (CAP)
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai dan mempunyai
dampak yang signifikan di seluruh dunia, terutama pada populasi usia lanjut.1,2
Insiden pneumonia komunitas dilaporkan meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia.3-5 Pada pasien usia ≥65 tahun yang dirawat di rumah sakit, pneumonia
merupakan diagnosis terbanyak ketiga. Angka ini menjadi semakin penting
mengingat bahwa diperkirakan sebanyak 20% dari penduduk dunia akan berusia
lebih dari 65 tahun di tahun 2050.


Menegakkan diagnosis pneumonia pada pasien usia lanjut masih
merupakan tantangan bagi para klinisi mengingat tampilan klinis yang tidak
lengkap dan tidak spesifik. Gejala
Manifestasi Khas Pneumonia Pada Usia Lajut
Batuk
Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara batuk dengan
diagnosis pneumonia). Sebanyak 74,3% pasien usia lanjut yang didiagnosis
pneumonia komunitas dari penelitian ini mengeluhkan batuk. Hasil ini lebih
sedikit jika dibandingkan dengan yang didapatkan oleh Muller, dkk.26 dan
Christ, dkk.27 yang mendapatkan proporsi batuk masing-masing 91,2% dan 89%.
Penelitian serupa dengan populasi pasien usia lanjut oleh Riquelme, dkk.12 yang
meneliti 101 pasien menemukan bahwa batuk dikeluhkan 67% pasien usia lanjut.
Sementara itu, Hopstaken, dkk.16 mendapatkan nilai yang lebih sedikit, yaitu
29% pasien pneumonia komunitas usia lanjut (>65 tahun) yang mengalami batuk.
Terdapat sedikitnya enam mekanisme pertahanan yang penting dalam
pencegahan CAP yang terganggu pada pasien-pasien usia lanjut, yaitu filtrasi
aerodinamik, refleks batuk, transport mukosilier, fungsi sel fagositik, fungsi
imunologi dan klirens sekresi pulmoner. Perubahan ini akan memengaruhi
epidemiologi, faktor risiko dan keluaran pneumonia komunitas.6 Teori-teori ini
menjelaskan mengapa pada populasi pasien pneumonia komunitas usia lanjut
keluhan batuk relatif lebih jarang muncul seperti pada penelitian ini.
Sputum Produktif
Diantara subjek penelitian yang dikonfirmasi diagnosis pneumonia
komunitas, terdapat sebanyak 26 orang (24,8%) yang mengeluhkan sputum
produktif (p= 0,053, OR 1,87; IK 95% 017-22,52). Persentase sputum produktif
pada pasien CAP penelitian ini lebih sedikit daripada yang didapatkan Metlay,
dkk.10 Penelitian tersebut mengkaji mengenai pengaruh usia terhadap tampilan
klinis pneumonia dan mendapatkan keluhan sputum produktif yang tidak jauh
berbeda pada kelompok usia 18-44, 45-64, 65-74 dan >75 tahun yaitu masing-
masing 64%, 62%, 65%, dan 64%.
Berbagai kepustakaan menyatakan bahwa mayoritas pasien usia lanjut dengan
pneumonia mengeluhkan sputum produktif. Namun, pasien-pasien usia lanjut
yang mengalami dehidrasi atau gangguan dalam kemampuan untuk batuk hanya


mengekspektorasi sedikit bahkan tidak ada sputum.28 Selain itu, data sputum
produktif pada penelitian ini didapatkan dari anamnesis. Adanya gangguan
kognitif juga sangat berperan dalam mempersulit diagnosis pneumonia komunitas
pada pasien usia lanjut. Subjek tidak mampu mengkomunikasikan secara tepat
kepada dokter gejala yang timbul, terutama pada pasien usia lanjut dengan
penurunan fungsi kognitif dan status fungsional.29
Sesak napas
Keluhan sesak napas didapatkan pada 57 subjek penelitian (74%), namun
tidak mencapai kemaknaan secara statistik bila dihubungkan dengan diagnosis
pneumonia komunitas (p= 0,07, OR 0,76; IK 95% 0,21- 2,94). Hopstaken, dkk.16
yang meneliti 246 pasien usia 18-89 tahun untuk mengetahui kontribusi gejala
dan tanda klinis, LED serta CRP terhadap diagnosis pneumonia menemukan
bahwa 77,4% pasien pneumonia komunitas mengeluhkan sesak napas (OR= 0,7;
IK 95% 0,3-1,6). Pada penelitian dengan subjek pasien pneumonia usia lanjut
oleh Riquelme, dkk.12, didapatkan keluhan sesak napas hampir sama dengan
yang didapatkan pada penelitian ini, yaitu 68%.
Berkurangnya sensitifitas dari pusat pernafasan terhadap hipoksia atau
hiperkapnia pada pasien usia lanjut mengakibatkan hilangnya respon ventilasi
pada kasus-kasus akut seperti pneumonia. Hal ini secara lebih lanjut
menyebabkan terlambatnya muncul gejala dan tanda klinis yang penting seperti
sesak napas yang berguna
Ronki
Ronki didapatkan pada 86,7% subjek dan terdapat hubungan bermakna
dengan diagnosis pneumonia (p= 0,002, OR 7,861; IK 95% 2,0-30,1). Hopstaken,
dkk.16 yang melakukan penelitian tentang kontribusi gejala dan tanda klinis serta
CRP terhadap diagnosis pneumonia komunitas pada subjek berusia 18-89 tahun
mendapatkan ronki ditemukan pada 20.6% kasus (OR 1,5, 95% IK 0,7-3,7).
Penelitian lain mendapatkan bahwa ketiadaan ronki pada auskultasi didapatkan
lebih banyak pada kelompok usia sangat lanjut (>80 tahun) dibandingkan dengan
kelompok usia lebih muda (77% dan 84%).7 Namun, penelitian lain
mendapatkan bahwa walaupun secara umum temuan klinis yang konsisten pada
pasien usia lanjut dengan pneumonia sama sekali tidak ditemukan pada 20%-
47% pasien, sesak napas dan adanya ronki lebih sering ditemukan.31


Demam
Rerata suhu tubuh pasien pneumonia pada penelitian ini adalah 37,1oC
(0,89). Sesuai kriteria diagnosis pneumonia pada penelitian ini, yaitu pasien
dikatakan demam jika suhu >37,8oC, maka didapatkan hubungan yang bermakna
antara demam dengan diagnosis pneumonia (p= 0,04 OR 2,01; IK 95% 0,89-4,7).
Nilai OR yang hampir sama juga didapatkan oleh Muller, dkk.26 yang
mendapatkan nilai OR sebesar 2,71 (IK 95% 2,02-3,64).
Penelitian tentang pneumonia pada usia lanjut oleh Riquelme, dkk.32
mendapatkan bahwa demam tidak didapat sesering pada pasien dewasa muda.
Hal ini disebabkan terdapat penurunan nilai dasar suhu tubuh pada pasien usia
lanjut, yang dikenal dengan istilah the older the colder. Selain itu, juga terdapat
respon yang tumpul terhadap demam akibat gangguan kapasitas termoregulator
untuk memproduksi dan berespon terhadap pirogen endogen. Setiap penambahan
usia satu dekade, suhu tubuh rata-rata selama tiga hari pertama sakit pasien
pneumonia menurun 0,15oC.12 Perbedaan ini dapat diterjemahkan sebagai
perbedaan 10oC antara suhu tubuh pasien pneumonia berusia 20 tahun dengan
usia 80 tahun.33
Muder, dkk.34 mendapatkan hanya sekitar sepertiga pasien dari panti rawat yang
mengeluhkan batuk dan demam. Waterer, dkk.28 menemukan bahwa pasien CAP
usia lanjut dengan tidak adanya demam dan adanya perubahan status mental
mengakibatkan pasien menjadi 4 jam lebih lambat mendapat antibiotik dan
keterlambatan ini memengaruhi mortalitas. Walaupun pemberian antibiotik pada
waktu yang tepat telah menjadi standar
Leukositosis
Rerata leukosit pada pasien pneumonia adalah 114.00/mm3. Bila
dihubungkan dengan diagnosis pneumonia, jumlah leukosit >15.000/mm3 tidak
memiliki kemaknaan secara statistik (p= 0,8, OR 1,09; IK 95% 0,52- 2,27).
Rerata leukosit pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan yang
didapat Zalacain, dkk.18 yaitu sebesar 15.400/mm3.
Proses infeksi menstimulasi pelepasan akut netrofil dari pool storage marginated
di sumsum tulang. Netrofilia lazim terjadi pada infeksi bakteri akut dan jarang
pada infeksi virus. Peningkatan netrofil batang dan metamielosit juga sering
ditemukan. Namun demikian, proses penuaan tidak menyebabkan perubahan


signifikan dari jumlah leukosit ataupun hitung jenis leukosit. Karenanya, kelainan
dalam hal jumlah leukosit harus dievaluasi sebagai kemungkinan tanda proses
penyakit aktif.35
Pemeriksaan laboratorium memiliki keterbatasan untuk menegakkan diagnosis
spesifik pneumonia. Meskipun temuan jumlah leukosit >15,000/ mm3
meningkatkan probabilitas pasien menderita pneumonia akibat infeksi bakteri
daripada virus, namun hasil ini tergantung kepada stadium penyakit. Selain itu,
kondisi tersebut belum diketahui apakah cukup sensitif atau spesifik untuk
membantu memutuskan pilihan terapi pada pasien tertentu.26
Pasien usia lanjut secara in vitro menunjukkan penurunan fungsi leukosit
polimorfonuklear secara jelas. Selain itu, terjadi pula gangguan migrasi, ingesti
dan killing netrofil. Namun demikian, temuan in vitro ini tidak memliki
kepentingan klinis yang jelas. Walaupun terdapat penurunan fungsi yang
bermakna secara statistik dalam kisaran 10%-30%, umumnya para ahli
berpendapat bahwa fungsi netrofil memang harus menurun sampai lebih dari
90% agar risiko infeksi meningkat.29
Infiltrat
Terdapat hubungan yang bermakna antara adanya infiltrat pada rontgen thoraks
dengan diagnosis pneumonia (p <0,0001). Semua pasien yang didiagnosis
pneumonia memiliki gambaran infiltrat pada rontgen toraks. Hal ini disebabkan
oleh kriteria diagnosis yang dijadikan baku emas pada penelitian ini
mengharuskan adanya gambaran infiltrat baru atau bertambah dibandingkan
rontgen thoraks sebelumnya. Pada pasien yang bukan pneumonia, didapatkan
gambaran infiltrat pada sebanyak 15 subjek (28,8%). Penyakit komorbid yang
dapat memunculkan gambaran infiltrat yang sering ditemukan pada penelitian ini
adalah gagal jantung kongestif, keganasan dan PPOK.


9. LAPORAN DISKUSI
1. Konsep Medik
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu peyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut ( Sylvia A. Price).
Dengan gejala batuk dan disertaidengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi
asing,berupa radang paru paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan
dapat dilihat melalui gambaranradiologis.
B. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dansering disebabkan oleh
streptococcus pneumumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus
aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antbiotik yang tidak tepat. Setelah masuk keparu-paru organism
bermultiplikasi dan,jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan
paru,terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumoniasesuai
penggolongan yaitu:
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus
hemolyticus, streptococcus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tubercolosis, bacillus Friendlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalitik,
V.Influenza
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : Histoplasma capsulatum,cryptococus Neuroormans, Blastomyces
Dermatitides, coccidodies immitis, aspergilius species, candida albicans.
5. Aspirasi makanan,kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler


Klasifikasi berdasarkan anatomi ( IKA FKUI)

1. Pneumonia Lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda .
2. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi didalam
dinding alveolar (Interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular

Klasifkasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan.

1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H.Influnza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopulmonal/ jamak,atau paska terapi
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit,adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung,
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri,protozoa, parasit, virus,jamur, dan
cacing


C. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.paling sering
terjadi pada usia 6bulan-3tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euphoria dan lebih aktif dari normal,beberapa anak bicara dengan
kecepatan yang tidak biasa
2. Meningismus, yaitu tanda tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba tiba dengan di sertai sakit
kepala,nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher,adanya tanda kernig
dan brudzinski,dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum di sertai dengan penyakit masa
kanak kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit
5. Diare,biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis
7. Sumbatan nasal,pasase nasal kecil dari bayi yang mudah tersumbat oleh
pembekakan mukosa dan eksudasi,dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi
9. Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit pernafan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak
yang lebih besar. Di tandai dengan akan menolak untuk minum dan
makan per oral.


12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang,letargis atau tidak sadar,sianosis,distress
pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja
- Pada anak umur 2 bulan-11bulan:>50kali/menit
- Pada anak umur 1 tahun-5tahun:> 40kali/menit
D. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasi distribusi structural(misal:lobar, bronchial)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur,sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi
semua organism yang ada
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organism
khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static:untuk mengkaji jumlah udara yang di aspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
E. Penatalaksaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa di berikan
antibiotik per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau dengan
penyakit paru lainnya,harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infuse.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,cairan intravena dan alat bantu
mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksaan umum yang
diberikan antara lain:
- Oksigen 1-2 L/menit
- IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9%=3:1,+ KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan,kenaikan suhu, dan status hidrasi
- Jika sesak tidak terlalu berat,dapat di mulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.


- Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Penatalaksaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab ,antibiotic di
berikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
- Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberiaan
- Kloramfenikol 75mg/kg BB/ hari dalam 4 kali pemberiaan
Untuk kasus pneumonia hospital based:
- Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberiaan
- Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberiaan
a. Siderosis miokardium
b. massif yang di sebabkan oleh eritropoesis ekstra medular, Namun
splenoktomi akhirnya diperlukan karena ukuran organ tersebut atau
karena hipersplenisme sekunder.


1. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama alamat,tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nama penanggung jawab.
2. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat ,
pada kasus yang didapat klien mengeluh batuk berdahak.
3. Riwayat kesehatan
Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat di
rumah sakit
□ Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada
gejalasekarang dan gejala yang pernah dialami.
□ Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat menderita penyakit infeksi, riwayat
pemakaian antibiotic (terutama golongan sulfa dan penisilin), riwayat
pemakaian lama obat (hidralazin, prokainamid dan beta-bloker) dan riwayat
stres yang berlebihan.
□ Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi menular dan
penyakit keturunan, penyakit saluran pernafasan dan penyakit seperti yang
dialami klien.
□ Riwayat psikososial
Kondisi psikologis klien, kecemasan, respon pasien terhadap penyakit yang
dialaminya
4. Keadaan umum
Menggambarkan keadaan klien saat dikaji, pada kasus bronchitis sering terjadi
keadaan yaitu; batuk berdahak dan sulit untuk bernafas dan
ketidakseimbangan antara inspirasi dan respirasi, disertai dengan gelisah.
5. Kardiovaskuler
Biasanya terdapat tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat.
6. Sistem integumen


Dikaji adanya, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik.
7. Sistem pernafasan
□ Gejala : adanya batuk disertai keadaan sulit bernafas, dada terasa tertekan.
□ Tanda : adanya gangguan pada sistem pernafasan
8. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, bahkan bisa penurunan kesadaran

B. PENGKAJIAN SESUAI KASUS

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Tn. X
Usia :-
Jenis kelamin : Laki - Laki
Pendidikan :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Suku bangsa :-
b. Keluhan Utama : Sesak napas
c. Riwayat Keluhan Utama : Sesak dirasakan bila habis berjalan
jauh. Sesak dirasakan terutama pada
malam hari
d. Keluhan yang menyertai : Batuk berdahak, mual muntah,
demam, kurang nafsu makan.
e. Riwayat penyakit dahulu : Asma & Gastritis
f. Riwayat penyakit keluarga :-
g. Riwayat Alergi :-
h. Pemeriksaan Fisik :-
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran :-
Tekanan Darah : 100/70 MmHg
Suhu badan :38◦c


Nadi : 88x/m
Respirasi : 26x/m
Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala :
Inspeksi :
Palpasi :
2) Wajah :
Inspeksi :
Palpasi :
3) Mata :-
Inspeksi :
Palpasi :
4) Hidung : -
Inspeksi :
Palpasi :
5) Telinga :
Inspeksi :
Palpasi :
6) Mulut/bibir :
Inspeksi : Bibir pecah pecah
Palpasi :
7) Leher :
Inspeksi :
Palpasi :
8) Dada :
Inspeksi :
Jantung :
Perkusi :
Auskultasi :
Paru-paru :
Perkusi :
Auskultasi: Mengi (+) Ronchi Kasar
9) Abdomen :


Inspeksi :
Auskultasi :
Perkusi :
Palpasi :
10) Ekstermitas atas dan bawah :
Inspeksi :
Palpasi :
11) Genetalia :
Inspeksi :
i. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola persepsi menagemen kesehatan :
2) Pola nutrisi/cairan
Makan : Porsi makan tidak dihabiskan
Minum :-
3) Eliminasi :-
a) Buang air kecil
Rasa Nyeri saat BAK :
Frekuensi :
Warnah urin :
Bau urin :
Lainnya :
b) Buang air besar
Rasa nyeri :
Frekuensi :
Warna feses :
Konsistensi :
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Akvitas
Aktifitas pasien :-
Menggunakan alat bantu :-
Gangguan lain yang dirasakan :
b) Latihan
Latihan yang dilakukan :-


Keterbatasan dalam latihan :-
5) Pola tidur dan istirahat :-
6) Pola kognitif perceptual :-
7) Pola peran hubungan :-
8) Pola seksual dan reproduksi : -
9) Pola nilai kepercaayaan :-

2. Klasifikasi Data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 Klien mengeluh sesak napas  KU Lemah
 Klien mengeluh sesak dirasakan  Vital sign
terutama pada malam hari Tekanan Darah 100/70 MmHg
 Klien mengeluh demam Suhu badan 38◦c
 Klien mengeluh kurang nafsu
makan Nadi 88x/m
 Klien mengeluh mual muntah Respirasi 26x/m
 Klien mengeluh sulit berjalan  Klien tampak sesak
sendiri ke kamar mandi
 Nafas tampak tersengal sengal
 Nafas cuping hidung
 Batuk (+)
 Dahak (+)
 Bunyi napas Mengi (+)
 Ronchi kasar (+)
 Batuk berdahak (+)
 Turgor kulit kering
 Bibir pecah pecah
 Porsi makan tidak dihabiskan
 ADL dibantu keluarga


3. Analisa Data
N DATA PENYEBAB MASALAH
O
1 Data Subjektif Normal (sistem pertahanan Bersihan Jalan Nafas
 Klien mengeluh sesak terganggu) Tidak Efektif (D.0001)
napas ↓
Organisme

Data Objektif
Stapilokokus
 Batuk (+) ↓
 Batuk berdahak (+) Thrombus
 Bunyi napas Mengi (+) ↓
 Ronchi kasar (+) Toksin , Koagulase

Permukaan lapisan pleura
tertutup tebal eksudat
thrombus vena pulmonalis

Nekrosis hemoragik

Produksi sputum meningkat

Obstruksi jalan nafas

Ketidakefektifan Bersihan
jalan napas
2 Data Subjektif Normal (sistem pertahanan Ketidak Efektifan
 Klien mengeluh sesak terganggu)
Pola Napas ( 00032)
napas ↓
Organisme
 Klien mengeluh sesak

dirasakan terutama
Stapilokokus
pada malam hari ↓
Thrombus
Data Objektif ↓
 Klien tampak sesak Toksin , Koagulase
 Respirasi 26x/m ↓
 Nafas tampak tersengal Permukaan lapisan pleura
sengal tertutup tebal eksudat
thrombus vena pulmonalis
 Nafas cuping hidung

Nekrosis hemoragik

Abses pneumatocele
(kerusakan jaringan parut)

Ketidakefektifan Pola
Napas


3 Data Subjektif Normal (sistem pertahanan Hipertermi
terganggu)
 Klien mengeluh ↓
demam organisme

Data Objektif Sel napas bagian bawah
 Suhu badan 38◦c pneumokokus

Eksudat masuk ke alveoli

Alveoli

Sel darah merah, leukosit,
pneumokokus mengisi
alveoli

Leukosit + Fibrin mengalami
konsolidasi

Leukositosis

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi
4 Data Subjektif Normal (sistem pertahanan Mual
terganggu)
 Klien mengeluh ↓
kurang nafsu makan Organisme
 Klien mengeluh mual ↓
muntah Stapilokokus

Data Objektif Thrombus

 Porsi makan tidak Toksin , Koagulase
dihabiskan ↓
Permukaan lapisan pleura
tertutup tebal eksudat
thrombus vena pulmonalis

Nekrosis hemoragik

Produksi sputum meningkat

Tertelan kelambung


Akumulasi sputus dilambung
(sputum bersifat basa)

Lambung menggandakan


usaha untuk
menyeimbangkan asam basa

Nekrosis hemoragik

Meningkatkan keasaman
dilambung

Peningkatan asam lambung

Mual

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
kelas 2 : Cedera fisik
b. Ketidak Efektifan Pola Nafas (D. 00032)
Domain 4 : Aktivitas/ Istrahat
Kelas 4 : Respon Kardiovaskular/ Pulmonal
c. Hipertermi ( D.00007)
Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
d. Mual (D. 00134)
Domain 12 : Kenyamanan

Kelas 1 : Kenyaman Fisik


5. Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN DAN KRITERIA NURSING INTERVENSI


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
HASIL(NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : NIC :
nafas (00031) Manajemen jalan nafas
 Status Pernapasan ; kepatenan
Domain 11 ; Keamanan / Perlindungan jalan napas  Kaji dan dokumentasikan : frekuensi,
Kelas 2 ; Cedera Fisik  Pencegahan aspirasi kedalaman dan upaya pernapasan
 Status pernapasan ; ventilasi  Kaji faktor yang berhubungan (batuk tidak
Definisi: ketidakmampuan efektif, mucus kental dll)
membersihkan sekresi atau obstruksi Setelah dilakukan asuhan  Auskultasi bagian dada anterior dan
saluran napas untuk keperawatan 3 x 24 jam maka posterior untuk mengetahui adanya
mempertahankan bersihan jalan pasien dapat : penurunan dan ketiadaan ventilasi dan
napas  Menunjukan bersihan jalan adanya sura napas tambahan
Batasan karakteristik : napas yang efektif, yang  Instruksikan kepada pasien tentang batuk
dibuktikan oleh oleh staus dan teknik napas dalam untuk memudahkan
 Tidak ada batuk
pernapasan : kepatenan jalan pengeluaran secret
 Tidak ada suara napas tambahan
napas ; dan status pernapasan :  Lakukan fisioterapi dada
 Penurunan bunyi napas
 Dyspnea
ventilasi tidak terganggu  Motivasi pasien untuk bernafas pelan,
 Menunjukan status pernapasan dalam, berputar dan batuk.
 Sputum dalam jumlah yang : kepatenan jalan napas yang  Lakukan penyedotan melalui endotrakea
berlebihan dibuktikan : (frekuensi, irama atau nasotrakea sebagaimana mestinya.
pernapasan, kedalaman  Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Data Subjektif inspirasi, kemampuan untuk
 Klien mengeluh sesak napas membersihkan sekresi,)
 Pada auskultasi Tidak adanya
Data Objektif suara nafas tambahan
 Batuk (+)  Mendemonstrasikan
 Batuk berdahak (+) kemampuan dalam
 Bunyi napas Mengi (+) mengeluarkan sekret.
 Ronchi kasar (+)  Menunjukan tidak adanya
akumulasi sputum berlebihan


2 Ketidakefektifan Pola Napas NOC : NIC :
(00032)
 Status pernapasan ;  Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
Domain 4 :Aktivitas/Istirahat kepatenan jalan napas kesulitan bernapas.
Kelas 4: Respon Kardiovaskular/  Status respirasi ; ventilasi  Monitor pola napas ( misalnya bradipneu,
Pulmonal  Status tanda-tanda vital takipneu, hiperventilasi)
 Monitor respirasi dan status oksigenasi
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi
Setelah dilakukan asuhan  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
yang tidak memberi ventilasi adekuat
keperawatan 3 x 24 jam, maka ventilasi
pasien dapat :  Pasang sensor pemantau oksigen non
Batasan Karakteristik :  Menunjukan pola napas invasif (misalnya pasang alat pada jari)
 Pola napas abnormal yang efektif  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Dyspnea  Menunjukan status  Informasikan kepada keluarga dan pasien
 Pernapasan cuping hidung pernapasan tidak terganggu tentang teknik relaksasi untuk
 Penggunaan otot bantu pernapasan  Status tanda tanda vital memperbaiki pola pernapasan
dalam rentang normal  Berikan terapi nebulazer ultrasonik dan
Data Subjektif  Menunjukan Frekuensi udara oksigen yang dilembabkan sesuai
 Klien mengeluh sesak napas pernafasan dalam rentang dengan program atau protokol instruksi
 Klien mengeluh sesak dirasakan normal .
terutama pada malam hari  Menunjukan Irama
pernafasan dalam rentang
Data Objektif normal .
 Klien tampak sesak  Menunjukan Tidak adanya
 Respirasi 26x/m penggunaan otot bantu
 Nafas tampak tersengal sengal napas
 Nafas cuping hidung  Menunjukan Tidak adanya
pernapasan cuping hidung


3 Hipertermi ( D.00007) NOC : NIC

Domain 11: Keamanan / Perlindungan  Termoregulasi  Pantau suhu Tubuh dan tanda tanda vital
lainnya
Kelas 6 : Termoregulasi Setelah dilakukan asuhan  Monitor warna kulit dan suhu
keperawatan 3 x 24 jam, maka  Monitor asupan dan keluaran, sadari
Definisi : suhu inti tubuh diatas pasien dapat : perubahan kehilangan cairan yang tak
kisaran normal karna kegagalan
dirasakan
termoregulasi  Menunjukan penurunan suhu  Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
tubuh  Tutup pasien dengan selimut atau pakaian
Batasan karakteristik  Akral pasien tidak teraba ringan tergantung pada fase demam
panas  Dorong pasien untuk konsumsi cairan/
Data Subjektif
 Klien mengeluh demam  Mukosa bibir tampak lembap. banyak minum
 Tidak ada perubahan warna  Lakukan kompres pada pasien
Data Objektif kulit  Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang
 Suhu badan 38◦c  Tidak ada sakit kepala kering

4 Mual (D. 00134) NOC : NIC :


Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyaman Fisik  Kontrol mual muntah  Kaji secara lengkap rasa mual termasuk
frekuensi, durasi, tingkat mual dan faktor
Definisi : suatu fenomena subjektif Setelah dilakukan asuhan yang menyebabkan pasien mual.
tentang rasa tidak nyaman pada bagian keperawatan 3 x 24 jam, maka  Pantau efek mual terhadap tingkat energi,
belakang tenggorok atau lambung pasien dapat : malaise, keletihan dan kelemahan
yang dapat atau tidak mengakibatkan  Mengenali pencetus muntah  Beriskan istrahat dan tidur yang adekuat
muntah  Mengindari faktor faktor untuk mengurangi mual
penyebab muntah bila  Ajarkan pasien untuk belajar strategi
mungkin mengatasi mual sendiri


Batasan karakteristik:  Melaporkan mual, muntah  Lakukan pembersihan mulut sesering
 Keengganan terhadap makan muntah, dan muntah yang mungkin
 Sensasi muntah terkontrol  Informasikan kepada klien untuk
 Peningkatan menelan rasa asam mengurangi jumlah makanan yang bisa
didalam mulut menimbulkan mual
 Informasikan kepada klien untuk makan
Data Subjektif makanan yang bervariasi dengan cara
 Klien mengeluh kurang nafsu sedikit tapi sering dalam keadaan hangat
makan  Kolaborasi dalam pemberian terapi
 Klien mengeluh mual muntah antiemetic
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
Data Objektif penentuan diit yang tepat
 Porsi makan tidak dihabiskan

Anda mungkin juga menyukai