Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Endokrindigestif”.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Askep Gadar
Kardiopulmonal yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
tugas makalah ini. Dimana makalah ini akan membahas tentang “Manajemen
Askep Kegawatdaruratan Hipotiroidsm dan Hipertiroidism”. Kami mengharap
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak
kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Samarinda, 17 September 2018

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang .................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hipotiroidism dan Hipertiroidism .......................................... 6
B. Etiologi hipotiroidism dan hipertiroidism ............................................. 6
C. WOC ipotiroidism dan hipertiroidism .................................................. 7
D. Manajamen penanganan kegawatan hipotiroidism dan hipertiroidism. 14
E. Asuhan Keperawatan hipotiroidism dan hipertiroidism ....................... 14
F. Algoritma ..............................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipotiroidisme merupakan suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi dan
sekresi hormon tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju
metabolisme tubuh dan penurunan glukosaminoglikan di interstisial terutama
dikulit dan otot. Hipotiroidisme biasanya disebabkan oleh proses primer dimana
jumlah produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid tidak mencukupi. Dapat juga
sekunder oleh karena gangguan sekresi hormon tiroid yang berhubungan dengan
gangguan sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang adekuat dari
kelenjar hipofisis atau karena gangguan pelepasan Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) dari hipotalamus (hipotiroid sekunder atau tersier). Manifestasi
klinis pada pasien akan bervariasi, mulai dari asimtomatis sampai keadaan koma
dengan kegagalan multiorgan (koma miksedema). Insidensi hipotiroidisme
bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan lingkungan seperti kadar
iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain itu juga berperan
faktor genetik dan distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh dunia
penyebab hipotiroidisme terbanyak adalah akibat kekurangan iodium. Sementara
itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang mencukupi, penyebab tersering
adalah tiroiditis autoimun. Di daerah endemik, prevalensi hipotiroidisme adalah
5 per 1000, sedangkan prevalensi hipotiroidisme subklinis sebesar 15 per 1000.
Hipotiroidisme umumnya lebih sering dijumpai pada wanita, dengan
perbandingan angka kejadian hipotiroidisme primer di Amerika adalah 3,5 per
1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per 1000 penduduk untuk pria. The Third
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
yangmelakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di
Amerika Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari
populasi (0,3% dengan klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks
massa tubuh yang rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi

3
hipotiroidisme ini lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan
ras hispanik(4,1%) dan Afrika-Amerika (1,7%
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin
yang disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan
oleh kelenjar tiroid. Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di
seluruh populasi dengan insiden munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh
orang penderita tiap satu juta populasi (Fumarola et al, 2010).
Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat penyakit ini dapat mengganggu
aktivitas pasien sehari-hari. Manifestasi klinik yang dirasakan pasien dapat
berupa gangguan psikiatrik seperti rasa cemas berlebihan dan emosi yang mudah
berubah, gangguan pencernaan berupa diare, hingga gangguan kardiovaskuler
berupa takikardi dan palpitasi (Bahn et al, 2011).
Pada pasien hipertiroidisme, terapi yang diberikan dapat berupa terapi
konservatif dengan pemberian obat anti tiroid maupun terapi pengurangan atau
ablasi kelenjar tiroid dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi (pengangkatan
kelenjar tiroid) yang disesuaikan dengan etiologi penyakit dan pilihan pasien.
Dari ketiga pilihan terapi tersebut, terapi dengan obat anti tiroid merupakan salah
satu terapi yang banyak digunakan. Obat anti tiroid yang digunakan secara luas
sebagai lini pertama adalah golongan thionamide, yang terdiri dari
propylthiouracil dan methimazole. Obat anti tiroid umumnya digunakan selama
lebih dari enam bulan hingga pasien mencapai remisi dan pengobatan dapat
dihentikan. Selama menggunakan obat anti tiroid pasien dapat mengalami efek
samping berupa munculnya ruam kulit, gangguan hepar dan agranulositosis
(Fumarola et al,2010).Pada penggunaan obat anti tiroid, rasionalitas terapi
memegang peranan penting dalam menjamin penggunaan obat yang tepat, aman
dan efektif. Dengan pemilihan jenis obat anti tiroid dan pemberian dosis yang
tepat, kondisi euthyroid dan remisi dapat lebih cepat tercapai dan memperpendek
durasi terapi. Dan dengan penggunaan obat yang sesuai dengan kondisi pasien
dapat mengurangi risiko efek samping yang muncul.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hipotiroidism dan hipertiroidism?
2. Bagaimana etiologi dari hipotiroidism dan hipertiroidism?
3. Bagaimanakah manajemen penanganan kegawatan pada hipotiroidism dan
hipertiroidism?
4. Bagaimanakah asuhan keperawatan hipotiroidism dan hipertiroidism?
C. Tujuan
1. Dapat megetahui dan memahami definisi dari hipotiroidism dan
hipertiroidism
2. Dapat megetahui dan memahami etiologi dari hipotiroidism dan
hipertiroidism
3. Dapat memahami dan mengaplikasikan manajemen penanganan kegawatan
pada hipotiroidism dan hipotiroidism
4. Dapat memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan hipotiroidism
dan hipertiroidism

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipotiroidism dan Hipertiroidsm


Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh
konsentrasi hormon tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan
laju metabolisme tubuh secara umum. Kejadian hipotiroidisme sangat
bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan seperti asupan
iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia.
Menurut American Thyroid Association dan American Association of
Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).
Hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya
kadar hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah.
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada 5
jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai manifestasi
klinik yang terkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses
metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).
B. Etiologi Hipotiroidism dan Hipertiroidism
1. Etiologi Hipotiroidism
Penyebab paling umum dari hipotiroidisme adalah tiroiditis Hashimoto.
“Tiroiditis” adalah peradangan kelenjar tiroid. Tiroiditis Hashimoto adalah
suatu gangguan autoimun. Karena Hashimoto, tubuh memproduksi
antibodi yang menyerang dan menghancurkan kelenjar tiroid. Tiroiditis
juga bisa disebabkan oleh infeksi virus
Spektrum gambaran klinik hipotiroidisme sangat lebar, mulai dari keluhan
cepat lelah atau mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma
miksedema).

6
Organ/Sistem Organ Keluhan/Gejala/Kelainan
1. Bradikardia
2. Gangguan kontraktilitas
Kardiovaskuler 3. Penurunan Curah jantung
4. Kardiomegali ( paling
banyak disebabkan oleh
efusi perikard)
1. Sesak dengan aktivitas
2. Gangguan respon ventilasi
terhadap hiperkapnia dan
Respirasi hipoksia
3. Hipoventilasi
4. Sleep apnea
5. Efusi Pleura
1. Anoreksia
2. Penurunan peristaltik usus
Gastrointestinal => konstipasi kronik,
impaksi feses dan
3. ileus
1. Penurunan laju filtrasi
Ginjal (air dan ginjal
elektrolit) 2. Penurunan kemampuan
ekskresi kelebihan cairan
=> intoksikasi
3. cairan dan hiponatremia
Anemia, disebabkan:
1. Gangguan sintesis
Hematologi hemoglobin karena
defisiensi tiroksin
2. Defisiensi besi karena
hilangnya besi pada
menoragia dan
3. gangguan absorbsi besi
4. Defisiensi asam folat karena
gangguan absorbsi asam
folat
5. Anemia pernisiosa
1. Kelemahan otot proksimal
2. Berkurangnya refleks
Neuromuskular 3. Gerakan otot melambat
4. Kesemutan

7
1. Depresi
Psikiatri 2. Gangguan memori
3. Gangguan kepribadian

1. Gangguan pembentukan
estrogen => gangguan
Endokrin
ekskresi FSH dan
2. LH, siklus anovulatoar,
infertilitas, menoragia
Tabel 1. Gejala Klinis Hipotiroidism dan Hipertiroidism
Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah,
tidak tahandingin, berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan
kejang otot. Pengaruh hipotiroidisme pada berbagai sistem organ dapat dilihat
pada tabel 1.

8
2. Etiologi Hipertiroidism

Berdasarkan etiologinya hipertiroidisme dapat dibagi menjadi beberapa


kategori, secara umum hipertiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah
Graves’ Disease, toxic adenoma, dan multinodular goiter.
a. Graves’ Disease
Graves’ disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme karena sekitar
80% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves’ disease.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan
tiroid keluarga, dan adanya penyakit autoimun lainnya misalnya diabetes
mellitus tipe 1 (Fumarola et al, 2010).
Graves’ disease merupakan gangguan autoimun berupa peningkatan kadar
hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena
adanya thyroid stimulating antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan
mengaktivasi reseptor TSH (TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb
memicu perkembangan dan peningkakan aktivitas sel-sel tiroid
menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid melebihi normal. TSAb
dihasilkan melalui proses respon imun karena adanya paparan antigen.
Namun pada Graves’ Disease sel-sel APC (antigen presenting cell
menganggap sel kelenjar tiroid sebagai antigen yang dipresentasikan pada
sel T helper melalui bantuan HLA (human leucocyte antigen). Selanjutnya
T helper akan merangsang sel B untuk memproduksi antibodi berupa TSAb.
Salah satu faktor risiko penyebab timbulnya Graves’ Disease adalah HLA.
Pada pasien Graves’ Disease ditemukan adanya perbedaan urutan asam
amino ke tujuh puluh empat pada rantai HLA-DRb1. Pada pasien Graves’
Disease asam amino pada urutan ke tujuh puluh empat adalah arginine,
sedangkan umumnya pada orang normal, asam amino pada urutan tersebut
berupa glutamine (Jacobson et al, 2008).
b. Toxic Adenoma
Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang dapat
memproduksi hormon tiroid. Nodul didefinisikan sebagai masa berupa

9
folikel tiroid yang memiliki fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi
oleh kerja TSH (Sherman dan Talbert, 2008).
Sekitar 2 – 9% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan karena
hipertiroidisme jenis ini. Menurut Gharib et al (2007), hanya 3–7% pasien
dengan nodul tiroid yang tampak dan dapat teraba, dan 20 – 76% pasien
memiliki nodul tiroid yang hanya terlihat dengan bantuan ultra sound.
Penyakit ini lebih sering muncul pada wanita, pasien berusia lanjut,
defisiensi asupan iodine, dan riwayat terpapar radiasi. Pada pasien dengan
toxic adenoma sebagian besar tidak muncul gejala atau manifestasi klinik
seperti pada pasien dengan Graves’ disease. Pada sebagian besar kasus
nodul ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan kesehatan
umum atau oleh pasien sendiri.
Sebagian besar nodul yang ditemukan pada kasus toxic adenoma bersifat
benign (bukan kanker), dan kasus kanker tiroid sangat jarang ditemukan.
Namun apabila terjadi pembesaran nodul secara progresif disertai rasa sakit
perlu dicurigai adanya pertumbuhan kanker. Dengan demikian perlu
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kondisi pasien untuk
memberikan tatalaksana terapi yang tepat. Munculnya nodul pada tiroid
lebih banyak ditemukan pada daerah
dengan asupan iodine yang rendah. Menurut Paschke (2011), iodine yang
rendah menyebabkan peningkatan kadar hidrogen peroksida di dalam
kelenjar tiroid yang akan menyebabkan mutasi. Hal ini sesuai dengan
Tonacchera dan Pinchera (2010), yang menyatakan pada penderita
hipertiroidisme dengan adanya nodul ditemukan adanya mutasi pada
reseptor TSH. Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis toxic adenoma adalah pemeriksaan TSH, kadar
hormon tiroid bebas, ultrasonography dan fine-needle aspiration (FNA).
Pemeriksaan TSH merupakan pemeriksaan awal yang harus dilakukan
untuk mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid, serta perlu dilakukan
pemeriksaan kadar hormon tiroid (T4 dan T3). Ultrasonography merupakan
pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk

10
mendapatkan gambar dan bentuk kelenjar tiroid. Dengan pemeriksaan ini
dapat diidentifikasi bentuk dan ukuran kelenjar tiroid pasien. Sedangkan
pemeriksaan dengan fine-needle aspiration digunakan untuk mengambil
sampel sel di kelenjar tiroid atau biopsi. Dari hasil biopsi dengan FNA dapat
diketahui apakah nodul pada pasien bersifat benign (non kanker) atau
malignant (kanker) (Gharib et al, 2010). Tata laksana terapi bagi pasien
hipertiroidisme akibat toxic adenoma adalah dengan iodine radioaktif atau
tiroidektomi. Sebelum dilakukan tindakan dengan iodine radioaktif atau
tiroidektomi pasien disarankan mendapat terapi dengan obat anti tiroid
golongan thionamide hingga mencapai kondisi euthyroid (Bahn et al, 2011).
Setelah terapi dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi perlu dilakukan
evaluasi setiap 1-2 bulan meliputi evaluasi kadar TSH, T4 bebas dan T3 total.
Serta dilakukan tes ultrasonography untuk melihat ukuran nodul (Gharib et
al, 2010).
c. Toxic Multinodular Goiter
Selain Grave’s Disease dan toxic adenoma, toxic multinodular goiter
merupakan salah satu penyebab hipertiroidisme yang paling umum di
dunia.Secara patologis toxic multinodular goiter mirip dengan toxic
adenoma karena ditemukan adanya nodul yang menghasilkan hormon tiroid
secara berlebihan, namun pada toxic multinodular goiter ditemukan
beberapa nodul yang dapat dideteksi baik secara palpasi maupun
ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi ini adalah faktor genetik dan
defisiensi iodine. Tatalaksana utama pada pasien dengan toxic multinodular
goiter adalah dengan iodine radioaktif atau pembedahan. Dengan
pembedahan kondisi euthyroid dapat tercapai dalam beberapa hari pasca
pembedahan, dibandingkan pada pengobatan iodine radioaktif yang
membutuhkan waktu 6 bulan.
d. Hipertiroidisme Subklinis
Graves’ Disease, toxic adenoma, dan toxic multinodular goiter merupakan
penyebab utama hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam
jenis overt hyperthyroidism. Pada hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH

11
ditemukan rendah atau tidak terdeteksi disertai peningkatan kadar T4 dan T3
bebas (Bahn et al, 2011).
Selain ketiga jenis di atas, sekitar 1% kasus hipertiroidisme disebabkan
hipertiroidisme subklinis. Pada hipertiroidisme sub klinis, kadar TSH
ditemukan rendah disertai kadar T4 dan T3 bebas atau total yang normal.
Menurut Ghandour (2011), 60% kasus hipertiroidisme subklinis disebabkan
multinodular goiter. Pada pasien yang menderita hipertiroidisme subklinis
dapat ditemukan gejala klinis yang tampak pada pasien overt
hyperthyroidism. Menurut Bahn et al, 2011 prinsip pengobatan
hipertiroidisme sub klinis sama dengan pengobatan overt hyperthyroidism.

12
C. WOC Hipotiroidism dan Hipertiroidism

WOC HIPERTIROID

Antigen di Metabolik Agen infeksi.


kelenjar Ex: virus
tiroid
Hipotalamus
Inflamasi di
Limfosit T aktif kelenjar
tiroid

Limfosit B aktif Kebutuhan Subacute


hormon tiroid thyroiditis

Sekresi
antibodi TSH TSH

Goiter
Interaksi antara noduler
TSH-R dan TSI

TSH

Hipersekresi
Grave’s hormon tiroid
disease

MK:
hipertiroid ketidakseimbangan
Dysphagia
nutrisi : kurang
dari kebutuhan

Basal metabolic Effect kalori Respon dari katecholamines


rate (epinefrin and norepinefrin di
dalam darah )
Produksi panas

13
MK : hipertermi
3
4 Hipermetabolik Efek Simpatomimetik
5

6
7 Konsumsi O2 Efek pada Efek pada sistem
8 cardiovasculer pernafasan

9 Energy
10 expenditure Chronotropic (+) Bronkus mengecil
11

12 MK : fatigue Heart rate Kapasitas bronkus


13

hipertensi Respiratory rate

Sakit kepala MK : pola nafas tidak


MK : intoleransi
aktivitas efektif

14
15
D. Penatalaksanaan
Algoritma Penanganan Medis
Hipotirioidisme dan Hipertiroidisme

Hipertirioidisme

Etiologi:
Graves’ Disease, Toxic Adenoma, Toxic Multinodular Goiter, Hipertiroidisme Subklinis,

Pengkajian Primer Pengkajian Sekunder


Airway : Periksa adanya sumbatan/obstruksi
B1 (Breath): Dispnea
jalan napas
B2 (Blood) : Anemia, Hipertensi, aritmia, takikardia
Breathing : Periksa frekuensi, suara, dan pola
B3 (Brain) : labil/emosional, iritabilitas, psikosis,
napas
tremor, sulit tidur
Circulation : Periksa tanda-tanda vital. CRT,
B4 (Bladder) : -
pitting edema, dan akral
B5 (Bowel) : Sering BAB, polifagia, muntah,
ekstremitas
B6 (Bone) : kelemahan, nyeri tulang, osteoporosis

Pemeriksaan Fisik Head to toe


Pandangan ganda, melotot, Pembesaran kelenjar
tiroid, berkeringat tidak wajar.

Pemeriksaan Penunjang :
 TSH : < 0,01 mU/L
 Peningkatan T3 dan T4
 Radioactive iodine uptake dan scan
tyroid
 USG
 FNAB

Tanda-tanda adrenergic :
Tremor, palpitasi, intoleransi panas,
gelisah

Beta Blocker Iodida


Propanolol, 10 – 20 mg/6 jam, ditingkatkan Iopanoic acid atau iopodate sodium,
secara berkala sampai gejala terkontrol (80-320 1g/hari, dapat digunakan sampai 12
mg/hari) Tidak ada minggu
perbaikan
Digunakan untuk mengontrol gejala dengan
cepat dan sebagai medikasi awal sebelum
pengobatan lanjutan
16
Pasien dengan kemungkinan Pasien yang memiliki rencana
sembuhh tinggi, pasien dengan hamil 4-6 bulan kedepan,
kontraindikasi pembedahan, kontraindikasi pembedahan,
riwayat pembedahan pada riwayat bedah pada bagian leher,
bagian leher, pasien yang tidak kontraindikasi obat anti tiroid
dapat menjalani radioterapi

Obat Anti Tiroid Radioaktif Iodin


Methimazole (Tapazole) 15-30 mg/ Methimazole (Tapazole)
hari dapat dipadukan dengan beta
blocker setelah 4-8 minggu
prophylthioracil (PTU) digunakan
pada wanita hamil, dosis awal 100mg
3x/hari dan lanjutan 100-200 mg / hari

Pembesaran gondok ≥80g, respon rendah pada


pengobatan radioaktif iodine, adanya keganasan
tiroid, wanita yang berenacana hamil < 4-6
bulan kedepan

Bedah Tiroidektomi
Digunakan pada pasien yang memiliki
kontra indikasi pada pengobatan
lainnya, tidak ada perbaikan, maupun
menolak dengan pengobatan lainnya.

17
Algoritma Penanganan Medis
Hipotirioidisme dan Hipertiroidisme

Hipotiroidisme

Etiologi:
Peradangan Kelenjar Tiroid. Gangguan Autoimun dan Infeksi Virus

Pengkajian Primer Pengkajian Sekunder


Airway : Periksa adanya sumbatan/obstruksi
B1 (Breath): Sesak dengan aktivitas, hiperkapnia,
jalan napas
hipoksia, hipoventilasi, sleep apnea,
Breathing : Periksa frekuensi, suara, dan pola
B2 (Blood) : Bradikardia, penurunan curah jantung,
napas
kardiomegali, anemia.
Circulation : Periksa tanda-tanda vital. CRT,
B3 (Brain) : Depresi, gangguan memori, gangguan
pitting edema, dan akral
kepribadian
ekstremitas
B4 (Bladder) : penurunan GFR, ggn ekskresi cairan
B5 (Bowel) : Anoreksia, penurunan peristaltik,
konstipasi, impaksi feses dan ileus
B6 (Bone) : kelemahan oto proksimal,
berkurangnya refleks, gerakan
melambat, kesemutan
Pemeriksaan Fisik Head to toe
Pandangan
Pemeriksaan ganda, melotot,: Pembesaran kelenjar
Penunjang
 TSH
tiroid, : > 5,5 mU/L
berkeringat tidak wajar.
 Penurunan T3 dan T4

18
19
E. Asuhan Keperawatan
Seorang wanita, usia 28 tahun datang ke poli penyakit dalam RS Sakinah
dengan keluhan sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan, sembelit dan
intoleransi terhadap dingin. BB 30 kg, tb 160 cm. Riwayat penyakit: dua tahun
yang lalu pasien pernah melakukan pengobatan di puskesmas dengan keluhan
ada benjolan di leher depan dan nyeri tekan,pasien juga merasakan dada sering
berdebar-debar dan badannya tetap kurus.hasil pemeriksaan fisik jantungnya
membesar, nadi <60 kali/menit, matanya exofthalmus, benjolan di leher, dan
rasa nyeri. Hasil pemeriksaan fisik kulit dingin, pucat, kering, bersisik, dan
menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok.Saat diajak bicara fungsi
intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori,
perhatian kurang, bingung, pertanyaan harus diulang – ulang karena
pendengaran pasien berkurang, parastesia, penurunan refleks tendom. Hasil
pemeriksaan penunjang kadar T3 15pg/dl, dan T4 20 μg/dl dan kadar THS pada
pasien tersebuut yaitu <0,005μIU/ml. Diagnosa medis pasien hipotiroid.

1. Pengkajian
a. Identitas :
 Nama :Ny.X
 Umur : 28 Tahun
 Jenis kelamin : perempuan
b. Keluhan utama : klien mengalami sesak nafas
c. Riwayat kesehatan sekarang : sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan,
sembelit dan intoleran terhadap dingin
d. Riwayat kesehatan dahulu : dua tahun yang lalu pasien pernah melakukan
pengobatan di puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher depan dan
nyeri tekan,pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan
badannya tetap kurus
e. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada riwayat keluarga yang menyertai
f. Pemeriksaan fisik

20
1) Rambut :
Inspeksi : Rambut kering, Rambut rontok
Palpasi : Rambut Kasar
2) Mata :
Inspeksi : mata pasien exofthalmus (melotot)
3) Telinga : pengalami gangguan pendengaran
4) Leher :
Inspeksi : ada benjolan di leher depan
Palpasi : tredapat pada nyeri tekan
5) Dada :
Palpasi : berdebar - debar
6) Integumen:
Inspeksi : pucat, kering, bersisik, pertumbuhan kuku buruk,
Palpasi : Kulit dingin, kuku menebal,
7) Kebiasaan hidup sehari-hari :
1) Pola makan : pasien mengatakan sulit menelan, tidak nafsu makan,
8) Pemeriksaan penunjang:
a) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada klien : kadar T3 15pg/dl, dan T4
20 μg/dl
b) Pemerisaan kadar THS pada pasien tersebuut yaitu <0,005μIU/ml
A. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : klien mengatakan sesak Kelenjar tiroid Pola nafas tidak
nafas membesar efektif
Do : dada klien berdebar-debar
2. Ds : klien mengatakan tidak Disfagia Keseimbangan
nafsu makan gangguan nutrisi kurang dari
Do : respirasi kebutuhan tubuh
 Badannya tetap kurus
 Sembelit

21
3. Ds : klien mengatakan terdapat Nodul tiroid Nyeri akut
benjolan di leher toksik
Do : derdapat nyeri tekan
4. Ds : klien mengatakan sult Eksoftalmul Gangguan persepsi
menutup kelopak mata sensori
Do : mata klien melotot (penglihatan)
5. Ds : klien mengeluh Hipoksia Gangguan pola
kebingungan fikir
Do :
 klien mengalami
gangguan memori
6. Ds : klien mengatakan Fungsi intelektual Gangguan persepsi
pendengaran berkurang meurun sensori
Do : pertanyaan harus di ulang- (pendengaran)
ulang

B. Diagnosis keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelenjar tiroid membesar
b. Nyeri akut berhubungan dengan nodultiroid toksik
c. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia gangguan respirasi
d. Gangguanpersepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan eksoftalmus
e. Gangguan pola pikir berhubungan dengan hipoksia
f. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan fungsi
intelektual menurun

22
C. Perencanaan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelenjar tiroid membesar


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit sesak
berkurang.
kriteria hasil : -pasien merasa nyaman dalam bernafas
-sesak berkurang
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat status pernafasan - Untuk mendeteksi tanda-tanda
2. Bantu klien untuk berada pada awal gangguan
posisi yang nyaman dan - Untuk memudahkan bernafas
memungkinkan ekspansi dada - Untuk menghindari keletihan
maksimal - Untuk membantu menurunkan
3. Berikan kesempatan pasien distres pernafasan yang
beristirahat di antara tindakan disebabkan oleh hipoksia
untuk memperlancar pernafasan
4. Berikan oksigen sesuai program

Nyeri akut berhubungan dengan nodultiroid toksik


Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×30 menit nyeri
berkurang.
kriteria hasil :nyeri berkurang, pasien merasa nyaman
Intervensi Rasional
1. Kaji jenis dan tingkat nyeri - Pengkajian berkelanjutan
pasien. membantu menyakinkan
2. Minta pasien untuk bahwa penanganan dapat
menggunakan sebuah skala 1 memenuhi kebutuhan pasien
sampai 10 untuk menjelaskan dalam mengurangi nyeri.
tingkat nyerinya (dengan niali

23
10 menandakan tingkat nyeri - Untuk memfasilitasi
paling berat) pengkajian yang akurat tentang
3. Berikan obat yang dianjurkan tingkat nyeri pasien.
untuk mengurangi nyeri, - Untuk menentukan kefektifan
bergantung pada gambaran obat
nyeri pasien. - Tindakan ini meningkatkan
4. Atur periode istirahat tanpa kesehatan, kesejahteraan, dan
terganggu. peningkatan tingkat energi,
yang penting untuk
pengurangan nyeri

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan disfagia gangguan respirasi
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
terpenuhi.
kriteria hasil :nafsu makan bertambah, nutrisi terpenuhi.
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan pasien - Untuk membantu mengkaji
mendiskusikan alasan untuk penyebab gangguan makan
tidak makan untuk tidak - Untuk mengkaji zat gizi yang
makan dikonsumsi dan suplemen
2. Observasi dan catat asupan yang diperlukan
pasien (cair dan padat) - Untuk meningkatan nafsu
3. Tentukan makanan kesukaan makan pasien
pasien dan usahakan untuk - Makanan tersebut mencegah
mendapatkan makan tersebut. kerusakan protein tubuh dan
4. Tawarkan suplemen tinggi memberikan kalori tinggi
protein, tinggi kalori, seperti - Untuk membantu mencegah
susu kocok, puding atau es malingering pada saat makan
krim

24
5. Sajikan makanan yang
membutuhkan sedikit dikerat
atau dikunyah

Gangguanpersepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan


eksoftalmus.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama3x24 jam eksoftalmus
berkurang.
kriteria hasil :rasa nyeri yang berhubungan dengan pada jaringan mata
berkurang.
Intervensi Rasional
1. Obserfasi adanya edema - Stimulasi umm dari stimulasi
periorbital adrenergic yang berlebihan
2. Eveluasi ketajaman mata - Oftalmopati infiltrative adalah
3. Anjurkan pasien akibat dari peningkatan
menggunakan kaca mata jaringan retroorbital
gelap - Melindungi kerusakan kornea
4. Bagian kepala tempat tidur - Menurunkan edema jaringan
ditinggikan bila ada komplikasi

Gangguan pola pikir berhubungan dengan hipoksia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam sesak pada klien
berkurang
kriteria hasil :sesak klien berkurang,
Intervensi Rasional
1. Dokumentasikan dan - Perubahan dapat
laporkan perubahan proses mengindikasikan peningkatan

25
pikir pasien setiap pergantian atau penurunan kondisi yang
tugas jaga mendasari
2. Panggil pasien dengan - Untuk memberikan orientasi
namanya, beri tahukan nama realitas
anda, dan informasikan
kembali latar belakang
(tempat, jam, tanggal) - Untuk mengurangi
3. Beri label dan letakkan kebingungan dan menciptakan
barang dan foto pasien tetap lingkungan yang aman
ditempatnya yang tetap

Gangguanpersepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan


Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit
pendengaran membaik.
kriteria hasil : pasien mampu mengungkapkan perasaan nyaman, pasien
mampu mendengar.
Intervensi Rasional
1. Biarkan pasien - Kesempatan pasien berbicara
mengungkapkan perasaannya tentang penurunan
tentang penurunan pendengarannya akan
pendengaran. meningkatkan.
2. Tentukan cara yang efektif - Komunikasi yang terencana
untuk berkomunikasi dengan dengan pasien akan
pasien, menggunakan sikap meningkatkan pemberian
tubu, isyarat, menuliskan perawatan
kata-kata, dan membaca bibir.
3. Berikan orientasi realitas bila - Agar interaksi pasien-staf lebih
pasien mengalami efektif
kebingungan atau disorientasi

26
D. Implementasi
1) mengkaji dan catat status pernafasan, membantu klien untuk berada pada
posisi yang nyaman dan memungkinkan ekspansi dada maksimal,
memberikan kesempatan pasien beristirahat di antara tindakan untuk
memperlancar pernafasan, memberikan oksigen sesuai program.
2) mengkaji jenis dan tingkat nyeri pasien, meminta pasien untuk
menggunakan sebuah skala 1 sampai 10 untuk menjelaskan tingkat
nyerinya (dengan niali 10 menandakan tingkat nyeri paling berat)
,memberikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung
pada gambaran nyeri pasien, mengatur periode istirahat tanpa terganggu.
3) memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
untuk tidak makan, mengobservasi dan catat asupan pasien (cair dan padat),
menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, menawarkan suplemen tinggi protein, tinggi kalori, seperti
susu kocok, puding atau es krim, menyajikan makanan yang membutuhkan
sedikit dikerat atau dikunyah
4) mengobserfasi adanya edema periorbital, mengeveluasi ketajaman mata,
menganjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap, meninggikan bagian
kepala tempat tidur
5) mendokumentasikan dan laporkan perubahan proses pikir pasien setiap
pergantian tugas jaga, memanggil pasien dengan namanya, beri tahukan
nama anda, dan informasikan kembali latar belakang (tempat, jam,
tanggal), memberi label dan letakkan barang dan foto pasien tetap
ditempatnya yang tetap
6) membiarkan pasien mengungkapkan perasaannya tentang penurunan
pendengaran, menentukan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan
pasien, menggunakan sikap tubu, isyarat, menuliskan kata-kata, dan
membaca bibir, Memberikan orientasi realitas bila pasien mengalami
kebingungan atau disorientasi

27
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh
konsentrasi hormon tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan
laju metabolisme tubuh secara umum. Kejadian hipotiroidisme sangat
bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan seperti asupan
iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia. Gejala yang sering
dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak tahandingin, berat badan
naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan kejang otot.
Menurut American Thyroid Association dan American Association of
Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).

28
DAFTAR PUSTAKA

Darmono, Suhartono T, GD Pemayun T, Nugroho KH,editors. The 2nd Thyroidologi


Update 2009. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2009
Departemen ilmu penyakit dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing.
2008. 14-21.197-205
Devdhar M, Ousman YH, Burman KD. Hypothyroidism. Washington. Endocrinol
MetabClin N Am. 2007; 36: 595-615
Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguan akibat kekurangan
yodium. Dalam : Penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter.
Sumual AR, Langi Y. Hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto, editor. Buku ajar
Tiroidologi klinik. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
2007. 295-317
Vaidya B, Pearce Simon HS. Management of hypothyroidism in adult. BMJ. 2008;
337: 284-289.

29

Anda mungkin juga menyukai