Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani ialah suatu komunitas individu yang
memiliki kesukarelaan, kemandirian, dan patuh terhadap suatu aturan atau hukum yang berlaku.
Masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat paksaan atau karena idoktrinasi.
Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela
membentuk suatu kehidupan bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang sangat
besar untuk mewujudkan cita-cita bersama. Dengan sendirinya tanggung jawab pribadi sangat kuat
karena diikat oleh keinginan bersama untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Masyarakat madani tidak tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada lembaga-lembaga
atau organisasi lain. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi, yang percaya akan kemampuan
sendiri untuk berdiri sendiri bahkan untuk dapat membantu sesama yang lain yang berkekurangan.
Keanggotaan yang penuh percaya diri tersebut adalah anggota yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan terhadap masyarakatnya.
Para anggota masyarakat madani adalah manusia-manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung
kepada peritah orang lain termasuk negara. Bagi mereka, negara adalah kesepakata bersama sehingga
tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga tuntutan dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota. Inilah negara yang berkedaulatan rakyat. Masyarakat madani adalah suatu
masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara kekuasaaan.
http://d-phrazt.blogspot.co.id/2010/01/masyarakat-madani.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Madani jika dipahami sekilas merupakan format kehidupan
alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi
nilai-nilai hak asasi manusia. Ketika negara sebagai penguasa dan
pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia dalam
menjalankan roda pemerintahannya, di sinilah kemudian konsep masyarakat
madani menjadi alternatif pemecahan.
Sosok Masyarakat Madani bagaikan barang antik yang memiliki daya
tarik yang amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakkan
wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik,
bukan dikarenakan kondisinya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan
tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan masyarakat yang
lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masyarakat madani ?
2. Bagaimana sejarah pemikiran masyarakat madani ?
3. Apa karakteristik masyarakat madani ?
4. Apa faktor penghambat terwujudnya masyarakat madani di Indonesia ?
5. Bagaimana proses perubahan menuju masyarakat madani di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian masyarakat madani
2. Mengetahui sejarah pemikiran masyarakat madani
3. Mengetahui karakteristik masyarakat madani
4. Mengetahui faktor penghambat terwujudnya masyarakat madani di
Indonesia
5. Mengetahui proses perubahan menuju masyarakat madani di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Madani (civil society)
Dalam pertumbuhannya, konsep civil society ini muncul dalam bentuk
dan gagasan yang berbeda-beda. Akar perkembangannya bisa dirunut dari
Cicero atau lebih ke belakang sampai ke Aristoteles. Namun, Cicero-lah yang
memulai menggunakan istilah societes civilis dalam tradisi Eropa dianggap
sama dengan pengertian state (negara). Pada abad ke 18, istilah civil society
mengalami pergeseran makna. State dan civil society dipahami sebagai
wujud yang berbeda.
Istilah masyarakat madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan
wakil perdana menteri Malaisya, dalam ceramahnya pada simposium
Nasional dalam rangka forum Ilmiah Festival Istiqlal, tanggal 26 September
1996 di Jakarta. Menurutnya, masyarakat madani adalah sistem sosial yang
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani mempunyai ciri-
ciri yang khas : kemajemukan budaya, hubungan timbal balik, dan sikap
saling memahami dan menghargai.
Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses
penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama.
Menurutnya, dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan
integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup,
menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan1[1].
Secara sederhana, dapat ditemukan adanya 2 pemikiran besar dalam
perdebatan wacana civil society di Indonesia. Pertama, “masyarakat sipil”
yang disinteskan dari pemikiran filsafat Barat. Masyarakat sipil ini
merupakan ruang yang bebas dari intervensi atau campur tangan negara.
Kedua, “masyarakat madani” yang disinteskan dari pemikiran politik Islam.
Pemikiran masyarakat madani di sini didasarkan pada pengalaman Nabi
pada masa Madinah, seperti dikemukakan oleh Nurkholis Madjid. Masyarakat
yang berbudi luhur atau berakhlak mulia itulah masyarakat
berperadaban/masyarakat madani/ civil society.
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani
Istilah civil society sebenarnya telah beredar dalam pembicaraan
tentang filsafat sosial pada abad ke 18 di Eropa Barat dan masih berlanjut
hingga akhir abad 19. Dalam waktu yang cukup lama istilah itu seolah-olah
hilang dari peradaban, hingga pada tahun 1990-an, muncul kembali dan
diperdebatkan lagi di Eropa Barat.
Berbagai pemikiran yang dilontarkan akhir-akhir ini di seputar civil
society yang di Indonesia telah diterjemahkan menjadi “masyarakat sipil”,
“masyarakat kewargaan”, atau “masyarakat madani” itu sebenarnya
merupakan imbas dari perkembangan pemikiran yang terjadi di dunia Barat
tersebut dan Amerika Serikat.2[2]
C. Karakteristik Masyarakat Madani
Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh masyarakat madani
yang merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter
khas masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Wilayah atau Ruang Publik yang Bebas
2
Ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat
warga masyarakat. Di ruang publik ini semua warga negara memiliki posisi
dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa
takut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan di luar civil society. Warga
negara berhak melakukan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta menerbitkan dan mempublikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum. Sebagai sebuah pra syarat, maka
untuk mengembangkan dan mewujudkan civil society dalam sebuah tatanan
masyarakat, maka ruang publik yang bebas menjadi salah satu bagian yang
harus diperhatikan. Karena dengan mengesampingkan ruang publik yang
bebas dalam tatanan civil society, akan memungkinkan terjadinya
pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya
yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang otoriter.
2. Demokrasi
Demokrasi merupakan suatu wujud yang menjadi penegak masyarakat
madani , dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Demokrasi
berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi
dengan masyarakat sekitarnya dengan tanpa mempertimbangkan suku, ras,
agama dan adat istiadat. Penekanan demokrasi di sini mencakup aspek
kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi.
Gerakan transformasi dengan implikasi demokrasi menuju perubahan
politik, sosial, ekonomi dan budaya pernah terjadi dalam sejarah Islam, yakni
misi yang disampaikan oleh Muhammad S.A.W. Menurut Asghar, sisi
revolusioner Islam tidaklah terbatas pada sistem teologisnya yang
mengajarkan tauhid, melainkan lebih menitikberatkan pada sisi demokrasi,
keadilan dan egaliter (persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga
negara) yang menantang status quo (keadaan tidak berubah/tetap dalam
waktu tertentu) dan penindasan terhadap rakyat kecil. Perlu dicatat bahwa
masyarakat Madinah adalah pluralistik. Di sana terdapat campuran ras
Yahudi, suku Aus dan Khazraj, dan kaum muhajirin. Dalam heterogenitas
masyarakat Madinah ini, Nabi membentuk suatu komunitas masyarakat
politik berdasarkan konsensus yang dikenal dengan istilah piagam madinah.
Tanpa demokrasi masyarakat madani tidak mungkin terwujud. Secara umum
demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan
oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang menyenangkan
antara berbagai kelompok yang berbeda-beda. Sementara menurut
azyumardi Azra, toleransi tersebut yakni kesediaan individu-individu untuk
menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda.
4. Pluralisme
Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan
menerima kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan
sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai suatu yang
alamiah dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan : ekonomi, politik, pengetahuan, dan kesempatan.
Dengan kata lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan
salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan
tertentu3[3]. Secara esensial, masyarakat mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa.
3
Pembantaian umat muslim di Poso merupakan salah bukti masih kurangnya
rasa menghargai keberagaman di tengah masyarakat.
3) Belum terwujudnya keadilan sosial.
Hal yang sering kita lihat dan dengar akhir-akhir ini adalah ada beberapa
keputusan pengadilan yang dirasa kurang adil pada kasus-kasus tertentu.
Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh alm. Zainuddin M.Z. bahwa “di
negeri kita ini banyak pengadilan tapi sedikit keadilan”. Contoh lain yaitu
belum adanya penanganan hak-hak korban lumpur lapindo di Sidoarjo yang
terpenuhi, padahal pemerintah telah berjanji melakukan rehabilitasi, ganti
rugi, dan rekonstuksi.
4) Masih ada pihak-pihak yang tidak bebas dalam meyuarakan pendapatnya.
Pada era reformasi ini, kebebasan berpendapat sudah bisa dikatakan jauh
lebih baik daripada era orde baru. Namun, baru-baru ini terjadi kasus yang
membuat rakyat atau pihak-pihak tertentu tidak bebas dalam
mengemukakan aspirasinya yaitu kasus pemboikotan situs-situs Islam yang
dianggap radikal, padahal ada diantara situs tersebut yang tidak terbukti
demikian.
5) Kemerosotan moral rakyat Indonesia.
Contohnya yaitu prostitusi di kalangan artis dan kalangan elit, pergaulan
bebas remaja, banyaknya remaja putri yang hamil di luar nikah bahkan
sampai ada yang jadi korban pembunuhan kekasihnya sendiri, banyaknya
bayi-bayi tidak berdosa yang ditelantarkan, kasus perdagangan manusia di
Maluku, penemuan ladang ganja dan senjata api di Mandailing, Natal ;
kemudian yang terakhir adalah penganiayaan yang dilakukan oleh bupati
Biak terhadap seorang wartawan.
6) Demokrasi kebanyakan hanya wacana tapi kurang dalam prakteknya.
DPR yang lebih mementingkan kenaikan tunjangan daripada memberantas
kemiskinan masyarakat. Padahal demokrasi itu merupakan sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Masyarakat madani adalah sistem sosial yang berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
dengan kestabilan masyarakat. Karakteristik masyarakat madani ada 5 yaitu
wilayah atau ruang publik yang bebas, demokrasi, toleransi, pluralisme,
keadilan sosial.
Ada beberapa faktor penghambat terwujudnya masyarakat madani di
indonesia yaitu masih kurangnya sikap toleransi di tengah masyarakat,
masyarakat yang kurang menghargai pluralitas, belum terwujudnya keadilan
sosial, masih ada pihak-pihak yang tidak bebas dalam meyuarakan
pendapatnya, kemerosotan moral rakyat indonesia, demokrasi kebanyakan
hanya wacana tapi kurang dalam prakteknya.
4
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Dawam. 1999. Masyarakat Madani : Agama, Kelas Menengah, dan
Perubahan Sosial . Jakarta : LP3ES.
Rosyada, Dede dkk. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta : ICCE UIN.
Sanaky, Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat
Madani Indonesia. Yogyakarta : Safiria Insania Press .
http://khairulfikri25.blogspot.co.id/2015/05/faktor-penghambat-terwujudnya.html