Anda di halaman 1dari 11

Masyarakat Madani

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani ialah suatu komunitas individu yang
memiliki kesukarelaan, kemandirian, dan patuh terhadap suatu aturan atau hukum yang berlaku.
Masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat paksaan atau karena idoktrinasi.
Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela
membentuk suatu kehidupan bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang sangat
besar untuk mewujudkan cita-cita bersama. Dengan sendirinya tanggung jawab pribadi sangat kuat
karena diikat oleh keinginan bersama untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Masyarakat madani tidak tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada lembaga-lembaga
atau organisasi lain. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi, yang percaya akan kemampuan
sendiri untuk berdiri sendiri bahkan untuk dapat membantu sesama yang lain yang berkekurangan.
Keanggotaan yang penuh percaya diri tersebut adalah anggota yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan terhadap masyarakatnya.
Para anggota masyarakat madani adalah manusia-manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung
kepada peritah orang lain termasuk negara. Bagi mereka, negara adalah kesepakata bersama sehingga
tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga tuntutan dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota. Inilah negara yang berkedaulatan rakyat. Masyarakat madani adalah suatu
masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara kekuasaaan.

Peran Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani


Civil society diterjemahkan sebagai "masyarakat madani", yang mengandung tiga hal, yakni agama,
peradaban dan perkotaan. Di sini, agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan
masyarakat kota adalah hasilnya.[ Dawam Raharjo. Agama dan Masyarakat
Madani.http://www.fortunecity.com/millennium/oldemill/498/civils/MDRahardjo.html. Diakses pada
tanggal 1 Januari 2010]
Agama dianalogkan sebagai suatu mesin yang outputnya terdiri dari individu-individu yang memiliki
ketakwaan sosial yang tinggi. Individu-individu madani menjadi syarat utama bagi terbentuknya
masyarakat madani karena pada dasarnya masyarakat adalah sebuah komunitas yang terdiri dari
individu-individu.
Di dalam agamalah jiwa seseorang itu terbentuk. Seseorang akan bersikap fanatik jika didalam agamanya
diajarkan pemahaman-pemahaman yang menjunjung tinggi ego dan sikap meremehkan pihak lain.
Sebaliknya, seseorang akan bersikap pluralis jika didalam agamanya mengajarkan sikap saling
menghargai dan toleransi.
Setiap agama di dunia pasti memiliki ajaran yang sama, yakni membentuk sebuah masyarakat madani.
Lewat Nabiyullah Muhammad SAW, agama Islam telah lebih dulu mengajarkan bagaimana membentuk
sebuah masyarakat yang damai, toleran, dan saling menghargai seperti tertuang dalam piagam madinah.
Di dalam sabdanya, Yesus pun menjunjung tinggi ajaran cinta kasih sesama manusia. Begitupula Budha
Sidharta Gautama, mencontohkan sikap rela berkorban demi menyelamatkan umat manusia.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Terbentuknya Masyarakat Madani di Dalam Keberagamaan


Sesungguhnya untuk membentuk sebuah masyarakat madani diperlukan individu yang memiliki
ketakwaan sosial yang tinggi. Oleh karena itu pemahaman yang benar terhadap ajaran agama sangatlah
berpengaruh dalam terbentuknya masyarakat madani.
Faktor lain yang juga berpengaruh, walaupun pengaruhnya sangat kecil adalah tingkat pendidikan,
tingkat perekonomian, dan adat istiadat penduduk. Semula kami sedikit meragukan hal ini, tapi setelah
melakukan penelitian lebih lanjut di peroleh hasil yang positif walaupun tidak terlalu mencolok.
Umunya kasus-kasus antarumat beragama yang melibatkan faktor pendidikan, dan penghasilan
sangatlah jarang ditemui di daerah Kota Kediri dan sekitarnya karena masyarakat memiliki adat dan
kebudayaan yang relatif sama. Tetapi pemandangan berbeda akan ditemukan di daerah Poso dan
daerah-daerah tempat tujuan imigran.

http://d-phrazt.blogspot.co.id/2010/01/masyarakat-madani.html

Faktor Penghambat Terwujudnya Masyarakat Madani di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Madani jika dipahami sekilas merupakan format kehidupan
alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi
nilai-nilai hak asasi manusia. Ketika negara sebagai penguasa dan
pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia dalam
menjalankan roda pemerintahannya, di sinilah kemudian konsep masyarakat
madani menjadi alternatif pemecahan.
Sosok Masyarakat Madani bagaikan barang antik yang memiliki daya
tarik yang amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakkan
wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik,
bukan dikarenakan kondisinya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan
tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan masyarakat yang
lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masyarakat madani ?
2. Bagaimana sejarah pemikiran masyarakat madani ?
3. Apa karakteristik masyarakat madani ?
4. Apa faktor penghambat terwujudnya masyarakat madani di Indonesia ?
5. Bagaimana proses perubahan menuju masyarakat madani di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian masyarakat madani
2. Mengetahui sejarah pemikiran masyarakat madani
3. Mengetahui karakteristik masyarakat madani
4. Mengetahui faktor penghambat terwujudnya masyarakat madani di
Indonesia
5. Mengetahui proses perubahan menuju masyarakat madani di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Madani (civil society)
Dalam pertumbuhannya, konsep civil society ini muncul dalam bentuk
dan gagasan yang berbeda-beda. Akar perkembangannya bisa dirunut dari
Cicero atau lebih ke belakang sampai ke Aristoteles. Namun, Cicero-lah yang
memulai menggunakan istilah societes civilis dalam tradisi Eropa dianggap
sama dengan pengertian state (negara). Pada abad ke 18, istilah civil society
mengalami pergeseran makna. State dan civil society dipahami sebagai
wujud yang berbeda.
Istilah masyarakat madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan
wakil perdana menteri Malaisya, dalam ceramahnya pada simposium
Nasional dalam rangka forum Ilmiah Festival Istiqlal, tanggal 26 September
1996 di Jakarta. Menurutnya, masyarakat madani adalah sistem sosial yang
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani mempunyai ciri-
ciri yang khas : kemajemukan budaya, hubungan timbal balik, dan sikap
saling memahami dan menghargai.
Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses
penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama.
Menurutnya, dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan
integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup,
menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan1[1].
Secara sederhana, dapat ditemukan adanya 2 pemikiran besar dalam
perdebatan wacana civil society di Indonesia. Pertama, “masyarakat sipil”
yang disinteskan dari pemikiran filsafat Barat. Masyarakat sipil ini
merupakan ruang yang bebas dari intervensi atau campur tangan negara.
Kedua, “masyarakat madani” yang disinteskan dari pemikiran politik Islam.
Pemikiran masyarakat madani di sini didasarkan pada pengalaman Nabi
pada masa Madinah, seperti dikemukakan oleh Nurkholis Madjid. Masyarakat
yang berbudi luhur atau berakhlak mulia itulah masyarakat
berperadaban/masyarakat madani/ civil society.
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani
Istilah civil society sebenarnya telah beredar dalam pembicaraan
tentang filsafat sosial pada abad ke 18 di Eropa Barat dan masih berlanjut
hingga akhir abad 19. Dalam waktu yang cukup lama istilah itu seolah-olah
hilang dari peradaban, hingga pada tahun 1990-an, muncul kembali dan
diperdebatkan lagi di Eropa Barat.
Berbagai pemikiran yang dilontarkan akhir-akhir ini di seputar civil
society yang di Indonesia telah diterjemahkan menjadi “masyarakat sipil”,
“masyarakat kewargaan”, atau “masyarakat madani” itu sebenarnya
merupakan imbas dari perkembangan pemikiran yang terjadi di dunia Barat
tersebut dan Amerika Serikat.2[2]
C. Karakteristik Masyarakat Madani
Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh masyarakat madani
yang merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter
khas masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Wilayah atau Ruang Publik yang Bebas

2
Ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat
warga masyarakat. Di ruang publik ini semua warga negara memiliki posisi
dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa
takut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan di luar civil society. Warga
negara berhak melakukan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta menerbitkan dan mempublikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum. Sebagai sebuah pra syarat, maka
untuk mengembangkan dan mewujudkan civil society dalam sebuah tatanan
masyarakat, maka ruang publik yang bebas menjadi salah satu bagian yang
harus diperhatikan. Karena dengan mengesampingkan ruang publik yang
bebas dalam tatanan civil society, akan memungkinkan terjadinya
pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya
yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang otoriter.
2. Demokrasi
Demokrasi merupakan suatu wujud yang menjadi penegak masyarakat
madani , dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Demokrasi
berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi
dengan masyarakat sekitarnya dengan tanpa mempertimbangkan suku, ras,
agama dan adat istiadat. Penekanan demokrasi di sini mencakup aspek
kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi.
Gerakan transformasi dengan implikasi demokrasi menuju perubahan
politik, sosial, ekonomi dan budaya pernah terjadi dalam sejarah Islam, yakni
misi yang disampaikan oleh Muhammad S.A.W. Menurut Asghar, sisi
revolusioner Islam tidaklah terbatas pada sistem teologisnya yang
mengajarkan tauhid, melainkan lebih menitikberatkan pada sisi demokrasi,
keadilan dan egaliter (persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga
negara) yang menantang status quo (keadaan tidak berubah/tetap dalam
waktu tertentu) dan penindasan terhadap rakyat kecil. Perlu dicatat bahwa
masyarakat Madinah adalah pluralistik. Di sana terdapat campuran ras
Yahudi, suku Aus dan Khazraj, dan kaum muhajirin. Dalam heterogenitas
masyarakat Madinah ini, Nabi membentuk suatu komunitas masyarakat
politik berdasarkan konsensus yang dikenal dengan istilah piagam madinah.
Tanpa demokrasi masyarakat madani tidak mungkin terwujud. Secara umum
demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan
oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang menyenangkan
antara berbagai kelompok yang berbeda-beda. Sementara menurut
azyumardi Azra, toleransi tersebut yakni kesediaan individu-individu untuk
menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda.
4. Pluralisme
Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan
menerima kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan
sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai suatu yang
alamiah dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan : ekonomi, politik, pengetahuan, dan kesempatan.
Dengan kata lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan
salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan
tertentu3[3]. Secara esensial, masyarakat mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa.

D. Faktor Penghambat Terwujudnya Masyarakat Madani di Indonesia


Ada beberapa faktor atau sebab-sebab yang menghambat terwujudnya
masyarakat madani di Indonesia :
1) Masih kurangnya sikap toleransi di tengah masyarakat.
Contohnya adalah dilarangnya mengumandangkan azan di salah satu daerah
di kalimantan.
2) Masyarakat yang kurang menghargai pluralitas.

3
Pembantaian umat muslim di Poso merupakan salah bukti masih kurangnya
rasa menghargai keberagaman di tengah masyarakat.
3) Belum terwujudnya keadilan sosial.
Hal yang sering kita lihat dan dengar akhir-akhir ini adalah ada beberapa
keputusan pengadilan yang dirasa kurang adil pada kasus-kasus tertentu.
Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh alm. Zainuddin M.Z. bahwa “di
negeri kita ini banyak pengadilan tapi sedikit keadilan”. Contoh lain yaitu
belum adanya penanganan hak-hak korban lumpur lapindo di Sidoarjo yang
terpenuhi, padahal pemerintah telah berjanji melakukan rehabilitasi, ganti
rugi, dan rekonstuksi.
4) Masih ada pihak-pihak yang tidak bebas dalam meyuarakan pendapatnya.
Pada era reformasi ini, kebebasan berpendapat sudah bisa dikatakan jauh
lebih baik daripada era orde baru. Namun, baru-baru ini terjadi kasus yang
membuat rakyat atau pihak-pihak tertentu tidak bebas dalam
mengemukakan aspirasinya yaitu kasus pemboikotan situs-situs Islam yang
dianggap radikal, padahal ada diantara situs tersebut yang tidak terbukti
demikian.
5) Kemerosotan moral rakyat Indonesia.
Contohnya yaitu prostitusi di kalangan artis dan kalangan elit, pergaulan
bebas remaja, banyaknya remaja putri yang hamil di luar nikah bahkan
sampai ada yang jadi korban pembunuhan kekasihnya sendiri, banyaknya
bayi-bayi tidak berdosa yang ditelantarkan, kasus perdagangan manusia di
Maluku, penemuan ladang ganja dan senjata api di Mandailing, Natal ;
kemudian yang terakhir adalah penganiayaan yang dilakukan oleh bupati
Biak terhadap seorang wartawan.
6) Demokrasi kebanyakan hanya wacana tapi kurang dalam prakteknya.
DPR yang lebih mementingkan kenaikan tunjangan daripada memberantas
kemiskinan masyarakat. Padahal demokrasi itu merupakan sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat.

Menurut hemat penulis, solusi dari semua pelanggaran yang dilakukan


itu sekaligus salah satu cara yang terpenting dalam mewujudkan masyarakat
madani adalah dengan melakukan perbaikan moral warga negara Indonesia.
Karena alasan suatu negara atau bangsa dikatakan berperadaban bukan
hanya pada teknologinya yang maju tapi yang terpenting adalah rakyat serta
pemerintahnya yang bermoral. Yang dibutuhkan di Indonesia bukan saja
orang pintar, tetapi yang dibutuhkan adalah orang pintar yang benar.
E. Perubahan Menuju Masyarakat Madani di Indonesia
Proses perubahan menuju masyarakat madani sangat terkait dengan
kehidupan politik bangsa, budaya, pendidikan, berpikir kritis, hukum,
keadilan, keterbukaan, pluralisme dan perlindungan terhadap kaum
minoritas. Dalam masyarakat madani tercipta keseimbangan antara
kebebasan individu dan kestabilan masyarakat. Hadir pula dorongan, upaya
dan inisiatif individu dalam bidang pemikiran, seni, ekonomi, teknologi dan
pelaksanaan pemerintahan yang mengikuti undang-undang dan hukum yang
berlaku dengan baik. Selain itu, tercipta kemandirian individu, keluarga,
lembaga-lembaga sosial lainnya seperti media massa, betul-betul dihargai
tanpa ada pengaruh langsung dari negara atau pemerintah, dan masyarakat
yang dapat mengembangkan sumber dayanya tanpa harus dikontrol oleh
negara secara ketat, dan keadilan sosial berjalan sebagaimana mestinya.
Masyarakat Indonesia sedang berada dalam masa transformasi, era
reformasi telah lahir dan masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan
dalam aspek kehidupannya menuju kehidupan masyarakat madani. Seiring
dengan itu, munculnya tuntutan untuk mewujudkan pemerintahan bersih,
pada satu sisi dan cita-cita mewujudkan masyarakat madani nampaknya
tidak boleh ditawar-tawar lagi. Akan tetapi, proses untuk mewujudkan
masyarakat madani tentu tidak mudah, karena diperlukan beberapa
persyaratan untuk mengimplementasikan konsep tersebut, tantangan yang
dihadapi, serta peluang melakukan perubahan menuju masyarakat madani
yang dicita-citakan.
1. Persyaratan menuju masyarakat madani
a. Pemahaman yang sama ( one standard )
Pada tingkat awal diperlukan pemahaman bersama dikalangan
masyarakat, tentang apa dan bagaimana karakteristik masyarakat madani.
Paling tidak secara konsepsional prinsip-prinsip dasar masyarakat madani
harus dipahami secara bersama, sehingga relatif semua masyarakat dapat
memahami apa yang digariskan dalam prinsip-prinsip dasar masyarakat
tersebut. Masyarakat harus memahami lebih dahulu bagaimana mekanisme
sistem yang terdapat dalam masyarakat madani itu dalam dinamika
kehidupan masyarakat. Dengan pemahaman konsep, relatif akan menjadi
lebih mudah bagi masyarakat madani. Karena itu, sosialisasi tentang sistem
masyarakat tersebut perlu dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai
kesempatan yang ada.
b. Keyakinan dan saling percaya
Perlu menumbuhkan dan mengkondisikan keyakinan di kalangan
masyarakat bahwa masyarakat madani adalah bentuk masyarakat ideal,
masyarakat pilihan yang terbaik dalam mewujudkan suatu sistem sosial
yang dicita-citakan. Dengan keyakinan yang tumbuh di kalangan
masyarakat, proses menuju masyarakat madani dapat dilakukan. Seiring
dengan itu harus perlu ditumbuhkembangkan rasa saling pecaya di kalangan
masyarakat. Penanaman rasa saling percaya sangat diperlukan, karena
dalam sejarah Orde Baru telah menanamkan rasa curiga dalam kehidupan
masyarakat pada awal kekuasaannya. Rasa khawatir akan adanya gangguan
stabilitas dan pembangunan nasional, maka pada awal pemerintahan Orde
baru semua orang perlu dicurigai. Untuk mewujudkan cita-cita bersama,
yaitu membangun masyarakat madani, rasa curiga perlu dihilangkan dan
perlu ditumbuhkan rasa saling percaya antara komponen yang terdapat
dalam masyarakat dengan baik. Rasa saling percaya dapat ditumbuhkan
dengan meningkatkan rasa keadilan dan kejujuran dalam berbagai aspek
kehidupan.
c. Satu hati dan saling tergantung
Apabila telah terbentuk saling percaya di kalangan masyarakat, tahap
berikutnya diperlukan juga kondisi kesepakatan, satu hati dan kebersamaan
dalam menentukan arah kehidupan yang dicita-citakan. Untuk itu, refleksi
dari kondisi tersebut akan tergambar dengan semakin menguatnya rasa
saling tergantung antara individu dengan kelompok dalam masyarakat.
Dengan keadaan seperti itu, tingkat saling membutuhkan antara berbagai
segmen masyarakat akan menjadi bagian terpenting dari moral kehidupan
masyarakat dan akan menjamin keseimbangan antara kebebasan dan
kestabilan masyarakat.
d. Kesamaan pandangan tentang tujuan dan misi
Jika kondisi kesepakatan, satu hati, dan kebersamaan sudah tertanam
dalam kehidupan masyarakat, maka kesamaan pandangan baik mengenai
tujuan dan misi menjadi lebih mudah untuk dapat diwujudkan, karena
semua lapisan masyarakat ingin mewujudkan cita-cita yang sama dalam
kehidupan masyarakat. Perbedaan yang ada dalam masyarakat tentu tidak
dapat dipungkiri, tetapi perbedaan itu tidak diarahkan menjadi suatu yang
bersifat keseragaman tapi dalam wujud kesatuan. Perbedaan tersebut juga
menjadi kekayaan pluralisme dalam kehidupan masyarakat yang dicita-
citakan bersama.
Jika keempat persyaratan tersebut dapat dipenuhi, maka relatif akan
lebih mudah untuk merumuskan berbagai kebijakan dan strategi untuk
mewujudkan masyarakat madani yang dicita-citakan4[4].

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Masyarakat madani adalah sistem sosial yang berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
dengan kestabilan masyarakat. Karakteristik masyarakat madani ada 5 yaitu
wilayah atau ruang publik yang bebas, demokrasi, toleransi, pluralisme,
keadilan sosial.
Ada beberapa faktor penghambat terwujudnya masyarakat madani di
indonesia yaitu masih kurangnya sikap toleransi di tengah masyarakat,
masyarakat yang kurang menghargai pluralitas, belum terwujudnya keadilan
sosial, masih ada pihak-pihak yang tidak bebas dalam meyuarakan
pendapatnya, kemerosotan moral rakyat indonesia, demokrasi kebanyakan
hanya wacana tapi kurang dalam prakteknya.

4
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Dawam. 1999. Masyarakat Madani : Agama, Kelas Menengah, dan
Perubahan Sosial . Jakarta : LP3ES.
Rosyada, Dede dkk. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta : ICCE UIN.
Sanaky, Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat
Madani Indonesia. Yogyakarta : Safiria Insania Press .
http://khairulfikri25.blogspot.co.id/2015/05/faktor-penghambat-terwujudnya.html

Anda mungkin juga menyukai