Anda di halaman 1dari 11

Short Case

KONJUNGTIVITIS VIRUS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:

Nadya Aviodita, S.Ked


04084821719200

Pembimbing:
dr. Prima Maya Sari, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

1
BAB I
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. JY
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Palembang
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status : Menikah
No. RM : 1014731

2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Mata kiri merah sejak 2 hari yang lalu.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengeluh mata kiri tampak
merah dan gatal. Keluhan disertai sensasi mengganjal pada mata kirinya, kelopak
mata bengkak (+), mata berair (+), dan kotoran mata (+) bening sedikit pada pagi
hari. Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur, silau (-), pandangan ganda (-),
melihat seperti di terowongan (-), seperti melihat pelangi (-), seperti melihat asap
(-), seperti melihat tirai (-), sakit tenggorokan dan demam (-). Pasien berobat ke
Poliklinik Mata RSMH Palembang.

c. Riwayat Pengobatan
 Riwayat penggunaan obat-obatan disangkal
 Riwayat operasi mata disangkal
 Riwayat penggunaan kaca mata / lensa kontak disangkal

2
d. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat trauma pada mata disangkal
 Riwayat kencing manis disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
 Riwayat rematik/ nyeri sendi disangkal

e. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


 Riwayat sakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
 Riwayat alergi pada keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 18 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
Status Gizi : Baik

3
b. Status Oftalmologikus

Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Visus 6/6 6/6

Tekanan 13,2 mmHg 13,5 mmHg


intraocular

KBM Ortoforia
GBM

Palpebra Tenang Edema


Konjungtiva Tenang Injeksi konjungtiva (+)
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Central, Refleks Bulat, Central, Refleks
Cahaya (+), diameter 3 mm cahaya (+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih


Segmen Posterior
Refleks RFOD (+) RFOS (+)
Fundus
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Slit lamp
2. Pemeriksaan Gram, Giemsa, dan KOH

4
5. Diagnosis Banding
1. Konjungtivitis virus OS
2. Konjungtivitis alergi OS
3. Konjungtivitis bakterial OS

6. Diagnosis Kerja
Konjungtivitis virus OS

7. Tatalaksana
1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
 Menjelaskan mengenai penyakit pasien, meliputi definisi, etiologi,
pencegahan, dan penatalaksanaan.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita merupakan
penyakit yang dapat disembuhkan namun bersifat sangat menular.
 Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan dan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
 Mencegah mata yang sakit untuk tidak sering dikucek-kucek atau disentuh.
 Menjaga higiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi seperti
membiasakan mencuci tangan terutama setelah kontak dengan mata yang
sakit.
 Menghindari menggunakan alat pribadi seperti bantal dan alat mandi secara
bersama-sama.
 Menghindari kontak langsung maupun tidak langsung (seperti berenang di
kolam renang umum) dengan orang yang sehat.

2. Non Farmakologi
 Kompres dingin

3. Farmakologi
 Kombinasi antihistamin dan vasokonstriktor: Naphazoline HCl dan
pheniramin maleat eye drop 1gtt/6 jam OS
 Artificial tears 1gtt/6 jam OS

5
8. Prognosis

Okuli Sinistra
 Ad vitam : bonam
 Ad fungsionam : bonam
 Ad sanationam : bonam

6
BAB II
ANALISIS KASUS

Tn. JY, laki-laki dengan usia 48 tahun, datang ke Poliklinik Mata RSMH dengan
keluhan mata kiri merah dan gatal sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mata
terasa perih dan terasa mengganjal pada mata kiri. Pasien mengeluh mata berair-air dan
terdapat sedikit kotoran mata bening pada pagi hari. Pandangan kabur, silau, pandangan
ganda, melihat seperti di terowongan, seperti melihat pelangi, seperti melihat asap,
seperti melihat tirai, seperti melihat benda-benda terbang, demam, sakit tenggorokan,
mual, muntah, sakit kepala disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan disangkal.
Riwayat operasi mata disangkal. Riwayat penggunaan kaca mata/lensa kontak
disangkal. Riwayat alergi pada keluarga disangkal. Riwayat rematik/nyeri sendi
disangkal. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat kencing manis disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah
110/70 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per menit dengan isi dan tegangan cukup,
frekuensi napas 18 kali per menit, dan suhu 36,5 oC. Pada pemeriksaan oftalmologi
didapatkan VOD 6/6 dan VOS 6/6, TIODS dalam batas normal. Terdapat injeksi
konjungtiva pada mata kiri disertai adanya folikel pada konjungtiva tarsal. Pemeriksaan
segmen anterior lain dan segmen posterior dalam batas normal.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan berupa mata merah
tanpa penurunan visus. Keluhan mata merah tanpa penurunan visus dapat didiagnosis
banding dengan konjungtivitis, pendarahan subkonjungtiva, pterigium, pinguekula,
episkleritis, skleritis, defisiensi vitamin A, dan mata kering (dry eyes). Diagnosis
banding tersebut dapat disingkirkan satu per satu dengan dengan melakukan anamnesis
dan pemeriksaan oftalmologi.
Pada anamnesis didapatkan keluhan mata kiri merah, berair-air disertai rasa
mengganjal dan perih tanpa adanya penurunan visus. Sedangkan pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan injeksi konjungtiva pada mata kiri disertai folikel pada
konjungtiva tarsal. Temuan ini mengarahkan diagnosis pada konjungtivitis yang
disebabkan virus.
Konjungtivitis dapat terjadi antara lain akibat virus, bakteri, maupun alergi.
Pasien dengan konjungtivitis biasanya mengeluhkan mata merah yang tidak disertai
penurunan visus. Selain itu, pasien juga biasanya mengeluhkan mata terasa perih dan

7
seperti ada yang mengganjal. Pada pasien ini terdapat kotoran berwarna bening yang
keluar terus menerus, hal ini mengarah ke penyakit konjungtivitis. Keluarnya kotoran
dari mata disebabkan adanya peradangan pada bagian konjungtiva dari mata, dimana
pada konjungtiva terdapat banyak kelenjar. Infeksi konjungtiva menyebabkan terjadi
hipersekresi dari kelenjar tersebut. Untuk penyebab dari infeksi tersebut, pada pasien
ini lebih mengarah ke konjungtivitis virus dilihat dari warna kotoran yang bening. Pada
konjungtivitis bakteri, sekret biasanya berwarna kuning, kental dan biasa keluar dalam
jumlah besar sehingga mata agak sulit dibuka. Sedangkan konjungtivitis alergi,
biasanya pasien memiliki riwayat atopi atau alergi pada keluarga, serta ada pajanan
terhadap alergen sebelum muncul gejala.
Pendarahan subkonjungtiva ditandai dengan adanya darah berwarna merah segar
pada konjungtiva bulbi tanpa disertai nyeri pada mata maupun penurunan visus.
Pendarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh
seperti pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan. Pada kasus tidak terdapat darah berwarna
merah segar pada konjungtiva bulbi sehingga diagnosis banding pendarahan
subkunjungtiva dapat disingkirkan.
Diagnosis banding lain mata merah tanpa penurunan visus yaitu episkleritis dan
skleritis. Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sklera, biasanya mengenai satu mata dan terutam
menyerang perempuan usia pertengahan dengan kelainan bawaan rematik. Keluhan
pasien dapat berupa mata terasa kering dengan sakit yang ringan, mengganjal, dengan
konjungtiva yang kemotik. Pada episkleritis, terdapat gambaran khas yaitu benjolan
setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah konjungtiva. Sedangkan
skleritis adalah radang pada sklera yang biasanya disebabkan kelainan atau penyakit
sistemik. Pasien biasanya mengeluh mata merah berair, fotopobia, perasaan sakit yang
berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu, penurunan visus dapat terjadi
apabila telah terdapat penyulit pada kornea. Pada skleritis tidak terdapat kotoran mata
serta terdapat benjolan berwarna sedikit biru jingga. Diagnosis banding episkleritis
pada kasus dapat disingkirkan karena tidak adanya benjolan setempat dengan batas
tegas dan warna merah ungu di bawah konjungtiva, serta tidak adanya riwayat rematik
pada pasien. Pada kasus juga tidak terdapat nyeri hebat pada mata dan tidak adanya
benjolan yang berwarna sedikit biru jingga sehingga diagnosis skleritis dapat
disingkirkan.
8
Pterigium dan pinguekula dapat pula menyebabkan keluhan mata merah apabila
terjadi iritasi. Akan tetapi diagnosis banding pterigium dapat disingkirkan karena tidak
adanya pertumbuhan konjungtiva meluas ke bagian kornea membentuk segitiga.
Sedangkan diagnosis banding pinguekula dapat disingkirkan karena tidak adanya
benjolan pada konjungtiva bulbi.
Mata kering (dry eyes) disebabkan berkurangnya fungsi air mata. Mata yang
kering dapat memberikan keluhan gatal, mata seperti berpasir, silau, dan penglihatan
kabur (jika kornea terlibat). Pada kasus tidak ditemukan keluhan tersebut sehingga
diagnosis mata kering dapat disingkirkan.
Defisinsi vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi keluhan yang
disertai kelainan pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4
tahun. Pasien akan mengeluh mata kering (produksi musin berkurang karena kerusakan
sel goblet), seperti kelilipan, sakit, buta senja, dan penglihatan akan turun perlahan.
Dapat ditemukan bercak bitot, xerosis konjungtiva, maupun xerosis kornea. Pada kasus,
tidak didapatkan tanda dan gejala di atas sehingga diagnosis defisiensi vitamin A dapat
disingkirkan.
Beberapa penyebab mata merah lainnya seperti keratitis, uveitis, dan glaukoma
akut bisa dibedakan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada keratitis, pasien
biasanya mengeluhkan mata silau, penglihatan kabur, nyeri serta sulit untuk membuka
mata. Gejala tersebut tidak terdapat pada pasien ini. Selain itu dari pemeriksaan fisik,
biasanya terlihat infiltrat pada kornea, peri corneal vascular injection (PCVI), edema
kornea dan bisa tampak ulkus pada kornea pasien. Sedangkan pada uveitis, pasien juga
bisa mengeluhkan nyeri pada mata, mata merah, dan dari pemeriksaan fisik bisa tampak
miosis dan hipopion. Dan pada glaukoma, pasien mengeluhkan nyeri hebat pada mata
disertai mual muntah, dan penurunan penglihatan. Dari pemeriksaan fisik, tampak bilik
mata depan dangkal serta tekanan bola mata yang meningkat.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita ini memenuhi kriteria diagnosis
konjungtivitis yang disebabkan oleh virus. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia
pada daerah konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Selain itu terdapat pula edema
minimal pada palpebra serta injeksi konjungtiva pada konjungtiva bulbi. Tanda - tanda
tersebut menunjukkan konjungtivitis. Sedangkan untuk perbedaan jenis penyebab,
dapat dilihat dari gejala dan tanda seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan slit lamp untuk
melihat lebih jelas segmen anterior. Usulan pemeriksaan yang dilakukan adalah
9
pengecatan giemsa dan KOH. Hal ini dilakukan untuk lebih memastikan penyebab dari
konjungtivitis tersebut sehingga dapat membantu pemilihan terapi yang adekuat.
Pengobatan yang diberikan pada penderita ini adalah untuk mengurangi rasa gatal
dengan pemberian Naphazoline HCl dan pheniramin maleat. Selain itu juga diberikan
artificial tears untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Untuk terapi suportif dapat
diberikan kompres dingin. Pemberian antibiotik topikal dapat dipertimbangkan apabila
konjungtivitis virus tidak membaik dalam 10 hari untuk mencegah infeksi sekunder.
Prognosis pada penderita ini baik, didukung oleh kepustakaan yang mengatakan
bahwa kebanyakan kasus konjungtivitis virus dapat sembuh sendiri tanpa diberikan
terapi. Komplikasi dari penyakit ini juga tidak sering terjadi. Namun perlu diperhatikan
pencegahan agar tidak menular kepada orang lain mengingat angka penularannya
cukup tinggi.

10
LAMPIRAN

Gambar 1. Okuli dekstra dan sinista

Gambar 2. Pemeriksaan okuli sinistra dengan slit lamp

Gambar 3. Konjungtiva tarsal superior OS dengan slit lamp

11

Anda mungkin juga menyukai