Anda di halaman 1dari 6

PRAGMATIK

Analisis Implikatur pada cerpen “”

Disusun Oleh:

Ainun Maghfirah Ahmad (4516102007)


Nur Fajri Islami (4516102008)
Resky Astika (4516102014)

FKIP/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Universitas Bosowa Makassar
Tahun Ajaran 2018/2019
Sepenggal Kisah Mira
Karya :Chaa

Aku bingung. Semua orang menatapku sedih. Bahkan tidak sedikit yang menangis. Aku
masih termenung. Mama tidak menjawabku. Apakah mama marah padaku? Apakah aku tidak
melakukan permintaan mama? Aku rasa mama tidak memintaku apa-apa. Mama juga tidak
melarangku melakukan sesuatu. Tadi malam, mama hanya memintaku untuk jadi anak yang
kuat dan bermanfaat bagi orang lain. Hanya itu. Dan aku sudah menepati permintaan mama.

Tadi pagi aku membantu Tante Sekar mengisi ember-ember hitam besar. Tante Sekar bilang
air itu untuk mandiin mama.
Tapi kenapa mama tidak juga menjawabku? “Ma…” aku memanggil mama lagi. Tapi mama
masih diam. Bahkan tidak mau membuka mata. Aku bingung. Aku menatap Tante Sekar
yang sekarang menangis sambil memelukku. “Apa Mira nakal Tante?” Tanyaku padanya.
Tante Sekar menggeleng dan malah semakin menangis. “Tapi kenapa mama tidak mau
menjawabku?” Tanyaku lagi.

Tante Sekar menunduk. Kemudian mengecup keningku lama.


“Mama kamu mau pergi sayang. Mama mau ketemu sama Papa. Mau ketemu sama Tuhan.
Dan tidak bisa ke sini lagi.” Kata Tante sekar. Aku sedih. Mama pergi. Mama dulu juga
bilang begitu ketika aku bertanya ke mama, kenapa Mira tidak punya papa seperti teman-
teman Mira yang lain. Mama bilang papa pergi ketemu sama Tuhan dan tidak bisa ke sini
lagi.

“Tante yakin Mira gak nakal?” Tanyaku lagi. Tante Sekar menggeleng. “Tapi kenapa mama
sama papa tidak mau ketemu Mira lagi? Kenapa mama sama papa tidak mengajak Mira pergi
sama-sama? Mira takut sendirian.” Aku menangis. Aku takut. Tante Sekar semakin
memelukku erat. Kemudian mengecup keningku lagi.

Orang-orang mengangkat tubuh mama. Ada Pak Kasim, Mas Teo, Om Deni, dan beberapa
tetangga lain. Mereka membawa mama keluar rumah. Apa mereka mau membawa mama
pergi? Ke mana mereka mau membawa mama pergi? Tante Sekar menggendongku mengikuti
mereka. Orang-orang mengikuti kami.

Mereka menurunkan mama. Kemudian memasukkan mama ke lubang galian. Mereka


mengubur mama. Tapi mama tidak bergerak. Mama tidak berontak. Mama hanya diam saja.
Setelah itu mereka menaburi banyak bunga di atas gundukan itu. Mira benci bunga itu. Mira
benci. Bunga-bunga itu selalu membuat mama sedih. Terkadang mama menangis. Mira benci
bunga itu.

Tante Sekar mengajakku pulang. Aku diam saja ketika Tante Sekar mengajakku menjauhi
mama. Aku bingung. Kenapa Tante Sekar bohong sama Mira? Mama tidak pergi. Mama
masih ada di sana. Di bawah gundukan tanah itu. Mama terkurung di sana. Bagaimana
mungkin mama bisa pergi menemui papa? Tante Sekar bohong. Mama masih ada di sana.
Aku yakin.
Sorenya, orang-orang kembali berdatangan. Aku sudah mandi. Sudah berganti pakaian. Aku
melakukannya sendiri. Mama bilang mama bangga Mira bisa mandi dan berganti pakaian
sendiri. Tante Sekar sibuk menemui orang-orang. Aku bosan duduk terus. Aku teringat
mama. Mama masih ada di sana. Akhirnya aku putuskan untuk menemui mama.

Jalan itu sangat sepi. Aku bahkan tidak bertemu satu orang pun. Pak Kasim yang biasanya
berjaga di pos ronda juga tidak ada di tempat. Setelah sampai di sana, aku menghampiri
mama.
“Ma… maafin Mira ya kalau Mira nakal. Mira janji gak akan nakal lagi. Mama pulang ya? Di
rumah banyak orang. Gak sepi lagi kayak dulu. Mama pulang ya?” Mama tidak menjawab.
Aku menunggu lama sekali, tapi mama masih tidak menjawab. Aku lelah. Aku mengantuk.
Aku kemudian tiduran di samping mama.

Aku mendengar mama memanggilku dari arah dapur. Menyuruhku bersiap untuk sekolah.
Aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Lalu ke dapur untuk sarapan. Mama tidak ada di
sana. Di dapur tidak ada siapa-siapa. Lampunya juga masih mati. Mungkin mama di kamar
mandi.

Aku ke kamar mama. Tapi juga tidak ada orang. Di kamar mandi mama juga tidak ada. Aku
kembali ke meja makan. Mungkin mama baru membangunkan Tante Sekar. Sebentar lagi
pasti ke sini. Tapi mama tidak datang juga. Aku ke kamar Tante Sekar. Tante Sekar masih
tertidur. Aku naik ke tempat tidurnya. Menatap Tante Sekar. Mama pernah bilang kalau Mira
harus jadi anak yang baik. Tidak boleh merepotkan Tante Sekar. Aku janji tidak akan
merepotkan Tante Sekar. Tante Sekar baik. Sayang sama Mira. Mira akan jadi anak baik
untuk Tante Sekar.

Tante Sekar terbangun dan menatapku. Tante Sekar menangis lagi. Aku tidak mau melihat
Tante Sekar sedih. Aku menghapus air mata Tante Sekar. Dan mencium kedua pipinya. Tante
Sekar memelukku. Tapi malah semakin menangis. “Tante Sekar jangan sedih. Kalau Tante
Sekar sedih, Mira juga sedih”.

Cerpen Karangan: Chaa


Facebook: Annisa Aan Icha
Bab II
Pembahasan

1. Pengertian Implikatur

Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Menurut Brown


dan Yule istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin
diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan
apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat seperti itu
memilki arti bahwa suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan secara
harfiah. Grice, H. P., berpendapat bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah
proposisi (maksud) yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat
dalam suatu konteks, sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari
hal yang dinyatakan sebelumnya. Hampir sama dengan pendapat Brown dan
Yule, tetapi Grice mencoba mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu
tuturan yang turut member makna. Ia juga mengatakan implikatur percakapan
sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya adalah
mempelajari ‘maksud suatu ucapan’ sesuai dengan konteksnya.

Menurut Gumpers, inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang


ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si
pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar sehingga
terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si
pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat
yang lain supaya dapat ditanggapi oleh si pendengar.

2. Jenis Implikatur

Menurut Grice dalam Rani (2006), setidaknya ada dua macam implikatur,
yaitu:

 Implikatur Konvesional (conventional implicature)

Implikatur konvensional ialah implikasi atau pengertian yang bersifat


umum dan konvensional. Semua orang pada umumnya sudah mengetahui dan
memahami maksud atau implikasi suatu hal tertentu. Pemahaman terhadap
implikasi yang bersifat konvensional mengandaikan kepada
pendengar/pembaca memiliki pengalaman dan pengetahuan umum.

Contoh:

“Mama kamu mau pergi sayang. Mama mau ketemu sama Papa. Mau
ketemu sama Tuhan. Dan tidak bisa ke sini lagi.” Kata Tante sekar.

 Implikatur Percakapan (conventional implicature)

Implikatur percakapan muncul dalam suatu tindak percakapan. Oleh


karena itu sifatnya temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak
percakapan), dan non-konvensional (sesuatu yang diimplikasikan tidak
mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan).

Contoh:

Mira: “Tapi kenapa mama tidak mau menjawabku?” Tanyaku lagi.


Tante Sekar: “Mama kamu mau pergi sayang. Mama mau ketemu
sama Papa. Mau ketemu sama Tuhan. Dan tidak bisa ke sini lagi.”
Kata Tante sekar

3. Maksim dalam Implikatur

Sehubungan dengan implikatur percakapan, Grice dalam Cummings (2007)


menyarankan agar penutur memperhatikan prinsip kerja sama percakapa, yang
mencakup empat maksim/prinsip, yaitu:

 Maksim Kuantitas: maksud maksim ini adalah penutur diharapkan memberi


informasi sesuai dengan yang diminta.
Contoh:

 Maksim Kualitas: maksudnya agar peserta komunikasi memberikan kontribusi


yang benar dalam arti tidak mengatakan apa yang diyakini salah.
Contoh:

 Maksim Relevan: mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan


kontribusi yang relevansi dengan masalah pembicara.
Contoh:
 Maksim Cara: mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara
secara langsung, tidak taksa (satu kata mempunyai dua makna), dan tidak
berlebihan serta runtut.
Contoh:

“Tante Sekar jangan sedih”. Implikasinya Tante sekar tidak boleh menangis.

Anda mungkin juga menyukai