Anda di halaman 1dari 10

Makalah Gastritis

Makalah

Asuhan Keperawatan Gastritis

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………..2
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………..3
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..5
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………………………..5
1.2 Identifikasi
Masalah………………………………………………………………………………6
1.3
Tujuan…………………………………………………………………………………………
……….6
BAB II TINJAUAN
TEORITIS…………………………………………………………………7
2.1 definisi……………………………………………………………………………………
…………..7
2.2 Etiologi……………………………………………………………………………………
…………..8
2.3 Manifestasi
Klinik……………………………………………………………………………….11
2.4 Patofisiologi………………………………………………………………………………
……….12
2.5 Proses
Penyakit…………………………………………………………………………………..13
2.6 Komplikasi…………………………………………………………………………………
………14
2.7 Penatalaksanaan
Medis………………………………………………………………………..14
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN………………………………………………………15
3.1 Pengkajian…………………………………………………………………………………
……….15
3.2 Diagnosa
Keperawatan………………………………………………………………………..17
3.3 Intervensi
Keperawatan……………………………………………………………………….18
3.4 Evaluasi……………………………………………………………………………………
………..20
3.5 WOC………………………………………………………………………………………
…………21
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………
……..22
4.1 Saran………………………………………………………………………………………
…………22
4.2 Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………23

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat maupun dalam
bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan yang tepat merupakan salah
satu penyebabnya. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis
merupakan salah satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya.
Masyarakat sering menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin besar dan
parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah, dan mudah
berdarah. Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres,karena stres
dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti
inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada
perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat menganggu
aktifitas sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut.
Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna atas,
ulkus, anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B12. Ada berbagai cara untuk mengatasi
agar tidak terkena penyakit gastritis dan untuk menyembuhkan gastritis agar tidak menjadi
parah yaitu dengan banyak minum + 8 gelas/hari, istirahat cukup, kurangi kegiatan fisik,
hindari makanan pedas dan panas dan hindari stres. Untuk pencegahan itu peran pelaksanaan
kesehatan sangat pentingyaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua
warga masyarakat tentang gastritis, baik cara mencegahnya maupun cara menanganinya.
Peran keluarga dan lingkungan juga mendorong penurunan terjadinya gastritis, yaitu dengan
cara hidup sehat.

1.2 Identifikasi Masalah


Fungsi identifikasi masalah adalah untuk mengidentifikasi secara jelas sampai dimana luas
masalah yang akan dipecahkan berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa Gastritis itu?
2. Apa penyebab gastritis itu?
3. Bagaimana proses terjadinya gastritis?
4. Bagaimana cara mencegah dan menangani gastritis?
5. Apa tanda dan gejala gastritis ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum : Untuk memahami teoritis dan Asuhan Keperawatan dari Gastritis
2. Tujuan Khusus : A. Untuk memahami teoritis dari gastritis (definisi,etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan fisik dan WOC.
B. Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita
Gastritis.
C. Untuk memahami tugas yang di berikan Dosen Pembimbing.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga
Hal 492)
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi hal
749)
Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422)
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer, Arif, 1999, Hal : 492)
Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Sujono Hadi, 1999, hal : 492)
Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)
Jadi, gastritis merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi.
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

2.2 Etiologi
Menurut http://www.indofarma.co.id penyebab yang dapat mengakibatkan gastritis antara
lain :

1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam
lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic
ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
perlindungan dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah
keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus


Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali
maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan perdarahan dan
gastritis.
5. Stres fisik
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan pada lambung.

6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat
yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
mengganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorpsi
vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah
konsisi serius yang tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.

7. Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala
gastritis.

8. Radiasi dan kemoterapi.


Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar penghasil asam lambung.

9. Penyakit bile refluk.


Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti
cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika
katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.

Gastritis ada 2 macam :


A. Gastritis Akut
Tukak beban atau tukak seres merupakan suatu reaksi selintas pada permukaan mukosa
lambung oleh akibat iritasi. Pada gastritis ini biasanya ada tukak multiple yang kecil
Gastritis akut tedapat 2 bentuk reaksi
1) Gastritis akut tanpa pendarahan
2) Gastritis dengan pendarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)

B. Gastritis Kronik
1) Gastritis kronik autoimun terjadi karena terbentuknya atibodi terhadap sel pariental
2) Gastritis kronik autoimun dan aklorhidra dapat berubah menjadi karsinoma lambung
Faktor resiko dari gastritis adalah :
a. Obat-obatan : aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
b. Alkohol , Kafein
c. Gangguan mikrosirkulasi lambung: trauma, luka baker, sepsis. Secara mikroskopik
terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Apabila lesi erosi mukosa terdapat pada
korpus dan fundus maka biasanya disebabkan oleh stress. Apabila karena obat-obatan AINS
terutama ditemukan didaerah antrum namun dapat juga menyeluruh sedangkan secara
mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi
neutrofil yang minimal
d. Mikroorganisme : Helicobaeter pykory ( H. philory ), salmonella
2.3 Manifestasi klinik

1. Keluhan utama dari gastritis (Sujono Hadi, 2002)


a. Gastritis Akut
Keluhan yang sering diajukan pasien adalah : rasa pedih, kadang – timbul rasa berdenyut-
denyut perut atas yang ada hubungan dengan makanan. Keluhan ini timbul mendadak setekah
makan atau minum-minuman yang iritatif atau korosif
b. Gastritis kronik
Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan dan dirasakan
sudah berbulan-bulan bahkan sudah bertahun-tahun.
Pada umumnya mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas kenyang, mual, rasa pedih
sebelum atau sesudah makan dan kadang mulut terasa masam.

2. Menurut Diane C. Baughman dan Joann C. Heckly, 2000 manifestasi klinis pada :
Gastritis akut
– Dapat terjadi ulserasi superfisal dan mengarah pada hemoragi
– Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala kelesuan, mual, anoreksia mungkin
terjadi mual dan muntah serta cegukan.
– Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik
– Dapat terjadi lokil dan diare apabika tidak dimuntahkan tetapi malah mencapai usus
– Pasien biasanya mulai pulih kembali sekitar sehari meskipun nafsu makan mungkin akan
hilang selama 2-3 hari

b. Gastritis Kronis
1) Gastritis tipe A pada dasarnya asimtomatik kecuali untuk gejala–gejala defisiensi vitamin
B 12
2) Gastritis tipe B pasien mengeluh anoreksia nyeri ulu hati setelah makan berdahak , rasa
asam dalam mulut atau mual dan muntah.

2.4 Patofisologi
1. Gastritis superfisial akut
Merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri
(masuk setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan
agen-agen penyebab yang sering. Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik
(kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandug sangat sedikit asam tetapi banyak
mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung
dapat memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang hemoragi
memerlukan intervensi bedah.
2. Gastritis atrofik kronik
Gastritis kronik diklasifikasikan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A (sering disebut gastritis
autoimun) ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilang sel parietal dan sel
chief. Akibatnya, produksi asam klorida, pepsi dan faktor intrinsik menurun. Dinding
lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Minum alkohol
berlebihan, teh manis dan merokok merupakan predisposisi timbulnya gastritis akut. Tipe B
(kadang disebut sebagai gastritis H. Pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung
lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylori; faktor diet seperti
minuman panas atau peda; penggunaan obat-obatan dan alkohol; merokok atau refluks isi
lambung.

2.5 Proses Penyakit

Gastritis akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan
NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan
& elektrolit.
2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan
akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung
maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.
Gastritis kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa
lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental
dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun
dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan
juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus,
kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.

Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat
kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.

2.7 Penatalaksaan Medik

Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton,
ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut
untuk mengatur sekresi asam lambung.
Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor
pompa proton.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

2. Sirkulasi
Gejala :
– hipotensi (termasuk postural)
– takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
– kelemahan / nadi perifer lemah
– pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
– warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
– kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respons psikologik)

3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar.

4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI)
atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik
feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau
busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.

5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian
luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).

6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba
dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau
menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.

8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi
portal)

9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Doengoes, 1999, hal: 455).

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3 Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler
berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output
seimbang. Intervensi :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk
minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian cairan infus.
2. Diagnosa Keperawatan 2. :
Tujuan :
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam
batas normal, bising usus normal.
Intervensi :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur,
anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi
bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht,
Albumin.

3. Diagnosa Keperawatan 3. :
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan
angka 0.
Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian
obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri.

4. Diagnosa Keperawatan 4. :
Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi
pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan obat
sesuai dengan indikasi.

5. Diagnosa Keperawatan 5. :
Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan
pengobatan.

Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit,
beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan
untuk kesembuhan klien.

3.4 Evaluasi

Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :


1. Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
2. Kebutuhan nutrisi teratasi
3. Gangguan rasa nyeri berkurang
4. Klien dapat melakukan aktifitas
5. Pengetahuan klien bertambah.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

4.2 DAFTAR PUSTAKA


Baughman dan Haskley. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2000.

Ester, Monica. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.

Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001.

Sineltzer dan Bare G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.

Anda mungkin juga menyukai