Anda di halaman 1dari 30

Di bagian selatan daerah penelitian masih dijumpai lokasi-lokasi yang batuannya juga

mengalami alterasi. Namun batuan yang mengalami alterasi ditutupi oleh aluvial,
batugamping koral dan endapan lava, breksi vulkanik Satuan Batuan Gunungapi Muda. Di
sungai Alu Kabir masih dijumpai bongkah-bongkah batuan vulkanik yang mengalami
alterasi, dan beberapa singkapan silisifikasi batuan vulkanik. Di bagian hulu Sungai Alu
Kabir masih terdapat silisifikasi tuf pada tebing atau atau lereng namun di bagian
punggungan sudah ditutupi oleh batuan lava dan breksi vulkanik Satuan Batuan Gunungapi
Muda. Di Alu Yir'i juga dijumpai dijumpai bongkah-bongkah batuan vulkanik yang
mengalami alterasi, dan silisifikasi tuf pada tebing atau atau lereng namun di bagian
punggungan sudah ditutupi oleh batuan batugamping koral dan lava - breksi vulkanik. lihat
Gambar 3.3.

3.1. PEMETAAN TOPOGRAFI DETAIL

Kegiatan pemetaan topografi dilakukan pada akhir Tahun 2015 oleh PT. KPU berkerja
sama dengan PT. MAM, yang dilakukan daerah target eksplorasi detail yaitu di Daerah
Bukitmas dan sekitarnya dengan luas rencana 280 Ha. Pemetaan topografi dilapangan yang
terlaksana seluas ±220 Ha, dengan 11.336 titik pengukuran, 143 poligon, 12 Bench mark.
Bench mark di lokasi pengukuran diukur menggunakan GPS Geodetik Dual Band diikat
dengan Bench mark lokal yang telah ada sebelumnya (Lokasi Bandara), dan poligon diikat
pada Bench mark yang dipetakan di lokasi pengukuran menggunakan Total Station. Titik
pengkuran diukur menggunakan Total Station (lihat Gambar 3.20). Dengan jumlah titik
pengukuran sebanyak itu maka ketelitian skala peta dapat dibuat hingga maksimal skala
1:5000 dengan interval 2.5 m.

Tujuan pembuatan peta topografi detail ini adalah untuk mengikat semua titik
pengamatan detail selanjutnya, termasuk data hasil penelitian sebelumnya, karena penelitian
sebelum akhir Tahun 2015 (termasuk Kerjasama dengan PT. MAM, PT. Geoservices dan
SRK Consulting). Mengingat salah satu saran SRK Consulting agar dilakukan pemetaan
geologi detail menggunakan peta topografi detail untuk perencanaan pemboran, perencanaan
penambangan dan sebagainya sudah memiliki peta topografi detail.

19
Peta topografi yang dihasilkan dalam bentuk skala yang lebih besar dan dengan interval
kontur 5 m dapat dilihat pada Gambar 3.21 dan peta dengan skala 1:5000 dan 1:10.000 dapat
dilihat pada Lampiran IV.

Gambar 3.20. Foto kegiatan pemetaan topografi detail. A. Mengikat BM yang telah
ada di bandara. B. Pengukuran lapangan. C. Pembuatan BM. D.
Mengikat BM.

20
Gambar 3.21. Hasil pemetaan topografi detail, interval kontur 5m.

21
3.2. EKSPLORASI 2017

Kegiatan eksplorasi pada Tahun 2017 terdiri dari dua kegiatan yaitu:

1. Pemetaan geologi detail Daerah Bukitmas dan sekitarnya, yakni berdasarkan


rekomendasi SRK Consulting yaitu untuk memetakan secara detail sebaran,
trend, kedudukan: zona alterasi vein, breksi hidrotermal, silisifikasi breksi
vulkanik, silisifikasi tuf alunit, silisifikasi batuan vulkanik dan zona sulfidasi
sehingga dapat digunakan untuk menuntun perencanaan pemboran berdasarkan
data permukaan.
2. Pemetaan geologi regional seluruh WIUP PT. KPU agar ditemukan sumber
daya di Daerah lain di WIUP PT. KPU selain Daerah Bukitmas dan sekitarnya.
Lokasi kegiatan detail dan regional (seluruh WIUP) dapat dilihat pada Gambar
3.22.

Tahapan kegiatan eksplorasi yaitu:

1. Pengumpulan data dan kajian geologi regional daerah Alor-Pantar-Lomblen,


hasil penelitian terdahulu, hasil eksplorasi terdahulu baik yang berkaitan dengan
sumber daya emas dan ikutannya maupun sumber daya lainnya yang berkaitan
dengan geologi, pengumpulan data yang berkaitan dengan tata ruang dan
wilayah Pantar, sosial ekonomi budaya dan masyarakat di WIUP PT. KPU.
Kegiatan ini dilakukan selama satu bulan.
2. Persiapan peralatan, bahan dan peizinan serta perencanaan penelitian
dilapangan. Kegiatan ini dilakukan selama dua minggu.
3. Kegiatan lapangan, yang didahului dengan pelaporan kepada aparat
pemerintahan setempat dan sosialisasi kepada tokoh masyarakat mengenai
kegiatan dan tujuan yang akan dilaksanakan.
4. Pengolahan dan analisa data
5. Penyusunan laporan

22
Gambar 3.22. Peta lokasi penelitian detail dan regional di seluruh WIUP PT. KPU

23
3.2.1. Eksplorasi detail
Kegiatan pemetaan geologi detail untuk eksplorasi mineralisasi lebih ditekankan pada
pengamatan data permukaan untuk memetakan secara detail sebaran, trend, kedudukan: zona
alterasi vein, breksi hidrotermal, silisifikasi breksi vulkanik, silisifikasi tuf alunit, silisifikasi
batuan vulkanik dan zona sulfidasi sehingga dapat digunakan untuk menuntun perencanaan
pemboran berdasarkan data permukaan, perhitungan sumber daya, perhitungan cadangan dan
pembuatan studi kelayakan. Pemetaan sudah menggunakan peta topografi skala 1:5000,
sehingga pemetaan ini lebih detail menggambarkan trend, tebal vein, dan dapat menghitung
kedudukan (strike dip) vein berdasarkan pola singkapan dan trend. Dengan demikian maka
dapat dilakukan perencanaan pemboran yang lebih akurat, perhitungan sumber daya dan
perencanaan tambang.

3.2.1.1. Litologi Pengamatan Lapangan


Selama satu bulan kegiatan pengamatan dilapangan ditekankan pada daerah
penyelidikan detail yaitu zona alterasi kuat, dan diperoleh 666 data lokasi pengamatan
permukaan dan penggalian terbatas di Daerah prospek. Selain pengamatan pada 2017 juga
dilakukan pengamtan review guna memetakan keseluruhan vein yang juga pernah dilakukan
terdahulu yaitu:

1. Kerja sama PT. KPU - PT. MAM - SRK Consulting sebanyak 228 lokasi.
2. Site visit SRK Consulting sebanyak 12 lokasi
3. Pengamatan 2017 sebanyak 740 lokasi yang terdiri dari 426 lokasi pengamatan
baru dan 241 lokasi pengamatan terdahulu yang di review.

Bedasarkan zona alterasi atau zona prospek, 666 lokasi pengamatan dapat
dikelompokan menjadi:

1. Pengamatan pada zona alterasi sebanyak 655 lokasi


2. Pengamatan bukan pada zona alterasi 11 lokasi.

Pengamatan di luar zona alterasi dimaksudkan untuk membatasi daerah yang teralterasi
sebagai daerah yang prospek. Namun berdasarkan hasil pengamatan dilapangan zona alterasi
masih menerus kearah utara dan timur laut daerah penelitian, sehingga disarankan untuk
penelitian detail nantinya juga diarahkan ke arah utara dan timur laut daerah penelitian detail.
Sedangkan di bagian selatan dan tenggara daerah penelitian detail zona alterasi sulit dibatasi
secara tegas karena berangsur-angsur melemah dan banyak tertutup oleh soil. Di bagian barat

24
zona alterasi tertutup oleh alluvium pantai dan permukiman yang padat, sehingga batas
alterasinya dipermukaan ditutupi oleh alluvium.

Berdasarkan jenis batuannya dan mineralisasi, data 756 lokasi pengamatan dapat
dikelompokkan menjadi pengamatan: (lihat Gambar 3.23 dan Lampiran V):

1. Vein sebanyak 325 lokasi pengamatan


2. Breksi hidrotermal sebanyak 27 lokasi pengamatan
3. Silisifikasi tuf alunit sebanyak 101 lokasi pengamatan
4. Silisifikasi batuan vulkanik sebanyak 199 lokasi pengamatan. Sebagian batuan
ini dapat dipisahkan menjadi silisifikasi breksi vulkanik yakni 114 lokasi
pengamatan dan sebagian merupakan perlapisan batuan vulkanik yang
teralterasi kuat dan banyak rekahan sehingga sulit dipisahkan sehingga
dinamakan sislisifikasi batuan vulkanik sebanyak 85 lokasi pengamatan.
5. Silisifikasi tuf sebanyak 3 lokasi pengamatan
6. Batugamping koral sebanyak 10 lokasi pengamatan
7. Aluvial sebanyak 1 lokasi pengamatan

Stratigrafi

Secara umum batuan yang dijumpai di Daerah penelitian detail dapat dibedakan
menjadi 3 satuan batuan dari muda ke tua yaitu:

Aluvium dijumpai di Daerah pantai Barat-Utara dengan topografi yang landai dan di
Sungai Alu Kabir. Aluvium berupa pasir, kerikil, kerakal hingga bongkah. Aluvium ini
menutupi secara tidak selaras batuan yang berada dibawahnya.

Batugamping koral, terumbu, berwarna abu-abu terang, berongga akibat pelarutan,


fragmental. Batugamping ini tersebar secara setempat-setempat, tipis, kadang hanya berupa
bongkah terumbu dan maksimal ketebalannya 5 m. Batugamping ini menutupi secara tidak
selaras batuan yang berada dibawahnya.

Batuan vulkanik yang mengalami alterasi, menempati sebagian besar lokasi penelitian
detail dan terdiri dari vein kasedonik kuarsa, breksi hidrotermal, silisifikasi tuf alunit,
silisifikasi batuan vulkanik, silisifikasi tuf. Satuan batuan ini yang menjadi target eksplorasi
detail karena proses epitermal atau hidrotermal dan mineralisasi dapat terbentuk pada satuan
batuan ini.

25
Gambar 3.23. Peta Lokasi pengamatan dan lintasan/track di lokasi penelitian detail.

26
Secara startigrafi di Daerah penenelitian detail hanya dijumpai batuan yang teralterasi
dan batuan ditindih secara tidak selaras oleh batugamping koral dan kemudian ditindih secara
tidak selaras oleh alluvium pantai dan sungai. Hingga bagian timur dan bagian utara lokasi
penelitian belum dijumpai batuan yang tidak teralterasi, sehingga zona prospek masih
menerus hingga bagian timur bagian utara daerah penelitian detail. Di bagian utara daerah
penelitian detail masih dijumpai vein-vein yang menerus hingga bagian utara di luar daerah
penelitian mungkin hingga Desa Wailawar. Pada pengamatan regional masih dijumpai
bongkah-bongkah vein kalsedon kuarsa dan batuan teralterasi di Sungai Alu Wailawar. Di
tertutup oleh endapan alluvial pantai berupa pasir, kerikil dan kerakal permukiman yang
padat di Daerah dataran pantai.

Di bagian selatan daerah penelitian juga dijumpai batuan yang teralterasi, namun
sebagian tertutup batugamping yang relatif tipis yaitu berupa bongkah hingga 5 meter (lihat
Gambar 3.24). Dijumpai pada ketinggian lebih dari 200 meter hingga daerah pantai. Adanya
lapisan batugamping koral menyebabkan sedikitnya data batuan yang teralterasi di bagian
selatan di luar daerah penelitian detail. Namun data ini menunjukkan bahwa proses alterasi
terbentuk di bawah permukaan laut, berumur pra kwarter dan kemungkinan bersamaan
dengan pengangkatan Pulau Pantar karena pada zaman Tersier Formasi Alor merupakan
endapan vulkanik dengan lingkungan pengendapan laut. Pada saat pengangkatan Pulau
Pantar Pra Kwarter dan setelah Tersier terbentuk patahan-patahan (lihat Gambar 3.3)

Berdasarkan pengamatan litologi dibuat peta sebaran litologi di Daerah penelitian detail
pada Gambar 3.25 dan Lampiran VI. Perlu dilakukan penelitian detail ke bagian utara,
timur dan selatan daerah penelitian detail, terutama ke arah bagian utara daerah penelitian.

Gambar 3.24. Singkapan batugamping NE386. A. Batugamping koral dengan


ketebalan 5 meter. B. Close up Singkapan, berongga akibat pelarutan.

27
Gambar 3.25. Peta litologi di Daerah penelitian detail. Terlihat zona yang teralterasi
tertutup oleh aluvial di bagian barat dan setempat-setempat oleh
batugamping koral. Zona alterasi berkembang kearah utara, selatan, dan
timur.

28
Batuan Teralterasi, Vein

Vein umumnya berupa kalsedonik kuarsa, kuarsa kalsedonik dan vein kalsedonik-
kuarsa-barit. Berwarna abu-abu terang sampai abu-abu gelap, struktur masif, veinlet terisi
oleh silika (needle-shaped), tekstur massive, banded (colloform), sugary quartz, dogteeth,
ghost blade, vuggy quartz (lihat Gambar 3.26), Mineralogi: pirit (melimpah), arsenopirit,
barit (sedikit, dijumpai mengisi rekahan), kalkopirit (sedikit), kovelit, hematit dan mineral
sulfida halus berwarna hitam. Pirit ditemukan mengisi rongga atau menempel pada
chalcedonic quartz yang berwarna abu-abu gelap.

Barit yang dijumpai di vein kalsedonik-barit, kalsedonik-kuarsa-barit umumnya


berkuran besar (tebal 0.3 - 1.7 cm), kasar, stuktur letik, mengisi rekahan pada vein. Vein
kuarsa dan kalsedon kuarsa, mineral kuarsa mengisi rekahan, rongga, rongga antar butir,
membentuk struktur tumbuh seperti sugary quartz, dogteeth, ghost blade, dan vuggy quartz.
Struktur ubahan dimulai dari tepi butiran. Vein yang lebar dan panjang umumnya berupa vein
kalsedonik, dan pada rekahannya terisi oleh veinlet kalsedonik, kuarsa vuggy dan barit.
Batuan vulkanik mengalami alterasi dijumpai dihampir semua lokasi dan dikatergorikan
sebagai endapan epithermal high sulfidation atau paling tidak epithermal intermediert
sufidation, yang dicirikan oleh ditemukannya veinlet kuarsa dengan tekstur kalsedoni, vuggy
quartz dan massive quartz. Mineralisasi dominan juga terbentuk berupa penggantian pada
breksi yaitu silisified breccia, silisified volcanic dan hydrothermal berccia mengandung pirit
(melimpah), kalkopirit (sedikit), kovelit (sedikit), arsenopirit (sedikit), elektrum (sedikit),
mineral pengganggu berupa kuarsa (melimpah) kalsedonik, alunit (sedikit), barit (sedikit).

Kedudukan vein sulit diukur dengan tepat dilapangan, namun berdasarkan trend dan
pola sebaran pada peta topografi kedudukannya berkisar 80o hingga 90o (tegak). Trend dan
pola sebarannya baik dilapangan maupun setelah dipetakan umumnya lurus hingga sedikit
melengkung. Secara umum trend dan pola vein-vein yang panjang berarah Baratlaut -
Tenggara sedangkan vein-vein yang yang pendek berarah Utara - Selatan dan Barat - Timur.
Trend vein yang paling panjang yang masih dapat diikuti dilapangan yaitu sepanjang +/- 100
meter kemudian tertutup soil atau berubah berangsur-angsur menjadi silisifikasi batuan
vulkanik yang banyak rekahan dan mineralisasi berupa kalsedon, kuarsa, hematit dan pirit.
Ketebalan vein dari 10 centimeter hingga paling tebal 12 meter di titik pengamatan NE079,
NE087, dan NE088 yang berada di bagian tengah, berupa vein kalsedonik. Di bagian utara
daerah penelitian detail relatif veinnya lebih tebal dibandingkan dengan vein-vein yang
berada di bagian selatan.

29
Gambar 3.26. Foto A: Kalsedonik kuarsa vein di NE121, searah trend. Foto B:
kalsedonik kuarsa vein di NE111, tegak, tebal 8 m. Foto C: Vein di
NE065, tebal 8, sebagian rekahan terisi barit (berkembang baik, tekstur
letik). Foto D: Vein Kuarsa kalsedonik di NE241, Kuarsa tumbuh
mengisi rekahan dan menggantikan, struktur vuggy dan gigi anjing. Foto
F: Penggalian test pit untuk mengamati tebal dan mineralisasi yang
masih fresh di NE279. Foto G: Vein Kalsedonik di NE279, mengandung
pirit, kalkopirit, hematite.

30
Batuan Teralterasi, Breksi Hidrotermal

Breksi hidrotermal dengan singkapan yang paling bagus dijumpai di NE084 dan
NE040, dengan fragmen berupa: silika tuff berwarna abu-abu gelap mengandung banyak
mineral sulfida, kuasa kalsedonik, kuarsa, dan opal kuarsa, fragmen menyudut, matrik berupa
silika tuff berwarna putih sampai abu-abu terang kemerahan, kalsedon, kuarsa kalsedonik.
Batuan yang lapuk mengalami oksidasi (hematit). Tekstur jig-saw fit texture, banyak rekahan.
Mineral yang dijumpai berupa: silika tuff, kalsedon dan pirit, setempat dijumpai magnetit
pada silika tuff. Lihat Gambar 3.27.

Breksi hidrotermal yang sebarannya paling luas dijumpai di bagian selatan daerah
penelitian detail, yaitu di NE035, NE033, dan di lokasi pengamatan lainya disekitar titik ini
memiliki sebaran 5 - 18 m. Di lokasi lainnya juga dijumapai breksi hidrotermal, yaitu pada
jalur vein yang kemudian ditelusuri berubah menjadi breksi hidrotermal. Kecuali di bagian
selatan daerah penelitian detail yaitu di sekitar NE035 dan NE033, breksi hidrotermal
ketebalannya berkisar 3-8 m dan memiliki trend yang bisa ditelusuri.

Gambar 3.27. Foto A: Breksi hidrotermal di NE121. Foto B: Breksi hidrotermal di


NE035, Fragmen berupa silika tuff. Foto C: Breksi hidrotermal di
NE121 mengandung magnetit. Foto D: Mineralisasi pada breksi
hidrotermal di NE043.

31
Batuan Teralterasi, Silisifikasi Breksi Vulkanik

Silisifikasi Breksi Vulkanik dikelompokan menjadi silisifikasi batuan vulkanik, namun


diberikan penamaan tersendiri karena fragmen, matriks dan semen breksi vulkanik masih
terlihat namun mineralnya telah mengalami ubahan. Fragmen tersilisifikasi menjadi kuarsa,
alunite, kalsedon. Matriks juga tersilisifikasi berupa silica tuff, alunite, kuarsa dan kalsedon.
Batuan ini sebagian mengalami oksidasi ditandai dengan hadirnya hematit. Tekstur kuarsa
berupa gigi anjing, banded kalsedonik, vuggy kuarsa, vug, dan masif. Mineral yang dijumpai
berupa: kuarsa, barit, pirit, kalkopirit, arsenopirit, kovelit, dan mineral sulfida. Batuan ini
juga mengalami rekahan dan rekahan terisi oleh veinlet-veinlet. Batuan yang tersilisifikasi
membentuk trend dan banyak terdapat veinlet, oksidasi, hematit, terisi oleh kuarsa, kalsedon
dan barit. Pirit juga hadir pada kuarsa dan kalsedon. Lihat Gambar 3.28.

Gambar 3.28. Foto A: Silisifikasi breksi vulkanik di NE143, Tekstur fragmen masih
terlihat namun mineralnya terubah. Foto B: Silifikasi breksi vulkanik di
NE203, mengalami oksidasi. Foto C: Silisifikasi breksi vulkanik yang
fragmennya telah mengalami ubahan menjadi kalsedon, vuggy kuarsa
tumbuh pada rongga, di NE203. Foto D: Mineralisasi kuarsa dan barit
pada veilet di silisifikasi breksi vulkanik di NE143.

32
Batuan Teralterasi, Silisifikasi batuan vulkanik

Sisilifikasi breksi vulkanik termasuk dalam kelompok batuan silisifikasi batuan


vulkanik, dibedakan silisifikasi batuan vulkanik karena batuan asalnya berupa pasir tufaan,
breksi, tuff dan lava yang telah alterasi.

Batuan ini terdapat mengikuti pola sebaran silisifikasi breksi vulkanik, berada disekitar
vein, bagian bawahnya berhubungan dengan vein, dan tuff alunit. Terdapat veinlet-veinlet
berupa alunit, kalsedon dan kuarsa, kadang juga dijumpai barit namun mineralnya berukuran
kecil. bagian bawah batuan ini berhubungan dengan vein dan breksi hidrotermal (lihat
Gambar 3.29). Batuan ini mengalami silisifikasi kuat, oksidasi kuat ditandai dengan
berwarna coklat kemerahan dan mengandung mineral hematit. Mineral yang dijumpai di
batuan ini berupa: Pirit, silica clay, alunit, kuarsa, barit dan oksida besi.

Gambar 3.29. Foto A: Silisifikasi vulkanik di NE203, memiliki trend dan


berhubungan dengan vein. Foto B: Di NE031, teroksidasi dan
berhubungan dengan vein. Foto C: Di NE131, alunit lapuk pada vein,.
Foto D: Di NE205, Sislifikasi batuan vulkanik yang berhubungan
dengan vein dan breksi hidrotermal. (a: alunit, b: silisifikasi breksi
vulkanik, l: silisifikasi lava andesit, x: breksi hidrotermal)

33
Batuan Teralterasi, Alunitit

Alunite termasuk dalam golongan sulfat. Mineral alunite terbentuk dekat dengan
lingkungan sumber mata airpanas yakni termasuk alterasi hidorthermal dari batuan vulkanik.

Alunite tersebar bersama hampir seluruh batuan yang terlaterasi, terutama disekitar vein
baik vein kuarsa maupun kalsedon, breksi hirdrotermal, dan sislisifikasi breksi vulkanik.
Struktur masif dan mengisi rekahan, Mineralogi berupa alunit, oksida besi, kalsedon, kuarsa,
lihat Gambar 3.30.

Gambar 3.30. Foto A: Silisifikasi batuan vulkanik yang banyak mengandung mineral
alunit di NE325, memiliki trend dan berhubungan dengan vein. Foto B:
Di NE134, Silisifikasi batuan vulkanik yang benyak mengandung alunit
teroksidasi, veinlet dan berhubungan dengan vein. Foto C: Di NE134,
alunit yang berkembang disekitar vein,. Foto D: Di NE134, contoh
Alunit. (a: alunit, k: kuarsa vuggy, c: kalsedon)

34
Batuan Teralterasi, Silisifikasi Tuf

Batuan ini banyak dijumpai di bagian timur daerah penelitian detail dan pada daerah
yang tinggi (umumnya berada pada elevasi diatas 125 mdpl), bagian permukaan umumnya
lapuk. Sebagian tuf telah mengalami ubahan menjadi kuarsa, membentuk teksture mata,
namun tekstur tuf sebagian masih jelas. Mineralogi yang dijumpai yaitu kuarsa, biotit
(sekunder), mika, dan pirit (lihat Gambar 3.31).

Gambar 3.31. Foto A: silisifikasi tuf, lapuk di NE043 Foto B: Silisifikasi tuf Di
NE134, yang masih segar, terlihat silisifikasi telah berkambang pada tuf
yaitu hadirnya kuarsa, pirit dan biotit serta mika. (k: kuarsa, p: pirit, b:
biotit)

3.2.1.2. Struktur Geologi


Pada daerah penelitian detail jalur vein, breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan
silisifikasi batuan vulkanik berkembang mengikuti struktur rekahan. Berdasarkan umur relatif
dan genesanya maka rekahan di Daerah penelitian detail dapat dibedakan menjadi:

1. Rekahan yang berkembang sebelum terjadinya proses hidrotermal.


2. Rekahan yang tebentuk sementara terjadi proses hidrotermal.
3. Rekahan yang terjadi setelah proses hidrotermal.

Rekahan yang berkembang sebelum proses hidrotermal merupakan patahan-patahan


yang diakibatkan oleh tektonik dan bersifat regional. Rekahan ini dapat diamati pada hasil
interpretasi kelurusan citra satelit (lihat Gambar 3.3.) dan hasil interpretasi pemetaan
geomagnet (lihat Gambar 3.16 dan 3.17). Rekahan ini yang mengontrol pola-pola intrusi
dibawah permukaan dan keluarnya larutan hidrotermal. Rekahan ini berarah umum Utara
Timurlaut - Selatan Baratdaya dan Baratlaut - Tenggara dan merupakan sesar mendatar yang

35
kemiringannya tegak. Rekahan ini mengontrol pola sebaran vein, breksi hidrotermal, alunit,
silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik di Daerah penelitian.

Rekahan yang berkembang pada saat keluarnya larutan hidrotermal dapat diamati pada
vein, breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik di Daerah
penelitian. Rekahan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu rekahan akibat tektonik yaitu
aktivasi rekahan yang telah terbentuk sebelumnya dan rekahan yang terbentuk akibat tekanan
pada waktu proses hidroternmal. Rekahan-rekahan ini terisi oleh mineralisasi berupa vein dan
veinlet yang memotong vein dan veinlet sebelumnya. Rekahan yang terbentuk akibat tekanan
pada waktu proses hidrotermal memperbesar rekahan yang telah ada sebelumnya sehingga
terbentuk rongga dan tumbuh mineralisasi kuarsa di sekitar rongga tersebut. Rekahan yang
terjadi bersamaan dengan saat keluarnya larutan hidrotermal menyebabkan pembesaran
rekahan yang telah ada sebelumnya dan menyebabkan semakin tebalnya vein, breksi
hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik di Daerah penelitian.

Rekahan yang terbentuk setelah terjadinya proses hidrotermal yaitu pada saat
pengangkatan daerah penelitian (Pulau Pantar), yaitu sesar mendatar yang berarah Baratdaya
- Timurlaut dan Baratlaut - Tenggara. Sesar ini memotong batuan yang telah ada sebelumnya
termasuk vein, breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik di
Daerah penelitian (lihat Gambar 3.32 dan Lampiran VII). Arah umum trend struktur, vein,
breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik adalah N275oE
dan N34oE.

Struktur yang berkembang pada saat sebelum terjadinya proses hidrotermal dan pada
saat terjadinya proses hidrotermal mengontrol sebaran vein, breksi hidrotermal, alunit,
silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik di Daerah penelitian. Pengukuran
kedudukan struktur tersebut, vein, breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi
batuan vulkanik tidak dapat dilakukan karena kondisi batuan dipermukaan banyak yang telah
hancur. Untuk memetakan kedudukannya dilakukan selain dilakukan pengkuran lebar
singkapan dilakukan juga pengukuran panjang singkapan dan trend singkapan. Berdasarkan
trend singkapan dapat dibuat pola sebaran vein dan struktur, yang mengikuti pola sebaran
hasil pemetaan trend vein, breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan
vulkanik di Daerah penelitian. Hasil pemetaan jalur mineralisasi di Daerah penelitian detail
dapat dilihat pada Gambar 3.33 dan Lampiran VIII.

36
Gambar 3.32. Peta Struktur Geologi dan trend vein, breksi hidrotermal, alunit,
silisifikasi batuan vulkanik di lokasi penelitian detail.

37
Gambar 3.33. Peta mineralisasi berupa vein, breksi hydrotermal aluni, silisifikasi
breksi vulkanik, Silisifikasi batuan vulkanik dan zona sulfidasi di Daerah
penelitian detail.

38
3.2.1.3. Sebaran Mineralisasi
Alterasi batuan yang terjadi di Daerah penelitian detail diakibatkan oleh adanya proses
hidrotermal (epythermal) ditandai adanya mineralisasi pada vein, breksi hidrotermal dan
veinlet yang berkembang melalui rekahan akibat proses hidrotermal pada batuan vulkanik.
Adanya vein-vein yang tebal, breksi hidrothermal, silisifikasi breksi vulkanik dan mineralisasi
terjadi tidak saja mengisi rekahan namun adanya mineralisasi pada batuan samping, adanya
vuggy kuarsa, alunit dan barite merupakan penciri endapan hidrotermal high sulfidation.
Adanya zona sulfidasi juga dijumpai di lapangan.

Mineralisasi terdapat pada vein, veinlet, batuan samping, dan pada breksi hidrotermal.
Veinlet kuarsa, kalsedon kuarsa, kalsedon dan barite dan silisifikasi batuan samping juga
terbentuk dibagian bawah atau disekitar alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan
vulkanik, sehingga dibagian bawah batuan ini diyakini terdapat vein dan mineralisasi. Hasil
pemetaan vein, breksi hidrotermal, alunit, silisifikasi breksi dan silisifikasi batuan vulkanik,
struktur rekahan dan ketebalan batuan tersebut maka dapat dibuat peta sebaran mineralisasi
atau jalur vein dipermukaan yang dapat dilihat pada Gambar 3.33. Kemiringan vein tegak
dan sudut yang paling kecil adalah 82o.

Mineralisasi dominan juga terbentuk berupa penggantian pada breksi yaitu silisified
breccia, silisified volcanic dan hydrothermal berccia mengandung pirit (melimpah),
kalkopirit (sedikit), kovelit (sedikit), arsenopirit (sedikit), elektrum (sedikit), mineral
pengganggu berupa kuarsa (melimpah) kalsedonik, alunit (sedikit), barit (sedikit)

Vein dan veinlet yang dijumpai dibagian selatan umumnya berupa kalsedon dan sedikit
berupa vein kuarsa, dibagian tengah daerah penelitian, vein kuarsa dan kuarsa kasedon makin
sering dijumpai, kehadiran barit juga mulai dijumpai dan mulai berkembang dengan ukuran
yang besar. Di bagian utara daerah penelitian vein dan veinlet umumnya kuarsa dan
mengandung mineral barit. Jika dikaitkan dengan kehadiran emas yang mulai dijumpai pada
bagian tengah dan bagian utara dengan kadar 2 ppm, dan juga dikaitkan dengan anomali
geomagnet yang tinggi dibagian utara dan sedikit terdapat di bagian tengah maka dapat
diinterpretasikan berdasarkan penampang model endapan sistem hidrotermal yang ideal
menurut Buchanan, 1981. Adanya barite pada vein dan veinlet kuarsa diperkirakan
mineralisai emas didaerah ini relatif lebih dangkal jika dibandingkan dengan vein-vein
kalsedon tanpa barit di bagian selatan daerah penelitian (lihat Gambar 3.34). Data pemboran
di KAD04 dan KAD05 menunjukkan bahwa mineralisasi emas juga ditemukan pada
kedalaman dibawah 75 meter.

39
Zona sulfidasi juga diamati dilapangan dan dipetakan yaitu dengan ditemukannya
endapan alunit, pirit, kalkopirit dan adanya sulfur diantara rekahan-rekahan batuan, yang
menunjukan bahwa batuan tersebut berhubungan dengan SO2 magmatik. Adanya zona
sulfidasi juga sebagai pertanda berada pada zona yang yang berhubungan dengan intrusi.

Gambar 3.34.Penampang sistem epitermal yang ideal menurut Buchanan 1981.


Namun pada kenyataannya sistem ini kompleks karena terdiri dari
banyak tahapan mineralisasi, level boilling dan degassing. Kotak kuning
adalah posisi mineralisasi di Daerah Bukitmas dan sekitarnya.

Data hasil pengukuran lebar dan tebal vein, breksi hidrotermal, silisifikasi batuan
vulkanik dan alunit di lapangan yang juga terpetakan dengan skala pada Gambar 3.33, dapat
dilihat pada Tabel 3.10.

Pada Tabel 3.10, terlihat sebagian lokasi pengamatan tidak dapat dilakukan
pengukuran lebar (untuk mendapatkan ketebalan), vein tebalnya 5-12.5 meter ditemukan pada
17 lokasi pengamatan, tebal 1-5 meter ditemukan pada 98 lokasi dan 205 lokasi pengamatan
vein yang tebalnya lebih kecil dari 1 meter, dengan rata-rata ketebalan 1.5 meter. Breksi
hidrotermal ketebalannya sangat bervariasi dari <0.5 hingga 20 meter. Silisifikasi batuan
vulkanik (termasuk silisifikasi breksi vulkanik dan alunit) tebal 5-12.5 meter ditemukan pada
28 lokasi pengamatan, tebal 1-5 meter ditemukan pada 86 lokasi dan 131 lokasi pengamatan
yang tebalnya lebih kecil dari 1 meter, dengan rata-rata ketebalan 2.2 meter. Zona silisifikasi
batuan vulkanik ketebalan zonanya lebih lebar dibandingkan vein, namun mineralisasi lebih
tipis dibandingkan vein.

40
Tabel 3.10. Data tebal mineralisasi di permukaaan pada lokasi penelitian detail.
Jumlah lokasi pengamatan pada jenis batuan
Tebal
Silisifikasi batuan
(meter) Vein Breksi Hidrotermal
vulkanik
20 - 1
18 - 1
10 - 12.5 3 1 4
7.5 - 10 4 1 4
5 - 7.5 10 1 20
2.5 - 5 20 2 23
1 - 2.5 78 6 63
0.5 - 1 71 4 39
< 0.5 56 2 29
NA 83 8 118
Rata-rata 1.5 4.4 2.18

3.2.1.4. Geokimia
Hasil analisa kimia unsur (AAS) terhadap 69 sample pada Tahun 2015 (simbol FA) dan
8 sampel pada Tahun 2017 (simbol NE) yang diambil dilokasi penelitian detail dapat dilihat
pada Tabel 3.11. Hasil analisa ini tidak menggembirakan karena sampel yang diambil adalah
sampel dipermukaan, dimana pada waktu penelitian dilapangan direncanakan penggambilan
sampel dilakukan pada test pit, namun karena adanya masalah sosial maka penggalian
dihentikan sementara dan untuk itu sampel yang dianalisa adalah sampel yang diambil
dipermukaan.

Berdasarkan hasil analisa kimia unsur yang dilakukan pada Tahun 2015 (simbol FA)
dan Tahun 2017 (simbol NE) dapat dibuat peta sebaran kadar emas di permukaan tanah pada
Gambar 3.35 (dan Lampiran IX) dan sebaran kadar emas terhadap jenis litologi pada
Gambar 3.36. Pada Gambar 3.35 terlihat kadar emas yang tertinggi adalah kadar yang
tertinggi dijumpai pada permukaan tanah hanya 2.02 ppm yang dijumpai di bagian utara
daerah penelitian detail yaitu di FA70 pada batuan silisifikasi breksi vulkanik dan 2.07 ppm
dijumpai bagian tengah daerah penelitian detail yaitu di FA156 pada batuan alunit. Pada
lokasi pengamatan FA42 di bagian tengah lokasi penelitian, yakni pada batuan vein kuarsa
kadar emasnya 0.72 ppm, sedangkan pada FA16 di bagian utara daerah penelitian pada
batuan silisifikasi breksi vulkanik kadar emasnya 0.6 ppm. Di lokasi lainnya kadar emas
dibawah 0.5 ppm.

41
Gambar 3.35. Peta sebaran kadar emas di permukaan.

42
Tabel 3.11. Hasil analisa kimia (AAS) terhadap 69 sample (2015) dan 8 sampel (2017)
Lokasi
Lokasi
No Batuan EAST NORTH ELEV Au (ppm) No Penga Batuan EAST NORTH ELEV Au (ppm)
Pengamatan
matan

1 FA07 Chalcedony quarzt vein 635,537 9,088,566 180 0.2 40 FA182 Chalcedonic quartz vein 635,060 9,087,546 80 0.2
2 FA18 Quartz vein 635,366 9,088,144 168 0.2 41 FA203 Quartz vein 635,067 9,087,301 111 0.2
3 FA27 Quartz vein 634,990 9,087,103 109 0.2 42 FA204 Quartz vein 635,352 9,087,225 138 0.2
4 FA44 Chalcedony quartz vein 634,908 9,088,040 140 0.2 43 FA211 Chalcedonic quartz vein 635,428 9,087,424 143 0.2
5 FA52 Chalcedony quartz vein 635,450 9,088,605 169 0.2 44 FA227 Quartz vein 635,358 9,087,698 139 0.48
6 FA55 Chalcedony quartz vein 635,392 9,088,590 152 0.2 45 FA228 Quartz vein 635,365 9,087,638 144 0.2
7 FA68 Chalcedony quartz vein 635,038 9,088,145 168 0.2 46 FA229 Quartz vein 635,362 9,087,610 142 0.2
8 FA70 Silicified volcanic breccia 635,303 9,088,644 120 2.02 47 FA230 Chalcedonic quartz vein 635,346 9,087,502 151 0.2
9 FA75 Chalcedony quartz vein 635,261 9,088,622 122 0.2 48 FA231 Quartz vein 635,281 9,087,407 153 0.2
10 FA77 Chalcedony quartz vein 635,207 9,088,607 117 0.2 49 FA234 Silicified breccia 635,548 9,088,259 192 0.2
11 FA82 Silicified volcanic breccia 634,982 9,088,474 71 0.2 50 FA235 Silicified breccia 635,545 9,088,264 190 0.2
12 FA83 Chalcedony quartz vein 634,956 9,088,343 101 0.2 51 FA237 Silicified breccia 635,536 9,088,309 172 0.2
13 FA87 Quartz vein 635,120 9,088,778 70 0.2 52 FA239 Chalcedony Quartz Vein 635,546 9,088,196 207 0.2
14 FA89 Silicified volcanic breccia 635,138 9,088,816 69 0.2 53 FA240 Chalcedony Quartz Vein 635,558 9,088,169 201 0.2
15 FA97 Silicified volcanic breccia 635,214 9,088,692 97 0.6 54 FA241 Silicified breccia 635,276 9,087,489 148 0.2
16 FA108 Chalcedonic quartz vein 635,059 9,088,439 76 0.2 55 FA246 Silicified breccia 635,276 9,087,617 124 0.2
17 FA110 Quartz vein 635,025 9,088,453 75 0.2 56 FA247 Quartz Vein 635,259 9,087,643 122 0.2
18 FA111 Silicified volcanic breccia 634,919 9,088,447 77 0.2 57 FA250 Alunite 635,080 9,087,811 88 0.32
19 FA113 Silicified volcanic breccia 634,838 9,088,330 63 0.2 58 FA254 Quartz Vein 635,081 9,087,841 97 0.2
20 FA120 Quartz vein 635,309 9,087,694 128 0.2 59 FA258 Quartz Vein 635,063 9,087,936 127 0.72
21 FA129 Silicified volcanic breccia 635,089 9,087,686 68 0.2 60 FA260 Quartz Vein 635,026 9,087,999 133 0.2
22 FA130 Silicified volcanic breccia 634,893 9,087,547 63 0.2 61 FA266 Quartz Vein 635,038 9,088,097 169 0.2
23 FA131 Silicified volcanic breccia 634,878 9,087,535 59 0.2 62 FA270 Quartz Vein 634,879 9,087,858 113 0.2
24 FA138 Silicified volcanic breccia 634,570 9,087,348 54 0.2 63 FA275 Quartz Vein 634,861 9,087,984 141 0.2
25 FA144 Silicified volcanic 634,704 9,087,636 61 0.2 64 FA276 Quartz Vein 634,842 9,088,048 146 0.2
26 FA146 Quartz vein & chalcedonic quartz vein 634,727 9,087,729 66 0.2 65 FA277 Alunite 634,853 9,088,140 127 2.07
27 FA147 Silicified volcanic breccia 634,722 9,087,776 64 0.2 66 FA281 Quartz Vein 634,913 9,088,231 111 0.2
28 FA148 Quartz vein 634,724 9,087,811 67 0.2 67 FA282 Quartz Vein 634,908 9,088,255 107 0.2
29 FA149 Chalcedonic quartz vein 634,743 9,087,860 73 0.2 68 FA286 Quartz Vein 635,003 9,088,366 101 0.2
30 FA159 Quartz vein 634,768 9,087,349 70 0.2 69 FA287 Quartz Vein 635,009 9,088,402 93 0.2
31 FA160 Silicified volcanic breccia 634,759 9,087,363 64 0.2 70 NE035 Hydrothermal Breccia 634,874 9,087,614 93 0.2
32 FA161 Silicified volcanic breccia 634,768 9,087,394 52 0.2 71 NE250 Chalcedony Quartz Vein 635,527 9,088,559 180 0.2
33 FA163 Quartz vein 634,794 9,087,484 50 0.2 72 NE047 Volcanic Tuff Silisified 634,626 9,087,761 46 0.2
34 FA165 Hydrothermal breccia 634,787 9,087,535 60 0.2 73 NE096 Volcanic Tuff Alunite 635,095 9,087,298 115 0.2
35 FA166 Hydrothermal breccia 634,817 9,087,571 76 0.2 74 NE172 Volcanic Breccia Silisified 634,953 9,087,913 130 0.2
36 FA168 Hydrothermal breccia 634,813 9,087,574 78 0.2 75 NE355 Volcanic Breccia Silisified 635,234 9,087,709 108 0.2
37 FA169 Hydrothermal breccia 634,841 9,087,613 96 0.2 76 NE183 Chalcedony Quartz Vein 634,800 9,088,086 114 0.2
38 FA170 Hydrothermal breccia 634,862 9,087,642 102 0.2 77 NE291 Silicified breccia 635,582 9,088,319 170 0.2
39 FA171 Hydrothermal breccia 634,886 9,087,680 105 0.2

Gambar 3.36. Boxplot emas terhadap litologi di Daerah penelitian detail.

43
Pada Gambar 3.35. terlihat kadar emas yang berada diatas 0.5 ppm relatif berada
dibagian utara daerah penelitian, dibagian selatan kadarnya kecil. Hal ini bukan berarti
dibagian selatan tidak memiliki potensi adanya kada emas yang tinggi, namun karena sampel
diambil dipermukaan dan dibagian selatan daerah penelitian detail, veinnya berupa kalsedon
bukan kuarsa, yang berarti zona mineralisasi masih berada dibagian bawah yang lebih dalam
lagi (kemungkinan kedalam 75 - 150 m) dan hal ini ditunjang oleh data geomagnet yang
menginterpretasikan bahwa kedalam batuan intrusi dibagian selatan lebih dalam.

Pada Gambar 3.36 terlihat batuan yang kadar emasnya diatas 2 ppm yaitu alunit dan
silisifikasi breksi vulkanik. Alunit hanya satu sampel batuan saja yang memiliki kadar tinggi
namun lainnya rendah sehingga secara rata-rata kadar emas pada batuan alunit rendah, namun
ini karena hanya sedikit sampel yang dianalisa pada alunit. Secara rata-rata kada emas yang
tinggi terdapat pada vein kuarsa dan silisifikasi breksi vulkanik. Kadar emas pada vein
klasedon kuarsa lebih kecil dibandingkan dengan kadar emas pada vein kuarsa, hal ini karena
vein kalsedon masih berada lebih jauh dari sumber magmatik dibandingkan dengan vein
kuarsa yang lebih dekat dari sumber. Sehingga secara kimia juga membuktikan bahwa di
Daerah bagian selatan daerah penelitian yang didominasi oleh vein kalsedon dan sedikit vein
kalsedon kuarsa, memiliki potensi emas namun lebih dalam dibandingkan dengan dibagian
utara daerah penelitian detail. Pada Gambar 3.36 juga terlihat kadar emas yang rendah pada
batuan yang teralterasi yaitu pada sislisifikasi tuf (silica cap) dan breksi hidrotermal.
Silisifikasi tuff secara model, terdapat di Daerah permukaan dan di Daerah penelitian hanya
terdapat pada daerah yang tinggi, sehingga tidak memiliki potensi utuk mineralisasi emas.
Breksi hidrotermal yang sampelnya di ambil di bagian selatan daerah penelitian juga
menunjukan kadar emas yang rendah.

3.2.2. Eksplorasi Regional


Kegiatan pemetaan geologi regional dilakukan di seluruh wilayah IUP dengan
menggunakan peta dasar 1:25.000 Pemetaan dimaksudkan untuk mencari kemungkinan
terdapatnya zona alterasi lain di WIUP PT. KPU selain di Daerah penelitian detail di Desa
Bukitmas dan sekitarnya. Daerah pengamatan cukup luas sehingga kegiatan awal dilakukan
lewat pratinjau melalui menyusuri sungai dan jalan yang ada di penggungan untuk
mengamati batuan di jalur lintasan apakah mengalami alterasi atau tidak dan jenis batuannya.

44
Pemetaan regional dilakukan terhadap seluruh desa yang berada di WIUP dan
pengamatan litologi berdasarkan peta geologi regional, dan diperoleh 156 lokasi pengamatan,
yang terdiri dari:

1. Lokasi pengamatan yang dilakukan pada Tahun 2017 sebanyak 151 lokasi
pengamatan
2. Peninjauan kembali lokasi yang pernah diamati pada Tahun 2015 sebanyak 5
lokasi.

Dari 256 lokasi secara litologi yang dikaitkan dengan batuan yang terlaterasi atau tidak
teralterasi dibedakan menjadi:

1. Batuan yang teralterasi sebanyak 118 lokasi pengamatan, terdiri dari:


a. Vein sebanyak 1 lokasi pengamatan
b. Silisifikasi Breksi Vulkanik sebanyak 3 lokasi pengamatan
c. Silisifikasi Batuan Vulkanik sebanyak 38 lokasi pengamatan
d. Silisifikasi Tuf sebanyak 35 lokasi pengamatan
e. Batuan yang tidak teralterasi sebanyak 79 lokasi pengamatan, terdiri dari:
2. Batugamping Koral sebanyak 18
a. Breksi Vulkanik sebanyak 22
b. Lava Andesit sebanyak 12
c. Diorit sebanyak 4
d. Batupasir Gampingan sebanyak 8
e. Tuf Lapili sebanyak sebanyak 6
f. Batupasir konglomeratan sebanyak 1
g. Aluvial sebanyak 8

Hasil pemetaan geologi regional WIUP PT. KPU dapat dilihat pada Gambar 3.37 (dan
Lampiran X). Dari hasil pemetaan regional diketahui bahwa disekitar lokasi penelitian detail
masih terdapat lokasi lain yang perlu diteliti secara karena memiliki kemungkinan adanya
menineralisasi akibat alterasi.

45
Gambar 3.37. Peta lokasi pengamatan pemetaan regional di Wilayah IUP PT. KPU.

46
Di bagian selatan daerah penelitian masih dijumpai lokasi-lokasi yang batuannya juga
mengalami alterasi. Namun batuan yang mengalami alterasi ditutupi oleh aluvial,
batugamping koral dan endapan lava, breksi vulkanik Satuan Batuan Gunungapi Muda. Di
sungai Alu Kabir masih dijumpai bongkah-bongkah batuan vulkanik yang mengalami
alterasi, dan beberapa singkapan silisifikasi batuan vulkanik. Di bagian hulu Sungai Alu
Kabir masih silisifikasi tuf pada tebing atau atau lereng namun di bagian punggungan sudah
ditutupi oleh batuan lava dan breksi vulkanik Satuan Batuan Gunungapi Muda. Di Alu Yir'i
juga dijumpai dijumpai bongkah-bongkah batuan vulkanik yang mengalami alterasi, dan
silisifikasi tuf pada tebing atau atau lereng namun di bagian punggungan sudah ditutupi oleh
batuan batugamping koral dan lava - breksi vulkanik. Disarankan untuk diperluas daerah
penelitian detail kearah selatan sejauh sekitar 1 km dari batas daerah penelitian bagian
selatan.

Di bagian timur daerah penelitian detail yakni ke arah Gunung Wartangan (intrusi
granodiorit) masih dijumpai batuan yang teralterasi yaitu berupa silisifikasi tuf, silisifikasi
batuan vulkanik dan silisifikasi breksi. Sebagian daerah ini ditutupi oleh batugamping koral
secara setempat-setempat. Daerah ini masih prospek untuk dapat dilakukan penelitian detail
dan ditunjang oleh data geomagnet yakni adanya intrusi yang masih mengarah kearah timur,
demikian juga pola-pola vein masih dapat ditelusuri kearah timur.

Di bagian utara daerah penelitian detail, yakni dari Panea (Bukitmas) hingga Sungai
Alu Wailawar, bahkan hingga Desa Wailawar masih dijumpai batuan-batuan yang teralterasi
yakni vein kalsedonik kuarsa di Sungai Alu Wailawar, bongkah-bongkah silisifikasi breksi,
silisifikasi batuan vulkanik, dan sislisifikasi tuf. Dari batas daerah penyelidikan detail hingga
ke Sungai Alu Wailawar masih merupakan daerah dengan batuan yang terlaterasi, sehingga
daerah ini prospek untuk ditindak lanjuti dengan penyelidikan detail.

Di bagian barat daerah penelitian detail dan bagian barat WIUP PT. KPU merupakan
daerah pantai, dan permukiman. Di dataran pantai ditutupi oleh endapan aluvium, dan daerah
perbukitan dekat dataran pantai ditutupi oleh batugamping koral. Daerah ini mungkin
dibawah permukaan masih dapat dijumpai batuan yang teralterasi namun ditutupi oleh batuan
yang lebih muda, dan permukiman yang mulai padat di Daerah dataran hingga perbukitan di
tepi pantai.

Berdasarkan hasil pemetaan regional Wilayah IUP PT. KPU maka diusulkan untuk
dilakukan penyelidikan detail:

47
1. Kearah utara dari daerah penelitian detail saat ini hingga ke Desa Wailawar.
2. Kearah timur dari daerah penelitian detail saat ini hingga Gunung Wartangan
(intrusi granodiorit)
3. Kearah selatan dari daerah penelitian detail saat ini hingga Sungai Alu Yir'i.

48

Anda mungkin juga menyukai