TUTORIAL KLINIK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Hasna N 111 17 007
Maulidia Nikmatul Hikmah N 111 17 038
Muh Mukram N 111 17 059
Ni Komang Suryani Dewi N 111 17 060
Bonita RatnaSari N 111 16 117
Elfira Magda N 111 17 066
PEMBIMBING:
TUTORIAL 1
IDENTITAS PASIEN
Nama : NY. Nani oktavia
Umur : 40 tahun/ 13-10-1978
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : S2 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Juanda n0 11 A Palu
Tanggal Pemeriksaan : 05 Desember 2017
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Sering panik
B. Riwayat gangguan sekarang
Pasien perempuan berumur 40 tahun datang ke poliklinik jiwa rsud undata
palu dengan keluhan utama sering panik yang di alami sejak ± 5 bulan yang lalu.
keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba dengan gejala yang dirasa jantung
berdebar-debar dan biasa berlangsung selama 20 menit. Selain itu ia juga kadang
sulit tidur, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, kadang-kadang merasa malas, nyeri
ulu hati, cemas, berkeringat, mudah tersinggung.
Pasien juga mengeluh sering merasa sedih biasanya pada waktu sendiri yang
muncul secara spontan dan kemudian tiba-tiba menangis. Ia mengatasinya dengan
cara mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara sholat dan berdoa, kadang juga
ia memberikan motivasi ke dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh seperti ini dan
harus menerima. Rasa sedih awalnya dirasakan muncul pada sesaat setelah nenek
kandungnya meninggal dunia, dimana dia merasa belum siap menerima kondisi
tersebut dan kemudian omnya yang merawat keponakannya juga meninggal
dunia, semenjak kejadian itu dia banyak beban karena dia merasa bahwa
keponakannya menjadi tanggung jawabnya. Selain itu dia merasa banyak beban
dalam pekerjaannya dan kadang – kadang merasa marah, gelisah dan mudah
tersinggung apabila ada pekerjaan yang terbengkalai dan mengaku kalau minum
obat secara tidak teratur. Hendaya/disfungsi :
- Hendaya sosial (-)
- Hendaya pekerjaan (+)
- Hendaya dalam pengggunaan waktu senggang (+)
a) Faktor stressor psikososial pada pasien ini adalah saat nenek kandungnya
meninggal dunia yang kemudian disusul dengan omnya yang meninggal
dunia.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
a) Riwayat penyakit terdahulu:
Kejang (-), penyakit infeksi (-), diabetes melitus (-), hipertensi(-).
b) Riwayat penggunaan zat psikoaktif:
Napza (-)
Merokok (-)
Alkohol (-)
Obat-obatan lainnya (-)
c) Riwayat gangguan sebelumnya:
Riwayat psikiatri sebelumnya : pasien belum pernah mengalami gejala
serupa.
D. Riwayat kehdupan pribadi
a) Riwayat prenatal :
Pasien lahir pada tanggal 13 oktober tahun 1978 dan lahir secara
normal.
b) Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibunya sejak lahir.
c) Riwayat masa kanak akhir dan remaja awal (4-11 tahun)
Pada saat pasien masuk sekolah ia mengaku memiliki banyak teman
yang bermain. Pasien sering bermain bersama teman-temannya.
d) Riwayat masa remaja akhir (12-18 tahun)
Pada usia 12 tahun (smp kelas 1), ibu kandung pasien meninggal dunia
yang kemudian dia di rawat oleh nenek kandunnya. Dan selain itu beberapa
saat setelah ibunya meninggal ayah kandunnya menikah kembali
e) Riwayat masa dewasa
Pasien sudah menikah.
E. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak. Selain itu pasien juga
memiliki tanggung jawab untuk membiyai kehidupan anggota keluarga lainnya
(keponakannya yang yatim piatu). Pasien merupakan pns yang bekerja di kantor
gubernur
F. Situasi hidup sekarang
Pasien koperatif saat dilakukan anamnesis dan sekarng pasien merasa lebih
tenang dan sudah jarang menangis sendiri. Pasien menegaku bahwa ia kadang-
kadang masih malas dan kurang istirahat.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan. Pasien juga tau apa
penyebab dan kadang-kadang memberikan motivasi sendiri untuk menerima
kenyataan tersebut.
2. Etiologi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pada kasus ini?
Jawab :
a. Faktor biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik (
norepinefrin dan serotonin ). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan
pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di
dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan
serotonin yang rendah di trombosit. Faktor neurokimia lain seperti adenilate
cyclase, phsphotidyl inositol, dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki
relevansi penyebab. Penelitian anak pra pubertas dengan gangguan depresif berat
dan remaja-remaja dengan gangguan mood telah menemukan kelainan biologis.
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat mensekresikan
hormon pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur
dibandingkan dengan anak normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi.
b. Faktor genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari pasien
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 – 2,5 kali lebih besar daripada sanak
saudara derajat pertama kontrol. Memiliki satu orang tua yang terdepresi
kemungkinan meningkatkan resiko dua kali untuk keturunan, memiliki kedua
orang tua terdepresi kemungkinan meningkatkan resiko empat kali bagi keturunan
untuk terkena gangguan depresi sebelum usia 18 tahun.
c. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stess lingkungan, suatu pengalaman klinis yang telah
lama direplikasikan adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress
lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode
selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang
tua sebelum usia 13 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan
onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Bebeapa artikel teoritik
mempermasalakan hubungan antara fungsi keluarga dan onset serta perjalanan
gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi di dalam keluarga
mungkin mempergaruhi kecepatan pemulihan, berkurangnya gejala, dan
penyesuaian pasien pasca pemulihan.
3. Efek apa saja yang dapat ditimbulkan apabila pasien tidak teratur dalam
minum obat?
Jawab : obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektive pada sistem saraf
pusat (ssp) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf
kualitashidup pasien.
kegagalan terapi obat anti-depresi pada umumnya disebabkan :
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh
karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi.
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan pada dois optimal
Dalam menilai efek terpengaruh oleh pesepsi pasien yang tendensi negatif,
sehingga penilaian jadi bias.
Gejala putus obat/ withdrawal syndrome adalah gejala yang timbul ketika
seseorang menggunakan jangka panjang dan tiba-tiba menghentikan obatnya.
Gejala putus obat ini terjadi jika pemakaian obat dihentikan atau jika efek obat
dihalangi oleh suatu antagonis. Pecandu yang mengalami gejala putus obat akan
merasakan sakit dan dapat menunjukkan banyak gejala, seperti sakit kepala, diare atau
gemetar (tremor). Gejala putus obat dapat merupakan masalah yang seirus dan bahkan
bisa berakibat fatal. Obat tidak hanya mempunyai efek yang baik atau untuk terapi
akan tetapi obat juga akan menimbulkan efek samping atas
penggunaan obat tersebut. Efek samping obat ini bisa ringan (pusing, mual atau gatal)
dan bisa sangat berbahaya, merusak organ hati (hepatotoksik), merusak ginjal
(neprotoksik) atau berpotensi menimbulkan sel kancer (carcinogenic). Dokter akan
memilihkan obat dengan efek samping minimal yang aman bagi pasiennya.
Berdasarkan dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa pasien sudah merasa
kehilangan objek dicintai pada fase laten dimana pada fase tersebut yang berperan
penting adalah kasih sayang dari ayah maupun ibu kandunnya. Sedangkan pada umur
40 tahun dia merasakan kembali kehilangan objek yang dicintai, dimana hal itu dapat
mengakibatkan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan
akibat kehilangan objek yang dicintai. Berdasarkan dari yang dikemukakan oleh
sigmund freud terdapat 4 hal yang dapat memicu terjadinya depresi yaitu :
d. Gangguan hubungan ibu – anak selama fase oral (10-18 bulan) menjadi faktro
untuk rentang terhadap episode depresi berulang
e. Depresi dapat dihubungkan dengan cinta yang nyata maupun fantasi kehilangan
objek
f. Introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi
penderitaan akibat kehilangan objek cinta
g. Kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci dan
cinta, serta perasaan marah yang diarahkan pada diri sendiri
6. Jelaskan bagaimana defens mekanisme?
Jawab : mekanisme pertahanan ego tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengalihan (displacement) ialah bentuk pertahanan diri yang meredakan
kecemasan dengan melampiaskan kecemasannya pada objek-objek lain yang tidak
mengancam kenyamanannya. Mekanisme ini biasanya dilakukan saat individu
tidak berani mengungkapkan kekesalan hatinya pada orang yang telah
membuatnya kesal karena beberapa hal, maka ia akan melampiaskan
kekesalannya pada benda atau orang yang dianggap tidak mengancam dirinya.
Misalnya ketika seorang anak dimarahi oleh ibunya, karena tidak berani melawan
ibunya dia kemudian memukul adiknya untuk melampiaskan kecemasannya.
b. Reaksi formasi (reaction formasi) ialah bentuk pertahanan diri yang berupaya
melakukan sesuatu yang bertolak-belakang apabila apa yang akan dilakukannya
itu menimbulkan kecemasan padadirinya. Mekanisme ini biasanya ditandai
dengan adanya sikap baik yang berlebihan pada orang yang dibenci atau ditakuti
agar si pelaku tidak merasa terancam. Misalkan seorang murid yang sangat benci
pada gurunya, namun guru itu sangat berpengaruh pada nilainya, maka ia akan
bersikap hormat secara berlebihan pada guru tersebut.
c. Proyeksi ialah bentuk pertahanan diri dengan cara menghadapi kecemasan yang
mengganggu dengan memutar-balikkan fakta seolah-olah yang bersalah adalah
orang lain, bukan dirinya. Misalnya ketika seorang murid yang mendapatkan nilai
buruk, ia mengatakan bahwa gurunya terlalu sentimen pada dirinya.
d. Denial ialah bentuk pertahanan diri yang menyangkal adanya ancaman eksternal
atau kejadian traumatis yang telah dialami. Individu yang melakukan mekanisme
ini biasanya tidak mau menerima kenyataan menyakitkan yang ia alami dan lebih
memilih mengkhayalkan hal-hal yang dirasa dapat meredakan kecemasannya.
Misalnya ketika seorang ibu yang tidak mau merubah tatanan kamar anaknya
yang sudah meninggal karena berharap anaknya bisa kembali lagi suatu hari nanti.
e. Regresi ialah bentuk pertahan diri yang berupaya mendapatkan kembali rasa
nyaman setelah ia merasa cemas karena kehilangan rasa nyaman itu dengan
melakukan kembali kebiasaan lama yang sudah tidak dilakukannya agar rasa
nyaman itu bisa kembali ia dapatkan. Misalkan seorang anak kecil yang sudah
bisa makan sendri kemudian memiliki seorang adik, karena merasa ibunya lebih
mempedulikan adiknya dia pun selalu minta disuapi ketika makan untuk menarik
perhatian ibunya.
f. Rasionalisasi ialah bentuk pertahanan diri dengan membuat-buat alasan untuk
memanipulasi fakta agar tindakan yang dilakukan itu masuk akal dan dapat
diterima. Kita membenarkan sebuah pikiran atau tindakan yang mengancam
dengan membujuk diri kita sendiri bahwa ada penjelasan yang rasional untuk
pikiran atau tindakan tersebut. Misalnya, ketika seorang anak diajak temannya
untuk bertanding bulu tangkis, dia menolak dengan alasan sedang tidak enak
badan, padahal sebenarnya dia takut kalah.
g. Represi (repression) ialah bentuk pertahanan diri yang berupaya membuang
impuls-impuls atau ingatan masa lalu yang tak diterima dan menimbulkan
kecemasan dalam kehidupan individu. Represi merupakan tindakan melupakan
secara tak sadar keberadaan sesuatu yang mengganggu kenyamanan individu.
Misalnyaketika seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami trauma, untuk
meredakan kecemasan dari rasa trauma tersebut ia berusaha membuang ingatan-
ingatan tersebut ke alam tidak sadar, sehingga ia akan lupa dengan kejadian itu
dan bisa menjalani hidup tanpa rasa cemas lagi.
7. Apakah pasien ini dalam keadaan berkabung?
jawab : terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap kehilangan. Teori
yang dikemukan kubler-ross, 1969 mengenai tahapan berduka akibat kehilangan
berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Elvira Sd, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penrbit FKUI: Jakarta
Guyton And Hall,2012 . Fisiologi Kedokteran EGC ; Jakarta
Kaplan Dan Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Egc:Jakarta
Kubler-Ross, E. (2009). On Death And Dying. Oxon: Routledge.
Permatasari, E. B. 2016. Mekanisme Pertahanan Ego Tokoh Utama(Teori
Psikoanalisis Sigmund Freud). Jurnal Universitas Surabaya. Viewed 06
Desember 2017. From(File:///C:/Users/Acer/Downloads/17768-21815-1-
Pb.Pdf).
Rusdi Maslim. 2014. Panduan Praktis Pengguanaan Klinis Obat Psikotropik
(Physcotopik Medication)
Subu, Arsyad. 2008. Anatomi Otak Dan Neurophysio-Psychology Dan Gangguan
Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika