Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN

POLICY ANALYSIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11


TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF
DI RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :

FATHIYAH RAHMAH 101311133019

AYUNDA ZILUL G 101311133040

SELLY APRIYANTI 101311133219

DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3
BAB II RINGKASAN KEBIJAKAN ............................................................ 5
2.1 Fungsi Kebijakan ............................................................................... 5
2.2 Kedudukan Kebijakan ........................................................................ 5
2.3 Tipe Kebijakan ................................................................................... 5
2.4 Tujuan kebijakan ................................................................................ 6
2.5 Isi Pokok Kebijakan............................................................................ 6
BAB III KAJIAN DASAR KEBIJAKAN ...................................................... 8
3.1 Model Pendekatan ............................................................................. 8
3.1.1 Institutional Model ........................................................................... 8
3.1.2 Group Model ................................................................................... 9
BAB IV PASAL BERMASALAH ............................................................... 10
4.1 Pasal 11 ayat (1) – (3) ....................................................................... 10
4.2 Pasal 13 ayat (2)................................................................................ 11
BAB V SOLUSI PASAL BERMASALAH .................................................. 12
5.1 Pasal 11 ayat (1) – (3) .................................................................... 12
5.2 Pasal 13 ayat (2) ............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap sarana
pelayanan kesehatan di rumah sakit wajib membuat rekam medis yang dibuat oleh
dokter dan tenaga kesehatan yang terakit dengan pelayanan yang telah diberikan
oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Sedangkan menurut WHO, rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Setiap rumah sakit memiliki rawat jalan yang merupakan salah satu bentuk
dari pelayanan kedokteran, karena tingginya biaya perawatan pasien yang
kompleks maka diperlukan suatu fasilitas yang bisa memberikan pengobatan yang
adekuat. Sehingga diperlukan adanya Rawat Jalan Eksekutif, yaitu pemberian
pelayanan kesehatan rawat jalan non reguler di rumah sakit yang diselenggarakan
melalui pelayanan dokter spesialis-subspesialis dalam satu fasilitas ruangan
terpadu secara khusus tanpa menginap di rumah sakit dengan sarana dan
prasarana di atas standar.
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan
adalah sebagai berikut :
1. Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter
spesialis.
2. Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik
penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.
3. Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja, kecuali
hari Jumat pukul 08.00 – 11.00.
4. Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.
5. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.

3
Namun pada tahun 2016 Menteri Kesehatan telah mengeluarkan sebuah
peraturan mengenai penyelenggaraan rawat jalan eksekutif, yang pengadaannya
ditujukan agar pelayanan kesehatan rawat jalan non regular dapat dilakukan lebih
cepat dan lebih nyaman di sebuah rumah sakit.

4
BAB II
RINGKASAN KEBIJAKAN

2.1 Fungsi Kebijakan

Permenkes Nomor 11 tahun 2016 tentang penyelenggaraan pelayanan rawat


jalan eksekutif di rumah sakit merupakan suatu public policy dikarenakan
menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat.

Oleh karena itu dalam hal ini, diselenggarakannya pelayanan kesehatan rawat
jalan eksekutif diharapkan dapat memberikan pekayanan kesehatan yang lebih
baik untuk masyarakat.

2.2 Kedudukan Kebijakan


Sesuai dengan kedudukannya, maka Permenkes No 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit, termasuk Kebijakan
Meso atau kebijakan dengan kedudukan yang medium karena kebijakan ini
termasuk kedalam Peraturan Menteri Kesehatan yang bersifat umum dan
kebijakan ini ditujukan untuk sektor-sektor tertentu yaitu pelayanan kesehatan
sehingga tidak bersifat global.

2.3 Tipe Kebijakan


Tipe kebijakan Permenkes No 11 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit adalah bersifat Regulator. Adapun yang
dimaksud dengan kebijakan reguator adalah kebijakan yang bertujuan untuk
mengatur / membatasi kegiatan suatu kelompok ataupun memaksa suatu
kelompok untuk melakukan sesuatu. Kebijakan ini dibagi dalam dua tujuan khusus
yaitu kompetisi regulatory dan protect regulatory. Peraturan ini termasuk kedalam
kompetitif regulatory karena kebijakan ini bertujuan untuk membatasi suatu pihak
untuk dapat akses atau mendapatkan barang dan jasa tertentu. Dalam hal ini yang
dibatasi adalah akses untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan eksekutif karena
berdasarkan Permenkes No. 11 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Rawat
Jalan Eksekutif di Rumah Sakit untuk mendapatakan pelayanan rawat jalan
eksekutif maka pasien harus membuat pernyataan mematuhi ketentuan sebagai
pasien rawat jalan eksekutif, dan bersedia membayar selisih biaya pelayanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5
2.4 Tujuan kebijakan
Penyusunan kebijakan ini bertujuan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan
kesehatan rawat jalan non reguler yang lebih cepat dan lebih nyaman (eksekutif)
di sebuah rumah sakit , sehingga dapat diterapkan demi kepentingan pasien dan
rumah sakit yang bersangkutan

2.5 Isi Pokok Kebijakan


Permenkes No. 11 Tahun 2016 membahas tentang penyelenggaraan
pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit, yang diberlakukan sejak tanggal
17 Maret 2016. Peraturan ini terdiri atas 18 Pasal dan 5 BAB dengan lampiran
berisi format penilaian mandiri rawat jalan eksekutif rumah sakit.
a. Bab I Ketentuan Umum
Berisi definisi umum yang dimaksud dalam peraturan dan jenis rumah sakit
yang dapat menerapkan pelayanan kesehatan rawat jalan eksekutif. Dalam
bab ini terdiri atas 2 pasal yaitu pasal 1 dan pasal 2.
b. Bab II Persyaratan
Berisikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh rumah sakit
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat jalan eksekutif, baik
dari tenaga kesehatan, pengorganisasian, dan bangunan, sarana
prasarana, yang dijelaskan dalam pasal 3 sampai dengan pasal 9. Selain
itu, dalam bab ini juga dijelaskan mengenai penilaian mandiri yang harus
dilakukan oleh Rumah Sakit sesuai dengan format penilaian mandiri yang
berada di lampirannya. Hal ini dijalaskan dalam pasal 10.
c. Bab III Pelayanan
Berisikan penyelenggaraan pelayanan rawat jalan eksekutif di Rumah
Sakit, mulai dari alur pelayanan, pelayanan yang tersedia, hingga waktu
pelayanan, yang dijelaskan dalam pasal 11. Selanjutnya, dalam pasal 12
mengatur tenaga medis yang bertanggung jawab dalam pelayanan rawat
jalan eksekutif di Rumah Sakit. Sementara itu, dalam pasal 13 dijelaskan
mengenai peserta jaminan kesehatan yang memanfaatkan pelayanan
rawat jalan eksekutif di Rumah Sakit. Tarif pelayanan rawat jalan eksekutif
di Rumah Sakit yang harus dibayarkan oleh pasien diatur dalam pasal 14
dalam peraturan ini. Kemudian, pengendalian mutu pelayanan dan
evaluasi yang ada pada pelayanan kesehatan rawat jalan eksekutif di
rumah sakit, dijelaskan pada pasal 15 dalam peraturan ini.

6
d. Bab IV Pembinaan dan Pengawasan
Bersikan pihak-pihak yang berperan dalam pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat jalan eksekutif di Rumah
Sakit. Hal ini dijelaskan pada pasal 16 dalam peraturan ini. Sedangkan,
dalam pasal 17 mengatur sanksi yang akan diberikan pada Rumah Sakit
yang tidak mematuhi peraturan ini.
e. Bab V Penutup
Berisikan pihak yang berperan dalam penetapannya serta menyebutkan
waktu mulai diberlakukannya kebijakan tersebut. Hal ini dijelaskan pada
pasal 18 dalam peraturan ini.

7
BAB III
KAJIAN DASAR KEBIJAKAN

3.1 Model Pendekatan


3.1.1 Institutional Model

Analisis kebijakan ini melihat berbagai institusi yang berperan dalam


pelaksanaan Permenkes No. 11 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit. Dalam implementasi kebijakan ini, terdapat
beberapa institusi yang berperan dalam implementasi kebijakan ini, diantaranya
yaitu :
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
FKTP merupakan salah satu institusi yang terlibat dalam implementasi
peraturan ini. FKTP merupakan institusi yang dapat melakukan rujukan ke
palayanan kesehatan rawat jalan eksekutif. Sebagaimana dalam
Permenkes No. 1 Tahun 2012 pada pasal 4, bahwa pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang yang dimulai dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama. Dalam hal ini sebelum pasien memanfaatkan akses
pelayanan rawat jalan eksekutif di Rumah Sakit, maka pasien dapat
mengakses pelayanan kesehatan tingkat pertama, baik itu klinik dokter,
maupun Puskesmas terlebih dahulu. Setelah itu, apabila diperlukan
tindakan lebih lanjut, maka Puskesmas atau FKTP dapat merujuk pasien
ke Rumah Sakit terdekat.
b. Rumah Sakit
Selanjutnya institusi yang juga berperan dalam implementasi kebijakan ini
yaitu Rumah Sakit sebagai penyelenggara pelayanan Rawat Jalan
Eksekutif. Dalam hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam Permenkses
No. 11 Tahun 2016 pasal 1 bahwa Rumah Sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit memiliki peranan yang penting
dan besar dalam implementasi kebijakan ini. Dalam hal ini, sebagai
penyelenggara tentu Rumah Sakit harus memberikan dan menyediakan
pelayanan rawat jalan eksekutif yang berkualitas kepada masyarakat.
Selain itu, juga dijelaskan dalam pasal 2 menyebutkan bahwa pelayanan
rawat jalan eksekutif di Rumah Sakit hanya diselenggarakan pada Rumah

8
Sakit kelas A, kelas B, dan kelas C milik pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan masyarakat yang telah terakreditasi.
c. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2016 pasal 16 ayat 2
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan rawat jalan eksekutif di
Rumah Sakit, dapat melibatkan Asosiasi perumahsakitan, BPJS, dan
organisasi terkait. Sebagai penyelenggara jaminan sosial, tentunya secara
tidak langsung BPJS juga menjadi institusi yang terlibat dalam
implementasi peraturan ini. Keterlibatan BPJS sebagaimana yang telah
disebutkan dalam peraturan ini, yaitu sebagai Pembina dan pengawas
penyelenggaran pelayanan rawat jalan eksekutif di Rumah Sakit.

3.1.2 Group Model


Pendekatan dalam peraturan ini berdasarkan group model karena
peraturan ini dikaji oleh beberapa pihak yang berkompeten dan berkepentingan.
Peraturan ini kemudian ditetapkan sebagai kebijakan yang mengatur
penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat jalan eksekutif di rumah sakit. Hal-
hal yang diatur dalam kebijakan ini yaitu mulai persyaratan yang harus dipenuhi
oleh Rumah Sakit, baik ketenagaan, pengorganisasian, bangunan dan sarana
prasarana, hingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

9
BAB IV
PASAL BERMASALAH

Pada Permenkes No 11 tahun 2016 diperlukan kajian ulang terhadap


penjelasan dalam isi pasal sehingga tidak menimbulkan multitafsir. Selain itu
diperlukan tambahan penjelasan pada pasal mengenai ketidak lengkapan
informasi yang diharapkan informasi tersebut termuat dalam pasal yang
bersangkutan.

4.1 Pasal 11 ayat (1) – (3)


Pasal 11 ayat (1) menyebutkan bahwa :
“Pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit harus memiliki alur
pelayanan tersendiri dan tidak boleh mengganggu pelayanan rawat jalan
reguler”
Pasal 11 ayat (2) menyebutkan bahwa :
“Pelayanan rawat jalan eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat one stop service, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan medik,
pelayanan penunjang medik, dan pelayanan laiannya dalam satu zona area
pelayanan.”
Pasal 11 ayat (3) menyebutkan bahwa :
“Pelayanan penunjang medik pada pelayanan rawat jalan eksekutif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terintegerasi dengan pelayanan
penunjang yang telah ada di rumah sakit.”

Apabila dianalisis, isi pasal 11 ayat (1) – (3) tidak berisikan penjelasan yang
sinergis antara masing-masing ayat. Pasal 11 ayat (3) menyebutkan bahwa
pelayanan penunjang rawat jalan medik pada pelayanan Rawat Jalan Eksekutif
dapat terintegrasi dengan pelayanan penunjang yang telah ada di rumah sakit
Sementara itu, dalam pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa pelayanan Rawat
Jalan Eksekutif dilaksanakan dalam satu zona area pelayanan. Pernyataan pada
ayat tersebut tentu tidak sinergis dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya,
dimana pelayanan Rawat Jalan Eksekutif dilaksanakan dalam satu zona, namun
untuk pelayanan penunjang dapat diintegrasikan dengan pelayanan penunjang
yang ada di rumah sakit yang sudah pasti lokasinya tidak dalam satu zona area
pelayanan kesehatan. Selain itu, apabila diimplementasikan tidak menutup

10
kemungkinan akan mengganggu pelayanan kesehatan regular. Ketidaksinergisan
kalimat tersebut dapat menimbulkan makna ganda atau multitafsir

4.2 Pasal 13 ayat (2)


Pasal 13 ayat (2) menyebutkan bahwa :
“Peserta JKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki surat
rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, membuat
pernyataan mematuhi ketentuan sebagai pasien rawat jalan eksekutif, dan
bersedia membayar selisih biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.

Apabila dibandingkan dengan salah satu Peraturan Menteri Kesehatan yaitu


Permenkes N0. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan, pada pasal 8 dicantumkan ketentuan/tata cara rujukan horizontal.
Sedangkan pada Permenkes No 11 tahun 2016, tidak menyebutkan adanya
rujukan secara horizontal yang dimaksud. Penjelasan terkait rujukan horizontal
tersebut perlu dilakukan karena tidak semua rumah sakit dapat
mengatasi/memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien, sehingga bisa
jadi pasien tersebut membutuhkan rujukan secara horizontal pada pelayanan
kesehatan lainnya dalam menunjang pengobatannya. Apabila pasien Rawat Jalan
Eksekutif tidak diperkenankan melakukan rujukan secara horizontal, seharusnya
terdapat penjelasan yang dapat mewakili keterangan tersebut.
.

11
BAB V
SOLUSI PASAL BERMASALAH

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2016 merupakan pedoman


penyelenggaraan rawat jalan eksekutif di rumah sakit yang apabila dibandingkan
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 tahun 2012 sebagai
pertimbangan sistem rujukan terdapat kekurangan berupa penjelasan yang kurang
rinci.

5.1 Pasal 11 ayat (1) – (3)


Pada pasal ini yang perlu digaris bawahi adalah ketidak sinergisan
penjelasan pada ayat (1) dan ayat (3), sehingga menyebabkan multitafsir dan
ketidak konsekuenan isi ayat. Oleh karena itu solusi yang dapat dilakukan adalah
mengkaji ulang kembali diksi atau pilihan kalimat yang digunakan pada ketiga ayat
tersebut agar tidak menimbulkan ambiguitas.
5.2 Pasal 13 ayat (2)
Pada pasal ini diperlukan pemberian penjelasan yang lebih rinci terkait
rujukan horizontal beserta persyaratannya, sehingga pasal 13 dapat berisikan
informasi lengkap mengenai rujukan pasien yang menggunakan pelayanan
kesehatan rawat jalan eksekutif agar pasal tersebut dapat dipahami secara
menyeluruh oleh pihak rumah sakit dan masyarakat/pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan


Kesehatan Perorangan
Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Rawat Jalan
Eksekutif di Rumah Sakit

13

Anda mungkin juga menyukai