GABUGAB
GABUGAB
POLICY ANALYSIS
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3
BAB II RINGKASAN KEBIJAKAN ............................................................ 5
2.1 Fungsi Kebijakan ............................................................................... 5
2.2 Kedudukan Kebijakan ........................................................................ 5
2.3 Tipe Kebijakan ................................................................................... 5
2.4 Tujuan kebijakan ................................................................................ 6
2.5 Isi Pokok Kebijakan............................................................................ 6
BAB III KAJIAN DASAR KEBIJAKAN ...................................................... 8
3.1 Model Pendekatan ............................................................................. 8
3.1.1 Institutional Model ........................................................................... 8
3.1.2 Group Model ................................................................................... 9
BAB IV PASAL BERMASALAH ............................................................... 10
4.1 Pasal 11 ayat (1) – (3) ....................................................................... 10
4.2 Pasal 13 ayat (2)................................................................................ 11
BAB V SOLUSI PASAL BERMASALAH .................................................. 12
5.1 Pasal 11 ayat (1) – (3) .................................................................... 12
5.2 Pasal 13 ayat (2) ............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Namun pada tahun 2016 Menteri Kesehatan telah mengeluarkan sebuah
peraturan mengenai penyelenggaraan rawat jalan eksekutif, yang pengadaannya
ditujukan agar pelayanan kesehatan rawat jalan non regular dapat dilakukan lebih
cepat dan lebih nyaman di sebuah rumah sakit.
4
BAB II
RINGKASAN KEBIJAKAN
Oleh karena itu dalam hal ini, diselenggarakannya pelayanan kesehatan rawat
jalan eksekutif diharapkan dapat memberikan pekayanan kesehatan yang lebih
baik untuk masyarakat.
5
2.4 Tujuan kebijakan
Penyusunan kebijakan ini bertujuan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan
kesehatan rawat jalan non reguler yang lebih cepat dan lebih nyaman (eksekutif)
di sebuah rumah sakit , sehingga dapat diterapkan demi kepentingan pasien dan
rumah sakit yang bersangkutan
6
d. Bab IV Pembinaan dan Pengawasan
Bersikan pihak-pihak yang berperan dalam pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat jalan eksekutif di Rumah
Sakit. Hal ini dijelaskan pada pasal 16 dalam peraturan ini. Sedangkan,
dalam pasal 17 mengatur sanksi yang akan diberikan pada Rumah Sakit
yang tidak mematuhi peraturan ini.
e. Bab V Penutup
Berisikan pihak yang berperan dalam penetapannya serta menyebutkan
waktu mulai diberlakukannya kebijakan tersebut. Hal ini dijelaskan pada
pasal 18 dalam peraturan ini.
7
BAB III
KAJIAN DASAR KEBIJAKAN
8
Sakit kelas A, kelas B, dan kelas C milik pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan masyarakat yang telah terakreditasi.
c. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2016 pasal 16 ayat 2
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan rawat jalan eksekutif di
Rumah Sakit, dapat melibatkan Asosiasi perumahsakitan, BPJS, dan
organisasi terkait. Sebagai penyelenggara jaminan sosial, tentunya secara
tidak langsung BPJS juga menjadi institusi yang terlibat dalam
implementasi peraturan ini. Keterlibatan BPJS sebagaimana yang telah
disebutkan dalam peraturan ini, yaitu sebagai Pembina dan pengawas
penyelenggaran pelayanan rawat jalan eksekutif di Rumah Sakit.
9
BAB IV
PASAL BERMASALAH
Apabila dianalisis, isi pasal 11 ayat (1) – (3) tidak berisikan penjelasan yang
sinergis antara masing-masing ayat. Pasal 11 ayat (3) menyebutkan bahwa
pelayanan penunjang rawat jalan medik pada pelayanan Rawat Jalan Eksekutif
dapat terintegrasi dengan pelayanan penunjang yang telah ada di rumah sakit
Sementara itu, dalam pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa pelayanan Rawat
Jalan Eksekutif dilaksanakan dalam satu zona area pelayanan. Pernyataan pada
ayat tersebut tentu tidak sinergis dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya,
dimana pelayanan Rawat Jalan Eksekutif dilaksanakan dalam satu zona, namun
untuk pelayanan penunjang dapat diintegrasikan dengan pelayanan penunjang
yang ada di rumah sakit yang sudah pasti lokasinya tidak dalam satu zona area
pelayanan kesehatan. Selain itu, apabila diimplementasikan tidak menutup
10
kemungkinan akan mengganggu pelayanan kesehatan regular. Ketidaksinergisan
kalimat tersebut dapat menimbulkan makna ganda atau multitafsir
11
BAB V
SOLUSI PASAL BERMASALAH
12
DAFTAR PUSTAKA
13