Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut J.William Schulze, Organisasi adalah suatu penggabungan
dari orang-orang, benda-benda, alat-alat perlengkapan, ruang lingkup kerja
dan segala hal yang berhubungan dengannya,yang disatukan dalam sebuah
hubungan yang teratur dan sangat efektif untuk mencapai segala tujuan
yang diinginkan. Dalam suatu organisasi juga dibutuhkan mental model.
Mental model adalah suatu prinsip yang mendasar dari suatu
organisasi pembelajar. Model mental adalah suatu aktifitas perenungan
yang dilakukan dengan terus menerus mengklarifikasi dan memperbaiki
gambaran-gambaran internal kita tentang dunia dan melihat bagaimana hal
itu untuk membentuk suatu tindakan dan keputusan kita. Model mental
terkait dengan bagaimana seseorang berfikir dengan mendalam tentang
mengapa dan bagaimana dia melakukan tindakan atau aktifitas dalam
berorganisasi. Mental models’ are deeply ingrained assumpMons,
generalizaMons, or even pictures or images that influence how we
understand the world and how we take acMon (Peter Senge, The Fi'h
Discipline, p.8.)
Model mental adalah asumsi yang dipegang oleh individu dan
organisasi yang dapat menentukan bagaimana suatu organisasi berpikir
dan bertindak, sehingga model mental juga dapat menjadi penghalang bagi
organisasi belajar. Dari sisi yang negatif model mental yang sudah usang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan orientasi penerapan
strategi, sehingga pada gilirannya suatu model mental dapat menjadi faktor
perusak dalam pengembangan organisasi secara keseluruhan. Dalam kaitan
ini, menurut Senge, adalah penting untuk membedakan antara teori yang
dianut dan teori yang digunakan. Teori yang dianut berkaitan dengan apa
yang kita katakan, sementara teori yang digunakan adalah apa yang secara
aktual kita lakukan berdasarkan model mental kita sendiri. Sebagai contoh,

1
suatu individu atau organisasi mengatakan bahwa kerja sama tim dan
kolaborasi adalah nilai utama, bahkan kata-kata tersebut bisa dimasukkan
dalam visi atau misi formal pernyataan organisasi. Artinya, bahwa
berdasarkan teori yang dianut kolaborasi dan kerja sama tim sebagai suatu
yang bermanfaat, meskipun pada kenyataannya organisasi yang sama
mungkin membuat sekat untuk upaya kolaborasi dengan hanya berbagi
sebagian dari data-informasi yang tersedia. Salah satu cara terbaik agar
bisa beralih dari model mental lama yang dipegang adalah melalui
percakapan reflektif. Para pemimpin perlu memfasilitasi praktik
percakapan ini, yaitu secara teratur membangun dialog dalam organisasi
tentang apa yang tengah bekerja dan apa yang tidak. Suatu organisasi yang
memberlakukan percakapan ini adalah organisasi belajar, yang memeluk
gagasan bahwa organisasi pembelajaran adalah organisasi yang baik, yang
menempatkan belajar sebagai model mental dalam dirinya sendiri.
Mengapa mental model ini penting? Karena dengan memahami
manusia, kita bisa merancang interaksi yang paling natural dengan
ekspektasi pengguna sistem yang kita buat. Dengan memahami mental
model, kita juga jadi bisa mengantispasi aksi dari user yang mungkin bisa
mempengaruhi sistem kita. Contoh kayak tombol lift. Kalau orang lagi
buru-buru, dia bakal neken tombol itu berkali-kali. Berarti kita juga harus
memiliki asumsi kalau user ngeklik suatu tombol, tapi gak muncul aksi
apa-apa, user pasti bakal ngeklik tombol itu berkali-kali. Jadi kita harus
bisa mengatasi kondisi tersebut agar tidak mengganggu sistem ataupun
membuat emosi penggunanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu mental model?
2. Apa saja aspek-aspek yang mempengaruhi mental model?
3. Apa saja manfaat mental model bagi organisasi?
4. Apa saja faktor-faktor mental model?

2
5. Apa sajakah hambatan dari pelaksanaan atau aplikasi dari mental
model di orgnisasi?
6. Bagaimana hasil riset yang terkait dengan mental model?
7. Apa saja langkah-langkah penerapan mental model di organisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Diketahuinya pengertian dari mental model
2. Diketahuinya aspek-aspek yang mempengaruhi mental model
3. Diketahuinya manfaat mental model bagi organisasi
4. Diketahuinya faktor-faktor mental model
5. Diketahuinya hambatan dari pelaksanaan atau aplikasi dari mental
model di orgnisasi
6. Diketahuinya hasil dari riset yang terkait dengan mental model
7. Diketahuinya langkah-langkah penerapan mental model di organisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Mental Model


Mental models exist within the mind and are therefore not available
for direct inspection or measurement. Finding ways of eliciting a mental
model presents a major challenge to any discipline interested in using the
construct as a means to gain insight into people’s internal representations
of the world. A variety of elicitation tools and techniques have been
developed and used in different fields of applied research, including
organizational research (Hall et al. 1994, Swan and Newell 1998, Sterman
2000), risk communication (Breakwell 2001, Morgan et al. 2002,
Hodgkinson et al. 2004, Lowe and Lorenzoni 2007), human-computer
interaction (Cooke 1999), and education (Osborne and Cosgrove 1983,
Vosniaudou and Brewer 1992, Samarapungavan et al. 1996, Dove et al.
1999).
Mental models are cognitive representations of external reality. The
notion of a mental model was originally postulated by the psychologist
Kenneth Craik (1943) who proposed that people carry in their minds a
small-scale model of how the world works. These models are used to
anticipate events, reason, and form explanations. Decades later,
psychologist Johnson-Laird (1983) further developed Craik’s idea of a
mental model in his research on human reasoning. For Johnson-Laird, a
mental model is a reasoning mechanism that exists in a person’s working
memory. His research, carried out within the domain of experimental
psychology, supports Craik’s claim that people reason by way of thought
experiments using internal models.
Junadi P (2014) mengatakan Mental Model adalah gambaran realitas
yang terdapat dalam pikiran kita (persepsi, pengertian, konsep, asumsi,
generalisasi, cerita, paradigm, dll).

4
B. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Mental Model
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi mental model adalah :
1. Tindakan dalam mengambil keputusan.
2. Kepemimpinan itu sendiri,seperti wawasan, pengalaman, dan
mau menerima masukan dan kritikan.
3. Faktor kepercayaan terhadap rekan kerja.
4. Paradigma-paradigma yang ada.

C. Manfaat Mental Model Dalam Organisasi


Manfaat mental model bagi organisasi adalah mampu untuk
melakukan perbaikan yang diinginkan untuk diri sendiri, keluarga, tempat
kerja dan juga berguna untuk :
1. Pengungkit perubahan dalam organisasi
2. Inovasi
3. Menciptakan lingkungan lebih baik
4. Tercapainya tujuan organisasi

D. Dimensi - Dimensi Dari Mental Model


Adapun dimensi- dimensi dari mental model yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip dan nilai-nilai : seluruh anggota organisasi mengetahui
dan memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dimiliki
bersama
2. Mengkaji ulang kebiasaan : mengkaji ulang nilai-nilai bersama
yang ada untuk diseleraskan dengan kondisi lingkungan
3. Memperkuat kebersamaan : anggota organisasi selalu berusaha
untuk mememlihara dan memperkuat kebersamaan.

E. Hambatan Dari Pelaksanaan Mental Model Di Organisasi


Model mental adalah asumsi yang dipegang oleh individu dan
organisasi yang dapat menentukan bagaimana suatu organisasi berpikir
dan bertindak, sehingga model mental juga dapat menjadi penghalang bagi

5
organisasi belajar. Dari sisi yang negatif model mental yang sudah usang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan orientasi penerapan
strategi, sehingga pada gilirannya suatu model mental dapat menjadi faktor
perusak dalam pengembangan organisasi secara keseluruhan.
Beberapa diantaranya adalah seperti yang akan dijelaskan
oleh Meyer (1995) dalam bukunya “Battlefield of the Mind”:
1. Merasa Tidak Mampu (Tidak Percaya Diri)
Selalu mengatakan “I can’t help it (saya tidak mampu), “I’m just
addicted to grumbling, faultfinding, and complaining (saya memiliki
kebiasaan menggerutu, menyalahkan orang lain, dan mengeluh).
2. Ketidaksabaran
Hal ini sering terjadi karena di dalam diri seseorang tertanam suatu
mental model kuat yang mengatakan bahwa “Tidak selayaknya saya
menunggu…. (sesuatu atau seseorang), saya berhak untuk
mendapatkan segala sesuatu yang saya inginkan dengan segera”.
Jika mental model semacam ini terus menerus tertanam, maka
yang bersangkutan cenderung akan memberontak dan tidak dapat
mengendalikan diri pada saat ia harus menunggu.
3. Tidak Bertanggung Jawab
“My behavior may be wrong, but it’s not my fault”.
Tidak mau bertanggungjawab atas tindakannya dan mencoba untuk
mengalihkan perhatian dengan menyalahkan orang lain. Mental
model semacam ini cenderung membawa seseorang pada suatu
kehidupan yang sulit untuk diatur (wildness living ).
4. Self Pity (Mengasihani Diri Sendiri)
Self-pity merupakan suatu sikap yang cenderung mengasihi diri
sendiri. Hal ini terjadi karena didukung oleh pikiran yang
memusatkan hanya pada diri sendiri dan bukan orang lain. "Orang
dengan sikap semacam ini sulit untuk diajak maju, karena ia hidup di
masa lampau, dan terjebak dalam perangkap masa lalu yang
melukainya.

6
5. Pandangan Negatif Pada Diri Sendiri
I don’t deserve God’s blessings because I am not worthy. Pandangan
negatif tentang diri sendiri akan mempengaruhi seseorang
dalam mencoba menjalani kehidupan yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan setiap kali ada anugerah yang ditawarkan kepada orang
tersebut, ia selalu merasa tidak layak. Akibat memiliki mental model
yang selalu merasa tidak layak seperti di atas, ia kehilangan
anugerah yang memang sudah dialokasikan untuknya.

F. Hasil Riset Yang Terkait Dengan Mental Model Di Organisasi


Hasil analisis persepsi penerapan organisasi pembelajaran dengan
prinsip lima disiplin masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Terdapat
empat prinsip yang perlu ditingkatkan karena masuk kategori cukup baik
yaitu mental model, system thinking, share vision dan team learning
sedangkan, personal mastery berdasar persepsi responden, dinilai baik
(Bawono dkk, 2015).

G. Langkah-Langkah Penerapan Mental Model Di Organisasi


1. Penghapusan
Dengan cara memilih dan menyaring, menutupi beberapa bagian
(blocking out some part) menghapus sebagian data.
2. Pembentukan
Dengan cara mencari pola dan makna dari hal yang semu (tidak ada
atau nyata) misalnya eksperimen, menambah atau merekayasa fakta.
3. Distorsi
Dengan cara mengubah (twisting) pengalaman, mengurangi dan
melengkapi bagian, memberikan arti yang berbeda dengan kenyataan,
memutar balikkan fakta-pelintir.
4. Generalisasi
Dengan cara menciptakan sesuatu dari pengalaman dan
mengenerelisasikan untuk semua atau menyama ratakan.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sesuatu yang selalu ada dalam pikiran kita dan mengarahkan semua
tindakan kita dengan menyusun pikiran dan tindakan berdasarkan dengan
pengalaman yang kita miliki. Manfaat mental model bagi organisasi
adalah mampu untuk melakukan perbaikan yang diinginkan untuk diri
sendiri, keluarga, tempat kerja dan juga berguna untuk :
1. Pengungkit perubahan
2. Inovasi
3. Menciptakan lingkungan lebih baik

B. SARAN
1. Menyadari bahwa mental model merupakan dapat mempengaruhi
keputusan dalam organisasi, sehingga dapat mengambil keputusan
yang baik untuk bersama.
2. Mempertimbangkan dalam setiap mengambil keputusan.
3. Keseimbangan antara mencari tahu dan memberi tahu.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-organisasi-menurut-para-ahli.html

9
LAMPIRAN

Materi : Mental Model


Moderator : Pertiwi Fulvi Intan
Operator : Suci Fanesa Febrilia
Penyaji : Filmafara Fandi Ibhar
Notulen : 1. Mega Ratu
2. Winda Kristanti
Menjawab : Semua anggota kelompok menjawab dan
menambahkan.
Audiens Bertanya : 1. Pak Erdil
2. Pak Hidayat
3. Pak Teguh
Audiens Menambahkan Jawaban : 1. Buk Isra
Pertanyaan :
1. Bagaimana solusi untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada diri
seseorang?( Pak Erdil)
Jawaban : Winda Kristanti dan Suci fanesa
kita lihat dulu dari faktor yang ada pada diri seseorang tersebut menjadi
tidak percaya diri, biasanya faktor yang membuat tidak percaya diri itu
karna kurang faham atau kurang mengerti sehingga ketika diminta untuk
menjelaskan kurang pede, selain faktor itu biasanya faktor dari penampilan
selain perlunya pengetahuan, pemahaman penampilan juga perlu agar
ketika kita berpenampilan baik sopan dan rapi maka orang juga akan
mendengarkan apa yang kita sampaikan sehingga meminimalisir rasa
percayadiri kita sendiri dan juga ketika kita sebagai pemimpin maka
sangat dibutuhkan rasa percaya diri, karna kita adalah model untuk

10
bawahan kita agar memotivasi mereka untuk percaya diri dengan
memenuhi aspek sebagai leader dan manajer.

2. Berikan penjelasan terhadap langkah-langkah penerapan mental Model


beserta contohnya!
Jawaban : Mega Ratu dan Isra
1. Penghapusan
Dengan cara memilih dan menyaring, menutupi beberapa bagian
(blocking out some part) menghapus sebagian data.
Contohnya : ketika ada sesuatu hal , berita, kejadian yang buruk maka
dilakukan penghapusan dengan menyaring terlebih dahulu.
2. Pembentukan
Dengan cara mencari pola dan makna dari hal yang semu (tidak ada
atau nyata) misalnya eksperimen, menambah atau merekayasa fakta
Contohnya : setelah penghapusan tadi maka sebuah peraturan tadi di
bentuk lagi peraturan yang baru.
3. Distorsi
Dengan cara mengubah (twisting) pengalaman, mengurangi dan
melengkapi bagian, memberikan arti yang berbeda dengan kenyataan,
memutar balikkan fakta-pelintir.
Contohnya : setelah dibentuk barulah dirubah agar dari pengalaman
dan kejadian sebelumnya tidak terjadi lagi.
4. Generalisasi
Dengan cara menciptakan sesuatu dari pengalaman dan
mengenerelisasikan untuk semua atau menyama ratakan.
Contohnya : hasil perubahan tadi di laksanakan agar terlihat apakah
ada lebih baik dari peraturan yang lalu.

Dari 4 poin ini merupakan bagian dari Planning, Organizing,


actuating,controlling, dan evaluating

11
3. Bagaimana agar kita dapat menetapkan mental model yang cerdas,ikhlas
dan berhasil?
Jawaban : Filmafara fandi ibhar dan Pertiwi Fulvi Intan
Caranya dengan
1. menerapkan peran sebagai pemimpin yang mempunyai aspek
(modeling, penemuan arah atau tujuan, menyelaraskan atau
mensinergikan, pemberdayaan) dan aspek manajeman (POACE).
2. menciptakan mental model yang positif agar dapat memberikan energi
positif kembali kepada bawahan, seperti tepat waktu ya kita harus
memberikan contoh datang sebelum jam masuk kerja missal jam 08.00
setidaknya 07.45 kita sudah ada dikantor.
3. Menciptakan mental model yang cerdas yaitu dengan memberikan
pelatihan, membaca buku dan mengayomi, memberdayakan SDM dan
SDA serta sarana dan prasarana. Selain itu kita juga mengajak untuk
membentuk organisasi tersebut membiasakan Gride Mind yaitu
pikiranyang membicarakan ide dan gagasan.
4. Menciptakan mental model yang ikhlas yaitu dengan memberikan
contoh bahwa kita sebagai pemimpin atau leader siap dan tidak berat
tangan dalam melakukan hal atau membantu rekan ketika tidak bisa
melakukannya dan sebagai leader harus membuat bawahannya
menjadi tahu dengan pengetahuan, mau melakukan hingga menhadi
reflex atau kebiasaan sehingga mereka mampu dan tidak adanyanya
menunggu karna mereka sudah reflex.
5. Yang namanya organisasi itu harus mampu untuk bekerja team
sebagus apapun program jika team diorganisasi tidak mau bekerja
sama maka akan sulit mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai