PBL Skenario 3 Blok Neuro
PBL Skenario 3 Blok Neuro
NPM : 1102014173
Traktus neospinotalamikus
Traktus neospinotalamisu bergfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat.
Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui oleh rasa nyeri
mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada lamina I
kornu dorsalis. Dan dari sini akan merangsang neuron orde dua dari tractus
neospinotalamicus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang
yang terletak di dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan
selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateralis.
Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di daerah
retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan langsung berakir di
kompleks ventrobasal thalami.
Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh
Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamate
Traktus paleospinotalamikus
Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian serabutnya
adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini, serabut-serabut perifer
berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara bersama-sama disebut
substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari A-delta. Setelah itu
akan berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya merangsang akson-akson
panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat) yang mula-mula melewati
komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla spinalis ,kemudian naik ke
otak melalui jaras anterolateral
Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih
lambat dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai terlebih
dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit “ganda”
Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
o Nucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
o Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior
o Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus
sylvii
Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan
kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas
Rasa nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan, yang dicetuskan oleh suatu
kerusakan jaringan, yang akan memnyebabkan individu untuk bereaksi memindahkan
stimulus nyeri.
Reseptor nyeri
Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas, terdapat tiga jenis stimulasi yang
dapat merangsanganya yaitu rangsang mekanis, suhu dan kimiawi. Pada umumnya rasa
nyeri cepat diakibatkan mekanik dan suhu, sedangkan rasa lambat diakibatkan stimulan
kimia
Reseptor nyeri memiliki sedikit sekali kemampuan untuk beradaptasi , dan bahkan
pada beberapa keadaan dapat terjadi peningkatan intesitas rasa nyeri yang disebut
hiperalgesia . intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan derajat kerusakan
jaringan. Ada beberapa stimulus terkait kerusakan jaringan (bukan secara langsung,
dapat timbul sebagai adanya kerusakan jaringan) yang dapat menyebabkan nyeri
Intensitas Nyeri
gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran
intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
Keterangan
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi).
2.3. Etiologi
Sebagian besar nyeri kepala terjadi karena tegangan (kontraksi otot) dapat disebabkan
oleh:
a. Intrakranial
1. Inflamasi
- Meningismus
- Meningitis
- Ensefalitis
- Poliomielitis
- Malaria
- Abses Serebral
- ArtritisKrania
2. Non-Inflamasi
- Migrain
- Nyeri Kepala Kluster
- Gegar Otak
- Perdarahan Ekstra Dural
- Perdarahan Subdural
- Perdarahan Subarakhnoid
- Stroke
- Neoplasma
- Hipertensi Benigna Intrakranial
2.4. Klasifikasi
Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari Internasional Headache
Society (IHS) :
Pembagian nyeri kepala primer adalah migren, nyeri kepala kluster, nyeri kepala tipe
tension, serta nyeri kepala akibat sebab yang lain, seperti setelah berolahraga, hypnic
headache dan lain-lain.
a. Migraine
Migraine adalah headache primer yang sering menyebabkan disabilitas.
Menurut WHO, migraine adalah penyakit ke-19 yang menyebabkan
disabilitas. Migraine dibagi menjadi 2 subtipe yaitu:
o Migraine tanpa aura
Nama lain : common migraine/hemicrania simplex
Kriteria diagnosis :
Minimal 5 serangan
Serangan headache berlangsung 4-72 jam (tidak diterapi atau
gagal diterapi)
Headache dengan minimal 2 karakteristik berikut .
1. Lokasi unilateral,
2. Kualitas pulsating,
3. Intensitas moderate atau severe,
4. Memberat dengan atau menyebabkan menghindari aktivitas
fisik (e.g. berjalan, naik tangga)
Selama headache minimal ada 1 tanda berikut.
1. Nausea dan/atau vomiting,
2. Photophobia dan phonophobia
Tidak masuk kategori lain.
Nyeri kepala sekunder dibagi berdasarkan penyebabnya, seperti nyeri kepala akibat trauma
kepala, penyakit vaskular, infeksi susunan saraf pusat, tumor dan gangguan metabolik.
A. Headache karena trauma kepala dan leher (post traumatic headache akut & kronis,
whiplash injury, traumatic intracranial hematom, post craniotomy)
B. Headache karena kelainan vascular cranial atau cervical (iskemik stroke/TIA,
nontraumatic intracranial hemorrhage, malformasi vascular unruptur, arteritis,
nyeri arteri carotis/vertebral, thrombosis vena)
C. Headache karena kelainan intracranial non vascular (tekanan CSF tinggi/rendah,
inflamasi non infeksi, neoplasma intracranial, injeksi intratechal, epileptic seizure,
chiari malformation)
D. Headache karena substansi atau withdrawalnya (acute substance use, medication
overuse, advers event dari medikasi kronis, withdrawal substansi)
E. Headache karena infeksi (infeksi intracranial, infeksi sistemik, HIV/AIDS, post
infeksi)
F. Headache karena gangguan homoeostasis (hipoksia, hipercapnea, dialysis,
hipertensi arteri, hipotiroid, puasa, cardiac cephalalgia)
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri
kronis
1. Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya
singkat contoh nyeri trauma
2. Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh
kanker
Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
1. Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat
terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan
mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk
2. Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh
nyeri karena trauma di hati atau paru-paru.
3. Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh
nyeri angina.
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
1. Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
2. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas.
2.5. Patofisiologi
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan mengalami
cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus
reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan
substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat
disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor
nyeri. (Taylor C. dkk).
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2
selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan
beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada
kepala dan leher bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto
orbital dari kepala dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris
dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yang
meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf
ini meluas ke pars kaudal.
Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. V1 , oftalmikus, menginervasi
daerah orbita dan mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta
pembuluh darah yang berhubungan dengan bagian duramater ini. V2, maksilaris,
menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater bagian fossa
kranial medial. V3, mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa cranial
medial, rahang bawah dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot menguyah.
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus
auditorius eksterna dan membran timfani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga
tengah, selain itu saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.
Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis
dari C1 menginnervasi otot suboccipital triangle - obliquus superior, obliquus inferior dan
rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral
yang masuk ke otot leher superfisial posterior, longissimus capitis dan splenius sedangkan
cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini mengelilingi
pinggiran bagian bawah dari obliquus inferior, dan balik ke bagian atas serta ke bagian
belakang melalui semispinalis capitis, yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit
kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal line dan the aponeurosis
of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang
mana merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui
pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi cabang
lateral ke longissimus capitis dan splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. Cabang
superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-3
zygapophysial bagian lateral dan posterior.
Ketegangan otot Sakit kepala sering, nyeri hilang timbul, Pemeriksaan untuk
tidak terlalu berat dan dirasakan di menyingkirkan penyakit
kepala bagian depan dan belakang atau fisik serta penilaian
kekakuan menyeluruh. factor psikis dan
kepribadian.
Nyeri kepala cluster Serangannya singkat (1jam), dirasakan Obat migraine diberikan
disatu sisi kepala, serangan terjadi secara untuk melihat efeknya
periodic, menyerang pria yang disertai (sumatriptan,
Tumor otak Nyeri hilang timbul, ringan sampai berat, MRI atau CT Scan
dirasakan di satu titik atau diseluruh
kepala. Kelemahan di salah satu sisi
tubuh semakin meningkat, kejang,
gangguan penglihatan, kemampuan
berbicara hilang, muntah dan perubahan
mental.
Infeksi otak Nyeri hilang timbul, ringan sampai berat, MRI atau CT Scan
dirasakan disatu titik atau diseluruh
kepala. Sebelumnya penderita pernah
mengalami infeksi telinga, sinus atau
paru-paru, penyakit jantung rematik atau
jantung bawaan.
Hematoma subdural Nyeri hilang timbul atau terus-menerus, MRI atau CT Scan
ringan sampai berat, bisa dirasakan di
satu titik atau diseluruh kepala, menjalar
ke leher. Biasanya sebelumnya telah
terjadi cedera pada penderita yang
disertai penurunan kesadaran.
Perdarahan Nyeri baru dirasakan, menyebar, hebat MRI atau CT Scan, jika
subarachnoid dan menetap, kadang dirasakan di dalam hasilnya (-) maka
dan di sekitar mata, kelopak mata turun. dilakukan pungsi
lumbal.
PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH) Tidak ada uji spesifik
untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan
kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan
kepala maupun MRI.
2. Migren
Anamnesis
Migren dengan aura 3 dr 4 kriteria berikut:
(1) migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak
(2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur ± angsur lebih dari 4 menit
(3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit
(4) sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60
menit.
Migren tanpa aura sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi
kriteria berikut :
(a) berlangsung 4 - 72 jam dan paling sedikit memenuhi dua dari syarat berikut:
(1) unilateral
(2) sensasi berdenyut
(3) intensitas sedang berat
(4) diperburuk oleh aktifitas
(5) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (
jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
DIAGNOSIS BANDING
2.8. Tatalaksana
Sasaran penatalaksanaan tergantung lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta, derajat
disabilitas serta respon awal dari pengobatan dan mungkin pula ditemukan penyakit lain
seperti epilepsi, ansietas, stroke, infark miokard. Karena itu harus hati-hati memberikan
obat. Bila ada gejala mual/muntah, obat diberikan rektal, nasal, subkutan atau intra vena.
A. Langkah Umum
Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan,
stres dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan cuaca,
berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.
B. Terapi Abortif
Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat. Analgesik ringan
aspirin (drug of choice). Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat
spesifik. seperti: Triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan,
zolmitriptan), Dihydro ergotamin (DHE), obat kombinasi (aspirin dengan
asetaminophen dan kafein), obat golongan ergotamin.
3. Dihydroerg Dosis: 1 mg IM, SC Max initial dose: 0.5 to 1.0 mg; dapat
otamine diulang tiap jam sampai dosis max 3 mg IM atau 2 mg IV
(DHE) per hari, dan 6 mg per minggu.
Intranasal: 0.5-mg spray pada tiap nostril, dosis maksimal
4 spray (2 mg) per hari.
Triptans
1. Sumatriptan Dosis: 6 mg SC, dapat diulang dalam 1 jam, dosis
maksimal 12 mg/hr. 25 -100 mg oral /2 jam, dosis maks:
200 mg/hari
Max initial dose: 100 mg.
D. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif :
*Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan.
*Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan.
*Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabilitas.
(Price, 2006)
Terapi farmakologi
*Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri.
Seperti obat-obat OTC: aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen
sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik.
*Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai
penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi.
*Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan
lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound
headache.
(Kowalak, 2011)
Tatalaksana Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan
(profilaksis).
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral.
*Obat terapi abortif: oksigen, ergotamin, sumatriptan (dosis sama dengan dosis
migren).
*Obat terapi profilaksis: verapamil, litium, ergotamin, metisergid,
kortikosteroid, topiramat.
2.9. Komplikasi
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh
penggunaan obat - obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan.
Tension type headache episodik dapat berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi akibat
gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada pasien. Komplikasi Migren adalah
rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia
seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana
tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti
positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor
psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari beberapa sistem organ dapat terjadi
pada penderita anxietas maupun penderita somatoform disorder, diagnosis anxietas sering
disalah diagnosiskan menjadi somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya
somatoform disorder, tidak menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang.
Pada DSM-IV ada 4 kategori penting dari somatoform disorder, yaitu hipokhondriasis,
gangguan somatisasi, gangguan konversi dan gangguan nyeri somatoform (Iskandar Y,
2009).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),
terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk
3.2. Etiologi
Gangguan Konversi : Represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke
dalam suatu gejala psikis, hipometabolisme hemisfer dominan, hipermetabolisme hemisfer
nondominan, gangguan komunikasi hemisferik.
Gangguan Nyeri : Ekspresi simbolik intrapsikis melalui tubuh (aleksitimia), perilaku sakit,
manipulasi untuk mendapat keuntungan hubungan interpersonal, melibatkan serotonin,
defisiensi endorfin.Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar
yang mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non
dominan.
3.3.Klasifikasi
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah
dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.
Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan
somatisasi dan hipokondriasis.
Gangguan Somatisasi
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik
yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya
pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara
menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi
peran sosial atau pekerjaan.
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ yang
berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem
menstruasi/seksual, orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik,
gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang
sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya
beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter. Orang dengan gangguan
somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-
keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat
Etiologi
Belum diketahui. Teori yang ada yaitu teori belajar, terjadi karena individu belajar
untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhan
akan perhatian dari keluarga dan orang lain
Epidemiologi
- Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda
- Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun
- Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (berisiko 10-
20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat)
Epidemiologi
Bervariasi, di USA 10%-12% terjadi pada usia dewasa dan 20 % menyerang wanita.
Gangguan Hipokondrik
Definisi
Hipokondriasis adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau
keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada
dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan
somatisasi dimana pasien biasanya meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang
seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada gangguan
hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah
keparahan dari sakitnya.
Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simptom fisik
yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun
telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. Gangguan ini paling
sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat terjadi di usia berapapun.
Orang dengan hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simptom
fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan
sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri. Berbeda dengan
gangguan konversi yang biasanya ditemukan sikap ketidakpedulian terhadap simptom
yang muncul, orang dengan hipokondriasis sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu
peduli pada simptom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang ia takutkan.
Pada gangguan ini, orang menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan
dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit
serta nyeri. Padahal kecemasan akan simptom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik
itu sendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Mereka
Etiologi
Masih belum jelas
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama
Etiologi
Tidak diketahui
Epidemiologi
Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan keluhan
nyeri punggung.
Gangguan Konvensi
Definisi
Adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau
kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan
ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan
tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif
yang direpresikan ke simptom fisik. Simptom-simptom itu tidak dibuat secara sengaja
atau yang disebut malingering. Simptom fisik biasanya muncul tiba-tiba dalam situasi
yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi “lumpuh” saat
pertempuran yang hebat, misalnya.
Epidemiologi
Terjadi pada 11-500 per 100.000 penduduk. Biasanya terjadi pada usia anak-anak
(akhir) hingga dewasa (awal). Jarang terjadi sebelum usia 10 tahun dan setelah 35
tahun
Definisi
Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh kepercayaan
palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat. Orang
dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-
besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-
jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem
untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti menjalani operasi
plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau bahkan diam di rumah
saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Orang dengan gangguan dismorfik
tubuh sering menunjukkan pola berdandan atau mencuci, atau menata rambut secara
Etiologi
Tidak Diketahui
Epidemiologi
Muncul kebanyakan pada wanita, biasanya dimulai pada akhir masa remaja, dan
biasanya berkaitan dengan depresi, fobia sosial, gangguan kepribadian (Phillips &
McElroy, 2000; Veale et al.,1996 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
3.4. Manifestasi
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang
mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan
masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”.
Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang
simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang
kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan”
pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus
lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa
mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang
dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),
terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk
menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan
fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada
keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas
fisik yang dapat ditemukan.
Neuropsikiatri:
Kardiopulmonal:
−“ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”
Gastrointestinal:
−“saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang
dapat menyembuhkannya”
Genitourinaria:
−“saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun
tidak di temukan apa-apa”
Musculoskeletal
−“saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu”
Sensoris:
Gangguan somatisasi
1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika
diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu
memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang
umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll
2. Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan
tersiksa/merana.
3. Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di RS
bahkan dilakukan operasi.
4. Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam
pernikahan.
Hipokondriasis
1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya memiliki
suatu penyakit fisik yang serius
2. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi
terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,
berdebar-debar, kelelahan.
3. Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak
dokter atau RS
4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,
walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting Kriteria
diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik
yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai
perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
Sebutkan jika:
Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir,
orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius
adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Gangguan Hipokondrik
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :
Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang serius
yang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak
menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang
menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik
Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.
Gangguan Somatisasi
Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan
pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan
nyata
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment,
dan obat-obatan yang tidak perlu
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)
Gangguan Hipokondrik
Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan
pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan
nyata
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment,
dan obat-obatan yang tidak perlu
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)
Gangguan Konvensi
Tujuan pengobatan
PENATALAKSANAAN
Pendekatan terapi
a) Berhubungan dengan primary care practitioner → memonitoring gejala yang dialami
pasien, apakah ada gejala baru, dan pengobatan yang diberikan. Diperlukan juga untuk
berkonsultasi dengan psikiatri.
b) Medikamentosa
c) Pasien dengan somatoform disorder terkadang diperlukan obat anti-anxietas atau obat
antidepresan jika ada mood atai anxietas disorder. Tricyclic antidepresant dan selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRI) mungkin bisa membantu.
d) Psikoterapi.
Cognitif-behavioural therapy
Terapis behavioral dapat mengajarkan anggota keluarga untuk menghargai usaha
memenuhi tanggung jawab dan mengabaikan tuntutan dan keluhan. Teknik kognitif
behavioral, paling sering pemaparan terhadap pencegahan respons dan restrukturisasi
kognitif, juga mencapai hasil yang memberikan harapan dalam menangani gangguan
dismorfik tubuh (BDD). Pencegahan respons berfokus pada pemutusan ritual
kompulsif seperti memeriksa di depan cermin (dengan menutup semua cermin) dan
berdandan berlebihan. Dalam restrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan
pasien dengan cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka
dengan bukti yang jelas.
Hipnosis
Tujuan terapi medis adalah membangun keadaan fisik pasien sehingga pasien dapat
berperan dengan berhasil, serta psikoterapi untuk kesembuhan totalnya. Tujuan
akhirnya adalah kesembuhan, yang berarti resolusi gangguan struktural dan
reorganisasi kepribadian. Psikoterapi kelompok dan terapi keluarga. Terapi keluarga
menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan keluarga dan anak, mengingat
kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan
psikosomatik. Keluarga dan anak, mengingat kepentingan psikopatologis dari
hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik.
motivasi: perlu motivasi dari orang lain, karena pasien sering kali berpikir bahwa
mereka tidak memerlukan terapi.
Terapi wicara: psikoterapi yang dimaksudkan untuk membantu pasien mengerti apa
penyebab kecemasan dan mengenal perilakunya yang tidak pantas, sebagai landasan
untuk pengobatan lainnya. Psikoanalisis: bila ditemukan gangguan kepribadian
seperti, narsis/obsesif kompulsif.
Medikamentosa
Efek Samping
Reaksi SSP, antikolinergik ringan, sinus takikardi, hipotensi pustural, reaksi alergi
pada kulit, kejang, aritmia, gangguan hantaran jantung, alveolitis alergi, hepatitis.
Kontraindikasi
epilepsi atau ambang rangsang lebih rendah, intoksikasi akut oleh alkohol,
gangguan hantaran jantung, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hepatitis berat,
gangguan ginjal.
pengguanaan bersama obat analgesik, hipnotik, atau psikotropik.
Insufisiensi hati & ginjal, retensi urin, riwayat peningkatan tekanan intra okular, hamil,
laktasi, skizofrenia,gangguan afektik siklik,dapat mengganggu kemampuan
mengemudi/menjalankan mesin.
Rujukan: penanganan pada kasus ini juga membutuhkan dukungan dari berbagai
bidang ilmu misalnya psikiatri, ahli penyakit dalam, keluarga, serta para ulama (bila
perlu).
3.7. Komplikasi
3.8. Pencegahan
Pertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola makan dengan
asupan gizi yang seimbang. Hal ini berguna untuk menjaga metabolism tubuh.
Sehingga menjadi prima.
Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang, katakan pada
diri anda stop, lalu lakukan relaksi dengan cara mengatur aliran nafas anda.
3.9. Prognosis
Menikah juga merupakan fitrah manusia (ghorizah insaniyah) yang tidak boleh
dibunuh sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada diri dan masyarakat, maka
ghorizah insaniyah/ insting manusiawi ini harus diatur dengan nikah, kalau tidak
maka dia akan mencari jalan setan yang menjerumuskan manusia ke lembah
hitam. Oleh karena itu dalam Islam tidak ada doktrin kerahiban, "tidak menikah
dan mengklaim mensucikan diri". Juga tidak dibiarkan saja menghambur nafsu
syahwatnya tanpa aturan, sehingga menimbulkan berbagai penyakit moral dalam
masyarakat.
2. Untuk membentengi akhlak yang luhur
Menikah merupakan jalan yang paling bermanfaat dan paling afdhol dalam upaya
merealisasikan dan menjaga kehormatan. Dengan menikah seseorang dapat
menundukan pandangannya dan menjaga kemaluannya, sehingga tidak terjatuh
dalam berbagai bentuk kemaksiatan dan perzinahan, dengan menikah seseorang
dapat menjaga kehormatan dan akhlaknya, tidak mengikuti nafsu syahwat.
" …..Sesoorang diantara kalian yang bergaul dengan istrinya adalah sedekah!"
Mendengar sabda Rosulullah SAW tersebut para sahabat bertanya: "Wahai
Rosulullah, apakah seseorang dari kita yang melampiaskan syahwatnya terhadap
istrinya akan mendapatkan pahala?" Rosulullah SAW menjawab: "Bagaimana
menurut kalian jika sesorang bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah dia
berdosa?, Begitu pula jika dia bersetubuh dengan istrinya maka dia akan
mendapatkan pahala." (HR. Bukhori Muslim)
Melalui menikah dengan izin Allah SWT, seseorang akan mendapatkan keturunan
yang sholeh sehingga menjadi aset yang sangat berharga, karena anak yang sholeh
senantiasa akan mendoakan kedua orang tuanya ketika masih hidup atau sudah
meninggal dunia, hal ini menjadi amal jariyah bagi kedua orang tua. Dengan
banyak anak juga akan memperkuat barisan kaum muslimin.
Dari Anas RA, telah bersabda Rosulullah SAW : "Apabila Allah SWT ingin
menghendaki kebaikan pada sebuah rumah tangga, maka Allah akan
mengkaruniakan keluarga tersebut kepahaman terhadap agamanya, orang yang
kecil dikeluarga akan menghormati yang besar, Allah akan mengkaruniakan
kepada mereka kemudahan dalam penghidupan mereka dan kecukupan dalam
nafkahnya, dan Allah akan menampakkan aib dan keburukan keluarga tersebut
kemudian mereka semua bertaubat dari keburukan tersebut. Jika Allah tidak
menginginkan kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah akan biarkan begitu
saja keluarga tersebut (tanpa bimbingan Nya). (HR Ad Daruquthni).
Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting.
Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran,
pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam hadits yang mulia ini ada beberapa indikator keluarga sakinah, yakni :
- At tafaqquh fid diin : Indikasinya adalah, anggota keluarga tersebut rajin dan
penuh semangat dalam menuntut ilmu agama, menjadikan rumah sebagai tempat
ibadah dan majelis ilmu, cinta kepada orang-orang sholeh dan pejuang Islam serta
mereka berupaya menerapkan nilai-nilai Islam itu pada seluruh anggota
keluarganya.
- Al ihtiroom al mutabaadil lilhuquuq baina ash shighoor wal kibaar (ada
penghormatan yang timbal balik dalam kewajiban antara orang tua dan
anak-anak) : Indikasinya anak-anak berbakti kepada orang tuanya dan mereka pun
mendapatkan pendidikan dan kebutuhan dari kedua orang tuanya, serta lingkungan
keluarga yang kondusif dan Islami.
- Ar rifqu fil ma'iisyah (Allah SWT mudahkan penghidupannya) : Indikasinya
selalu berusaha mencari nafkah dengan jalan yang halal, berinfak dan membantu
yatim piatu serta orang-orang yang membutuhkan bantuan.
- Al qoshdu fin nafaqoot (merasa cukup dengan rezeki yang Allah SWT
karuniakan) : Indikasinya anggota keluarga tersebut mempunyai sikap qona'ah
dan hatinya tidak tergantung dan terbuai dengan kehidupan dunia.
- Tabshiirul 'uyuub at taubah 'anhaa (Allah SWT tampakkan aibnya dan
mereka bertaubat dari aib tersebut) : Indikasinya mereka selalu muhasabah
Mawaddah adalah berupa cinta dan harapan. Setiap mahluk Allah SWT kiranya
diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan,
contoh mawaddah itu berupa “kejutan” suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya.
Misalnya suatu waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah,
menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut
merupakan kejutan yang luar biasa.
Prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai rasa tenteram, kasih dan sayang
dalam rumah tangga:
Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Mansjoer, A.A.,etc. (2004). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (2003). Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta.
Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta.
Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Uddin, Jurnalis. (2009). Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta.
EGC.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI.
Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya. Airlangga
University Press.
Lindsay, Kenneth W. (2004). Headache. Neurology and Neurosurgery. London.
Churchill Livingstone.
Yutzy SH. (2006). Somatization. In: Blumenfield M, Strain JJ, penyunting.
Psychosomatic Medicine. 1st ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins.
Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W, Kroenke K. (2003). Somatic symptoms in
primary care: Etiology and outcome. Psychosomatics.