Disusun Oleh :
Kelompok 3
I. Pendahuluan
Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT, atas karunia dan
nikmatnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca walaupun
penulis sadari masih banyak kekurangan mengutip dari tulisan Prof. Azumardi
Azra “jikalau semua buku dibuat sesempurna mungkin, maka hanya akan sangat
sedikit buku yang tercetak di muka bumi ini, karena tiap penulis selesai menulis
tulisanya maka dia akan menemukan kekurangan di dalam tulisanya”.
Shalawat serta salam tidak lupa kita junjungkan kepada kehadirat nabi
Muhammad SAW, yang telah member panutan kepada kita.
Dalam tulisan ini kami menuliskan tentang sejarah peradaban islam pada
masa Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelahnya Nabi
Muhammad wafat, proses pergantikan kepemimpinan terus terjadi, setelah Abu
Bakar berakhir memimpin sebahai khalifah, kemudian digantikan dengan Umar
Ibn Khatab. Kedua pemimpin besar ini telah menamcapkan pengaruhnya dengan
mengeluarkan berabgai kebijakan yang sangat strategis demi kemajuan umat
Islam, hingga akhirnya khalifah Umar Ibn Khatab meninggal dunia.
Sepeningalnya Umar ibn Khatab proses pergantian kepemimpinan Negara pun
tidak berhenti, maka dilanjutkan dengan para penerusnya. Mereka ini termasuk
dalam golongan khulafaurrasyidun, yakni khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai sejarah pradaban Islam pada
masa Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pembahasan akan dimulai dengan
proses terpilihnya kedua khalifah ini menjadi khalifah (kepala Negara), kebijakan-
kebijakan hingga pada akhirnya mereka meninggal dunia. Pembatasan
pembahasan ini sengaja dilakukan, agar lebih terfokus dalam melakukan
pembahasan juga memberikan peluang kepada yang lainnya untuk mebahas lebih
lanjut.
II. Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Ustman Bin Affan
A. Khalifah Ustman bin Affan
1. Latar belakang Pengangkatan Ustman bin Affan
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya
ialah Utsman ibn Affan bin Abil Ash Umayyah dari suku Quraisy. Ia
memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang
sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sederhana, dan
sebagian harta kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia
mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua cahaya
karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang
satu meninggal. (Gibb, 1961:453)
Ia juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan
kaum Quraisy terhadap muslimin di Mekah, dan ikut hijrah ke
Abesinia beserta istrinya. Ustman menyumbang 950 ekor unta dan 50
bagal serta 1.000 dirham dalam ekspedisi untuk melawan Bizantium di
perbatasan Pelestina. Ia juga membeli mata air orang-orang Romawi
yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya
diwakafkan bagi kepentingan umat Islam, dan pernah meriwayatkan
hadis kurang lebih 150 hadis.
Seperti halnya Umar, Ustman diangkat menjadi
khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya Umar dipilih atas
penunjukan langsung sedangkan Ustman diangkat atas penunjukan
tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar
menjelang wafatnaya.
Khalifah Umar membentuk sebuah komisi yang terdiri dari
enam orang calon, dengan perintah memilih salah seorang dari mereka
untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka ialah Ustman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi
Waqqas, dan Abdullah ditambahkan kepada komisi enam itu, tetapi ia
hanya mempunyai hak pilih, dan tidak berhak dipilih.
Melalui persaingan yang ketat dengan Ali, sidang Syura
akhirnya memberi mandat kekhalifahan kepada Ustman bin Affan.
Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di
zaman para khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat
tidak seluruh masa kekuasaanya menjadi saat yang baik dan sukses
baginya. Para penulis sejarah membagi zaman pemerintahan Ustman
menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa
kejayaan pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa
pemerintahan yang buruk.
Dari wacana diatas dapat disimpulkan bahwa latar belakang
pengangkatan Khalifah Ustman bin Affan berawal dari pergantian
masa kekhalifahan Umar bin Khattab setelah wafatnya, melalui proses
pemilihan tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk
oleh Umar menjelang wafatnya.(Gibb,1961:460)
c. Sosial Kemasyarakatan
Dalam hal ini Ustman berkata : “Pada saat pencapaianku
menjadi khalifah, aku adalah pemilik kambing dan unta yang paling
banyak di Arab. Hari ini aku tidak ada unta kecuali yang digunakan
dalam ibadah haji. Tentang penyokong mereka, aku memberikan
kepada mereka apapun yang dapat aku berikan dari milikku pribadi.
Tentang harta kekayaan negara, aku menganggapnya tidak halal, baik
bagi diriku sendiri maupun orang lain. Aku tidak mengambil apa pun
dari kekayaan negara, apa yang aku makan adalah hasil nafkahku
sendiri.
Al-Hakim mengeluarkan hadis dari Abdurrahman bin Samurah,
dia berkata, Ustman bin Affan menemui Nabi untuk menyerahkan
seribu dinar, ketika beliau sedang mempersiapkan pasukan perang
yang sedang menghadapi masa paceklik. Ustman menyerahkan uang
itu dirumah beliau. Sambil membolak-balikkan uang itu, beliau
bersabda, Ustman tidak akan melarat karena apa yang dikerjakannya
setelah hari ini. Beliau mengucapkannya hingga beberapa kali.
(Gibb,1961:470)