Anda di halaman 1dari 20

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

A. Anggota Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. K
Alamat : Dukuh Genengan RT 02 RW 03,
Karangpandan
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Struktur Komposisi Keluarga :
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.
(th)
1 Tn. K Kepala L 52 Tamat Supir Bus Pasien
Keluarga SLTA
2 Ny. S Istri P 48 Tamat Buruh Istri
SLTP Pabrik Pasien
3 An. M Anak P 12 Belum Pelajar Anak
Tamat SD Pasien
Sumber: Data primer, Februari 2018

Kesimpulan :
Keluarga Tn.K termasuk ke dalam nuclear family. Keluarga Tn.K yang tinggal
dalam 1 rumah terdiri atas 3 orang meliputi istri (Ny.S), dan anak (An. M), pasien
dalam keluarga adalah Tn. K (52 tahun). Riwayat pendidikan dalam keluarga
terdapat 1 anggota keluarga belum tamat SD karena masih sekolah (An. M), 1
anggota keluarga lulus SLTP (Ny. S) dan 1 anggota keluarga lulus SLTA (Tn. K).
Pekerjaan yang dilakukan oleh keluarga Tn K adalah sebagai supir bus (Tn. K)
dan buruh pabrik (Ny. S).

1
TAHAP II

STATUS PASIEN

A. Identitas Penderita
Nama : Tn. K
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Supir bus
Status Perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Dukuh Genengan RT 02 RW 03, Karangpandan
Kunjungan : 6, 10 dan 13 Februari 2018

Anamnesis
1. Keluhan Utama
Batuk
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Karangpandan dengan keluhan batuk
sejak 6 bulan yang lalu. Batuk dirasakan terus menerus dan semakin
memberat sampai membuat pasien tidak bisa tidur. Batuk disertai dengan
sekret berwarna putih kekuningan yang sulit dikeluarkan dan terdapat sesak
nafas. Pasien mengeluhkan sesak nafas terus menerus sehingga merasa
dadanya nyeri. Pasien juga mengeluhkan adanya keringat dingin dan
mengalami penurunan berat badan sampai 15 kilogram dalam sebulan.
Pasien mengatakan bahwa dua temannya yang bekerja sebagai supir
mengeluhkan hal yang serupa dan didiagnosis TB paru. Pasien sudah
berobat ke dokter namun tidak kunjung sembuh sehingga 4 bulan kemudian
dilakukan pemeriksaan melalui foto rontgen dan ditemukan adanya
kecurigaan terhadap TB paru sehingga dilakukan pengecekkan BTA di

2
Puskesmas Karangpandan dengan hasil BTA tiga kali positif. Kemudian,
pasien diterapi dengan OAT fase intensif. Saat ini pasien dalam pengobatan
fase lanjutan.

Setelah dianamnesis lebih lanjut, keluhan batuk disertai dengan


demam sumer-sumer sudah membaik. Namun, pasien masih merasa
terganggu dengan batuknya dan merasa bahwa dada kanannya seperti
tertusuk apabila setelah meminum OAT fase lanjutan. Pasien juga
mengatakan berat badannya sudah mulai naik lagi dalam waktu 2 bulan
namun belum dilakukan uji dahak di Puskesmas.

Dalam anamnesis selanjutnya dapat diketahui bahwa pasien (Tn.K)


belum banyak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, pasien
selama ini hanya mengerti bahwa pasien menderita gangguan paru-paru
karena udara dingin dari AC bus yang masuk kedalam tubuhnya sehingga
pasien mengalami keluhan batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh.
Pengetahuan pasien tentang penyakit TB paru yang diderita sudah cukup
baik dan menjalankan saran dokter seperti membuang dahak tidak
sembarangan, menggunakan masker, dan minum obat secara teratur tidak
boleh putus obat. Pasien merasa sedih karena batuknya yang masih tidak
kunjung sembuh sehingga pasien tidak bisa pergi bekerja dan berharap
bahwa penyakitnya segera sembuh. Pasien memahami jika pasien
mengikuti petunjuk dokter dan keluarga pasien maka pasien akan bisa sehat
kembali.

Selain pasien, dari anamnesis terhadap keluarga pasien tentang


penyakit yang diderita pasien, keluarga pasien telah mendapatkan
penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien dari petugas kesehatan.
Suami dari anak Tn. K bersedia untuk menjadi Pengawas Minum Obat
(PMO) dan selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat secara
teratur. Keluarga pasien juga mengerti tentang penularan bakteri TB dan
pencegahannya, serta bagaimana seharusnya merawat pasien selain sebagai

3
PMO saja. Keluarga pasien berusaha mengupayakan kesembuhan pasien
dengan memberikan dukungan dengan mengantar pasien kontrol rutin ke
Puskesmas atau mengambilkan obat pasien sesuai dengan jadwal dan
memberikan dukungan untuk pengobatan rutin dan tertib.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat kontak dengan penderita TB : (+)
b. Riwayat batuk durasi lama : (+) sejak 6 bulan yang lalu
c. Riwayat batuk darah : disangkal
d. Riwayat Alergi : disangkal
e. Riwayat Asma : disangkal
f. Riwayat Sakit gula : disangkal
g. Riwayat Tekanan darah tinggi : disangkal
h. Riwayat Sakit jantung : disangkal
i. Riwayat keluhan serupa : disangkal

4. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga


a. Riwayat Alergi : disangkal
b. Riwayat Asma : disangkal
c. Riwayat Sakit Tuberkulosis : disangkal
d. Riwayat Sakit gula : disangkal
e. Riwayat Tekanan darah tinggi : disangkal
f. Riwayat Sakit jantung : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat Merokok : (+) selama 15 tahun
b. Riwayat minum obat bebas : disangkal.
c. Riwayat minum alkohol : disangkal
d. Riwayat olah raga : pasien sering melakukan olahraga
berupa lari pagi setiap hari

4
6. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 52 tahun dengan status sudah
menikah. Pasien tinggal di rumah bersama istri dan seorang anak laki-laki.
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pasien sering bersosialisasi dengan warga sekitar rumahnya. Sewaktu
muda pasien aktif mengikuti kegiatan sosial warga dan bekerja pada
lingkungan sekitar. Pasien saat ini sedang rehat dairi pekerjaannya sebagai
supir bus karena takut menulari orang-orang di sekitarnya.
Pasien mengatakan bahwa saat ini masih bisa mencukupi kebutuhan
sehari-hari dan membiayai anaknya sekolah. Selain itu, anak-anak pasien
yang tidak serumah sering datang hampir setiap hari untuk menjenguk
pasien. Pasien tidak mempunyai asuransi dari negara maupun swasta.
Biaya pengobatan pasien dibiayai oleh anak-anaknya dan saat ini
pendapatan keluarga pasien masih dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

7. Riwayat Gizi Tn. K


Pasien makan 3 kali sehari dengan sayur dan lauk pauk, antara lain
tahu, tempe, daging sapi, dan susu. Pasien minum air putih kurang lebih
1,5 liter perharinya. Pasien tidak memiliki alergi atau pantangan makanan.
Saat mengalami gejala sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan,
namun pasien tetap memaksakan diri untuk makan dengan porsi tetap
seperti saat sebelum pasien sakit.
Food Recall Tn. K dalam Satu Minggu Terakhir
JUMLAH WAKTU
HARI JENIS MAKANAN TEMPAT
PENYAJIAN KONSUMSI

Nasi 1 piring

Sayur Bening 1 mangkok kecil


SENIN Tempe Goreng 2 biji ukuran Pagi Rumah
sedang

Daging sapi 1 porsi

5
Susu 1 gelas

Nasi 1 piring

Sayur Bening 1 mangkok kecil

Tempe Goreng 2 biji ukuran Siang Rumah


sedang

Susu 1 gelas

Nasi 1 piring

Oseng kacang 1 mangkok kecil

Tahu Goreng 3 biji ukuran Malam Rumah


sedang

Susu 1 gelas

Nasi 1 piring

Sayur pecel 1 mangkok kecil

Tahu Goreng 2 biji ukuran Pagi, Siang Rumah


sedang

Susu 2 gelas

Nasi 1 piring
SELASA
Sayur lodeh 1 mangkok kecil

Tahu Goreng 1 biji ukuran


sedang Malam Rumah
Daging sapi 1 porsi

Jambu 3 potong

Susu 1 gelas

Nasi 1 piring

Sayur Oseng sawi 1 mangkok kecil


Pagi Siang Rumah
Dasing sapi 1 buah
RABU
Susu 1 gelas

Nasi 1 piring
Malam Rumah
Sayur Oseng sawi 1 mangkok kecil

6
Daging sapi 1 porsi

Susu 1 gelas

Nasi 1 piring

Sayur Gudangan 1 mangkok kecil

Tahu bacem 1 buah


Pagi, Siang Rumah
Gereh Layur 2 buah

Daging sapi 2 porsi

KAMIS Susu 1 gelas

Nasi 1 Piring

Sayur Lodeh 1 mangkok kecil

Tahu Bacem 1 buah Malam Rumah

Pisang 2 buah besar

Susu 1 gelas

Nasi 1 piring

Oseng kacang 1 porsi

Telur 1 butir
Pagi Rumah
Pisang 1 buah

Susu 1 gelas

Kerupuk 1 buah

Nasi 1 piring
JUMAT
Oseng kacang 1 porsi

Tempe Goreng 1 biji ukuran


Siang Rumah
sedang

Susu 1 gelas

Kerupuk 2 buah

Nasi 1 sendok

Tempe Goreng 1 biji ukuran Malam Rumah


sedang

7
Sawi putih 1 mangkuk kecil

Sambal 1 porsi

Nasi 1 piring

Sayur Oseng Labu 1 porsi


Siam

Tempe bacem 1 biji ukuran Pagi Siang Rumah


sedang

Daging sapi 1 porsi

SABTU Sambel Bawang 1 sendok teh

Nasi 1 piring

Sayur Oseng Labu 1 porsi


Siam
Malam Rumah
Susu 1 gelas

Bacem Tahu 1 biji ukuran


sedang

Nasi 1 piring

Sayur Sop 1 mangkok kecil


PagI Siang Rumah
Telur 1 buah

Kerupuk 1 butir

MINGGU Nasi 1 piring

Sayur Sop 1 mangkok kecil

Tempe goreng 1 buah Malam Rumah

Susu 1 gelas

Kerupuk 1 buah

8. Anamnesis Sistem
a. Keluhan utama : Batuk
b. Kulit : gatal (-), kering (-), pecah-pecah (-), bersisik (-)
c. Kepala : nyeri kepala (-), pusing (-), perasaan berputar-
putar (-), rambut mudah rontok (-), luka (-),

8
benjolan (-)
d. Mata : mata merah (-), cekung (-), sekret (-),
konjungtiva pucat (-)
e. Hidung : tersumbat (-), keluar cairan atau lendir (-),
keluar darah (-), gatal (-), nyeri (-)
f. Telinga : keluar cairan(-), keluar darah (-), telinga
berdenging (-), nyeri (-), pendengaran berkurang
(-)
g. Mulut : sariawan (-),mukosa basah (+), papil lidah
atrofi(-), gusi mudah berdarah (-), gigi mudah
goyang (-), sulit berbicara (-)
h. Tenggorokan : Rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan
(-) sakit tenggorokan (-), suara serak (-)
i. Sistem respirasi : Batuk (+), darah (-), nyeri dada (+)
j. Sistem kardiovaskuler : sering pingsan (-), berdebar-debar (-),
ulu hati terasa panas (-)
k. Sistem gastrointestinal : Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan berkurang (+), BAB warna
hitam (-), BAB bercampur darah (-), BAB
bercampur lendir (-), diare (-), sulit BAB (-)
l. Sistem muskuloskeletal : Lemas di seluruh tubuh (-), leher kaku (-),
seluruh badan terasa keju-kemeng (-), kaku
sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-),
nyeri otot (-) di daerah punggung,
kaku otot (-), kejang (-)
m. Sistem genitouterina : Nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering
buang air kecil (-), BAK di malam hari (-), air
kencing warna seperti teh (-), BAK darah (-),
nanah (-), anyang-anyangan (-),
sering menahan kencing (-), nyeri suprapubik
(-), rasa gatal pada saluran kencing (-),

9
rasa gatal pada alat kelamin (-).
n. Ekstremitas
Atas : Bengkak (-/-), lemah (-/-), luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor
(-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam
kulit (-/-), tangan pucat (-).
Bawah : Bengkak (-/-),lemah (-/-), luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor
(-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam
kulit(-/-), kaki pucat (-).

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 2 Juni 2017
1. Keadaan umum : Tampak sehat, compos mentis,
GCS E4V5M6
2. Tanda vital
 Tensi : 120/70 mmHg
 Nadi : 84x/ menit, irama reguler, isi dan
tegangan cukup, kanan dan kiri sama
 Frekuensi nafas : 22x /menit
 Suhu : 36,40C per aksiler
3. Status gizi
 Berat Badan : 65 kg
 Tinggi Badan : 160 cm
 IMT : 23,8 kg/m2
 Kesan : overweight (Asian criteria)
4. Kulit : Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),
ekimosis (-), uji torniquet (-), pucat (-).
5. Kepala : Bentuk normocephal, rambut mudah rontok (-), luka (-).
6. Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor

10
dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+),
edema palpebra (-/-), strabismus (-/-)
7. Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-)
8. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
9. Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), gusi berdarah (-), tiphoid
tounge (-), papil lidah atrofi(-), ulserasi (-), oral thrush(-
), bau nafas aseton (-)
10. Leher : JVP tidak meningkat = R +2 cm, trakea ditengah,
simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
limfonodi cervical (-), leher kaku (-)
11. Thorax : Bentuk kesan skoliosis, pengembangan dada
kanan<kiri, retraksi intercostal (-), pernafasan
abdominothorakal, pembesaran kelenjar getah bening
aksila (-/-)
12. Jantung
 Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus kordis kuat angkat, teraba di SIC V linea
medioclavicularis sinistra
 Perkusi :
- Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
- Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dextra
- Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
- Batas jantung kiri bawah: SIC V linea medioklavicularis
sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising
(-), gallop (-), murmur (-)

13. Pulmo
a. Depan
 Inspeksi

11
- Statis : Kesan skoliosis
- Dinamis : Pengembangan dada kanan<kiri,
ketertinggalan gerak (+) dada kanan,
retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan<kiri,
fremitus raba kanan meningkat
 Perkusi
- Kanan : Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar
pada SIC VI linea medioclavicularis dextra,
pekak pada batas absolut paru hepar
- Kiri : sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC V
linea medioclavicularis sinistra
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler normal,
Suara tambahan wheezing (-), ronki kasar
(+) pada SIC IV dan IV linea parasternalis
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan wheezing (-), ronki (-)

b. Belakang
 Inspeksi
- Statis : Kesan skoliosis
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan=kiri,
retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan= kiri,
fremitus raba kanan meningkat
 Perkusi

12
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
- Peranjakan diafragma 5 cm
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan wheezing (-), ronki kasar (+) SIC
IV dan V paravertebralis
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan wheezing (-), ronki (-)
14. Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada,
ascites (-), scar (-), striae (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal, bising epigastrium (-)
 Perkusi : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-)
 Palpasi : Supel, nyeri tekan di suprapubik (-), hepar dan lien
tidak teraba. Nyeri ketok ginjal (-), undulasi (-)
15. Ekstremitas
Akral dingin _ _ Oedem _ _
_ _ _ _

C. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen dengan hasil:
CTR < 50%
Sudut costoprenicus lancip
Hillus berada di tengah
Terdapat infiltrat suprahiler dekstra
Kesan: Kardiomegali e.c HHD
Tb Paru lesi aktif
Pemeriksaan sputum BTA tanggal :
SPS +++

13
D. Pengobatan Yang Sudah Didapatkan Sebelum Kunjungan
Medikamentosa :
- Pemberian Oral Anti TBC OAT sesuai BB pasien : 4 tablet KDT 3 kali per
minggu

Non Medikamentosa :

1) Diet TKTP 2000 kcal


a) Tinggi protein:
(1) Menambahkan konsumsi telur / daging-dagingan pada menu makan pagi
(2) Menambah konsumsi susu minimal 1x sehari
b) Tinggi karbohidrat
c) Tinggi serat :
(1) Menambahkan sayur dan buah pada menu makan siang dan malam
(2) Menambahkan buah pada menu selingan pagi, siang dan malam
(3) Menambahkan kacang polong/kedelai dalam menu makan
(4) Hindari konsumsi buah kalengan ataupun buah yang sudah dikeringkan
(manisan)
2) Rutin olahraga
a) Jenis : Aerobik (jalan cepat)
b) Durasi : 120 menit/minggu atau setara 20 menit/hari.
c) Intensitas :
(1) Ringan (pasien masih bisa bernyanyi dan berbicara sambil
beraktivitas) 20 menit
(2) Rutin kontrol dan memeriksakan diri ke dokter : minimal 1 kali/2
minggu

E. Resume
1. Keluhan utama:
Batuk
Pasien datang ke Puskesmas Karangpandan dengan keluhan batuk sejak 6
bulan yang lalu. Batuk dirasakan terus menerus dan semakin memberat sampai
membuat pasien tidak bisa tidur. Sekret berwarna putih kekuningan (+) sulit
dikeluarkan, sesak nafas (+), nyeri dada (+), keringat dingin (+) dan penurunan
berat badan sampai 15 kilogram (>10%) dalam sebulan (+). Riwayat paparan
TB paru (+) dari dua temannya yang bekerja sebagai supir. Pasien sudah
berobat ke dokter namun tidak membaik sehingga 4 bulan kemudian dilakukan
pemeriksaan foto rontgen dengan kecurigaan TB paru sehingga dilakukan
pengecekkan BTA di Puskesmas Karangpandan dengan hasil BTA tiga kali

14
positif. Kemudian, pasien diterapi dengan OAT. Saat ini pasien dalam
pengobatan fase lanjutan.
Saat ini, keluhan batuk disertai dengan demam sumer-sumer sudah
membaik. Pasien terganggu dengan batuknya dan merasa bahwa dada kanannya
seperti tertusuk apabila setelah meminum OAT fase lanjutan. Pasien juga
mengatakan berat badannya sudah mulai naik lagi dalam waktu 2 bulan namun
belum dilakukan uji dahak di Puskesmas.
Pasien (Tn.K) belum banyak mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya, pasien selama ini hanya mengerti bahwa pasien menderita
gangguan paru-paru karena udara dingin dari AC bus. Pengetahuan pasien
tentang penyakit TB paru yang diderita sudah cukup baik dan menjalankan
saran dokter seperti membuang dahak tidak sembarangan, menggunakan
masker, dan minum obat secara teratur tidak boleh putus obat. Pasien merasa
sedih karena batuknya yang masih tidak kunjung sembuh sehingga pasien tidak
bisa pergi bekerja dan berharap bahwa penyakitnya segera sembuh. Pasien
memahami jika pasien mengikuti petunjuk dokter dan keluarga pasien maka
pasien akan bisa sehat kembali.
Selain pasien, keluarga pasien telah mendapatkan penjelasan tentang
penyakit yang diderita pasien dari petugas kesehatan. Keluarga pasien
memberikan dukungan terhadap Tn. K melalui PMO dan selalu mengingatkan
untuk berobat rutin ke Puskesmas.
2. Pemeriksaan fisik:
 Tampak sehat, compos mentis, GCS E4/V5/M6, TD: 120/70 mmHg,
Nadi: 84x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup, kanan dan
kiri sama, RR: 22x /menit, suhu: 36,40C per aksiler, IMT: 23,8
(overweight)
 Pemeriksaan pulmo: pada inspeksi dan palpasi bentuk dada kesan
skoliosis, terdapat ketertinggalan pengembangan dada kanan,
fremitus taktil dada kanan meningkat. Pada auskultasi didapatkan
suara tambahan ronki basah kasar di SIC IV dan V linea

15
parasternalis dekstra.

3. Pemeriksaan Tambahan
Foto rontgen dada
Pemeriksaan BTA /12/2017 SPS +++

4. Tatalaksana yang Sudah Didapat


 Oral Anti TBC OAT sesuai BB pasien : 4 tablet KDT 3 kali per minggu

16
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Pelaksanaan kunjungan rumah pasien (home visit) di Puskesmas
Karangpandan Kota Karanganyar pada tanggal 6-13 Februari 2018 pada
pasien rawat jalan Puskesmas Karangpandan, dengan diagnosis TB paru
kasus baru. Dalam pelaksanaan kunjungan rumah, kami melakukan tanya
jawab dan pengamatan lingkungan kepada pasien dan keluarganya.
Berdasarkan tanya jawab kepada pasien dan pengamatan seputar
lingkungan pasien didapatkan:

1. Pasien mengalami batuk selama 6 bulan yang tidak kunjung sembuh,


kemudian pasien dibawa ke praktek dokter dengan keluhan batuk,
namun tidak membaik sampai berkali-kali berobat ke dokter yang
berbeda. Kemudian pasien diarahkan untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan di Puskesmas Karangpandan. Faktor risiko pada pasien
adalah paparan TB dari rekan kerjanya. Setelah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang berupa foto rontgen
serta sputum BTA, diketahui bahwa pasien positif menderita TB
paru.
2. Pasien tinggal bersama suami, kedua anak dan menantunya dimana
fungsi holistik dan patologis keluarga pasien secara umum baik.
Faktor pendidikan, kesehatan, genogram baik, pola interaksi baik,
dimana interaksi antar anggota keluarga berlangsung harmonis,
perilaku baik, non perilaku terutama masalah lingkungan kurang
baik, lingkungan rumah indoor kurang baik, lingkungan rumah
outdoor kurang baik.
3. Peran anak pasien sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam
mendukung kesembuhan pasien berjalan dengan baik.

B. Saran
1. Untuk puskesmas:

17
Mengadakan penyuluhan mengenai penularan, pencegahan, deteksi
dini, dan pengobatan TB paru di wilayah kerja puskesmas
Karangpandan.
2. Untuk pasien
 Memodifikasi tempat tinggal sehingga cahaya lebih banyak
yang masuk kerumah
 Memakai masker saat berbicara dan batuk
 Makan dan minum menggunakan alat sendiri
 Menjaga kebersihan baik diri sendiri maupun lingkungan untuk
mendukung kesembuhan pasien dan mencegah terjadinya
kejadian serupa di kemudian hari
 Meningkatkan daya tahan tubuh dan makan makanan bergizi
 Kontrol rutin tekanan darah, meminum obat hipertensi secara
rutin dan tertib serta mengurangi konsumsi garam.
 Berolahraga ringan yang bisa dilakukan didalam rumah atau
bahkan sambil duduk di kursi.

18
REFERENSI

Azwar, A (1996). Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan


Penerbit Ikatan Dokter Indonesia

Depkes RI (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta


Fauci, Anthony S. Kasper, Dennis L, Longo, L Braunwald, Hauser, Eugene
Stephen (2008). Tuberculosis in Harrison Principle of Internal Medicine
17th edition. USA: Mc Graw Hill

Isbaniyah F (2011). Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di


Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Isema, Michael D (2008). Tuberculosis. Philadelphia : Elsevier Saunders

Mansjoer, A (2004). Reumatologi, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid


I. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI

PDPI (2002). Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Santoso A. 2007. Gagal Jantung. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-8. Jakarta: EGC

Stefanus, E.I (2006). Arthritis Gout dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
keempat Jilid 3. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Tambayong Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Werdhani, Retno Asti (2002). Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi


Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi
dan Keluarga
WHO (2010). Guidance for National Tuberculosis Programme on the
Management of Tuberculosis. WHO
Widodo, Eddy (2004). Upaya Peningkatan Peran Masyarakat dan Tenaga
Kesehatan dalam Pemberantasan Tuberkulosis. Bogor : IPB

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai