Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “sikap apatisme mahasiswa terhadap
perkembangan kampus”.
Makalah yang saya susun ini membahas mengenai sikap apatis mahasiswa dapat
berkembang pada kehidupan kampus. Selain itu makalah ini juga memaparkan bagaimana
seharusnya seorang mahasiswa dapat menempatkan sikap apatis sehingga sikap itu tidak
memberikan dampak negatif bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
saya ucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen saya, teman-teman yang telah
membantu saya, serta orang tua yang selalu mendoakan saya. Namun saya menyadari,
makalah ini kurang sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran dari para pembaca akan
bermanfaat dalam perbaikan makalah ini. saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
saya dan para pembaca.
Padang, 31 November 2016

Penulis,

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya, istilah sikap di gunakan untuk menunjuk status mental seseorang. Sikap
adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu, selalu di arahkan terhadap suatu
hal atau objek tertentu dan sifatnya tertutup. Oleh sebab itu, manifestasi sikap tidak dapat
langsung di lihat, namun hanya dapat di tafsirkan dari tingkah laku yang tertutup tersebut. Di
samping sikap yang bersifat tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti bahwa kita
hendaknya dapat beradaptasi dengan orang lain. Sikap menuntun tingkah laku kita sehingga
kita akan bertindak sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan. Kesadaran individu untuk
menentukan tingkah laku nyata dan tingkah laku yang mungkin terjadi itulah yang di
namakan sikap.
Individu memiliki sikap terhadap bermacam – macam objek, seperti benda, orang,
peristiwa, pemandangan, norma, nilai, lembaga, dan sebagainya. Misalnya, sikap positif
seorang pasien terhadap perawat yang memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu
adalah menaati segala nasihat dari perawat tersebut. Sifat individu dan sebagian besar
masyarakat membenci tindakan kekerasan yang akhir – akhir ini sering terjadi di masyarakat.
Secara nyata, sikap menunjukkan adanya kesesuaian antar reaksi dan stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan
pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas,
namun merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Di lihat dari latar belakang yang telah di buat di atas, sehingga tersusunlah rumusan makalah
seperti :
a. Apa Pengertian Sikap ?
b. Apa Fungsi Sikap ?
c. Apa Ciri – ciri Sikap ?
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
e. Mengetahui apa itu sikap apatis.
f. Mengetahui penyebab berkembangnya apatisme dalam kehidupan kampus.

2
g. Mengetahui dampak dari sikap apatis.
h. Mempelajari cara menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus.

1.3 Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
a. Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Psikologi
b. Untuk Memberikan Wawasan Tentang Sikap Kepada Pembaca
c. Untuk Mengetahui Pengertian Sikap
d. Untuk Mengetahui Fungsi Sikap
e. Untuk Mengetahui Ciri – ciri Sikap
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
g. Untuk Mengetahui apa itu sikap apatis.
h. Untuk Mengetahui penyebab berkembangnya apatisme dalam kehidupan kampus.
i. Untuk Mengetahui dampak dari sikap apatis.
j. Untuk Mempelajari cara menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seeorang mengenai objek atau


situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada
kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya
Thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif
maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang posistif,
yaitu yang afeksi senang, sedangkan afeksi negative adalah afeksi yang tidak menyenangkan

2.2 Fungsi Sikap


Menurut Atkinson, Smith, dan Bem (1996), dalam bukunya Pengantar Psikologi,
mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima fungsi, yaitu instrumental, pertahanan,ego,
ekspresi nilai, pengetahuan,dan penyesuaian nilai:

1. Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan
keinginan. Bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap.
Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikappositif
2. Fungsi Pertahanan Ego
Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga
dirinya.
3. Fungsi Ekspresi
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai yang terdapat
pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan terhadap nilai
tertentu.
4. Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu memahami dunia yang membawa keteraturan terhadap
bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan.

4
5. Fungsi Penyesuainam Sosial
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini sikap
yang diambi individu tersebut akan sesuai dengan lingkungannya.

2.3 Ciri – ciri Sikap


Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek. Oleh
karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang bersangkutan.
Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan
dipelajari. Namun kecenderungannya sikap bersifat tetap.
2. Sikap selalu berhubungan dengan objek
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui persepsi
terhadap objek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maaka ia akan
menunjukkan sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan
berlangsung lama bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri seseorang
maka sikap relaatif dapat berubah.
5. Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun
negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk berperilaku.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

1. Pengalaman pribadi.

5
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

Ada 2 implikasi utama pada penelitian tentang pembentukan sikap tenaga kesehatan :

a.sangat mudah untuk mempengaruhi sikap seseorang pada saat pembentukan sikap
dibanding apabila sikap sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Orang tua memiliki peran
yang paling dalam perkembangan sikap anak terhadap kesehatan

b.teori pembeljaran dari lingkungan sosialnya telah memperlihatkan pentingnya mengarahkan


anak pada model yang baik. Demikian juga media cetak dan elektronikm mempunyai peran
yang sama dalam menyampaikan pendidikan kesehatan menggunakan karakter yang disukai
atau bahkan diidolakan oleh anak.

2. Kebudayaan.

B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk


kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)
yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan
untuk sikap dan perilaku yang lain.

3. Orang lain yang dianggap penting.

Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang
yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap

6
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.

5. Institusi Pendidikan dan Agama.

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya.

6. Faktor emosi dalam diri.

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

2.5 Berkembangnya Sikap Apatis Dalam Kehidupan Kampus

Apatisme adalah kata serapan dari Bahasa Inggris, yaitu apathy. Kata tersebut
diadaptasi dari Bahasa Yunani, yaitu apathes yang secara harfiah berarti tanpa perasaan.
Dalam istilah psikologi apatis merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu
tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik.
Mahasiswa merupakan motor penggerak dari sebuah kampus atau sebuah universitas,
sehingga perkembangan dan kemajuan kampus tidak akan pernah lepas dari peran
mahasiswa. Selain itu, kampus juga berperan penting sebagai pendukung untuk menyediakan
sarana yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Keduanya saling bersimbiosis agar program kerja
yang telah dibuat dapat terlaksana secara maksimal.
Namun dalam kenyataannya, simbiosis atau hubungan antara keduanya tidak berjalan
secara seimbang. Hal ini dikarenakan mulai berkembangnya sikap apatis dari mahasiswa

7
yang menyebabkan tidak optimalnya program kerja serta kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh pihak kampus.
Sikap apatis tentunya tidak muncul begitu saja, banyak faktor dan alasan yang
menyebabkan mahasiswa, ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya sikap
apatis dalam kehidupan kampus. Adapun faktor tesebut adalah:
a. Tidak Mampunya Adaptasi Dengan Lingkungan Kampus
Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.
Jika seseorang tidak mampu beradaptasi, maka individu tersebut dengan sendirinya akan
tersisihkan dari lingkungannya. Mereka yang tersisihkan tersebut merasa kurang percaya diri
sehingga mereka enggan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Jika seseorang
tersisihkan dari suatu lingkungannya, maka individu tersebut pasti akam berusaha mencari
lingkungannya sendiri. Bahkan individu tersebut berpotensi menjadi oposisi bagi pihak
kampus yang tidak pernah mendukung program kerja dari kampus.
b. Kurangnya Motivasi Berprestasi
Sebuah motivasi sangat dibutuhkan sebagai semangat dan dorongan dari seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Jika seseorang tidak memiliki sebuah motivasi maka orang
tersebut seolah tak punya semangat hidup dan cenderung sekedar menjalani hidupnya tanpa
adanya target. Sikap dan pemikiran ini tentunya sangat merugikan diri sendiri bahkan
memberikan dampak negatif terhadap individu di sekitarnya
Sikap apatis tidak hanya dapat diartikan sebagai sikap acuh tak acuh, tetapi sikap apatis
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sikap Individualis
Individu yang apatis mengindikasikan bahwa mereka cenderung bersikap individualis.
Banyak orang yang berjuang menjadi superior dengan tidak memperhatikan orang lain atau
lingkungan sekitarnya. Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya dimotivasi oleh
perasaan diri yang berlebihan. Pembunuh dan pencuri adalah contoh ekstrim orang yang
berjuang hanya untuk mencapai keuntungan pribadi. Secara khusus perjalanan hidupnya lebih
terfokus pada motivasi sendiri, dan tidak mencapai minat yang baik untuk kehidupan
sosialnya. Maka jika setiap individu memiliki keinginan dan kemampuan yang cukup tinggi,
dapat dimungkinkan munculnya perilaku idealis dan apatispun akan selalu menyertai setiap
gerak maupun hubungan individu di masyarakat yang dia singgahi.

2. Gaya Hidup (Style Of Life)

8
Perilaku apatis juga selalu berhubungan dengan proses gaya hidup dan adaptasi
seseorang. Gaya hidup sendiri adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia
berada (Alfred Adler via Alwisol, 2009: 73). Jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, maka orang tersebut merasa tidak nyaman dengan apa yang ada di sekitarnya.
Hal itu menyebabkan seseorang enggan untuk terlibat dan melibatkan diri dalam kegiatan
yang sedang berlangsung disekitarnya. Jika orang tersebut tidak ingin dianggap sebagai
individu yang apatis, maka orang tersebut harus merubah gaya hidupnya sesuai dengan
lingkungannya. Dalam buku psikologi kepribadian menurut Alfred Adler, gaya hidup ini
mungkin bisa berubah tetapi dasar gayanya tetap sama, kecuali orang tersebut menyadari
kesalahannya dan secara sengaja mengubah arah yang ditujunya (Alfred Adler via Alwasol,
2099: 74).

3. Prinsip Menarik Diri


Sikap apatis bisa diperkuat dengan adanya prinsip menarik diri, dimana individu lebih
cenderung untuk melarikan diri dari dunia luar. Kesulitan individu yang apatis adalah mereka
selalu diam di tempat dan menghambat perkembangan pribadinya sendiri. Orang yang diam
di tempat adalah orang yang tidak bergerak kemanapun, menolak semua tanggung jawab
dengan menarik diri dari semua ancaman keberhasilan dan kegagalan. Mereka mengamankan
aspirasinya dengan tidak melakukan apapun agar tidak terbukti bahwa mereka tidak dapat
mencapai tujuan itu. Misalnya, orang yang tidak pernah ikut tes masuk perguruan tinggi,
maka ia tidak pernah merasakan kegagalan. Dengan tidak mengerjakan apapun, orang
mengamankan harga dirinya dan melindungi diri dari kegagalan.

2.6 ciri –ciri apatisme


Apatisme menurut michael rush (2001:145) mempunyai ciri –ciri yaitu :
a. ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi, untuk menyelidiki atau
bahkan untuk menerima emosi dan perasaan sendiri
b. perasaan samar-samar dan yang tidak dapat diphami, rasa susah, tidak aman dan tidak
tentram
c. menerima secara mutlak tanpa tantangan otoritas sah (kode-kode sosial,orang tua, dan
agama) dan nilai –nilai konvensional membentuk satu pola yang cocok dengan diri
sendiri, yang dalam situasi klinis disebut dengan kepasifan (pasifitas)

9
2.7 Dampak dan pengaruh dari mahasiswa apatis terhadap perkembangan kampus
Dampaknya adalah :
1. Sulitnya kampus mendapatkan prestasi.
2. Minimnya ide-ide serta kreatifitas dalam menjalankan program kerja.
3. Banyak muncul kritik tanpa solusi.
4. Tidak optimalnya kegiatan yang dilaksanakan kampus.
5. Kurang adanya pencitraan yang baik dari kampus kepada
masyarakat.
6. Munculnya kelompok-kelompok oposisi.
7. Kurangnya terjalinnya hubungan baik antar mahasiswa.

2.8 Menempatkan Sikap Apatis


Apatis merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu tidak
menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik. Sebagai makhluk sosial
setiap individu tentunya membutuhkan individu lain dalam kehidupannya, namun pernyataan
ini bertentangan dengan pengertian apatis yang merupakan keadaan ketidakpedulian seorang
individu terhadap lingkungannya.
Dari pengertian tersebut, sikap apatis cenderung memberikan dampak yang negatif
daripada dampak positifnya. Namun sikap apatis juga memiliki pengaruh yang positif jika
dilakukan pada waktu dan keadaan yang tepat. Sikap tidak peduli ini terkadang diperlukan
pada suatu keadaan dimana individu tersebut memang harus tidak peduli pada sekitarnya, dan
jika dia peduli hal itu malah dianggap salah dan memberikan pengaruh buruk terhadap
lingkungannya. Misalnya pada saat ujian kita harus benar-benar bersikap tedak peduli kepada
individu lain yang berada di sekitarnya. Dalam konteks ini sikap apatis diperbolehkan bahkan
dianjurkan agar terjadi persaingan yang sehat antar individu.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sikap apatis tidak sepenuhnya
memberikan dampak negatif, sikap tersebut juga dapat memberikan dampak yang positif
dalam konteks serta keadaan tertentu. Disinilah peran dari setiap individu yang harus mampu
berfikir cerdas dalam menempatkan sikap pada waktu dan situasi yang tepat. Sehingga apa
yang dilakukannya tidak memberikan dampak yang negatif bagi diri sendiri maupun
lingkungannya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seeorang mengenai objek atau
situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada
kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya.
Struktur sikap di bagi menjadi kognitif, afektif, dan konatif.
Fungsi sikap di bagi menjadi lima, yaitu :
1. Fungsi Instrumental
2. Fungsi Pertahanan Ego
3. Fungsi Ekspresi
4. Fungsi Pengetahuan
5. Fungsi Penyesuainam Sosial
Apatis merupakan merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu
tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik

3.2 Saran
Tetap menjaga sikap dan tingkah laku dengan baik, sehingga dapat di terima dalam
masyarakat. agar kita dapat menempatkan sikap secara tepat di waktu yang tepat pula,
termasuk dapat menempatkan sikap apatis dengan konteks yang benar. Namun, kami
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan
kritik dari para pembaca sangat diperlukan demi sempurnanya makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku Psikologi Untuk Keperawatan Edisi 2 oleh Drs. Sunaryo, M.Kes


Niven Neil. 2007. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran
Kholid ahmad. 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang. Hal 63 – 145

http://www.psychoshare.com/file-821/psikologi-kepribadian/sikap-pengertian-definisi-dan-
faktor-yang-mempengaruhi.html (diakses pada tanggal 20 november 2016)

12

Anda mungkin juga menyukai