Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOPOROSIS

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Dati Kuntari (15110430)

Moh. Ainul Mujib Mustofa (15110447)

Ronik Atul Anifah (15110454)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

TAHUN AKADEMIK 2017


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN


OSTEOPOROSIS telah diperiksa dan disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Penyusun

Fitra Handika H., S.Kep.,Ns Kelompok 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai
dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan
tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang
cendrung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal. (La
Ode,Sharif,2012).
Menurut konsensus di Kopenhagent (1990), osteoporosis di definisikan
sebagai suatu penyakit dengan karakteristik massa tulang yang berkurang
dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan risiko fraktur yang meningkat (Lukman,Nurna Ningsih,2009).
Osteoporosis adalah kelainan metabolik tulang dimana terdapat penurunan
masa tulang tanpa di sertai pada matriks tulang. (Rasjad,2003)

2. Etiologi
Osteoporosis di sebabkan oleh glukokortikoid yang mengganggu absorb
kalsium di usus dan peningkatan ekstraksi kalsium lewat ginjal sehingga
akan menyebabkan hipokalsemia. Hiperparatiroidisme sekunder dan
peningkatan kerja osteoklas terhadap osteoblas glukokortikoid akan
menghambat kerjanya,sehingga formasi tulang menurun. Dengan adanya
peningkatan resorbsi tulang oleh osteoklas dan penurunan formasi tulang
oleh osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang progesif (Sudoro
Aru,2009)
Klasifikasi osteoporosis (Rasjad,2003)
a) Osteoporosis primer
Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe yaitu :
1) Tipe 1 : tipe yang timbul pada wanita pasca menopous
2) Tipe 2 : terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
b) Osteoporosis sekunder
Disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya myeloma
multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan
yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid)
c) Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada :
1) Usia kanak-kanak (juvenil)
2) Usia remaja (adolesen)
3) Wanita pra menopause
4) Pria usia pertengahan

3. Patofisiologi
Osteoporosis merupakan silent disiense. Penderitaan Osteoporosis
umunya tidak mempunyai keluhan sama sekali orang tersebut mengalami
fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seruluh tubuh, tetapi paling sering
menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan
atau pada daerah yang mendapatkan tekanan (tulang vertebra dan kolumna
vemoris). Korpur vertebra menunjukkan adanya perubahan bentuk,
pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan
menurun dan terdapat lengkung vertebra apnornal (kiposis). Osteoporosis
pada kolumna vemoris sering merupakan redisposisi terjadinya fraktur
patologik (yaitu fraktur akibat terauma ringan), yang sering terjadi pada
pasien usia lanjut.
Masa tulang total yang terkena mengalami penurunan dan menunjukan
penipisan kortek serta trabekula. Pada kasus ringan diagnosis sulit di
tegakkan karena adanya feriasi ketebalan trabekular pada individu
’’normal’’ yang berdeda.
Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun
histologist jika Osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti
yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan
adanya kelainan. Pasien Osteoporosis mempunyai kalsium fosfat, dan
alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara
faktor genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor di atas akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak terjadinya
masa tulang dan maksimal menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak
dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa
tulang total yang disebut Osteoporosis.
4. WOC
Usia lanjut (menopouse)

Defisiensi vitamin D, Penurunan sekresi Penurunan aktifitas


penurunan aktifitas 1- esterogen fisik
idroksilase, resistensi
vitamin D
Bonne marrow stoma cell &
sel mononuclear, (IL-1, IL-6,
Penurunan reabsorbsi
dan TNF-A), Penurunan
kalsium dari ginjal ,
sekresi GH & IGF 1
penurunan reabsorbsi kalsium
di usus
Hipokalsemia Gangguan fungsi
osteoblast
Peningkatan PTH
(Paratiroid Hormone)

Hiperparatiroidisme sekunder

1 resorbsi tulang

Osteoporosis

Fraktur Kurang informasi Gangguan


keseimbangan,
penurunan aktifitas dan
Pergeseran fragmen tulang MK : Kurang
kekuatan otot
pengetahuan

MK : Nyeri MK : Resiko cedera


Deformitas

Gangguan fungsi ekstremitas

MK : Hambatan mobilitas fisik


5. Pemeriksaan diagnostik
1. Radiologi
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat
korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat.
Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan
kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus
pulposus ke dalam ruang intervertebra dan menyebabkan deformita
bikonkaf.
2. CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting alam diagnostig dan terapi follow up.
Mineral vertebra di atas 110 ml/cm3 biasanya tidak menimbulkan
fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra di
bawah 65 ml/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami
fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca,P,fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan yang
nyata.
b. Kadar HPT (pada pascamenopouse kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ektrogen merangsang pembentukan Ct).
c. Kadar 1,25-(OH) 2-D3 absorpsi Ca menurun.
d. Ekresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
6. Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan pengikatan asupan kalsium pada permulaan umur
pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri
dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang
tinggi kalsium (misalnya keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan
tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang
mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada menopouse, terapi pengganti hormone (HRT= hormone
replasemenet terapi) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan
untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkanya. Wanita yang pernah mengalami pengangkatan
ovarium atau telah mengalami menopouse prematur dapat mengalami
osteoporosis pada usia yang cukup muda; pengganti hormon perlu
difikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak
meningkatkan masa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang
masih di evaluasi. estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan
tulang dengan pasti. Terapi estrogen sering di hubungkan dengan sedikit
peningkatan insidensi kanker payudaya dan endometrial. Maka selama
HRT pasien harus di periksa payudaranya setiap bulan adn diperiksa
panggulnya termasuk masukan papanicolaou dan biopsi endometrial ( bila
ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menanggani osteoporosis
termasuk kalsitonin,natrium fluorida, dan natrium etidronat. kalsitonin
secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi sub-
cutant atau intramuscular. Efek samping ( misal gangguan gastrointestinal,
aliran panas, frekuensi urine) biasanya ringan dan kadang-kadang di alami.
Naturium fluorida memperbaiki aktivitas osteoblastik dan pembentukan
tulang ; namun, kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian, sedang
dalam penelitian untuk efisiensi pengunaanya sebagai terapi osteoporosis.
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesis
Usia : Osteoporosis lebih sering terjadi pada para lansia atau
terkadang usia di atas 45 tahun
Jenis kelamin : Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.
(La Ode,Sharif.2012)
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri, sakit pada tulang punggung (bagian bawah), leher
dan pinggang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pada tulang punggung, leher dan
pinggang.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya pernah mengalami nyeri tulang atau tidak.
e. Riwayat psikososial
Klien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
f. Pemeriksaan fisik (Head to too)
a. Kepala dan rambut
Adanya uban.
b. Mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
c. Hidung
-
d. Mulut
Mukosa bibir kering.
e. Telinga
Terjadi gangguan pendengaran karena faktor usia.
f. Leher
Denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi
untuk mengatasi kekurangan cairan.
g. Thorak/dada
Terjadi ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang, adanya
suara nafas ronki.
h. Abdomen
-
i. Genetalia
-
j. Muskuloskeletal
a) Otot : Kekuatan otot menurun.
b) Tulang
1) Inspeksi : adanya tanda radang pada lutut, punggung, pinggang
yang di tandai adanya memar pada kulit.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan pada daerah radang. Bentuk tulang
abnormal, rapuh.
3) Auskultasi : terdengar suara krepitasi pada tulang.
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi : terjadi penipisan pada korteks dan daerah
trabekular yang lebih lusen. Tampak pada tulang vertebra yang
memberikan gambaran picture-frame vertebra.

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,
deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri skunder atau fraktur baru.
3. Resiko cidera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidakseimbangan tubuh.
4. Kurang pengetahuan mengenai proses oesteoforosis dan program terapi
yang berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi ditandai
dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya, klien
tampak gelisah.
3. Rencana keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,


deformitas tulang.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang.
Kriteria hasil : klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang
dan istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan
penangannanya secara sederhana.

Intervensi Rasional
1. Observasi tingkat nyei pada 1. Tulang dalam peningkatan
punggung, nyeri terlokalisasi a- jumlah trabekular, pembatasan
tau menyebar pada abdomen gerak spinal.
atau pinggang. 2. Alternative lain untuk meng-
2. Ajarkan pada klien tentang atasi nyeri, pengaturan posisi,
alternative lain untuk mengatsi kompres hangat dan sebagainya,
dan mengurangi rasa nyerinya. 3. Keyakinan klien tidak dapat
3. Observasi obat-obatan untuk menoleransi obat yang adekuat
mengatasi nyeri. atau tidak adekuat untuk meng-
4. Rencanakan pada klien tentang atasi nyerinya.
periode istirahat adekuat dengan 4. Kelelahan dan keletihan dapat
berbaring dalam posisi terlen- menurunkan minat untuk
tang selama kurang lebih 15 aktivitas sehari-hari.
menit.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat


perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, diharapkan
klien mampu melakukan mobilitas fisik.
Kriteria hasil : klien dapat meningkat mobilitas fisik,klien mampu
melakukan aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Intervensi Rasional
1. Observasi tingkat kemampuan 1. Dasar untuk memberikan alter-
klien yang masih ada. native dan latihan gerak yang
2. Rencanakan tentang pemberian sesuai dengan kemampuannya.
program latihan : 2. Latihan akan meningkatkan
- Bantu klien jika diperlukan pergerakan otot san stimulasi
latihan. sirkulasi darah.
- Ajarkan klien tentang aktivitas 3. Aktivitas hidup sehari-hari
hidup sehari-hari yang dapat secara mandiri.
dikerjakan. 4. Dengan latihan fisik :
- Ajarkan pentingnya latihan. - Masa otot lebih besar sehingga
3. Bantu kebutuhan untuk bera- memberikan perlindungan pada
daptasi dan melakukan aktivitas osteoporosis.
hidup sehari-hari, rencana oku- - Program latihan merangsang
pasi. pembentukan tulang.
4. Peningkatan latihan fisik - Gerakan menimbulkan kompresi
secara adekuat : fertical dan fraktur vertebra.
- Dorong latihan dan hindari
tekanan pada tulang seperti
berjalan.
- Instruksikan klien untuk latihan
selama kurang lebih 30 menit
dan selingi dengan istirahat
dengan berbaring selama 15
menit.
- Hindari latihan fleksi, mem-
bungkuk tiba-tiba, dan pengang-
katan beban berat.
3. Resiko cidera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidakseimbangan tubuh.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam cidera tidak
terjadi
Kriteria hasil : klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi,klien dapat
menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur.
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang be- 1. Menciptakan lingkungan yang
bas dari bahaya : aman dan mengurangi resiko
- Tempatkan klien pada tempat terjadinya kecelakan.
tidur yang rendah. 2. Ambulasi yang dilakukan ter-
- Amati lantai yang membaha- gesa-gesa dapat menyebabkan
yakan klien. mudah jatuh.
- Berikan penerangan yang cukup. 3. Penarikan yang terlalu keras
- Tempatkan klien pada ruangan akan menyebabkan terjadinya
yang tertutup dan mudah untuk fraktur.
diobservasi. 4. Pergerakan yang cepat akan
- Ajarkan klien tentang penting- lebih memudahkan terjadinya
nya menggunakan alat penga- fraktur kompresi vertebra pada
man di ruangan. klien osteoporosis.
2. Berikan dukungan ambulasi 5. Diet kalsium dibutuhkan untuk
sesuai dengan kebutuhan : mempertahankan kalsium se-
- Kaji kebutuhan untuk berjalan. rum, mencegah bertambahnya
- Konsultasi dengan ahli terapis. kehilangan tulang. Kelebihan
- Ajarkan klien untuk meminta kafein akan meningkatkan
bantuan bila diperlukan. kalsium dalam urine. Alkohol
- Ajarkan klien untuk berjalan dan akan meningkatkan asidosis
keluar ruangan. yang meningkatkan response
3. Bantu klien untuk melakukan tulang.
aktivitas hidup sehari-hari secara 6. Rokok dapat meningkatkan
berhati-hati. terjadinya asidosis.
4. Ajarkan pada klien untuk 7. Obat-obatan seperti diuretic,
berhenti secara berlahan, tidak fenotiazin dapat menyebabkan
naik tangga, dan mengangkat pusing, mengantuk dan lemah
beban berat. yang merupakan predisposisi
5. Ajarkan pentingnya diet untuk klien untuk jatuh.
mencegah osteoforosis :
- Rujuk klien pada ahli gizi.
- Ajarkan diet yang mengandung
abnayk kalsium.
- Ajarkan klien untuk mengurangi
atau berhenti menggunakan
rokok atau kopi.
6. Ajarkan tentang efek rokok
terhadap pemulihan tulang.
7. Observasi efek samping obat-
obatan yang digunakan.

4. Kurang pengetahuan mengenai proses oesteoforosis dan program terapi


yang berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi ditandai
dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya, klien
tampak gelisah.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan
klien memahami tentang penyakit oestoforosis dan program terapi
Kriteria hasil : klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan
mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak
tenang.
Intervensi Rasional
1. Observasi ulang proses penya- 1. Memberikan dasar pengeta-
kit dan harapan yang akan da- huan dimana klien dapat mem-
tang. buat pilihan berdasarkan infor-
2. Ajarkan pada klien tentang masi.
faktor-faktor yang mempeng- 2. Informasi yang diberikan akan
aruhi terjadinya oesteoforosis. membuat klien lebih memahami
3. Berikan pendidikan kepada tentang penyakitnya.
klien mengenai efek samping 3. Suplemen kalsium sering
penggunaan obat. mengakibatkan nyeri lambung
dan distensi abdomen maka
klien sebaiknya mengkonsumsi
kalsium bersama makanan untuk
mengurangi terjadinya efek sam-
ping tersebut dan memperhati-
kan asupan cairan yang mema-
dai untuk menurunkan resiko
pembentukan batu ginjal.
BAB II
Kata-kata Sulit

1. Deformitas
Adalah perubahan bentuk tubuh sebagian/umum yang tadinya bentuk normal
menjadi abnormal.
2. Paratiroidisme Hormone (PTH)
Adalah Hormon petida yang di sekresikan oleh kelenjar paratiroid yang
tumbuh dari jaringan endoderm yaitu sulcus pharyngeus.
3. 1-Idroksilase
Adalah setiap beberapa enzim yang mengkatalisis oksidasi senyawa dengan
pengenalan gugus hidroksil.
4. Bonne marrow stoma cell
Adalah dasar dari jaringan ikat-stoma,tersedia retikulum, parenkim (sel
darah) dan pembuluh darah.
5. Trabekular
Adalah jaringan halus seperti spons yang berada pada tulang padat atau tulang
korteks.
6. Asidosis
Adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi.
7. Fragilitas :gambaran kemampuan membrane eritrosit menahan bertambahnya
tekanan psmotik dalam sel akibat masuknya air dari medium.
8. Glukokortiroid
Golongan hormone steroid yang memberikan pengaruh terhadap metabolism
nutrisi.
9. Hiperparatiroidisme
Suatu penyakit dimana kelenjar paratiroid mengeluarkan hormone paratiroid
dalam jumlah yang lebih banyak daripada keadaan normal.
10. Oskeoklas
Sel-sel penghilang tulang yang melarutkan dan mengkikis tulang selama
tahap-tahap dari proses response remodeling tulang.
11. Hipertiroidisme
Sebuah istilah yang digunakan untuk mengacu pada simtoma hiperaktif dari
jaringan kelenjar tiroid yang menyebabkan sintesis dan sekresi berlebihan
hormone tiroid.
12. Kiposis
Penyakit kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan tubuh penderita
melengkung ke depan melebihi batas normal atau bungkuk. Kiposis dapat
menimbulkan rasa lelah serta rasa nyeri dan kaku pada tulang punggung.
13. Densitas tulang
Adalah kepadatan tulang.
14. Demineralisasi tulang
Adalah sebuah proses penghilangan kadar garam dan mineral pada tulang.
15. Papanicolaou
Adalah metode screening ginekologi, di cetuskan oleh Georgios Papanicolaou
untuk menemukan proses-proses premalignant dan mallignant di ectocervix.
DAFTAR PUSTAKA

La Ode,Sharif.2012.Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Nuha Medika

Lukman,Nurna Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika

Nurarif H, A, Kusuma, Hardhi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda NIC-NOC dalam Berbagai Kasus
.Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai