Anda di halaman 1dari 26

Laporan pendahuluan komunitas II

CVA

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Bramasta Wiendrawan (15110429)

2. Roni Setiawan (15110453)

3. Vicky Apnesty W. (15110465)

4. Yayuk Dwi Astuti (15110469)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan


dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu
ada yang menetapkan 0 tahun, 65 tahun, 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukan proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari
19 jiwa penduduk indonesia 8,5% mengalami strok yaitu lansia.

Stroke atau cedera cerebrovaskular(CVA) adalah kehilangan fungsi


otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (smeltzer &
bar, 2002).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,


progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan / atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non treumatik
(mansjoer, 2000).

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan


defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak (sudoyo aru).

Stroke merupakan penyakit serebro varkuler yang semakin sering di


jumpai. Di amerika serikat, stroke merupakan penyebab kematian terbesar
ketiga, dan menyebabkan kematian 90.000 wanitaa dan 60.000 pria setiap
tahun. Selain menyebabkan kematian. Stroke juga merupakan penyebab
utama kecacatan dan penyebab seseorang dirawat di rumah sakit(adam, et,
al., 2000).
B. Manifestasi Klinis
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2. Tiba-tiba hilang rasa peka
3. Bicara cedel atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
(setyopranoto, 2011)

C. Etiologi
stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu : stroke non hemoragic dan hemoragic.
1. Stroke non hemoragic yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
80% stroke adalah stroke non hemoragic.
Stroke non hemoragic ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Stroke trombotik : proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruhan
bagian bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2. Stroke hemoragic adalah sroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragic terjadi pada
penderita hipertensi.
Stroke hemoragic ada 2 jenis, yaitu:
a. Hemoragic intraserebral: pendarahan yang terjadi di dalam jaringan
otak.
b. Kendalikan Hemoragic subaracnoid : pendarahan yang terjadi pada
ruang subaracnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak)
2. Patofisiologi
a. Stroke Non Hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke Hemoragik.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi
nekrosis jaringan otak.
3. WOC

Strok hemoragik Strok non hemoragik

Peningkatan Vaso spasme otot arteri Tombus/emboli


tekanan sistemik serebral/saraf serebral diserebral

aneurisma Suplai darah ke jaringan


Iskemik/infark serebral tidak adekuat

Perdarahan
arkhnoid/ventrikel
Defisit neurologi M. K Resiko
ketidakefektifan perfusi
p TIK/hernialis jaringan otak
serebral Hemisfer kanan

Hemisfer kiri
Penurunan Hemiparase/plegi kiri
kesadaran
Hemiparase/plegi kanan

Penakanan saluran
pernafasan

MK. Defisit perawatan diri M. K Gangguan mobilitas fisik

M. K Pola nafas
tidak efektif
MK. kerusakan
integritas kulit

Area gocca

Kerusakan fungsi N,
VII,dan N XII

MK. Kerusakan
komunikasi verbal
4. Pemeriksaan diagnostik(Doenges, 2000)
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal fungsi, CT Scan, EEG, magnetic imaging Resnance(MRI)
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Pemeriksaan darah lengkap
e. Sinar X
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas.
f. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah karotis)
5. Penatalaksanaan(setyopranoto, 2011)
a. Terapi non farmakologi
1) Kendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi)
2) Mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
3) Tidak merokok
4) Kontrol diabetes dan berat badan
5) Olah raga teratur dan mengurangi stres dan berat badan
6) Konsumsi makanan kaya serat
7) Pembedahan : untuk lokasi perdarahan dekat permukaan otak
(dipiro, 2005)
2. Terapi farmakologi
Dewan strok american stroke association telah menciptakan dan
menrtibkan panduan yang membahas pengolahan stroke iskemik akut.
Secara umum, hanya dua agen farmakologi direkomendasikan yaitu
plasminogen aktivator (tPA) dalam waktu 3 jam dan aspirin dalam 48
jam onset.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, no medrec, diagnosa medis dan alamat.
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan Utama
Berisi tentang keluhan klien saat pengkajian yang
dikembangkan dengan teknik PQRST.
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan penurunan
kesadaran dan kemungkinan terjadi sampai koma sehingga
klien tidak dapat ditanyakan apa yang dirasakan, sedangkan
pada stroke akibat infark biasanya terjadi kelumpuhan
sebelah (hemiplegi), kepala pusing atau nyeri, bicara tidak
jelas dan klien mengeluh lemah tubuh.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada umumnya klien stroke akan mempunyai riwayat
diabetes melitus, penyakit jantung atau hipertensi dan
adanya faktor-faktor resiko seperti: kadar kolesterol yang
tinggi, keadaan viskositas darah yang tinggi (menderita
polisetemia), diabetes, kebiasaan minum-minuman
beralkohol, riwayat penggunaan pil kontrasepsi, sering
stress dan kurang beraktivitas serta kebiasaan merokok.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien dengan stroke datang ke rumah sakit dengan
alasan nyeri atau sakit kepala, gangguan motoris, gangguan
sensoris dan gangguan kesadaran.
Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST
mulai dari adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit.

2. Pemeriksaan fisik Head to Toe


Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe
a. Kepala : untuk mengetahui bentuk fungsi kepala dan untuk
mengetahui luka dn kelainan kepala.
I : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan kiri berbeda
atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu
menunjukan ada parese/kelumpuhan.
P : cari adanya luka, tonjokan patologik, dan respon nyeri
dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.

b. Kulit : untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya


lesi.
I : lihat ada atau tidaknya lesi hiperpigmentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
P : diraba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak,
tekstur : kasar/halus, suhu : akral dingin atau hangat.

c. Rambut : untuk mengetahui warna, tekstur percabangan pada


rambut dan mengetahui mudah rontok dan kotor.
I : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang.
P : mudah rontok/tidak, tekstur : kasar/halus.
d. Kuku : untuk mengetahui keadaan kuku, warna, panjang dan
untuk mengetahui kapiler refill.
I : catat mengenai warna : biru (sianosis), merah
(peningkatan visibilitas Hb, bentuk : clubbing karena
hypoxia pada kanker paru, beau’s lines pada penyakit
difisiensi fe/anemia fe.
P : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler
refill (pada pasien hypoxia lmbat s/d 5-15 detik.
e. Mata : untuk mengetahui bentuk fungsi mata dan mengetahui
adanya kelainan atau peradangan pada mata.
I : kelopak mata ada radang atau tidak, simetris kanan kiri
atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera :
merah/konjungtivis.
P : tekan secara ringan untuk mengetahui adanya tekanan
intro okuler jika ada peningkatan akan teraba keras.
f. Hidung : untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung.
I : apakah hidung simestris, apakah ada inflamasi, apakah
ada secret.
P : apakah ada nyeri tekan, massa.
g. Telinga : untuk mengetahui keadaan telinga.
I : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk,
kebersihan, adamya lesi.
P : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan
kelenturan kartilago.
h. Mulut : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut.
I : amati bibir apakah ada kelainan kogenital(bibir sumbing),
warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, amati
jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak dan
kebersihan gigi.
P : pegang dan tekan daerah pipi kemudia rasakan apa ada
massa/tumor
i. Leher : untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang
berkaitan.
I : amati adanya pembengkakan kelenjar tiroid/gondok dan
adanya massa.
P : raba daerah leher kemudian anjurkan pasien menelan dan
rasakan apakah ada kelenjar tiroid atau tidak.
j. Dada / Thorax : untuk mengetehui bentuk kesimetrisan,
ekspansi paru.
I : amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi
interkosta, amati gerakan paru, amati klavikula dan scapula
simetris atau tidak.
P : anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakan apakah
sama paru ka.ki
P : atur posisi pasien dengan posisi supinasi jika ada edema
paru dan efusi pleura suara meredup.
A : letakan stetoskop pada interkostalis intruksikan pasien
untuk nafas pelan kemudian dengarkan bunyi nafas.
k. Perut : untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam
abdomen.
I : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, aanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, adanya asites.
P : tekan secara merata sesuai kuadran apakah ada nyeri
tekan atau tidak.
l. Ekstremitas
I : hemisfer dan hemiparase ka.ki tidak bisa gerak

3. Data Psikologis
a. Status Emosi
Klien menjadi irritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba, klien
menjadi mudah tersinggung, mengingkari dan sukar untuk didekati.
b. Kecemasan
Klien biasanya merasa cemas dengan adanya perubahan (kelumpuhan)
yang terjadi pada dirinya.
c. Pola koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi tertutup (supresi).
d. Gaya Komunkasi
Klien mengalami gangguan komunikasi verbal seperti berbicara rero atau
sulit dimengerti.
e. Konsep Diri
1) Body Image: klien memiliki persepsi dan merasa bahwa bentuk,
fungsi tubuh dan penampilannya yang sekarang mengalami
penurunan, berbeda dengan keadaan sebelumnya.
2) Ideal Diri: klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-cita yang
diinginkannya. Klien merasa tidak mampu lagi untuk berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan dimana ia berada.
3) Harga Diri: klien merasa tidak berharga lagi dengan kondisinya yang
sekarang, klien merasa tidak mampu dan tidak berguna serta cemas
dirinya akan selalu memerlukan bantuan dari orang lain.
4) Peran: klien merasa dengan kondisinya yang sekarang ia tidak dapat
melakukan peran yang dimilikinya baik sebagai orang tua, suami/istri
ataupun seorang pekerja.
5) Identitas Diri: klien memandang dirinya berbeda dengan orang lain
karena kondisi badannya yang disebabkan oleh penyakitnya.
6) Data Sosial
Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan
berbicara, kehilangan kemampuan berkomunikasi secara verbal,
ketergantungan kepada orang lain dan sosialisasi dengan lingkungan,
pembicaraan tidak dapat dimengerti, sedangkan pada data subjektif
ditemukan klien berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Selain
itu bisa ditemukan sikap klien yang sering menarik diri dari orang lain
dan lingkungan karena merasa hanya akan membebani orang lain.
7) Data Spiritual
Terkadang klien merasa tidak yakin dengan kesembuhannya.
Klien merasa hidupnya lebih buruk daripada sebelumnya. Klien tidak
dapat membayangkan bagaimana kehidupannya di kemudian hari atau
klien cenderung mempunyai pandangan negatif terhadap
kehidupannya dikemudian hari.
8) Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik khusus
untuk pasien stroke.
Kemungkinan ditemukannya peningkatan hematokrit dan
penurunan hemoglobin serta adanya peningkatan dari leukosit.
Biasanya dilakukan pemeriksaan protombin time (PT) dan partial
tromboplastin (PTT) sebagai informasi untuk pemberian obat
antikoagulan.
Pemeriksaan CSF juga dapat dilakukan untuk melihat apakah
ada sel darah merah dalam CSF yang mungkin mengindikasikan
adanya perdarahan subaracnoid.

2) Pemeriksaan diagnostik
(a) CT-Scan, akan memperlihatkan adanya edema, hematoma,
iskemia dan adanya infark.
(b) Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan atau ostruksi arteri adanya
titik oklusi atau ruptur.
(c) EEG, mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
otak yang mungkin memperlihatkan adanya lesi yang spesifik.
(d) MRI, menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragi
atau malformasi arteriovena (MAV).
(e) Ultrasonografi Doppler, mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis, aliran darah atau muncul plak,
arteriosklerotik).
(f) Sinar X tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas,
klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit serebral,
klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaracnoid.
(g) Pungsi lumbal, menunjukkan adanya tekanan normal dan
biasanya pada trombosis, emboli serebral dan TIA

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan stroke menurut
Marilynn E Doenges, Mary Frances Moorhouse dan Alice C Geissler adalah:
1. Perfusi jaringan, perubahan, serebral berhubungan dengan Interupsi
aliran darah.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
3. Ketida kefektifan pola nafas berhubungan dengan TIK
4. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial/ mulut, kelemahan umum/
letih.
5. Devisit perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan.
6. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.

C. Perencanaan
1. Perfusi jaringan, perubahan, serebral berhubungan dengan Interupsi aliran
darah : gangguan oklusi, hemoragi ; vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan:
Perfusi jaringan serebral kembali baik.
Kriteria Evaluasi:
a. Tingkat kesadaran komposmentis.
b. Tidak terdapat tanda peningkatan TIK seperti dilatasi pupil, cegukan,
penglihatan ganda, muntah yang proyektif.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Rasional

1. Pantau/catat keadaan status 1. Mengetahui kecenderungan


neurologis sesering mungkin dan tingkat kesadaran dan potensial
bandingkan dengan keadaan peningkatan TIK.
normal. 2. Untuk mengetahui setiap
2. Pantau tanda-tanda vital. perubahan yang terjadi pada
3. anjurkan kepala klien untuk bed klien secara dini dan untuk
rest total menerapkan tindakan yang
4. berikan posisi kepala lebih tepat
tinggi15-30 dengan letak jantung 3. Untuk mencegah perdarahan
(beri bantakl tipis). ulang.
5. Ciptkan lingkungan yang tenang 4. Mengurangi tekanan arteri
dan batasi pengunjung. denga meningkatkan drainage
6. Kolaborasi dengan tim dokter vena dan memperbaiki
dalam pemberian obat sirkulasi serebral.
neuroprotektor. 5. Rangsangan aktivitas yang
meningkat dapat meningkatkan
kenaikan TIK.
6. Memperbaiki sel yang masih
variabel.

2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan, penurunan kekuatan


otot, penurunan kesadaran, atropi otot.
Tujuan:
Klien dapat meningkatkan mobilisasi fisiknya
Kriteria Evaluasi:
a. Tidak terjadi kontaktur
b. Tidak terjadi atropi otot
c. Dapat melakukan ROM aktif dan pasif
d. Kekuatan otot penuh pada ekstremitas atas dan bawah

Intervensi Rasional
1. Ubah posisi setiap minimal 1.
2 Menurunkan resiko terjadinya
jam (terlentang dan miring kanan trauma atau ischemik jaringan.
kiri)
2. Lakukan latihan rentang gerak
2. Meminimalkan atropi otot,
(ROM) aktif dan pasif pada meningkatkan sirkulasi,
semua ektremitas. membantu mencegah kontaktur.

3. Sokong ekstrimitas dalam


3. Mencegah kontraktur/foot
posisi fungsionalnya, gunakan droop dan memfasilitasi
papan kaki, pertahankan posisi kegunaannya jika berfungsi
neteral. kembali
4.
Libatkan keluarga untuk
4. Meningkatkan harapan bagi
berpartisipasi dalam latihan bagi perkembangan / peningkatan
klien kontrol kemandirian
5. Konsultasikan dengan ahli
5. Program khusus dapat
fisioterapi untuk latihan resisitif dikembangkan untuk menemukan
dan ambulasi klien kebutuhan.

3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan tekanan intra karnial.


Tujuan :
klien mampu bernafas secara efektif
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Tanda-tanda vital dalam rentan normal

Intervensi Rasional
1. posisikan klien semifowler 1. untuk memaksimalkan potensial
2. auskultasi suara nafas catat hasil ventilasi.
penurunan daerah ventilasi atau 2. Memonitor kepatenan jalan nafas
tidak adanya suara adventif 3. Memonitor respirasi dan
3. Monitor pernafasan dan status keadekuatan oksigen
oksigen yang sesuai 4. menjaga keadekuatan ventilasi
4. Mempertahankan jalan nafas 5. Melihat apakah ada obstruksi
paten. disalah satu bronkus atau adanya
5. Catat pergerakan dada, simetris gangguan ventilasi
atau tidak, menggunakan otot
bantu pernafasan

4. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan


neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial/ mulut, kelemahan umum/ letih.
Ditandai :
a. Gangguan artikulasi
b. Tidak mampu berbicara/ disartria
C. ketidakmampuan moduasi wicara, mengenal kata, mengidentifikasi objek
d. Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensif.
Kriteria hasil :
a. Pasien mampu memahami problem komunikasi
b. Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
c. Menggunakan sumber bantuan dengan tepat

Intervensi Rasional
1. Bantu menentukan derajat 1. agar tidak terjadinya
disfungsi . disfungsi
2. Sediakan bel khusus jika 2. mencegah kegawatdaruratan
diperlukan. 3. kenyamanan
3. Sediakan metode 4. untuk kenyamanan
komunikasi alternative. 5. terciptanya saling
4. Antisipasi dan sediakan kepercayaan
kebutuhan pasien. 6. mencegah terjadinya
5. Bicara langsung kepada prasanka buruk dan
pasien dengan perlahan dan mengurangi keadaan
jelas.
6. Bicara dengan nada normal.
5. Devisit perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan.
Ditandai dengan:

Kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya ketidakmampuan makan ,mandi,


memasang/melepas baju, kesulitan tugas toileting

Kriteria hasil:

a. Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri


b. Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan sesuai
kebutuhan
c. Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan
perawatan diri

Intervensi Rasional

1. Tentukan kemampuan dan 1. Membantu dalam


tingkat kekurangan dalam mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara
melakukan perawatan diri
individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk 2. Meningkatkan harga diri dan
tetap melakukan aktivitas dan semangat untuk berusaha terus-
menerus
beri bantuan dengan sikap
3. Klien mungkin menjadi sangat
sungguh
ketakutan dan sangat tergantung
3. Hindari melakukan sesuatu untuk
dan meskipun bantuan yang
klien yang dapat dilakukan klien
diberikan bermanfaat dalam
sendiri, tetapi berikan bantuan
mencegah frustasi.
sesuai kebutuhan
4. Meningkatkan perasaan makna diri
4. Berikan umpan balik yang positif dan kemandirian serta mendorong
untuk setiap usaha yang klien untuk berusaha secara
kontinyu
dilakukannya atau
5. Memberikan bantuan yang mantap
keberhasilannya untuk mengembangkan rencana
5. Kolaborasi dengan ahli terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus.
fisioterapi/okupasi

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.


Tujuan :

Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

Kriteria hasil :

a. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan Iuka


b. Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
c. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Intervensi Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan 1. Meningkatkan aliran darah
latihan ROM (range of motion) kesemua daerah
dan mobilisasi jika mungkin 2. Menghindari tekanan dan
2. Rubah posisi tiap 2 jam meningkatkan aliran darah
3. Gunakan bantal air atau 3. Menghindari tekanan yang
pengganjal yang lunak di bawah berlebih pada daerah yang
daerah-daerah yang menonjol menonjol
4. Lakukan massage pada daerah 4. Menghindari kerusakan-
yang menonjol yang baru kerusakan kapiler-kapiler
mengalami tekanan pada waktu 5. Mempertahankan keutuhan kulit
berubah posisi.
5. Jaga kebersihan kulit dan
seminimal mungkin hindari
trauma, panas terhadap kulit
4. Pelaksanaan
Berisikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat. Setiap perencanaan yang telah dibuat secara idealnya dapat dilaksanakan
seluruhnya, tetapi hal tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan diri perawat serta klien dan keluarga.

5. Evaluasi
Berisikan tentang evaluasi dari asuhan yang telah dilakukan secara keseluruhan
dan dapat bersifat feedback terhadap seluruh proses keperawatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Syarif la Od. 2012. Asuhan keperawatan gerontik. Nuha medika, yogjakarta


Amin huda, hardhi kusuma. 2016. Asuhan keperawatan praktis jiloid 2.
Mediaction. Jogjakarta.
Dongoes.E Marylin. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC
Kedokteran. Jakarta
Sylvia, Price A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Konsep-Konsep Penyakit. Buku
2. EGC Kedokteran. Jakarta
http : //www.infokes.com//,2000
http : //www.kompas.com//,2004
\
Satuan Acara Penyuluhan

1. Topik Penyuluhan : Gangguan Sistem Neurologis

2. Pokok Bahasan : CVA (Stroke)

3. Sub Pokok Bahasan : Pemahaman tentang penyakit

4. Sasaran : lansia

5. Waktu Pertemuan :

a. Hari :

b. Tanggal :

c. Pukul :

6. Tujuan

 Tujuan umum :

Setelah dilakukan penyuluhan tentang stroke diharapkan pasien dan


keluarga mampu mengerti, memahami tanda dan gejala stroke

 Tujuan khusus :

a. Klien dan keluarga mengetahui tentang pengertian dari penyakit stroke.

b. Klien dan keluarga mengetahui penyebab dari penyakit stroke.

c. Klien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala dari stroke.

d. Klien dan keluarga mampu menyebutkan pencegahan dari Stroke.

Tahap
Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Pembukaan Salam pembuka Mendengarkan Ceramah /
keterangan leaflet
(5 menit) Memperkenalkan diri penyaji

Menjelaskan maksud dan tujuan

Membagikan leaflet

Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan Ceramah


dan
( 15 menit ) 1. Menjelaskan pengertian
mendengarkan
Stroke
keterangan
2. Menjelaskan penyebab penyaji
Stroke

3. Menjelaskan tanda dan


gejala stroke

4. Menjelaskan pencegahan

Penutup Melakukan tanya jawab Mendengarkan Ceramah


dan bertanya
( 10 menit ) Menutup pertemuan

1. Pengertian Stroke

Adalah kematian jaringan otak akibat kekurangan aliran darah dan oksigen
pada jaringan otak. Stroke merupakan salah satu komplikasi dari hipertensi
yang menahun.

2. Penyebab Stroke

Adanya sumbatan pada pembuluh darah di otak, penurunan darah ke otak,


perdarahan di otak

3. Tanda Dan Gejala Stroke

a. Derajat ringan

 Kesemutan pada separoh badan sementara


 Kepala terasa berputar-putar saat bengun tidur

 Salah satu sandal terlepas tanpa terasa

Semua gejala diatas disebabkan karena gangguan saraf yang ada di otak
akibat gangguan sirkulasi darah di otak sehingga mengganggu fungsi kerja
organ lain

b. Derajat sedang

 Kelumpuhan pada tangan/kaki atau salah satu sisi tubuh dalam waktu
yang lama.

 Sulit bicara, pelo, bicara tidak jelas.a

 Kehilangan daya ingat / konsentrasi

 Perubahn perilaku : bicara tidak menentu, mudah marah, perilaku


seperti anak kecil.

c. Derajat berat.

 Gejala stroke bertambah parah

 Sering terjadi penurunan tingakt kesadaran sampai dengan koma

 Ketidakmampuan aktivitas

 Gangguan menelan

4. Pencegahan Stroke

 Hentikan konsumsi alkohol

 Diit rendah kolesterol dan garam

 Hindari merokok

 Hentikan penyalagunaan obat (kokain)

 Hindari peningkatan BB drastis.


 Hindari stress

 Olahraga teratur sesuaikan kemampuan

Daftar pustaka

1. Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai penerbit FKUI

2. S. Heru Adi. 1995. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. : EGC

3. Mansjoer, Arief. Et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aescula
Laporan Pendahuluan Komunitas II
CVA

Oleh :
1. Bramasta Wiendrawan (15110429)
2. Roni Setiawan (15110453)
3. Viky Apnesti W. (15110465)
4. Yayuk Dwi Astuti (15110469)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai