Anda di halaman 1dari 9

Unstable Angina Pectoris pada Laki-laki 65 Tahun

Andre Oktavian Missa


102016003
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: andre.2016fk003@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Pada keadaan normal, organ tubuh kita selalu mendapatkan suplai oksigen yang cukup untuk
bekerja maksimal. Tetapi ada beberapa hal yang membuat aliran darah terhambat sehingga
membuat suplai oksigen yang harusnya didapat dengan maksimal terhambat. Hal ini akan
mempengaruhi kinerja pada organ, terutama pada jantung. Jantung adalah organ yang
berguna untuk memompakan darah keseluruh tubuh. Jika terjadi sumbatan maka hal itu akan
membuat semua sistem peredaran darah terganggu. Arteri yang membawa suplai oksigen
kejantung adalah salah satunya arteri koroner, jika terjadi penimbunan lemak kolesterol yang
membuat terbentuknya plak maka hal ini akan berbahaya. Banyak penyebab plak dapat
terbentuk salah satunya adalah merokok, hipertensi, obesitas. Jika dibiarkan terus-terusan hal
ini akan memberikan dampak kepada tubuh kita yaitu kita dapat merasakan nyeri pada dada
yang dapat menjalar yang biasa disebut dengan angina pectoris. Nyeri tersebut diakibatkan
oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot miokardium.

Kunci: Jantung, angina pectoris tidak stabil, iskemik miokard.

Abstract
In normal circumstances, our organs always get enough oxygen to work optimally.
But there are several things that make blood flow blocked so that the supply of oxygen that
should be obtained is maximally inhibited. This will affect the performance of the organ,
especially in the heart. The heart is an organ that is useful for pumping blood throughout the
body. If there is a blockage, it will make all circulatory systems disrupted. Arteries that carry
oxygen supply are one of the coronary arteries, if there is accumulation of cholesterol fat
which makes the formation of plaque, this will be dangerous. Many causes of plaque can be
formed, one of which is smoking, hypertension, obesity. If left unchecked this will have an
impact on our body, we can feel pain in the chest that can spread which is commonly called
angina pectoris. The pain is caused by a lack of oxygen supply to myocardial muscle cells.
Keywords: Heart, unstable angina pectoris, myocardial ischemia.

Pendahuluan

1
Pada manusia, terdiri atas beberapa bagian yang berguna untuk menunjang kehidupan
pada manusia contohnya beberapa organ dan sistem yang terkait, yaitu jantung. Jantung
adalah satu organ penting yang sering kali disebut sumber kehidupan pada manusia. Sistem
jantung berjalan untuk menunjang kehidupan dengan cara memompa darah yang penuh
pasokan oksigen keseluruh tubuh. Tetapi kadang kala dapat terjadi kelainan pada sistem kerja
pada tubuh kita tanpa terkecuali. Pada jantung, kadang kala dapat terjadi kelainan yang
diakibatkan oleh serangan dari luar maupun karena genetik.

Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sistem sirkulasi. Pekerjaan jantung
adalah memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolsime tubuh
pada setiap saat, baik beristirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban.1 Darah seperti
cairan lain, mengalir dari daerah bertekan tinggi ke rendah sesuai penurunan gradien
tekanan. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan
darah dari jantung kesemua bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke jantung.
Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan-bahan yang akan
disalurkan dilarutkan atau diendapkan. Otot jantung kita bekerja sepanjang waktu, sehingga
membutuhkan pasokan oksigen terus menerus. Oksigen ini disediakan oleh arteri koroner,
yang membawa darah. Ketika otot jantung harus bekerja lebih keras, maka jantung perlu
lebih banyak oksigen. Tetapi bila kerja jantung di hambat oleh karena adanya sumbatan pada
arteri koroner, tentu akan mengganggu pekerjaan atau aktivitas.
Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau
dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis).1
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:

 Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang
tua atau penanggung jawab, alamat, suku bangsa dan agama.

 Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan.

 Riwayat penyakit sekarang (termasuk pengobatan, hal-hal memperberat &


memperingan)

2
 Riwayat penyakit dahulu

 Riwayar penyakit keluarga

 Riwayat pribadi & sosial

Dalam skenario 1 didapatkan bahwa seorang laki-laki 65 tahun datang dengan keluhan nyeri
dada dipertengahan dada sejak 1 jam yang lalu, nyeri terasa seperti tertimpa beban berat dan
disertai keringat dingin, pasien juga mempunyai riwayat sakit hipertensi dan mengkonsumsi
obat amilodipin 5mg 1x1 dan tidak rutin kontrol

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernafasan,tekanan darah.


Pada pemeriksaan ini kita melakukan pemeriksaan head to toe.1
a. Pemeriksaan kulit
b. Pemeriksaan kuku
c. Pemeriksaan kepala
d. Pemeriksaan wajah
e. Pemeriksaan mata
f. Pemeriksaan telinga
g. Pemeriksaan hidung
h. Pemeriksan mulut
i. Pemeriksaan leher
j. Pemeriksaan abdomen
k. Pemeriksaan ekstermitas

Dalam skenario 1 didapatkan bahwa seorang laki-laki 65 tahun tekanan darah 120/90mmHg,
nadi 80x/menit, nafas 22x/menit, suhu afebris

Pemeriksaan penunjang

Elecktrokardiogram

Pemeriksaan penunjang yang paling utama adalah pemeriksaan EKG. EKG sangat penting
baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko pasien angina tak stabil. Adanya depresi
segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemi akut. Gelombang T negatif
juga salah satu tanda iskemi atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik
seperti depresi segmen ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm,
tidak spesifik untuk iskemi, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4%
mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal. Pada angina tidak

3
stabil terdapat depresi ST atau perubahan gelombang T selama nyeri angina yang khas tanpa
peningkatan enzim jantung yang diagnostik. Nitrat bisa mengembalikan peningkatan segmen
ST1. Dari pemeriksaan elecktrokardiogram di dapatkan hasil bahwa pasien 65 tahun tersebut
mengalami perbedaan hasil dari hasil yang normal, dimana didapatkan ST Depresi lead 1,
segmen V4-V6, T Inversi di AVL.2

Diagnosis kerja

Unstable angina pectoris

Diagnosis banding

Menegakkan diagnosis terhadap suatu penyakit merupakan hal yang tidak mudah,
mengingat gejala dan tanda-tanda klinis yang tidak khas. Diagnosis ditegakkan atas dasar
riwayat penyakit, gambaran klinik dan laboratorium. Pada kasus ini telah didapatkan working
diagnosis yaitu angina pektoris tidak stabil, tetapi untuk menetapkan working diagnosis ini
harus dilakukan diagnosis banding terlebih dahulu. Pertama akan dilakukan diagnosis
banding antara angina pektoris stabil, infark miokard akut dengan elevasi ST dan infark
miokard akut tanpa elevasi ST.3

Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit
dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas
dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. 3

Terdapat tiga jenis angina, yaitu :

1. Angina stabil

Angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi
untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja
jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga dan dapat mereda dengan istirahat.
Durasi kurang lebih 2-15 menit dengan disertai hasil EKG depresi segmen ST, inversi Gel T
yang tanpa disertai penginkatan enzim jantung.3,4

2. Angina prinzmetal

Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya timbul
karena vasospasme, angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan
4
iskemi jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis. Durasi
kurang lebih 2-15 menit dengan disertai hasil EKG depresi segmen ST, inversi Gel T yang
tanpa disertai penginkatan enzim jantung.3,4

3. Angina tak stabil

Kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal dijumpai pada individu dengan
perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh trombus
yang tumbuh dan mudah mengalami spasme. Kuantitas nyeri yang pertama sekali timbul
biasanya agak nyata, dari beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20
menit maka dapat dikategorikan sebagai angina pektoris tak stabil sehingga dimasukkan ke
dalam sindrom koroner akut yang memerlukan perawatan khusus. Keluhan pasien umumnya
berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasa. Nyeri dada
seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu
istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak
nafas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan
jasmani seringkali tidak ada yang khas. Angina tidak stabil ini dapat di perkuat dengan hasil
EKG yaitu terdapat depresi segmen ST, inversi Gel T tanpa peningkatan enzim jantung.3,4

Nyeri dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard.

Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. Gambaran distribusi umur, geografi, jenis kelamin, dan faktor resiko infark
miokard sesuai angina pektoris atau penyakit jantung koroner pada umumnya. Nyeri bisa
terjadi siang atau malam, tapi biasanya pada pagi hari waktu bangun tidur dan bersifat dalam.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh merokok. Keluhan utama berupa nyeri dada khususnya
sternum, rasa tertekan, dan tidak hilang pada saat istirahat. Infark miokard ST elevasi adalah
hiperakut T, elevasi segmen ST, gelombang Q inversi gelombang T.
Infark miokard non ST elevasi adalah depresi segmen ST, inversi gelombang T dalam.3

Berdasarkan hasil anamnesis bahwa nyeri sudah berlangsung sekitar 1 jam


menandakan dapat menyingkirkan diagnosis banding angina pektoris stabil karena sudah
lebih dari 20 menit. Untuk menyingkirkan diagnosis banding infark miokard harus lebih dari
sekedar hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Data pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis banding infark miokard yang terutama yakni hasil

5
EKG dan enzim jantung. Di mana pada infark miokard terdapat elevasi ST atau depresi ST
yang dalam sedangkan pada angina pektoris tak stabil hanya depresi ST yang tidak dalam
atau inversi T. Untuk membedakan angina pektoris tak stabil dengan infark miokard NSTEMI
adalah dengan pemeriksaan enzim jantung dan yang dipakai adalah troponin. Pada angina tak
stabil tidak ada kenaikan troponin karena tidak ada atau belum adanya sel jantung yang rusak
karena iskemik, sedangkan pada infark dimana sudah ada kerusakan sel, kadar troponin akan
meningkat sesuai dengan derajat kerusakan.

Etilogi
Berkurangnya aliran darah ke arteria koronaria yang salah satu penyebabnya adalah
aterosklerosis, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke myocardium dan
kebutuhan oksigen.4
Patofisiologi

Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya gejala sindrom koroner akut
dalam hal ini adalah angina pektoris tak stabil yaitu:4-6

a. Faktor di luar jantung


Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner
yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian
obat-obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O 2 miokard sehingga
mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun
dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya
suplai O2 ke miokard.
b. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita UAP mempunyai gangguan cadangan aliran koroner
yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa
disertai trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah
koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah
koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara
akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
c. Ruptur Plak

Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting penyebab angina


pektoris tidak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh
koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik
terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik

6
(fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti banyak mengandung lemak dan
adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan
dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Terjadinya ruptur
menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi
terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 100% akan terjadi
infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat 100%
dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak stabil.

d. Trombosis dan Agregasi Trombosit


Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satu dasar
terjadinya angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan
karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti
lemak merupakan bahan terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya trombosit,
sedangkan sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak berhubungan
dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil. Setelah berhubungan dengan
darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk memulai kaskade reaksi
enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin.
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan platelet
melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas, vasokonstriksi
dan pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut berperan dalam
perubahan terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam memulai
trombosis yang intermiten, pada angina tak stabil.
e. Spasme arteri koroner

Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran koroner karena


spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada
arteri koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang
berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi
trombosit dan trombus pembuluh darah.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara medikamentosa dan non
medikamentosa. Secara non-medikamentosa dapat dilakukan dengan mengontrol emosi,
mengurangi kerja yang berat dimana membutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnya,

7
mengurangi konsumsi makanan berlemak, dan istirahat yang cukup. Disarankan untuk
mengubah gaya hidup antara lain menghentikan konsumsi rokok, menjaga berat badan ideal,
mengatur pola makan, melakukan olah raga ringan secara teratur, jika memiliki riwayat
diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara teratur dan melakukan kontrol terhadap
kadar serum lipid.7

Terapi medika mentosa dapat di beri obat anti iskemia, obat anti iskemia yang utama
adalah nitrat. Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer,
dengan efek mengurangin preload dan afterload sehingga dapat mengurangi wall stress dan
kebutuhan oksigen. Nitrat juga menambah oksigen suplai dengan vasodilatasi pembuluh
koroner dan memperbaiki aliran darah kolateral. Dapat di berikan nitrogliserin dengan dosis
2,5-6,5 mg 4 kali sehari. Selain itu juga dapat diberikan beta bloker yang dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokardium melalui efek penurunan denyut jantung dan daya kontraksi
miokardium. Data-data menunjukkan beta-bloker dapat memperbaiki morbiditas dan
mortalitas pasien dengan infark miokard, meta analisis dari 4700 pasien dengan angina tak
stabil menunjukkan penyekat beta dapat menurunkan risiko infark sebesar 13%. Semua
pasien dengan angina tak stabil harus diberi beta-bloker kecuali ada kontraindikasi. Berbagai
macam beta-bloker seperti propanolol, metoprolol, atenolol, telah diteliti pada pasien dengan
angina tak stabil yang menunjukkan efektivitas yang serupa. Kontra indikasi pemberian beta
bloker antara lain pasien dengan asma bronkial, pasien dengan bradiaritmia.7

Komplikasi

Komplikasi utama dari angina pektoris adalah infark dan nekrosis miokard. Hal ini
dapat terjadi karena pada dasarnya angina pektoris merupakan gejala iskemik jaringan
jantung, yang apabila terjadi lama dan terus menerus akan mengakibatkan infark miokard
yang bermanifestasi sebagai injuri dan nekrosis jaringan jantung. Adanya injuri pada jantung
dapat mengakibatkan kegagalan jantung memompa darah ke seluruh tubuh sebagai gagal
jantung dan syok kardiogenik. Dapat juga terjadi gangguan aritmia serta gangguan konduksi
karena hambatan penghantaran sinyal sinus yang melewati jaringan jantung yang rusak
karena iskemik. Dan dapat juga terjadi sudden death.5,6

Kesimpulan

8
Seorang laki-laki 65 tahun di diagnosis menderita angina pectoris tidak stabil yang di
tandai dengan nyeri dada terus menurus karena ketidak sesuaian kebutuhan dan suplai O2
yang disertai hasil pemeriksaan EKG yaitu depresi segmen ST. Jika penatalaksanaan dan pola
hidup pasien dapat di atasi dengan baik, maka dapat membuat keadaan pasien menjadi lebih
baik .

Daftar Pustaka

1. Gleadle, Jonathan. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2007.
2. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes: kedokteran klinis. Edisi ke-6.
Jakarta: Erlangga; 2007.h.300-1.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h.1728-33.
4. Haber MD. Angina Pectoris in Emergency Medicine. Diunduh dari:
(http://www.http://emedicine.medscape.com, diakses 24 september 2018).
5. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Ed: 13. Jakarta: EGC;2016. h.1189-92.
6. Trisnohadi H.B. Angina pectoris tidak stabil. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid 2.
5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009; 1732-1728.
7. Neal MJ. At a glance farmakologis medis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2006.h.38-9.

Anda mungkin juga menyukai