ANAFILAKSIS 2016 RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman DENPASAR 00 1/5 Ditetapkan oleh: Tanggal terbit: Direktur Utama PPK ………………. Dr. I Wayan Sudana, M.Kes NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 T78.0 (Anaphylactic reaction)
Pengertian Anafilaksis adalah sindrom klinis sistemik yang terjadi sangat
akut dan mengancam nyawa. Anafilaksis terjadi akibat pelepasan masif mediator inflamasi dari sel mast dan basofil sesudah pajanan alergen pada individu yang sudah tersensitisasi. Istilah reaksi anafilaktoid digunakan untuk reaksi yang mirip anafilaksis tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh anafilaktosin seperti C3a dan C5a atau bahan yang mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa melalui reaksi imunologis. Tidak ada perbedaan tatalaksana anafilaksis dan anafilaktoid.
Anamnesis Harus didapatkan data tentang: (Lieberman, 2015)
Apakah ada manifestasi kulit (gatal, kemerahan, bentol, atau bengkak pada kelopak mata dan bibir) Apakah ada tanda sumbatan jalan napas atas atau bawah (napas tersumbat, suara serak, sesak, mengi) Apakah ada gejala saluran cerna (muah, muntah, diare) Apakah ada gejala pingsan, mendadak tidak sadar atau gelisah, atau badan dingin Gejala muncul mendadak setelah pajanan alergen. Awitan dalam beberapa menit sesudah pajanan, dapat sangat singkat, bertahan lama atau bifasik. Rekurensi dapat terjadi beberapa jam setelah sebelumnya membaik dengan pengobatan. Pasien sudah pernah terpajan dengan alergen tersebut sebelumnya, baik dengan rute, dosis dan indikasi yang sama atau berbeda dengan pajanan terakhir. Perlu identifikasi: Riwayat penyakit alergi serta obat-obatan yang digunakan sebelumnya. Gejala yang mirip dengan episode sakit ini tetapi lebih ringan sebelumnya Alergen yang sudah diidentifikasi (makanan, obat- obatan,sengatan serangga, bahan kimia, lateks) Pencetus non-imunologis (panas atau dingin yang ekstrim, aktivitas fisik terutama setelah makan, obat- obatan (opioid), dan sinar matahari/radiasi ultraviolet. Riwayat atopi pada pasien atau keluarga Pemeriksaan Saluran napas: sesak, disertai mata berair, rinore, bersin, Fisik hidung tersumbat, edema uvula, suara parau, disfonia, stridor, takipneu, dan mengi.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK ANAFILAKSIS 2016 RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman DENPASAR 00 2/5 Saluran cerna: nyeri perut kram, muntah dan diare. Kulit dan mukosa: urtikaria, kemerahan, edema kelopak mata,bibir,lidah atau uvula. Kardiovaskular: takikardia hingga nadi tidak teraba, aritmia, hipotensi dan sinkop. Dapat timbul kejang. Syok, edema jalan napas atas, dan obstruksi bronkial merupakan gambaran klinis yang mengancam nyawa.
Kriteria Salah satu dari 3 kriteria berikut:
Diagnosis Onset akut keterlibatan kulit,jaringan mukosa, atau keduanya (contohnya: pruritus, kemerahan, bengkak pada bibir-lidah-uvula) DAN minimal 1 dari hal berikut : o Gejala respirasi (dyspnea, wheezing, bronkospasme, stridor, penurunan Peak Expiratory Flow (PEF), hipoksemia) o Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan dengan disfungsi end-organ (hipotonia, sinkop, inkontinensia) Dua atau lebih kriteria berikut ini yang terjadi secara cepat setelah pajanan alergen : o Keterlibatan jaringan kulit-mukosa (bengkak, gatal, dan kemerahan pada bibir-lidah-uvula. o Gejala respirasi (dyspnea, wheezing, bronkospasme,stridor, penurunan Peak Expiratory Flow (PEF), hipoksemia) o Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan dengan disfungsi end-organ (hipotonia,sinkop, inkontinensia) o Gejala persisten saluran cerna (kram abdomen, muntah) Penurunan tekanan darah setelah pajanan alergen yang diketahui dalam beberapa menit sampai jam : o Bayi dan anak: tekanan darah sistolik yang rendah (sesuai umur) atau penurunan tekanan darah sistolik> 30%. Diagnosis Obstruksi jalan napas karena benda asing Banding Heat stroke Sinkop
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK ANAFILAKSIS 2016 RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman DENPASAR 00 3/5
Bila manifestasi berupa syok, bedakan dengan syok akibat
penyebab lain Disfungsi pita suara Serangan panik Refleks vasovagal Flushing episode pada penggunaan obat-obat tertentu, alcohol, tumor gastrointestinal, tumor tiroid, pheochromocytoma, hiperglikemia, red man syndrome, sindrom post prandial. Flushing shyndrome mirip seperti sun burn. Pemeriksaan Bertujuan untuk menentukan seberapa berat keterlibatan Penunjang organ. Darah lengkap untuk melihat hemokonsentrasi pada darah tepi Analisis gas darah dan elektrolit pada keadaan berat
Konsultasi ERIA (Emergensi dan Ruang Intensif Anak)
Perawatan Perlu Rumah Sakit Terapi/tindakan Prinsip tata laksana anafilaksis harus dilakukan segera dan simultan antara terapi dan evaluasi (Lieberman, 2015) (ICD 9 CM) 1. Perawatan umum (Airway, Breathing, Circulation) Bila mungkin hentikan atau hindarkan pajanan Bebaskan jalan napas Evaluasi nadi dan tekanan darah Pasien dibaringkan dengan tungkai lebih tinggi yang nyaman untuk anak Berikan oksigen dan pantau saturasi oksigen Pasang torniquet di proksimal gigitan apabila penyebabnya gigitan binatang dan buka torniquet setiap 10- 15 menit menit. Semua perawatan umum harus diberikan secara SIMULTAN dengan Epinefrin. 2. Epinefrin Epinefrin 1:1000 , dosis 0,01 mg/kg BB (setara dengan 0,1 mg/10 kg BB), dosis maksimal anak pada setiap pemberian 0.3 mg, rute intramuskuler di anterolateral paha, 1/3 medial. Dosis yang sama dapat diulangi dengan jarak 5-15 menit sampai 2-3 kali. Setelah penyuntikan epinefrin, pasien tidak boleh langsung duduk atau berdiri karena menyebabkan penurunan sindrom pengosongan ventrikel atau vena cava yang mengakibatkan sudden death. Pastikan epinefrin selalu tersedia di troli emergensi.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK ANAFILAKSIS 2016 RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman DENPASAR 00 4/5 Pastikan epinefrin yang tersedia tidak melampaui tanggal kedaluwarsa. Obat lain diberikan setelah pasien stabil dengan epinefrin 3. Cairan Hipotensi persisten perlu diatasi dengan perbaikan cairan intravaskular dengan infus kristaloid 20-30 ml/kg dalam 1 jam pertama. 4. Salbutamol (dosis 0,1 ml/kg/kali dalam 3 ml NaCl 0.9%) bila masih terdapat wheezing setelah pemberian epinefrin 5. Difenhidramin 1-2 mg/kg maksimal 50 mg dapat disuntikkan intramuskular atau intravena. Bila diberikan intravena maka harus diberikan secara infus selama 5-10 menit untuk menghindari hipotensi. Penambahan ranitidin 1 mg/kg maksimal 50 mg intravena memberi efek sinergis pada difenhidramin terutama pada urtikaria yang persisten. 6. Metilprednisolon dosis 1-2 mg/kg diberikan secara intravena setiap 4-6 jam untuk mencegah anafilaksis bifasik 7. Observasi Pasien yang anafilaksisnya sudah teratasi harus dipantau untuk mengawasi kemungkinan anafilaksis bifasik Tempat Triage anak, ruang intensif anak, ruang perawatan anak Pelayanan Penyulit Kegagalan organ Informed Tertulis dan lisan bila memerlukan tindakan invasif Consent Tenaga Dokter Spesialis Anak, Dokter Konsultan Sub Bagian Alergi Standar Imunologi, Residen atas pengawasan Konsultan Sub Bagian Alergi Imunologi Lama 3-7 hari (dapat lebih lama bila anafilaksis berulang) Perawatan Masa 3-7 hari Pemulihan Hasil Membaik PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN ANAK ANAFILAKSIS RSUP 2016 SANGLAH DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 5/5 Patologi - Otopsi - Prognosis Dubius ad dubia Tindak Lanjut Kontrol rawat jalan Nilai perbaikan klinis dan kebutuhan obat, Kartu alergi Nilai risiko alergi untuk anggota keluarga lain (pencegahan primer untukanak yang akan dilahirkan berikutnya) Tingkat Eviden Diagnosis: 1. Lieberman P, Nicklas RA, Oppenheimer J, Kemp SF, Lang DM. & 2010. Anaphylaxis- a practice parameter update 2015. Ann Allergy Rekomendasi Asthma Immunol 115 (2015) 341-384 Terapi: 1. FER Simons est al. Anaphylaxis. 2010. Journal Allergy and Clinical Immunology. Volume 125. Winnipeg, Manitoba, Canada. 2. Nurmatov U, Worth A, Sheikh A. 2008. Anaphylaxis management plans for the acute and long-term management of anaphylaxis: A systematic review. American Academy of Allergy, Asthma & Immunology.doi:10.1016/j.jaci.2008.05.028 Indikator Medis Pulihnya sirkulasi dan fungsi organ
Edukasi Bahan yang menyebabkan anafilaksis wajib dihindari
seterusnya Bila penyebabnya aktivitas, bila berolahraga dampingi pasien Hindari melakukan aktivitas sehabis makan bagi yang mengalami alergi makanan. Kepustakaan 1. Boguniewics M, Leung DYM. Allergic disorders. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric diagnosis and treatment. Edisi ke-19. Toronto; McGraw-Hill:2008. 2. Lieberman P, Nicklas RA, Oppenheimer J, Kemp SF, Lang DM. Anaphylaxis- a practice parameter update 2015. Ann Allergy Asthma Immunol 115 (2015) 341-384 3. FER Simons est al. Anaphylaxis. 2010. Journal Allergy and Clinical Immunology. Volume 125. Winnipeg, Manitoba, Canada. 4. Nurmatov U, Worth A, Sheikh A. 2008. Anaphylaxis management plans for the acute and long-term management of anaphylaxis: A systematic review. American Academy of Allergy, Asthma & Immunology.doi:10.1016/j.jaci.2008.05.028