IDENTITAS
- Nama : Tn. S
- Jenis kelamin : Laki – laki
- Nomor RM : 826389
- Umur : 49 tahun
- Alamat : Kampung Pulo
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Jawa
- Status Pernikahan : Sudah Menikah
- Status Pekerjaan : Tidak tetap
- Tanggal Masuk : 26 Oktober 2018
- Tanggal Keluar :
- Ruangan : Parkit 1
II. ANAMNESIS
- Keluhan utama
Pasien datang ke IGD RS POLRI mengeluh batuk berdarah sejak tadi
pagi SMRS.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS POLRI dengan keluhan utama batuk
berdarah sejak tadi pagi SMRS. Darah berwarna merah segar, darah
keluar bersamaan dengan dahak. Darah yang dikeluarkan saat batuk
sampai menghabiskan setengah wadah tisu. Batuk sudah dirasakan
sejak 1 bulan yang lalu. Batuk berdahak, dahaknya berwarna coklat.
Sebelumnya pasien sudah pernah menjalani pengobatan pada tahun
2017 untuk penyakit paru selama 6 bulan yang diminum satu kali sehari
sebelum makan. Pasien sudah dinyatakan tuntas pengobatan penyakit
paru oleh dokter di puskesmas. Pasien tinggal di perumahan yang padat
penduduk.
Pasien juga mengeluh nafsu makan menjadi menurun, berat
badan menurun, berkeringat pada malam hari sudah sejak 1 bulan yang
lalu dan terdapat demam yang hilang timbul, demam dirasakan tidak
terlalu tinggi.
- Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien mendapat perawatan di RS POLRI untuk
pengobatan penyakit paru pada tahun 2017.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat keluarga maupun orang sekitar yang mengalami sakit
serupa dengan pasien.
E. Keluhan di Perut
Membesar : (-)
Mengecil : (-)
Nyeri spontan : (-)
Nyeri tekan : (-)
Nyeri bila makan : (-)
BAB : dalam batas normal
BAK : dalam batas normal
Lapar : (-)
Mual : (-)
Muntah : (-)
Obstipasi : (-)
Melena : (-)
Feses : (-)
Urin Warna : Kuning jernih
Frekuensi : dalam batas normal
Jumlah : dalam batas normal
Nocturia : (-)
Inkontinensia Urin : (-)
F. Keluhan di Kaki
Gerakan tangan terganggu : (-)
Gerakan kaki terganggu : (-)
Nyeri spontan : (-)
Gangguan sendi : (-)
Nyeri tekan : (-)
Kesemutan : (-)
Luka-luka : (-)
Gangrene : (-)
Edema : (-)
Nekrosis : (-)
Kelaninan kuku : (-)
Kelainan Kulit : (-)
G. Keluhan Lain
Alat Lokomotorik : (-)
Tulang : (-)
Otot : (-)
Kelenjar Limfe : (-)
Hipertyroid : (-)
Hipotyroid : (-)
Endokrin : (-)
Lain-lain : (-)
Keadaan Pernapasan
Frekuensi : 24 x/menit
Inspirasi : dalam batas normal
Ekspirasi : dalam batas normal
Nafas berbunyi :(-)
V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Bentuk : Normocephal
Nyeri Tekan : (-)
Lain-lain : (-)
Muka
Otot : dalam batas normal
Kel. Kulit : dalam batas normal
Tumor : (-)
Oedem : (-)
Kakheksia : (-)
Kel. Parotis : (-)
Hidung
Bentuk : dalam batas normal
Lendir : dalam batas normal
Darah : (-)
Meatus : dalam batas normal
Lidah
Besar : dalam batas normal
Bentuk : dalam batas normal
Papil : dalam batas normal
Frenulum : dalam batas normal
Pergerakan : dalam batas normal
Mata
Pergerakan : dalam batas normal
Ikterus : dalam batas normal
Reflex cahaya : +/+
Pupil : isokor
Kornea : sikatrik (-),
Konvergensi : dalam batas normal
Konjungtiva : anemis (-), sklera ikterik (-)
Telinga
Cairan : (-)
Pendengaran : baik
Faring
Mukosa : tidak hiperemis, tidak ada massa
Tonsil : T1/T1
Dinding : tidak hiperemis, tidak ada massa
Uvula : tidak hiperemis, tidak deviasi
Leher
Inspeksi : pembesaran organ (-)
Palpasi : pembearan KGB (-), pembesaran tiroid (-),
trakea
ditengah
Axilla
Inspeksi : pembesaran KGB (-)
Palpasi : teraba KGB (-)
Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada
simetris kanan-kiri warna kulit normal,
penggunaan otot bantu nafas (-), Barrel Chest (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), pergerakan dinding dada
simetris, fremitus vokal simetris (melemah),
thrill (-), Iktus cordis (+) lokalisasi ± 2 jari
dibawah papila mamae ke arah lateral.
Perkusi : Sonor, diphragma rendah/datar
Auskultasi : Suara nafas; vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki basah kasar (-/-).
Thorax Belakang
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus vokal N/N
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki basah kasar (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-).
Auskultasi : Suara usus normal, tidak terdapat suara aliran
dalam pembuluh darah.
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites (-),
massa (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
Regio Inguinal dan Genital
Tidak Diperiksa
Ekstremitas Atas dan Bawah
Kulit : Normal
Otot : Normal
Tulang : Normal
Nyeri tekan : Normal
Edema : Normal
Tremor : Normal
Saraf
Refleks Patologis : -/-
Perasaan di Tangan :N/N
Perasaan di Kaki :N/N
Tes Sensibilitas : Normal
Hematokrit 33 37 – 43 %
Tanggal 27/10/2018
Hematologi
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3 %
Batang 0 2-6 %
Segmen 80 50-70 %
Limfosit 12 20-40 %
Monosit 8 2-8 %
Kimia klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
SGOT/AST 20,0 <37 U/L
SGPT/ALT 20,8 <40 U/L
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thorax
2.1. Defenisi
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular melalui udara yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB biasanya mempengaruhi paru-
paru tetapi juga dapat mempengaruhi organ lain dari tubuh. Biasanya diobati dengan
regimen obat yang diambil selama enam bulan sampai dua tahun, tergantung pada jenis
infeksi.
2.2. Etiologi
Penyebab TB paru adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6 μm. Spesies yang
dapat menginfeksi manusia adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii,
dan Mycobacterium intrasellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(lipid). Lipid ini yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lemak serta
gangguan kimia dan fisik. Sifat kuman ini adalah aerob, mudah mati pada air mendidih
( 5 menit pada suhu 80° C, 20 menit pada suhu 60° C atau pasteurisasi), mudah mati
dengan sinar matahari, tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar yang lembab.
Kuman lebih menyenangi jarigan yang tinggi kandungan oksigennya.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Untuk pemeriksaan TB paru, semua pasien susupek TB diperiksa 3 spesimen
dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu. Diagnosis TB paru ditegakkan
dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pemeriksaan dahak mikroskopis juga
digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
Pagi : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua , segera setalah
bangun tidur.
Sewaktu : dahak dikumpulkandi UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
b. pemeriksaan biakan (kultur TB)
berfungsi untuk mengidentifikasi M.tuberkulosis ( gold standard), dan untuk
mengetahui apakah kuman BTA pada pasien tersebut masih peka/sensitive terhadap
OAT yang digunakan atau sudah persisten. Indikasi kultur TB dan uji resistensi OAT
:
Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak
Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda
c. Pemeriksaan Radiologis
Lokasi lesi tuberkulosis biasanya di apeks paru (segmen apikal lobus atau
segmen apikal lobus bawah), tetpai dapat juga, mengenai lobus bawah (bagian inferior)
atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan
dan dengan batas-batas yang tida tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan batas yang tegas. Lesi ini disebut tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.
Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
bayang yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
Indikasi pemeriksaan foto thoraks adalah :
Hanya ada 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
foto thoraks diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif
Ketiga specimen dahak negative setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada perbaikan
setelah pemberiaan antibiotic non OAT.
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti : penumothoraks, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis, atau efusi pleura) dan hemoptisis berat, untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma.
2.6. Klasifikasi Penyakit Dan Tipe Pasien
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan “defenisi kasus”
yang meliputi 4 hal :
1. lokasi : organ tubuh yang sakit, TB Paru atau TB ekstraparu
2. bakteriologi : TB BTA positif atau TB BTA negative
3. tingkat keparahan penyakit : TB ringan atau TB berat
4. riwayat pengobatan TB sebelumnya : TB baru atau TB sudah pernah diobati
Ada beberapa tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu :
a. kasus baru : pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari 1 bulan (4 minggu)
b. kasus kambuh (relaps) : pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan lengkap/dinyatakan sembuh, didiagnosis kembali dengan BTA
positif.
c. kasus putus berobat (default) : pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
bulan atau lebih dengan BTA positif
d. kasus gagal (failure) : pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan.
e. pindahan (transfer in) : pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. lain-lain : semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Prinsip Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
Tahap Lanjutan 3
kali seminggu
Tahap Intensif tiap hari RHZE
Berat RH
Berat badan (150/75/400/275) + S
(150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
2 tab 4KDT + 500
2 tab 2KDT + 2 tab
30-37 kg mg Streptomisin 2 tab 4KDT
Etambutol
inj.
3 tab 4KDT + 750
3 tab 2KDT + 3 tab
38-54 kg mg Streptomisin 3 tab 4KDT
Etambutol
inj.
4 tab 4KDT + 1000
4 tab 2KDT + 4 tab
55-70 kg mg Streptomisin 4 tab 4KDT
Etambutol
inj.
5 tab 4KDT +
5 tab 2KDT + 5 tab
≥71 kg 1000mg 5 tab 4KDT
Etambutol
Streptomisin inj.
Terapi Pembedahan
Indikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
2. Indikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Satu kaviti yang menetap
Tindakan Invasif (Selain pembedahan)
Bronkoskopi
Punksi pleura
Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
2. Pasien baru BTA negatif dan foto thoraks mendukung TB, dengan pengobatan
kategori 1(Pada minggu terakhir bulan ke 2, ke 5 dan ke 6).
3. Pasien BTA positif dengan pengobatan kategori 2 (Pada minggu terakhir bulan
ke 3, ke 7 dan ke 8).
Hasil pengobatan pasien TB BTA positif :
Sembuh
Pengobatan lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi
tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal
Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit pengobatan lain (dengan register
kartu TB 03) dan hasil pengobatannya tidak di ketahui.
Default (Putus Berobat/lalai)
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai dengan BTA positif
Gagal
Pasien yang hasil pemerisaan dahaknya tetap positif pada bulan ke lima atau
lebih selama pengobatan
Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan napas SOFT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis)
Kerusakan parenkim berat
Fibrosis paru
Kor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma paru
Sindrom gagal napas dewasa
2.10. Prognosis
Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press. 2006.
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.