Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka


2.1.1. Rokok
2.1.1.1. Definisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di
cacah (Ambarwati, 2014). Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Karena menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) rokok
merupakan zat aditif yang memiliki kandungan kurang lebih 4000 elemen, dimana
200 elemen di dalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh (Ikhsan, 2013).

2.1.1.2. Kategori Perokok


1. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah seseorang yang bukan perokok yang tinggal serumah
dengan perokok aktif yang merokok dalam rumah atau berada disekitar perokok
aktif (Burstan, 1997; Pradono, 2003).

2. Perokok aktif
Perokok aktif adalah orang yang suka merokok. Rokok aktif adalah asap
rokok yang berasal dari isapan perokok (mainstream).
Dari perokok aktif ini dapat digolongkan menjadi tiga bagian:
a. Perokok ringan
Perokok ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari sepuluh
batang per hari.
b. Perokok sedang
Perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok sepuluh sampai
dua puluh batang perhari.
c. Perokok berat
Perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari duapuluh batang
perhari. (Burstan, 1997).

2.1.1.3. Konsumsi Tembkau di Indonesia


Sebanyak 57 juta penduduk Indonesia merokok. Secara nasional,
konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang
merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada
tahun yang sama (Widjojo, 2014).
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi
perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013.
Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di antaranya
adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang di antaranya
adalah perokok (DEPKES, 2016).

2.1.1.4 . Kandungan Rokok


Smoking machine adalah alat untuk analisa asap rokok dapat menghitung
kadar zat yang terkandung dalam asap setiap batang rokok, seperti nikotin, eugenol,
tar, dan CO. Analisis asap rokok selama ini yang dihitung adalah kadar tar dan
nikotin, dimana tar adalah semua zat yang keluar dari asap dikurangi nikotin dan
air. Selama ini analisis asap rokok kretek tidak mencantumkan kadar eugenol
sendiri tetapi dimasukkan ke dalam tar (TCSC IAKMI, 2012).
1. Nikotin
Nikotin bersifat alkali kuat dan terdapat dalam bentuk bukan ion sehingga
dapat melalui membrane sel saraf. Sifat racun keras yang dimiliki nikotin dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf dan mudah diserap melalui kulit. Rata-rata kadar
nikotin dalam tembakau berkisar antara 0,5-4%. Kadar nikotin beberapa jenis
tembakau di Indonesia berkisar antara 0,52,5%. Setelah daun mencapai sempurna
(tua) kadar nikotin semakin berkurang. Kadar air yang cukup tinggi menyebabkan
kadar nikotin pada daun yang telah diawetkan dan hasil olahan pabrik cenderung
berkurang. Berkurangnya kadar nikotin disebabkan terjadinya dekomposisi akibat
penguapan (Hammado, 2014).

2. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru –
paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5 – 35 mg/ batang. Tar merupakan suatu
zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru – paru
(Gondodiputro, 2007).

3. Eugenol
Eugenol merupakan salah satu minyak atsiri yang penting dan banyak
digunakan untuk memberikan rasa/flavor pada produk makanan, parfum, bersifat
antiseptic dan bakterisidal (TCSC IAKMI, 2012). Getah daun yang berada dalam
bulu-bulu daun mengandung resin dan minyak atsiri, dalam pembakaran akan
menimbulkan bau harum pada asap rokok (Tirtosastro, 2009).

2.1.1.5. Dampak Rokok


2.1.1.5.1. Ganglion
Perubahan dalam tubuh setelah pemberian nikotin sangat rumit dan sering
tidak dapat diramalkan. Hal ini disebabkan kerja nikotin sangat luas terhadap
ganglion simpatis maupun parasimpatis dan efek bifasiknya terhadap ganglion
(merangsang dan menghambat). Selain itu nikotin dapat merangsang medulla
adrenal dengan akibat penglepasan katekolamin yang menimbulkan takikardia dan
kenaikan tekanan darah. Efek yang terhilat merupakan resultan dari berbagai
mekanisme tersebut, ditambah lagi dengan keadaan tonus jaringan sewaktu obat
diberikan dan refleks-refleks kompensasi tubuh (Setiawati, 2012).

2.1.1.5.2. Sistem Kardiovaskularisasi


Efek jangka panjang dari merokok sangat berbahaya bagi manusia, salah
satunya gangguan kardiovaskuler meliputi jantung dan semua pembuluh darah yang
membawa darah ke keseluruh tubuh yang disebabkan paparan karbon monoksida
(CO) pada saat merokok. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berbau
yang dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau
karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen,
ketika kadar CO dalam darah meningkat, kemampuan tubuh untuk membawa
oksigen secara signifikan menurun. Hal ini karena karbon monoksida menempel
hemoglobin (pigmen pembawa oksigen dalam sel darah merah) jauh lebih mudah
daripada membawa oksigen sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah
(Sudaryanto, 2015).

2.1.1.5.3. Sistem Respirasi


Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogenik dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah,
membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Efek racun pada rokok ini dapat
membuat penghisap asap rokok mengalami risiko dibanding yang tidak menghidap
asap rokok (Abdullah, 2010).

2.1.1.5.4. Susunan Saraf Pusat


Nikotin adalah suatu perangsang SSP yang kuat yang akan menimbulkan
tremor serta konvulsi pada dosis besar. Kerja sentral di otak dan spinal melalui
pengelepasan transmitter lain, yakni asam amino eksitasi, dopamin dan amin
biogenik lainnya. Pengelepasan asam amino eksitasi menyebabkan kerja stimulasi
dari nikotin. Paparan kronik terhadap nikotin menyebabkan pengingkatan densitas
reseptor nikotinik sebagai kompensasi terhadap desensitasi fungsi reseptor oleh
nikotin (Setiawati, 2012).

2.1.1.5.5. Kanker
Kebiasaan merokok telah terbukti merupakan penyebab terhadap kurang
lebih 25 jenis penyakit yang menyerang berbagai organ tubuh manusia. Penyakit-
penyakit tersebut antara lain adalah kanker mulut, esophagus, faring, laring, paru,
pankreas, dan kandung kemih (Hammado, 2014).

2.1.1.5.6. Saluran Cerna


Di dalam perut dan usus 12 jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran
asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus 12 jari
(Gondodiputro, 2007).

2.1.1.5.7. Kehamilan
Merokok saat ini juga dianggap menjadi penyebab dari kegagalan
kehamilan, meningkatnya kematian bayi (Hammado, 2014).

2.1.2. Tremor
2.1.2.1. Definisi Tremor
Tremor merupakan salah satu gerakan involunter yang paling sering
ditemukan dan dapat didefinisikan sebagai bagian tubuh yang gemetar secara
berirama (Grimaldi, 2010; Sukendar, 2016).

2.1.2.2. Epidemiologi Tremor


Insiden dan prevalensi tremor meningkat seiring dengan penuaan, yang
mempengaruhi lebih dari 4% dari pasien yang lebih tua dari 65 tahun. Lebih dari
dua-pertiga dari penduduk dengan tremor ekstremitas atas menghadapi kesulitan
serius dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tremor tidak mengancam jiwa,
menyebabkan cacat fungsional dan ketidaknyamanan sosial, mencemari kegiatan
kehidupan sehari-hari, seperti menulis, menuangkan, makan, dan sebagainya
(Grimaldi, 2010).

2.1.2.3. Klasifikasi Tremor


Ada banyak klasifikasi tremor, sehingga menimbulkan nomenklatur yang
banyak dan membingungkan. Secara umum, tremor dibagi atas tremor normal
(fisiologis) dan abnormal (patologik). Tremor fisiologis terjadi pada semua
kelompok otot saat kontraksi dalam keadaan sadar dan dalam fase tidur pada tingkat
tertentu. Getarannya tidak dapat dilihat dengan mata, frekuensi antara 8-13 Hz.
Tremor juga berhubungan dengan kelelahan, ketakutan, emosi, kesadaran, rasa
panas, rasa dingin, medikasi, alkohol, penggunaan obat-obatan (Alarcon, et
al,2004)
Tremor patologis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi, frekuensi,
amplitudo, ritmisitas, hubungan antara keadaan istirahat dan pergerakan, etiologi
dan berdasarkan perubahan patologik. Tremor dapat unilateral maupun bilateral;
tremor paling sering didapatkan pada ekstremitas bagian distal jari-jari dan tangan,
namun juga didapatkan pada lengan, kaki, telapak kaki, lidah, bibir, kelopak mata,
rahang, kepala, dan meliputi seluruh tubuh. Frekuensi tremor bisa lambat (3-5 Hz),
sedang (5-8 Hz), atau cepat (9-12 Hz) (Akbar, 2010). Amplitudo tremor bisa
kasar, sedang, atau halus. Tremor bisa konstan atau intermitten dan ritmis atau
relatif non ritmis.
Tremor diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis terbagi atas
1. Tremor istirahat (resting/static tremor)
Tremor timbul pada bagian tubuh yang sepenuhnya ditopang melawan
gravitasi dan tidak ada kontraksi otot volunter. Misalnya, tangan yang
diletakkan di pangkuan. Amplitudo meningkat selama stres atau dengan
gerakan umum (berjalan), dan berkurang dengan gerakan menunjuk sasaran
(tes telunjuk hidung). Tremor istirahat dapat ditemukan pada parkinsonism,
alcohol withdrawal, tremor esensial, dan neurosifilis (Alarcon, et al,2004)

2. Tremor aksi (action tremor)


Tremor terjadi akibat kontraksi otot volunter. Tremor aksi yaitu tremor
esensial, penyakit serebellar, tremor Holmes, tremor fisiologis, obat-obatan
tertentu, bisa juga ditemukan pada Parkinsonism (Akbar, 2010). Sedangkan F
Alarcon mengartikan tremor aksi terjadi akibat kontraksi otot volunter. Tremor
aksi yaitu tremor esensial, penyakit serebellar, tremor Holmes, tremor
fisiologis, obat-obatan tertentu, bisa juga ditemukan pada Parkinsonism.
Tremor aksi dibagi atas :
a Tremor postural
Tremor postural Terjadi ketika seseorang mencoba untuk memegang bagian
tubuh yang bergerak melawan gaya gravitasi seperti lengan atas saat
memanjang secara horizontal, menunjuk benda, duduk tegak di kursi tanpa
ada topangan untuk tubuh bagian. Terjadi pada bagian tubuh yang
mempertahankan posisi melawan gravitasi. Misalnya menunjuk suatu
objek, menjulurkan lidah, mengangkat kedua tangan di sisi tubuh (Alarcon,
et al,2004; Elbe, 2012)
b. Tremor kinetik
Terjadi pada gerakan volunter, terdiri dari :
a) Tremor intensi
Tremor ini terjadi pada gerakan menunjuk sasaran dengan amplitudo
yang semakin meningkat saat gerakan mendekati sasaran pada akhir
gerakan. Misalnya saat menuangkan teh, tes telunjuk hidung atau tes jari-
jari. Kemungkinan adanya tremor posisi tertentu atau tremor postural
pada awal dan akhir gerakan harus disingkirkan. Tremor ini terjadi
selama gerakan visual dipandu menuju tujuan target seperti ketika
melihat dan kemudian meraih pena di atas meja. Sedikit tremor terlihat
di awal gerakan, tetapi sebagai pendekatan tangan kearah pena, ada
peningkata dramatis dalam tremor (Alarcon, et al,2004; Elbe, 2012)
b) Task-spesific tremor
Task-spesific tremor : Tremor kinetik ini dipicu oleh aktivitas tertentu
yang membutuhkan keterampilan, seperti menulis, berbicara,
memainkan musik instrumental (tremor okupasi). Sebagian besar atau
semata-mata terbatas pada tugas tertentu atau gerakan seperti menulis,
berbicara, atau tersenyum (Alarcon, et al,2004; Elbe, 2012)
c) Tremor kinetik sederhana (simple kinetic tremor)
Tremor yang berhubungan yang pergerakan ekstremitas, seperti gerakan
pronasi-supinasi atau fleksi-ekstensi pergelangan tangan (Akbar, 2010).
c. Tremor isometrik
Tremor isometrik Tremor yang terjadi pada kontraksi otot volunter melawan
suatu tahanan konstan, seperti mendorong dinding, menekan telapak tangan
pemeriksa. Walaupun klasifikasi tremor membantu dalam menentukan
penyebab, sindrom-sindrom tremor bervariasi, sehingga riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik sangat penting saat memeriksa pasien tremor
(Alarcon, et al, 2004)

2.1.2.4. Tremor Pada Perokok


Nikotin adalah suatu perangsang SSP yang kuat yang akan menimbulkan
tremor serta konvulsi pada dosis besar (Setiawati, 2012).

2.1.2.5. Prevalensi dan Insidensi Tremor


Dalam suatu penelitian yang terdiri dari 35 subjek berusia 17-63 tahun
memperlihatkan hasil peningkatan tremor pada rentang 1 Hz sampao 12 Hz pada 30
subjek tersebut selama merokok (Lippold, 1980).

2.1.2.6. Patofisiologi Tremor Pada Perokok


Inhalasi asap rokok mengandung nikotin yang masuk ke paru dan diserap
dalam sirkulasi vena pulmonalis. Nikotin kemudian memasuki sirkulasi arterial dari
paru menuju otak, berkaitan dengan reseptor kilonergik nikotinik (kanal ion yang
dapat berikatan dengan asetilkolin). Pengikatan nikotin pada 2 subunit membuka
kanal natrium dan kalsium, mengkatkan jumlah kalsium yang masuk. Salah satu
efek yang dihasilkan adalah lepasnya neurotransmitter. Dengan pajanan jangka
panjang terhadap nikotin, beberapa reseptor kolinergik menjadi terdesensitisasi.
Sehingga efek yang dimediasi oleh GABA berkurang sedangkan yang dimediasi
glutamate meningkat. Respon terhadap niotin juga meningkat (Widjojo, 2014).
Dari hasil analisa didapatkan kesimpulan berupa efek dari nikotin yang
didapatkan dari merokok dapat meningkatkan tremor di semua frekuensi kurang
lebih sama dan tidak hanya di band 8-12 Hz, umumnya frekuensi yang dianggap
timbul terutama sebagai proses gerakan berosilasi pada otot servo-loop. Berarti
untuk kekuatan kontraksi yang diberikan oleh persarafan tersebut lebih kasar. Di
sisi lain, merokok memiliki efek sentral yang meningkatkan tingkat sinkronisasi
unit motor (Lippold, 1980).

2.1.2.7. Diagnosis Tremor


Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk menentukan diagnosis pada
beberapa penyebab tremor. Pemeriksaan fisik yang seksama merupakan alat
diagnostik yang paling baik. Informasi mengenai riwayat penyakit sekarang dan
sebelumnya, seperti onset tremor, faktor pemicu dan penghambat tremor, riwayat
tremor dalam keluarga, penggunaan obat medikasi sekarang dan sebelumnya,
sensitivitas alkohol, adanya penyakit penyerta (Akbar, 2010).

Tabel. 2.1. Kriteria Diagnosis klinis tremor esensial


Kriteria diagnostik klinis untuk tremor esensial yang pasti.
Berdasarkan Pernyataan dari Movement Disorder Society Tentang Tremor
Kriteria inklusi
1. Bilateral tremor postural dengan atau tanpa tremor kinetik,
melibatkan tangan dan lengan, yang terlihat dan terus-menerus
2. Durasi> 5 tahun
Kriteria eksklusi
1. Tanda-tanda neurologis lainnya abnormal (kecuali tanda Froment)
2. Diketahuinya penyebab munculnya peningkatan tremor fisiologis
3. Paparan yang baru terjadi atau secara bersamaan dari obat
tremorogenik atau adanya keadaan putus obat
4. Terdapat trauma secara langsung atau tidak langsung pada sistem
saraf dalam waktu 3 bulan sebelum timbulnya tremor
5. Terdapat bukti sejarah atau klinis yang berasal dari psikogenik
6. Terdapat bukti yang meyakinkan dari onset yang mendadak atau
bukti kerusakan bertahap
Kriteria Tremor Esensial dari Washington Heights-Inwood Genetik Study*
1. Pada pemeriksaan, +2 tremor postural dalam setidaknya satu lengan
(tremor kepala mungkin juga timbul, tetapi tidak cukup untuk
diagnosis)
2. Pada pemeriksaan, harus ada +2 tremor kinetik selama setidaknya
empat test, atau +2 tremor kinetik pada satu test dan +3 tremor kinetik
pada test kedua. Tugas termasuk menuangkan air, menggunakan
sendok untuk minum air, air minum, jari ke hidung manuver, dan
menggambar spiral
3. Jika pada pemeriksaan timbul tremor di tangan yang dominan, maka
hal tersebut harus mengganggu setidaknya satu kegiatan sehari-hari
(makan, minum, menulis atau penggunaan tangan). Jika pada
pemeriksaan tremor tidak timbul di tangan yang dominan, maka
kriteria ini tidak relevan
4. Obat, hipertiroidisme, etanol, dan dystonia bukan merupakan factor
potensial etiologi
5. Bukan gejala psikogenik (misalnya: terdapat tanda-tanda aneh,
pribadi yang tidak konsisten, pasien yang mengalihkan perhatiannya,
atau tanda-tanda kejiwaan lainnya pada pemeriksaan)
Keterangan (*) : Kriteria untuk 3 peringkat tremor: 0, tidak ada tremor
terlihat; 1, tremor dengan amplitudo rendah, nyaris tidak dipahami, atau
intermiten; 2, tremor dengan amplitudo sedang (1-2 cm) dan biasanya terlihat,
dan jelas berosilasi; 3, tremor dengan amplitudo besar (> 2 cm), sangat kasar,
dan tersendat-sendat, mengakibatkan kesulitan menyelesaikan test karena
menumpahkan atau ketidakmampuan untuk menahan pulpen pada kertas
(Leon, 2006)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi darah rutin, kimia


darah, fungsi tiroid, fungsi hati (terutama pada pasien usia muda dengan tremor
bukan induksi obat), vitamin B12, kadar tembaga dalam urin selama 24 jam dan
ceruloplasmin serum pada usia kurang dari 50 tahun (penyakit Wilson’s),
pemeriksaan cairan serebrospinal untuk mendeteksi IgG oligoklonal jika dicurigai
adanya sklerosis multipel. Rekaman elektromiografi (EMG) dapat digunakan untuk
menilai frekuensi tremor dan pola kontraksi antara otot-otot agonis dan antagonis,
dan digunakan untuk membedakan antara mioklonus (termasuk asteriksis), serta
untuk mendiagnosis tremor distonik dan tremor ortostatik (Akbar, 2010).
Tulisan tangan atau gambar dapat digunakan untuk mempelajari masalah
fisiologis pada orang normal (NCS) dan pada pasien dengan gangguan gerak seperti
penyakit Parkinson (PD), tremor esensial (ET), dan dystonia (DY). Parameter yang
paling sering diukur berhubungan dengan kinematika dan dinamika menulis dan
menggambar (Wang, 2008). Salah satu alat yang digunakan dalam menilai tremor
dalam metode klinis subjektif adalah spiral Archimedes. Cara membuat spiral pada
pemeriksaan dengan spiral Archimedes, dengan salah satu tangan, tanpa
menyandarkan tangan atau lengan pada meja. Kemudian pasien diinstruksikan
untuk membuat spiral dari sisi dalam keluar setidaknya 5 putaran. spiral
Archimedes menunjukkan kecenderungan sentrifugal dengan tremor menjadi lebih
nyata sesuai dengan bertambahnya spiral (Dewi, 2014).
Caranya dengan menggambar spiral Archimedes menggunakan satu
tangan. Spiral digambar pada kertas standar berukuran 8,5 x 11 inch menggunakan
pulpen dalam keadaan duduk di meja. Bagian pusat kertas diletakkan pada sudut
yang tepat, langsung di depan responden dan ditahan dengan tangan mereka yang
lain. Tangan yang digunakan untuk menggambar tidak diizinkan untuk beristirahat
atau dibantu oleh tangan lain saat menggambar spiral. Peserta mulai di tengah
halaman, tanpa mengangkat pulpen mereka (Louis, 2012).
Spiral Archimedes dapat dijadikan alat untuk menilai adanya tremor
dengan cepat, dengan membagi skala penilaian pada arhimedes menjadi :
0 = Tidak dijumpai osilasi .
0.5 = Halus, didapatkan osilasi amplitudo rendah , yang tampak pada beberapa
tempat. Osilasi tidak konsisten pada seluruh spiral.
1.0 = Osilasi dengan amplitudo rendah tampak pada beberapa tempat. Terlihat
setidaknya satu dari kuadran spiral menunjukkan adanya osilasi amplitudo rendah
yang terjadi.
1.5 = Osilasi dengan amplitudo rendah pada beberapa tempat dan osilasi beberapa
kali mencapai amplitudo sedang.
2 = Osilasi dengan amplitudo sedang yang terlihat pada banyak tempat dari spiral.
3 = Osilasi dengan amplitudo besar pada satu atau lebih tempat. Garis dapat
tumpang tindih. Pulpen dapat terangkat dari kertas (Louis, 2012).
Gambar.2.1. Dua spiral dengan penilaian 0,5 (Louis, 2012).

Gambar.2.2. Dua spiral dengan penilaian 1,0 (Louis, 2012).

Gambar. 2.3. Dua spiral dengan penilaian 1,5 (Louis, 2012).

Gambar. 2.4. Dua spiral dengan penilaian 2,0 (Louis, 2012).


Gambar. 2.5. Dua spiral dengan penilaian 3,0 (Louis, 2012).

2.1.3. Pandangan Islam Tentang Merokok


2.1.3.1. Fatwa MUI Tentang Merokok
Pengertian fatwa (jamaknya fatawa atau fatawi) menurut arti Bahasa
adalah suatu jawaban dalam suatu kejadian (memberikan jawaban yang tegas
terhadap segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat). Sedangkan fatwa
menurut arti syari’at ialah suatu penjelasan hukum syar’iah dalam menjawab suatu
perkara yang diajukan oleh seseorang yang bertanya, baik penjelasan itu
jelas/terang atau tidak jelas (ragu-ragu) dan penjelasan itu mengarah pada dua
kepentingan yakni kepentingan pribadi atau kepentingan masyarakat banyak
(Trigiyatno, 2011).
Fatwa pada hakekatnya tidak lebih dari sebuah petuah, nasihat, atau
jawaban pertanyaan hukum dari individu ulama atau institusi keulamaan, yang
boleh diikuti atau tidak. Fatwa seorang mufti tidak mengikat siapapun, karena
betapapun kesungguhannya untuk bersikap objektif, ia tidak dapat lepas dari unsur
subyektivitas berupa kecendrungan pribadi dan kemampuan daya nalarnya.
Pendeknya, fatwa bersifat ghair mulzim (tidak mengikat) (Trigiyatno, 2011).
Setelah melalui draft awal, dilanjutkan dalam sidang pleno komisi,
ditampung dalam sidang pleno komisi, ditampung dalam tim perumus dan
kemudian diajukan ke sidang pleno Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI yang
berlangsung pada hari Minggu sore 26 Januari 2009, dicapai keputusan yang
diktumnya sbagai berikut: Pertama, seluruh peserta Sidang Pleno Ijtima’ sepakat:
a). Bahwa hukum merokok tidak wajib; b) Bahwa hukum merokok tidak sunat; dan
c). Bahwa hukum merokok tidak mubah (Trigiyatno, 2011).
Kedua, peserta Sidang berbeda pendapat tentang tingkat larangan merokok
tersebut, sehingga hukum merokok terjadi khilaf ma bayina al-makruh wa al-haram
(perbedaan pendapat antara haram dan makruh). Ketiga, seluruh peserta Sidang
Pleno Ijtima’ sepakat bahwa merokok hukumnya haram: a). Di tempat umum; b).
Bagi anak-anak; c). Bagi wanita hamil (Trigiyatno, 2011).
Forum Ijtima’ Ulama menetapkan dua hukum dasar pada rokok, yakni
Haram dan Makruh. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma’ruf Amin
mengatakan, rokok diharamkan khusus bagi anak-anak dan ibu hamil. Selain itu,
para ulama juga mengharamkan aktivitas merokok di tempat umum. Selain untuk
tiga hal itu, Forum Ijtima’ Ulama menetapkan hukum merokok adalah makruh.
Wacana pembahasan fatwa rokok telah mengundang pro dan kontra dari berbagai
kalangan di Tanah Air (Trigiyatno, 2011).
Ditinjau dari tujuan syar’i merupakan perbuatan yang dilarang karena
bertentangan dengan konsep Maqa’sid al-Syari’ah yaitu perlindungan akal, jiwa
dan harta. Merokok tidak saja memberikan mudarat bagi pelakunya, tetapi juga
bagi orang-orang lain di sekitarnya. Dengan demikian segala sesuatunya diihat dari
perspektif kesejahteraan umat manusia, apa yang merugikan dihilangkan dan apa
yang bermanfaat dikonfirmasikan (Supardi, 2008)

2.1.3.1.1. Analisis Metode Fatwa MUI


1. Menggunakan dilalah ‘am surat al-A’raf 157, bahwa rokok termasuk dalam
kategori al-khaba’its yakni sesuatu yang buruk dan keji.
2. Menggunakan dilalah ‘am larangan memubazirkan harta sebagaimana tertuang
dalam larangan surat al’Isra’ ayat 26-27.
3. Menggunakan maqashid asy-syari’ah sebagai dasar untuk mengharamkan
rokok, waktu dalam hal ini MTT lebih jelan dan eksplisit sementara MUI
tampak dalam pengutipan kaidah-kaidah fiqh dikutip.
4. Memakai beberapa kaidah fiqhiyah yang dianggap relevan.
Secara singkat MUI menggunakan pendekatan bayani dan istishlahi, namun
tidak menggunakan qiyasi. Karena memang tidak tepat digunakan metode
qiyasi (Trigiyatno, 2011).

2.1.3.1.2. Dalil dan Pertimbangan Fatwa


Ada beberapa dasar yang dapat menjadi dalil: Pertama, surat al-A’raf ayat
157.
“…menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk….” Kedua, surat al-Isra’ ayat 26-27. “…dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (26); Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya (27).”
Penjelasan-penjelasan dari pakar:
1. Penjelasan dari delegasi ulama Mesir, Yordania, Yaman, dan Syria bahwa
hukum merokok di negara-negara tersebut adalah haram,
2. Penjelasan dari Komnas Perlindungan Anak, GAPPRI, Komnas Pengendalian
Tembahau, Departemen Kesehatan terkait masalah rokok.
3. Hasil rapat koordinasi MUI tentang masalah merokok yang diselenggarakan
pada 10 September 2008 di Jakarta, yang menyepakati bahwa merokok
menimbulkan madharat disamping ada manfaatnya (Trigiyatno, 2011).
2.2. Kerangka Teori
Merokok

Inhalasi asap rokok

Nikotin masuk ke paru-paru

Diserap dalam sirkulasi


pulmonalis
Nikotin memasuki sirkulasi arterial dari paru memenuju otak

Berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik (kanal


ion yang dapat berikatan dengan asetilkolin)
Penuaan

Penurunan GABA Penurunan fungsi neurotransmitter

Penurunan fungsi neuron di SSP Penurunan GABA

TREMOR

Penekanan motorik
Hambat reseptor GABA

Stimulasi sistem saraf simpatik

Kadar gula
Peningkatan kadar epinefrin atau darah rendah
adrenalin rendah

Hambatan potensial post sinaptik

Antagonis reseptor
adenosin
Konsumsi kafein
Gambar. 2.6. Kerangka Teori Penelitian (Chawla, 2011;Widjojo, 2014)
2.3.Kerangka konsep
Variabel bebas Variabel terikat

1. Mahasiswa/i Fakultas
Kedokteran Universitas
YARSI angkatan tahun TREMOR
2014 dan 2015

2. Perokok aktif maupun


pasif

Variabel perancu

1. Hipoglikemia.
2. Konsumsi kafein
3. Usia ≥ 40 tahun
4. Konsumsi alkohol
5. Kondisi hypertiroid

Keterangan gambar:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang diteliti
Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian

2.5.Hipotesis
Terdapat hubungan dari merokok terhadap terjadinya tremor pada
Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
2.6. Definisi Operasional
Tabel. 2.1. Definisi Operasional
No Variabel Deskripsi Alat Hasil Ukur Skala
Pengukuran
1 Perokok Perokok adalah Kuesioner 0 = Perokok Nominal
seseorang yang pasif
menghisap asap 1 = Perokok
rokok. Perokok aktif aktif
ialah seseorang
yang secara teratur
mengkonsumsi
rokok 1 batang atau
lebih dalam setiap
harinya paling
sedikit 1 tahun.
Perokok pasif
adalah seseorang
yang tidak merokok
secara langsung
tetapi menghirup
asap rokok dari
orang-orang yang
merokok
disekitarnya
2 Tremor Tremor esensial Pemeriksaa 0 = Tidak Ordinal
esensial bilateral, frekuensi n dengan: dijumpai
6-15 Hz, tanpa spiral osilasi
bradikinesia, Archimedes 0.5 = Halus,
hipokinesia, didapatkan
kekakuan, yang osilasi
bersifat intermiten Dilakukan amplitude
atau konstan pada pada tangan rendah ,
tangan tanpa adanya dominan yang
abnormalitas tampak
neurologi dan tidak pada
berkaitan dengan beberapa
penyakit sistemik. tempat.
1.0 =
Osilasi
dengan
amplitude
rendah
tampak
pada
beberapa
tempat.
(setidaknya
satu
kuadran
spiral )
1,5 =
Osilasi
dengan
amplitudo
rendah-
sedang pada
beberapa
tempat.
2 = Osilasi
dengan
amplitude
sedang yang
terlihat pada
banyak
tempat dari
spiral.
3 = Osilasi
dengan
amplitude
besar pada
satu atau
lebih
tempat.
Garis dapat
tumpang
tindih.
Pulpen
dapat
terangkat
dari kertas.
3 Kondisi Hipertiroid kondisi Pemeriksaa 0 = Tidak Nominal
Hypertiroid hipermetabolisme n fisik ada
dan peningkatan pembesaran
kadar hormon tiroid 1 = Ada
bebas dalam serum. pembesaran
4 Kadar gula Kadar gula darah Pemeriksaa Rendah = Ordinal
darah merupakan kadar n Gula <70mg/dl
zat glukosa yang Darah Normal =
terkandung di dalam Sewaktu 71-
darah. Kadar gula (GDS) 199mg/dl
dah sewaktu rendah
di bawah 70 mg/dl Tinggi =
yang dapat >200 mg/dl
disebabkan oleh
kondisi kurangnya
asupan makanan,
pelepassan insulin
yang berlebihan,
dan kelainan
penyimpanan
karbohidrat di hati.
5 Konsumsi Konsumsi minuman Kuesioner 0 = Tidak Nominal
alkohol yang mengandung ada
alkohol secara oral 1 = Ada
dalam waktu kurang
dari 1 jam sebelum
dilakukan
pemeriksaan.
6 Konsumsi Konsumsi minuman Kuesioner 0 = Tidak Nominal
kafein yang mengandung ada

kafein seperti kopi, 1 = Ada

teh, soda, atau


coklat lebih dari
kadar normal
perhari (3 cangkir
kopi/ 400mg kafein)
secara oral dalam
waktu kurang dari 5
jam sebelum
dilakukan
pemeriksaan.
7 Usia Usia adalah satuan Kuesioner 0 = <40 Nominal
waktu yang tahun

mengukur waktu 1 = >40


tahun
keberadaan suatu
benda atau
makhluk, baik yang
hidup maupun yang
mati.

Anda mungkin juga menyukai