Anda di halaman 1dari 13

HIPOGLIKEMIA

1. KONSEP PENYAKIT

a. Definisi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah normal
(<70 mg/DL). (ADA. 2016)
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia,
2011)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam darah <50/60
mg/dl (Standards of Medical Care in Diabetes, 2009; Cryer, 2005; Smeltzer& Bare,2003)
Menurut McNaughton (2011), Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai
batas normal kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
Jadi kesimpulannya, Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa
plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.
Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula
darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, sedangkan pada pasien diabetes
dengan pengendalian gula darah yang ketat (sering mengalami hipoglikemia) dapat
mentoleransi kadar gula darah yang rendah tanpa mengalami gejala hipoglikemia.

b. Penyebab Hipoglikemia
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena menunda
atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena
latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
Menurut Sabatine (2006),Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan
Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut :
*). Pada Diabetes
-Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya (Overdose insulin)
· -Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit, output yang
berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare, serta diet yang berlebih).
-Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)
- Aktivitas berlebih
· - Gagal ginjal
*). Pada Non Diabetes
-Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
-Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
-Paska aktivitas
-Konsumsi makanan yang sedikit kalori
-Konsumsi alcohol
- Paska melahirkan
-Post gastrectomy
-Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (contoh: Salisilat, sulfonamide)

c. Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011) diklasifikasikan
sebagai berikut :
*). Ringan (glukosa darah 50-60 mg/Terjadi jika kadar glukosa darah menurun dan
sistem saraf simpatik akan terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan
gejala : tumor, kegelisahan, rasa lapar, dll.

*). Sedang (glukosa darah <50 mg/dL


Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi sistem saraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penglihatan ganda, peasaan
ingin pingsan.
*). Berat (glukosa darah < 35 mg/dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya : serangan kejang, sulit
dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

d. Manifestasi Klinis Hipoglikemia


Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf otonom
dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami
hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien
yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah
(hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat memperberat akibat dari hipoglikemia
karena penderita terlambat untuk mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar
gula darahnya.
Gejala umum penderita Hipoglikemia :
- Keringat dingin
- Letih
- Sakit kepala
- Lapar
- Iritabilitas
- Tidak enak badan
- Denyut nadi cepat
- Menggigil
- Mual-muntah
- Hipotensi
- Pucat dan kulit dingin
- Pandangan kabur
- Keluar banyak keringat
- Tremor

e. Patofisiologi Hipoglikemia ( Pathway )


Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute
dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme
pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada
penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri
merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia
terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran
darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak
tidak dapat mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal
sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan
glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan
suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak dapat
menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan
pusing,bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan kosentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara
fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi,
2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga
akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif(Carpenito, 2007)
Kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprinsebagai respon
neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawahbatas normal, dan timbulnya
gejala gejala neurologic (autonom) danpenurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa
darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan
mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007).Batas kosentrasi glukosa
darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi
glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin memegang
peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi
glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-
hormonkonstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksioleh
sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadaphipoglikemia.
Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan jugaberperan meningkatkan
produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.Glukagon dan epinefrin merupakan
dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja
dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian
glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan
kadar glukosa darah (Herdman, 2010),
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan
perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis
di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien
pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar
glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah
keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito, 2007).
f. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia

*) Gula darah puasa


Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
*) Gula darah 2 jam post pradial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
*) Pemeriksaan HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-
6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan
beresiko terjadinya komplikasi.
*) Pemeriksaan elektrolit, Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
*) Pemeriksaan Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

· *) EKG: Takikardia.

g. Komplikasi Hipoglikemia

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek
hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal (Jevon, 2010) . Menurut Kedia (2011), hipoglikemia yang berlangsung
lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan
koma sampai kematian.

H. Penatalaksanaan Hipoglikemia
Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu :
- Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel.
- Tidak mengganggu regulasi DM.
Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman sebagai berikut :
- Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
- Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex)
dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004) ; Smeltzer &
Bare (2003) sebagai berikut:
*) Tergantung derajat hipoglikemi:
* Hipoglikemi ringan:
- Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau 2-3
sendok teh sirup atau madu.
- Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi pemberiannya
- Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat, ice
cream, cake
* Hipoglikemi berat:
- Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
- Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau minuman
Pada hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat) :

1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian dekstorsa dalam air
pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak – anak.

2. Glukagon
Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang
harus diberikan secara IV dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional,
glukagon dapat diberikan oleh subcutan atau intramuskular.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Pengkajian primer :
a. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputumatau benda asing
yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasanc.
c. Circulation : kaji nadi, capillary refill
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian head to toe
a. Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis
dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian
insulin atau obat antihiperglikemik oral.
b. Data Obyektif
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitasLetargi/disorientasi, koma
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels,
distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3) Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine
encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor
jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah
(napas aseton)
6) Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma
(tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam
menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat
9) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
10) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan
dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa
darah.

b. Diagnosa Keperawatan
*) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastric berlebihan, diare, muntah,
masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake yang kurang
*) Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral,
anoreksia, mual, lambung penuh,nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
*) Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b/d kadar glukosa darah, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang sebelumnya.
*) Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia endogen, ketidak seimbangan
insulin glukosa dan atau eletrolit.
*) kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolic, perubahan energi darah
defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:status hipermetabolik/infeksi.
c. Rencana Keperawatan
*) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastric berlebihan, diare,
muntah, masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake
yang kurang
Kemungkinan di buktikan : peningkatan haluran urine,urine encer, kelemahan,
haus, penurunan BB tiba-tiba, kulit membrane mukosa kering, turgor buruk,
hipotensi, takikardia, perlambatan pengisian kapiler.
Hasil yang di harapkan dan Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan hidrasia dekuat
di buktikan oleh tanda vital yang stabil, nadi perifer dapat di raba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluran urine tepat secara individu.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan.
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot Bantu nafas dan
adanya periode apnoe dan munculnya sianosis.
d. Suhu, warna kulit/ kelembapannya.
e. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa
f. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
g. Ukur berat badan setiap hari
h. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat di toleransi jantung.
i. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman
j. Catat hal-hal yang dapat di laporkan seperti mual, nyeri abdomen,
muntah dan distensi lambung.
k. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat edema,
peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada
vaskuler.
l. Berikan therapy cairan sesuai indikasi (kolaborasi)
m. Kolaborasi untuk pemasangan DC
n. Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui oral
sesuai indikasi.
*) Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh,nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.
Kemungkinan di buktikan : Maloporkan masukan makanan tak adekuat, kurang
minat pada makanan, penurunan BB, lemah, kelelahan.tonus otot buruk, diare
Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mencerna jumlah kaori/nutrient
yang tepat, menunjukkan tingkat energi seperti biasanya.
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari
b. Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat di hasilkan pasien.
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment/perur kenbung,
mual, muntahan makanan yeng belum dapat di cerna.
d. Beri diit TKTP/diit DM
e. Identifikasi makanan yang dapt di sukai/di kehendaki termasuk
kebutuhan etnik/cultural.
f. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
g. Observasi adanya tanda-tanda hiperglikemia
h. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stiek”
i. Lakukan konsultasi dengan ahli diit.
*) Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b/d kadar glukosa darah,
penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi
pernafasan yang sebelumnya.
Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mengidentivikasi intervensi untuk
mencegah terjadinya infeksi, mendemontrasikan teknik, atau gaya hidup untuk
mencegah infeksi.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien.
c. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive
d. Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik
e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
f. Awasi bunyi napas
g. Berikan tindakan kenyamanan pada pasien
h. Bantu pasien untuk melakukan oral hygine
i. Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat
*) Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia endogen,
ketidak seimbangan insulin glukosa dan atau eletrolit.
Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mempertahankan tingkat mental
seperti biasanya, mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dan setatus mental
b. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhan
c. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak terganggu waktu istirahat
pasien.
d. Pelihara aktivitas pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai kemampuanya
e. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat)ketika tingkat kesadaran
terganggu.
f. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi
g. Berika tempat tidur yang lembut
h. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
*) kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolic, perubahan
energi darah defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:status
hipermetabolik/infeksi.
Kemungkinan di buktikan : Kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan
untuk mempertahankan rutinitas seperti biasanya, penurunan kinerja,
kecendrungan terjadi kecelakaan.
Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mengungkapkan peningkatan
tingkat energi, menunjukkan penigkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang di inginkan.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
b. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa
gangguan.
c. Pantau nadi/pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
d. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi,berpindah tempat dan
sebagainya.
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat di toleransi.
3. Daftar Pustaka

Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an


Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta :
Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam
PERKENI 2011

Anda mungkin juga menyukai