Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan


untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.1

Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua
adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir pada
semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi pada
waktu yang sama. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai
berikut: perubahan fisik antara lain ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat
terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.
Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan
dan berdebar-debar. Selain itu terdapat perubahan yang umum dialami lansia, misalnya
perubahan sistem imun yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang
menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang
dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal
serta penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran.1

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi
yang akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai
penyakit degeneratif (seperti hipertensi, ateroskeloris, diabetes mellitus dan kanker).1 Dalam
makalah ini kami akan membahas perubahan-perubahan yang terjadi selama proses penuaan
dan teori penuaan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan-perubahan anatomik/fisiologik akibat proses menua : 1,2

1. Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Saraf
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap
harinya).
b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d. Mengecilnya saraf panca indra.
e. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan
perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengaran
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stres.
4. Sistem penglihatan
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

2
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskular
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing
mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
7. Sistem repirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan
usia.
8. Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.

3
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap
rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Ginjal
a. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah
yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron).
b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
10. Sistem endokrin
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
11. Kulit
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat. g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan
kurang bercahaya.
g. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

4
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga
seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

2.2. Perubahan pada Rongga Mulut

2.2. 1 Mukosa mulut normal

Mukosa rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng (stratified squamous
epithelium), namun diklasifikasikan kepada 3 kelompok menurut lokasi dan
fungsinya :3

a. Mastikatory Mucosa : Mukosa yang terlibat dalam fungsi mastikasi yaitu


gingiva dan palatum durum, dilapisi oleh epitel berkeratinisasi yang
menyerupai epitel yang melapisi kulit pada tubuh.
b. Lining Mucosa : Mukosa yang memerlukan fleksibilitas untuk membantu
proses pengunyahan, percakapan, maupun penelanan bolus makanan yaitu
mukosa pipi, palatum molle dan dasar mulut, dilapisi oleh epitel yang tidak
berkeratinisasi.
c. Specialized Mucosa : Mukosa yang membalut bagian dorsal lidah yang
berikatan langsung ke otot lidah. Mukosa di lidah dilapisi oleh epitel yang
berkeratinisasi dan tidak berkeratinisasi.

2.2.3 Fisiologi mukosa mulut

Warna mukosa mulut sangat dipengaruhi oleh ketebalan epitel yang


menutupinya dan vaskularisasi pada lamina propria yang terletak dibawahnya.
Mukosa mulut kelihatan lebih pucat pada daerah-daerah dengan tekstur mukosa
yang berkeratinisasi seperti pada gingiva dan palatum durum. Warna gingival yang
normal adalah merah jambu (coral pink) dengan tekstur permukaan seperti kulit
jeruk (stippling) pada gingiva cekat dan tekstur yang licin pada gingiva bebas.
Warnanya dipengaruhi oleh vaskularisasi, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel,
dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. Warna gingival bervariasi antar
individu, dan tampaknya berkolerasi dengan pigmentasi pada kulit, artinya warna
gingival lebih gelap pada individu yang warna kulitnya lebih gelap. Biasanya
pigmen yang terlibat dalam memberi warna pada mukosarongga mulut adalah

5
melanin dan hemoglobin dalam darah. Melanin diproduksi oleh specialized
pigments cells yang dikenal dengan melanocytes, yang terletak di lapisan sel basal
epitel rongga mulut. 3

Vestibulum, pipi, dasar mulut dan bibir bagian dalam memiliki lapisan epitel
yang tipis, dapat digerak-gerakkan dan berwarna merah tua. Oleh karena epitel
yang tipislah menyebabkan kapiler-kapiler yang terdapat dibawahnya dapat terlihat
sehingga warna mukosa bagian-bagian rongga mulut tersebut tampak berwarna
merah tua.3

2.2.3 Perubahan klinis pada rongga mulut akibat proses penuaan

Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak licin mengkilap
(tidak ada stippling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan
pembengkakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma (lebih parah jika
terdapat kelainan sistemik) serta elastisitasnya berkurang. Ini karena pertambahan
usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan,
berkurangnya keratinisasi, berkurangnya vaskularisasi, serta penebalan serabut
kolagen pada lamina propia. Perubahan klinis yang dapat terjadi adalah : 3

a. Jaringan flabby
Pada kasus resorbsi tulang alveolar, sering terjadi pada pasien yang sudah
lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau
jaringan lunak sekitarnya menjadi flabby. Jaringan flabby merupakan respon dari
jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma
atau luka yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. Makin
tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat jaringan
flabby. Biasanya terjadi pada penderita yang lama tidak memakai gigitiruan atau
dapat juga terjadi pada penderita yang menggunakan gigitiruan yang tidak pas
b. Kelenjar Saliva
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan
normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang
lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keadaan
ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan
pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya sedikit.

6
Xerostomia merupakan simtom, bukan suatu penyakit. Salah satu penyebab
xerostomia adalah kelainan dalam produksi saliva, adanya penyumbatan atau
gangguan pada kelenjar saliva sehingga menghambat pengaliran saliva ke rongga
mulut, Sjogren’s Syndrome dan efek negatif dari radioterapi akibat pengobatan
kanker. Selain itu, penyakit-penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan
obat-obatan yang digunakan untuk perawatannya dapat menyebabkan xerostomia
pada manula. Xerostomia adalah salah satu faktor yang penyebab berkurangnya
sensitifitas taste buds, pasien tidak dapat memakai gigitiruan sebagian / gigitiruan
penuh, serta mengakibatkan sensasi mulut terbakar pada manula.1,2
Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk
jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan
mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan
meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi
mikrobial.1,2
c. Lidah dan pengecapan
Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, ini dapat
disebabkan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat
berkurangnya jumlah pengecap pada lidah. Permukaan lidah ditutupi oleh banyak
papilla pengecap dimana terdapat empat tipe papilla yaitu papilla filiformis,
fungiformis, sirkumvalata, dan foliate. Sebagian papilla pengecap terletak dilidah
dan beberapa ditemukan pada palatum, epiglottis, laring dan faring. Pada manusia
terdapat sekitar 10,000 putik kecap, dan jumlahnya berkurang secara drastis
dengan bertambahnya usia.1,2
Kesulitan untuk menelan (Dysphagia) biasanya muncul pada manula dan
perlu diberikan perhatian karena populasi manula semakin meningkat setiap
tahun. Dalam sistem pencernaan, terdapat beberapa fase penting yang berkait erat
dengan rongga mulut yaitu pengunyahan, pergerakan lidah dan kebolehan
membuka serta menutup mulut (bibir). Sistem pencernaan di rongga mulut
menunjukkan penurunan fungsi dengan meningkatnya umur. Fungsi penelanan
(berkaitan dengan tekanan) menurun dengan meningkatnya umur sehingga
manula terpaksa bekerja lebih keras untuk menghasilkan efek tekanan yang
adekuat dan dapat menelan makanan, seterusnya akan meningkatkan resiko untuk
berkembangnya dysphagia.1,2

7
Fungsi penelanan pasti akan mengalami penurunan pada manula walaupun
mempunyai rongga mulut yang sehat. Aksi pergerakan lidah akan berubah dengan
meningkatnya umur. Perubahan yang terjadi adalah perlambatan dalam mencapai
tekanan otot dan pergerakan yang efektif pada lidah, gangguan pada ketepatan
waktu kontraksi otot lidah sehingga menganggu fungsi pencernaan di rongga
mulut secara keseluruhannya.1,2

Akibat gangguan pada sistem pencernaan dan kehilangan sensori pengecapan


sehingga menyebabkan kehilangan selera makan, manula kehilangan berat badan
merupakan keadaan umum yang sering terjadi.1,2

d. Bentuk bibir
Terdapat penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada
manula dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Senyuman
manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini
menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris
pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin
berkurang.1,2
e. Tekstur permukaan mukosa
Perubahan yang berlaku pada sel epitel mukosa mulut berupa penipisan
ketebalan lapisan sel, berkurangnya elastisitas serta berkurangnya vaskularisasi.
Akibatnya secara klinis menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis,
kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan
mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap gesekan atau trauma,
yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. Pada mukosa gingiva yang
sehat karakteristiknya berupa stippling yang menghilang dengan bertambahnya
usia, akibatnya mukosa gingiva menjadi licin.1,2

2.3 Penyakit Mukosa Mulut yang Seiring Menyertai Proses Menua

Sepanjang kehidupan manusia, terdapat berbagai macam penyakit mulut yang dapat
diderita oleh manusia. Penyakit mulut yang biasanya seiring menyertai proses menua
adalah kanker rongga mulut, angular cheilitis dan lichen planus. Kanker rongga mulut
(KRM) merupakan antara salah satu kanker dengan prevalensi yang tertinggi di seluruh
dunia dan merupakan 1 dari 10 kanker yang menyebabkan kematian. Kanker sel squama
merupakan kanker yang terbanyak dilaporkan pada kasus KRM. Pada keseluruhan pasien

8
mati karena kanker, sekitar 2% dari lelaki dan 1% dari wanita yang mati karena KRM.
Di Perancis, insiden yang menyangkut KRM sekitar 17,9 kasus dari 100 000 populasi
penduduknya. Diperkirakan 95% dari kanker sel squama berlaku pada manusia berumur
40 tahun dan ke atas, kebanyakannya adalah pasien berumur 60 tahun.1

Angular cheilitis adalah lesi yang disebabkan oleh Candida dan Staphylococcus
aureus (infeksi fungi) dan defisiensi vitamin B, gambarannya klinisnya adalah kulit yang
menggelupas disertai fissur pada sudut mulut. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh
dimensional vertikal rongga mulut yang menurun, disebabkan oleh kehilangan gigi dan
gigi yang hilang tersebut tidak diganti dengan gigi palsu/ prothesa. Sudut mulut yang
berlipat menyebabkan saliva serta bakteri-bakteri bertumpuk pada sudut mulut dan
menyebabkan infeksi mudah terjadi.1

Etiologi dari lichen planus belum diketahui. Namun beberapa tahun ini terdapat
banyak penemuan yang menyatakan bahwa sistem imun memainkan peranan penting
dalam perkembangan penyakit ini. Gambaran histopatologis yang ditemui menunjukkan
keterlibatan T lymphocytes dan macrophages serta degenerasi dari sel basal yang
dikenali dengan liquefaction degeneration. Imun sistem terlibat karena efek dari
sitotoksik T lymphocytes bertindak melawan antigen yang terdapat pada lapisan sel basal
sehingga menyebabkan lichen planus. Autoreaktifitas dari limfosit T mungkin penyebab
utama berkembangnya lichen planus karena tidak dapat membedakan antigen luar dan
sel-sel tubuh.16 Rata-rata pasien yang mempunyai lichen planus berumur 55 tahun dan
ke atas. Lesi lichen planus dapat berwarna putih dan dengan adanya atrofi epithelium,
dapat terjadi pada kulit dan mukosa rongga mulut. Komponen dari lesi terdiri dari
beberapa tekstur : retikular, papular, mirip plak, bulosa (jarang), eritematous, dan
ulseratif. Untuk memastikan diagnosa klinikal dari lichen planus, tekstur retikular atau
papular harus ada. Tekstur selain dari retikular dan papular adalah tekstur tambahan
untuk memastikan diagnosanya.1,2

2.4. Kadar Glukosa Darah pada lanjut usia

Resistensi insulin yang berkaitan dengan usia secara utama berhubungan dengan
penumpukan jaringan lemak, sarkopenia, dan berkurangnya aktifitas fisik. Sarkopenia
adalah hilangnya massa otot yang sering dialami lansia. Otot rangka, yang merupakan
jaringan utama dalam metabolisme glukosa, menurun ukuran serta kekuatannya sehingga
mengakibatkan kelemahan otot dan berkurangnya aktifitas fisik. Hal-hal tersebut

9
menyebabkan berkurangnya pemakaian energi dan menumpuknya jaringan lemak hingga
menyebabkan resistensi insulin. Meningkatnya penumpukan jaringan lemak dapat
menurunkan pembentukan glikogen di otot rangka yang dimediasi insulin. Umur juga
berhubungan dengan resiko peningkatan kadar glukosa darah, dengan semakin
bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah juga akan semakin
menurun.1,3

2.5. Kadar Kolesterol pada lanjut usia


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faisal baraas (1999) dan Listiana, Purbosari
(2006) dijelaskan bahwa pada usia yang semakin tua, kolesterol total lebih tinggi kadarnya.
Hal ini menunjukkan bahwa usia dapat mempengaruhi kadar kolesterol total seseorang.
Usia yang semakin tua kadar kolesterol totalnya relatif lebih tinggi dari pada kadar
kolesterol total pada usia muda, hal ini dikarenakan makin tua seseorang aktifitas reseptor
LDL mungkin makin berkurang. Sel reseptor ini berfungsi sebagai hemostasis pengatur
peredaran kolesterol dalam darah dan banyak terdapat dalam hati, kelenjar gonad dan
kelenjar adrenal. Apabila sel reseptor ini terganggu maka kolesterol akan meningkat dalam
sirkulasi darah. Selain itu pada usia lanjut sering ditemukan kelainan penyempitan
pembuluh darah jantung, hal ini erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dinding dalam pembuluh darah, misalnya arteri yang kemungkinan besar
mengkerut secara bertahap dalam waktu yang lama. Jumlah lemak yang ada pada usia tua
cenderang lebih banyak daripada usia muda.1,4

Pada usia semakin tua aktifitas fisik cenderung berkurang atau kurangnya olahraga,
padahal untuk dapat mempertahankan kadar kolesterol normal pada wanita sedikitnya
dibutuhkan 1500-1700 kalori lemak yang dibakar sehari, sementara pada pria dibutuhkan
sampai 2000-2500 kalori lemak yang dibakar sehari.24 Dengan aktifitas fisik dan olahraga
yang kurang dapat memungkinkan pada usia tua kolesterol yang ada tidak dapat
mengalami proses metabolisme dan pembakaran yang sempurna, dalam hal ini kolesterol
yang ada makin menumpuk dalam pembuluh darah. Jumlah lemak pada pria dewasa muda
umumnya berkisar antara 15-20% dari berat badan total dan 20-25% pada wanita.
Biasanya jumlah lemak dalam tubuh cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.4

2.6 Teori Penuaan

Sampai abad ke-21 ini menjadi tua atau menua masih merupakan misteri, mekanisme
proses menua masih sangat kurang dipahami. Selama ini diperkirakan lebih dari 200 teori atau

10
hipotesis tentang menua telah diajukan. Dari teori-teori tersebut, berikut ini disajikan beberapa
teori penuaan.

2.6.1 Teori Biologis

Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses penuaan yang
meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk melawan
penyakit yang dilakukan mulai dari ringkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama.
Teori biologis mencoba menerangkan mengenai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi
pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu serta meliputi
faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan kematia atau
perubahan seluler.,5,6,7

Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah
sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Pada
beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati.
Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.5,6,7

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein
dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada
kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih
mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada system
muskuloskeletal.5,6,7

2.6.1.1 Teori Genetika

Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu
proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa
disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori
ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat

11
yang berisi pengkodean mengenai informasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler
dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam
pengkodean DNA maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan
malfungsi organ.5,6,7

Pada manusia berlaku program genetik jam biologi di mana program maksimal yang
diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan membelah 50 kali dalam
beberapa tahun. Sel secara genetik di program untuk berhenti membelah setelah mencapai 50
divisi sel, pada saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya.5,6,7

Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua merupakan hal yang
tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia semakin bertambah. Teori ini juga
bergantung dari tampak lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekuler.
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, dimana kita dilahirkan
dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan mental tertentu. Dan
penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita
hidup.5,6,7

2.6.1.2 Teori Wear And Tear (dipakai dan rusak)

Teori wear and tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik normal memiliki
kemampuan terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi
karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa
organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang
diprogramkan.5,6,7

Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan
(overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lainnya,
menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula,
kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional.
Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel.5,6,7

2.6.1.3 Teori Rantai Silang

Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang dipisahkan
mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai silang yang menghubungkan
menempel pada rantai tunggal. Dengan bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan

12
semakin melemah, dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil
akhirnya adalah akumulasi silang senyawa yang mengakibatkan mutasi pada sel,
ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik.5,6,7

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya waktu, jaringan ikat atau kolagen
dalam tubuh akan mengalami proses cross-linking, dimana protein yang dalam keadaan normal
saling terpisah, berikatan satu sama lain yang akhirnya membentuk suatu ikatan silang. Ikatan
ini berhubungan dengan berbagai penyakit dan menimbulkan kerusakan dan kematian sel.5,6,7

2.6.1.4 Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karsinogen dari industri, cahaya matahari,
trauma dan infeksi. Orang yang tinggal di daerah lingkungan pabrik akan lebih cepat
mengalami proses penuaan daripada orang yang tinggal di daerah lingkungan non pabrik. Serta
orang yang lebih sering terpapar sinar matahari langsung seperti petani akan lebih cepat
mengalami proses penuaan daripada orang yang lebih lama berada di dalam ruangan seperti
pekerja kantoran.5,,6,7

2.6.1.5 Teori Imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses penuaan,
sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing
yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada usia lanjut akan sangat mudah mengalami infeksi
dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga
tidak adanya keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh
menurun.5,6,7

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun


demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang
berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya.5,6,7

13
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Pada sistem imun
akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas
sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah.5,6,7

2.6.1.6 Teori Lipofusin dan Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat


menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan dihancurkan
oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar
ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan.5,6,7

Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat
menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di
dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan
membran sel, penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirya
mengganggu fungsi.5,6,7

Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah
berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin
kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang
menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu
tampaknya terkait dengan radikal bebas.5,6,7

2.6.1.7 Teori Neuroendokrin

Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya


proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam sekresi
hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon dalam tubuh berperan dalam
mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dan menyeimbangkan fungsi tubuh
apabila terjadi gangguan dalam tubuh.5,6,7

Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga merespon tingkat
hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal. Pada usia lanjut, hipotalamus
kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi hormon

14
individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat
disekresi dan mengalami penurunan keefektivitasan.5,6,7

Penurunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol


dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggungjawab untuk stres.
Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat dengan usia. Jika
kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu hipotalamus akan mengalami kerusakan.
Kerusakan ini kemudian dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon sebagai hipotalamus
kehilangan kemampuan untuk mengendalikan sistem.5,,6,7

2.6.1.8 Teori Organ Tubuh (Single Organ Theory)

Teori penuaan organ tunggal dilihat sebagai kegagalan penyakit yang berhubungan
dengan suatu organ tubuh vital. Orang meninggal karena penyakit atau kehausan,
menyebabkan bagian penting dari tubuh berhenti berfungsi sedangkan sisanya tubuh masih
mampu hidup. Teori ini berasumsi bahwa jika tidak ada penyakit dan tidak ada kecelakaan,
kematian tidak akan terjadi.5,6,7

2.6.1.9 Teori Umur Panjang dan Penuaan (Longevity and Senescence Theories)

Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-faktor


tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang yaitu tertawa, ambisi
rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan, hubungan keluarga baik, kebebasan dan
kemerdekaan, terorganisir, perilaku yang memiliki tujuan, dan pandangan hidup postif.
Wacana yang timbul dari teori ini adalah sindrom penuaan merupakan sesuatu yang universal,
progresif, dan berakhir dengan kematian.5,6,7

2.6.1.10 Teori Harapan Hidup Aktif dan Kesehatan Fungsional

Penyedia layanan kesehatan juga tertarik dalam masalah ini karena kualtias hidup
tergantung secara signifikan berkaitan dengan tingkat fungsi. Pendekatan fungsional perawatan
pada usia lanjut menekankan hubungan yang kompleks antara biologis, sosial, dan psikologis
yang mempengaruhi kemampuan fungsional seseorang dan kesejahteraannya.5,6,7

2.6.1.11 Teori Medis (Medical Theories)

Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis yang


berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia.
Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang bertujuan menentukan hubungan

15
antara penyakit tertentu dan proses penuaan. Metode penelitian yang lebih canggih telah
digunakan dan banyak data telah dikumpulkan dari subjek sehat dalam studi longitudinal,
beberapa kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda.5,6,7

2.6.2 Teori Sosiologi

Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan sosial.
Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh.

2.6.2.1 Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa


menggambarkan harapan atau tugas spesifik usia lanjut. Teori pengembangan kepribadian
yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu
introvert dan ekstrovert. Usia lanjut akan cenderung menjadi introvert karena penurunan
tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial.5,6,7

2.6.2.2 Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Pada kondisi tidak adanyan pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang
baik, maka usia lanjut tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyesalan atau putus asa.5,6,7

2.6.2.3 Teori Disengagement (Penarikan Diri)

Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh usia lanjut dari peran masyarakat dan
tanggung jawabnya. Usia lanjut akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan
kontak sosial bagi usia lanjut adalah agar dapat menyediakan waktu untuk mengrefleksi
kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.5,6,7

2.6.2.4 Teori Aktivitas

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori
ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.5,6,7

16
Teori ini juga menjelaskan apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka
ia harus tetap beraktivitas. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting
bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan
memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.5,6,7

2.6.2.5 Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari


perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan
kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup.
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia yang
sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri
dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal.5,6,7

2.6.2.6 Teori Subkultur

Usia lanjut, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,
keyakinan, dan kebiasaan. Karena itu mereka telah memiliki subkultur mereka sendiri. Teori
ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang terintegrasi secara baik dalam masyarakat yang
lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara lansia lainnya bila dibandingkan dengan orang
dari kelompok usia berbeda. Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan
“kesadaran kelompok umur” yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua dan
mengubah defenisi budaya negatif dari penuaan.5,6,7

2.6.3 Teori Psikologis

Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena penuaan
psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga melibatkan penggunaan
kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku atau regulasi diri.

2.6.3.1 Teori Kebutuhan Manusia

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia. Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada
tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai. Banyak

17
teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia. Teori Mashlow
merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap manusia yang berada pada
level pertama akan mengambil priortitas untuk mencapai level yang lebih tinggi, aktualisasi
diri akan terjadi apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi
untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu
berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi.5,6,7

2.6.3.2 Teori Keberlangsungan Hidup dan Perkembangan Kepribadian

Teori keberlangsun gan hidup menjelaskan beberapa perkembangan melalui berbagai


tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait dengan cara meraih kesuksesan di
tahap sebelumnya. Ada empat pola dasar kepribadian lansia yaitu :5,6,7

1. Terpadu (terintegrasi) : mampu menyesuaikan diri secara positif dengan proses


penuaan.
2. Bertahan ( keras-membela) : ingin tetap berada pada polanya semasa di usia
pertengahan / bahkan mengisolasi diri.
3. Pasif (dependen ) : sangat bergantung pada orang lain / apatis.
4. Tidak terintegrasi : termasuk mereka yang memiliki kelainan jiwa, kebanyakan
perilakunya aneh dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Teori yang dikemukakan Erik Erikson tentang delapan tahap hidup telah digunakan
secara luas dalam kaitannya dengan lansia. Ia mendefinisikan tahap-tahap kehidupan sebagai
kepercayaan vs ketidakpercayaan, otonomi vs rasa malu dan keraguan, inisiatif vs rasa
bersalah, industri vs rendah diri, identitas vs difusi mengidentifikasi, keintiman vs penyerapan
diri, generativitas vs stagnasi, dan integritas ego vs putus asa. Masing-masing pada tahap ini
menyajikan orang dengan kecenderungan yang saling bertentangan dan harus seimbang
sebelum dapat berhasil dari tahap itu. Seperti dalam teori keberlangsungan hidup lain, satu
tahapan menentukan langkah menuju tahapan selanjutnya.5,6,7

2.6.3.3 Recent and Evolving Theories

Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa usia lanjut lebih
baik dibandingkan lainnya. Hal ini tidak berfokus pada perbedaan dari kedua kelompok
tersebut. Meskipun didasarkan pada bukti empiris yang terbatas, teori ini merupakan upaya
yang menjanjikan untuk mengintegrasikan dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori

18
psikologi tradisional dan baru bagi usia lanjut. Tema dasar dari teori ini adalah perilaku
bifurkasi atau percabangan dari seseorang di berbagai aspek seperti biologis, sosial, atau
tingkat fungsi psikosial. Menurut teori ini, penuaan didefenisikan sebagai rangkaian
transformasi terhadap meningkatnya gangguan dan ketertiban dalam bentuk, pola, atau
struktur.5,6,7

2.7 Pengaruh Aging (Penuaan) Secara Hormonal

Penurunan kadar hormon disebabkan oleh beberapa faktor antara lain terlalu banyak
penggunaan hormon sehingga organ yang memproduksi hormon mengalami penurunan fungsi.
Keadaan ini sering dilaporkan pada beberapa keadaan misalnya pada beberapa olahragawan
yang sering melakukan latihan berlebih (over-traning) dan kerja berlebih (over working).
Kurang tidur, tidak senang dan stres akan menyebabkan beberapa hormon meningkat terutama
hormon stres antara lain adrenalin dan kortison. Selain itu pada saat seseorang melakukan
sesuatu aktivitas dimana beban kerja melampaui batas kerja maka saat itu mulai terjadi radikal
bebas disamping penurunan beberapa kadar hormon sehingga keadaan inilah yang akan
mempercepat proses penuaan.8

Proses penuaan mengakibatkan perubahan anatomis dan fungsi organ yang


bertanggungjawab terhadap imunitas, diantaranya kelenjar timus yang mengalami atrofi.
Akibat atrofi kelenjar timus,terjadi penurunan produksi hormon Thymulin yang merupakan
hormon spesifik kelenjar timus dan dibutuhkan untuk proses diferensiasi dan pematangan sel
T helper (Th1), menginduksi beberapa marker pada sel T, meningkatkan fungsi sel T, termasuk
sitotoksik alogenik, dan produksi IL2 (Interleukin 2). Hormon thymulin membutuhkan zat /
serum seng sebagai ko-faktor untuk melakukan aktivitas biologinya. Aktivitas hormon
Thymulin diukur melalui serum thymulin activity. Bila serum thymulin activity menurun, maka
Th1 akan menurun, sehingga terjadi penurunan sel CD4 baru. Selain itu penurunan thymulin
juga mengakibatkan penurunan aktivitas sel natural killer dan sel T sitolitik yang banyak
berperan untuk membunuh bakteri dan sel tumor.9

Sirkulasi hormon- hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur. Hormon


DHEA (Dehydroepiandrosterone) erat hubungannya dengan penurunan fungsi kekebalan
tubuh. Prostglandin, hormon yang mempengaruhi proses tubuh seperti suhu dan metabolisme
tubuh juga meningkat pada usia tua dan menghambat sel imun yang penting. Kelompok lansia
lebih sensitif pada reaksi prostaglandin daripada dewasa muda, yang menjadi penyebab utama
defisiensi imun pada lansia.8,9

19
Hormon estrogen adalah hormon yang mampu membuat wanita menjadi awet muda.
Estrogen pada wanita terdapat dalam jumlah yang besar, sedangkan pada laki-laki dalam
jumlah yang kecil. Produksi estrogen dikendalikan oleh kelenjar hipofise di otak, yang
merupakan salah satu kelenjar multifungsi. Pada wanita estrogen dibuat dalam sel telur sampai
usia tertentu berhenti dihasilkan, sehingga terjadi monopause. Seseorang dikatakan mengalami
monopause jika tidak mengalami menstruasi lagi selama 12 bulan. Proses monopause sendiri
memakan waktu 3 sampai dengan 5 tahun, umumnya monopause terjadi pada usia 50-an,
namun saat ini tidak jarang ditemui wanita awal 40-an sudah mengalami monopause diduga
karena faktor stress, gaya hidup dan pola makan yang berubah.8,9

Pada pria, estrogen diproduksi di buah zakar (testis), otak, dan dalam jumlah kecil di
jaringan lemak, melalui enzim aromatase. Estrogen dalam jumlah kecil juga penentu kesuburan
laki-laki, melalui peranannya pada gerakan sperma. Testosteron pada seorang laki-laki akan di
ubah menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Gangguan keseimbangan kadar estrogen dan
testosteron akan menimbulkan keluhan seperti banyak berkeringat, gangguan tidur dan
agresivitas turun, daya tahan tubuh turun, dan sensibilitas meningkat. Seiring dengan
bertambahnya usia maka terjadi penurunan produksi dan juga fungsi dari hormon- hormon ini.
Perubahan – perubahan tersebut seringkali menimbulkan gangguan emosional seperti merasa
tidak cantik lagi, tidak berharga, tidak dibutuhkan, kehilangan daya tarik seksual dan gairah
seksual.8,9

Hormon melatonin diproduksi oleh kelenjar pineal yang berperan dalam mengatur
siklus tidur. Produksinya semakin menurun terutama pada usia 50 tahun, dan mencapai
setengahnya pada usia 60 tahun yang mengakibatkan lansia mengalami gangguan siklus tidur
(insomnia).8,9

2.8 Pengaruh Aging Terhadap Perubahan Sistem Imun Tubuh

Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia,
mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain, serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi
serangan bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun ini adalah mencari dan
merusak penyerbu (invader) yang membahayakan tubuh manusia.8,9

Fungsi sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan


imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respon imun dengan
peningkatan usia. Hal ini bukan berarti manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat

20
menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan
autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan oleh perjalanan alamiah penyakit yang
berkembang secara lambat dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun
kemudian. Di samping itu, produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga
berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok usia lanjut kurang
efektif melawan penyakit. Masalah lain yang muncul adalah tubuh orang tua kehilangan
kemampuan untuk membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda
itu bagian dari dalam tubuhnya sendiri.7,8,9

Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring pertambahan usia adalah proses thymic
involution. Thymus yang terletak di atas jantung di belakang tulang dada adalah organ tempat
sel T menjadi matang. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan
membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Seiring perjalanan usia, maka banyak sel T atau
limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan penyakit. Volume jaringan thymus
kurang dari 5% daripada saat lahir. Saat itu tubuh mengandung jumlah sel T yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya (saat usia muda), dan juga tubuh kurang mampu mengontrol
penyakit dibandingkan masa-masa sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka dapat mengarah pada
penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat mengidentifikasi dan melawan kanker atau
sel-sel jahat. Inilah alasan mengapa resiko penyakit kanker meningkat sejalan dengan usia.6,7

Pemeriksaan anatomis menunjukkan bahwa ukuran maksimal kelenjar Timus


terdapat pada usia pubertas sesudahnya akan mengalami proses pengecilan. Pada usia 40- 50
tahun jaringan kelenjar tinggal 5-10%. Diketahui bahwa Timus merupakan kelenjar endokrin
sekaligus tempat deferensiasi sel limfosit T menjadi sel imunokompeten involusi ditandai
dengan adanya infiltrasi jaringan fibrous dan lemak. Sentrum Germinativum jumlahnya
berkurang dan menjadi fibrotik serta kalsifikasi. Konsekuensinya kemampuan kelenjar Timus
untuk mendewasakan sel T berkurang.10

Salah satu komponen utama sistem kekebalan tubuh adalah sel T, suatu bentuk sel darah
putih (limfosit) yang berfungsi mencari jenis penyakit patogen lalu merusaknya. Limfosit
dihasilkan oleh kelenjar limfe yang penting bagi tubuh untuk menghasilkan antibodi melawan
infeksi. Secara umum, limfosit tidak berubah banyak pada usia tua, tetapi konfigurasi limfosit
dan reaksinya melawan infeksi berkurang. Manusia memiliki jumlah sel T yang banyak dalam
tubuhnya, namun seiring perkembangan usia maka jumlahnya akan berkurang yang
ditunjukkan dengan rentannya tubuh terhadap serangan penyakit.6,7

21
Kelompok usia lanjut kurang mampu menghasilkan limfosit untuk sistem imun. Sel
perlawanan infeksi yang dihasilkan kurang cepat bereaksi dan kurang efektif daripada sel yang
ditemukan pada kelompok dewasa muda. Ketika antibodi dihasilkan, durasi respon kelompok
usia lanjut lebih singkat dan lebih sedikit sel yang dihasilkan. Sistem imun kelompok dewasa
muda termasuk limfosit dan sel lain bereaksi lebih kuat dan cepat terhadap infeksi daripada
kelompok dewasa tua. Di samping itu, kelompok dewasa tua khususnya berusia di atas 70 tahun
cenderung menghasilkan autoantibodi yaitu antibodi yang melawan antigennya sendiri dan
mengarah pada penyakit autoimun. Autoantibodi adalah faktor penyebab rheumatoid arthritis
dan atherosklerosis. Hilangnya efektivitas sistem imun pada orang tua biasanya disebabkan
oleh perubahan kompartemen sel T yang terjadi sebagai hasil imvolusi timus untuk
menghasilkan interleukin 10 (IL-10). Perubahan substansial pada fungsional dan fenotif profil
sel T dilaporkan sesuai dengan peningkatan usia.6,7

Sel CD4 dan sel CD8 merupakan bagian dari limfosit T (subset limfosit T). CD4
merupakan marker sel T helper yang berperan penting dalam imunitas tubuh, terutama imunitas
adaptif (acquired) yang berbasis sel (cell mediated immunity). Secara umum pada lansia sistem
imun berbasis sel (cell-mediated immunity) lebih menunjukkan penurunan dibandingkan
dengan imunitas humoral. Penuaan ditandai dengan adanya penurunan sel Th1 subset CD4
dimana jumlah CD4 ini semakin rendah bila terjadi infeksi pada lansia. Secara khusus sel CD8
juga berkurang pada usia lanjut. Sel CD8 mempunyai 2 fungsi yaitu untuk mengenali dan
merusak sel yang terinfeksi atau sel abnormal, serta untuk menekan aktivitas sel darah putih
lain dalam rangka perlindungan jaringan normal.7,9

22
BAB III

KESIMPULAN

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan


untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Perubahan- perubahan anatomi yang terjadi pada lansia antara lain perubahan pada sel, sistem
saraf, sistem penglihatan, sistem pendengaran, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem endokrin,
sistem muskuloskeletal,dan juga perubahan pada rongga mulut.

Lansia juga mengalami penurunan produksi dan fungsi hormon seiring dengan
pertambahan usia. Aging (penuaan berhubungan dengan perubahan fungsi imun tubuh, dimana
kemampuan imunitas tubuh dalam melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respon imun
dengan peningkatan usia. Produksi imunoglobulin yang dihasilna oleh tubuh lansia juga
berkurang jumlahnya bahkan bisa terjadi tubuh lansia kehilangan kemampuan untuk
membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu bagian dari
dalam tubuhnya sendiri yang dikenal dengan autoimun. Sehingga tidak jarang lansia terkena
penyakit autoimun.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo RB. Buku Ajar Geriatrik. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2009.

2. Sagala Irawati. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Lansia. Available from :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8559 . Akses : 1 November 2017.

3. Tamtomo GD. Perubahan Anatomi Organ Tubuh pada Penuaan. Available from :

https://library.uns.ac.id/perubahan-anatomik-organ-tubuh-pada-penuaan/ Akses :1 November 2017.

4. Mamitoho AF, Sapulete IM, Damajanty H. Pangemanan C. Pengaruh senam lansia terhadap kadar

kolesterol total pada lansia di BPLU Senja Cerah Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4,

Nomor 1, Januari-Juni 2016 Available from :

id.portalgaruda.org/index.php?...viewjournal&journal...%20Vol%2. Akes : 1 November 2017

5. Patath AW. Theories of Aging. Res Artic Int J Indian Psychol ISSN. 2017;4142(3):2348-5396.

doi:10.25215/0403.142.

6. Goldsmith TC. An Introduction to Biological Aging Theory.; 2014.

7. Implikasinya DAN, Lansia P. Teori penuaan, perubahan pada sistem tubuh dan implikasinya pada

lansia. 2010:1-29.

8. Pangkahila JA. Pengaturan Pola Hidupdan Aktivitas Fisik Meningkatkan Umur Harapan Hidup.

Sport Fit J. 2013;1(1):1-7. doi:10.1073/pnas.0703993104.

9. Sugeng MW, Adriani M, Wirjatmadi B. Hubungan serum seng dengan jumlah CD4 pada lansia di

Panti Jompo. J Gizi Indones. 2013;2(1):1-5.

10. Fulop T, Witkowski JM, Pawelec G, Alan C, Larbi A. On the immunological theory of aging. Aging

Facts Theor. 2014;39(May):163-176. doi:10.1159/000358904.

24

Anda mungkin juga menyukai