Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN DAN PERILAKUANAK SEKOLAH TENTANG

KECACII\GAN DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI


KECAvTA*TAI\LABUANKABUPATENDONGGALATAHUN2012
Made Agus Nurjana', Samarang', Phetisya Pamela Frederika Sumolang', Gunawan'

'Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Penelitian dan PengembangarrKesehatan,


Kementerian Kesehatan RI

ABSTRACT
I

Helminth infections in children is generally higher in children than in adult because of


children have a lower knowledge and attitude compare to adult thqt lead themtb:a laching in
personal hygiene. In order to assess the lcnowledge and behavior of school,children a6out
helminth, a cross sectional study was conducted in I0 elementqry school in Labuan Sub
District on January 2012. 241 stool samples were collected and 454 respondents were
interviewed on this study. The prevalence of helminth infections in children in Labuan Sub
District is l7,0lo%. The children knowledge about symptoms and model of transmission were
still low. Howeveti children's behavior for instance washing hands before eating and after
defecating using footwear when playing outside showed a positive practice. A regular
counseling are needed to improve the school children's lcnowledge and behavior

Key words: Knowledge, Behaviour Helminth, School Children

PENDAHULUAN tingkat hidup suatu masy arakat, kemajuan


Penyakit kecacingan merupakan salah kesejahteraan penduduk dan keadaan
satu penyakit yang masih banyak terjadi di sanitasi lingkungan.
masyarakat, namun kurang mendapatkan Infeksi parasit usus umunnya tidak
perhatian (neglected disease). Salah satu menimbulkan kematian, namun kondisi
penyakit dari kelompok ini adalah patologis itu secara bertahap dapat
penyakit kecacingan yang disebabkan oleh menyebabkan kelemahan penderita yang
infeksi cacing kelompok Soil Transmitted berakibat penurunan produktifitas kerja,
Helminth (STH) yaitu kelompok cacing menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
yang siklus hidupnya melalui tanah yang kecerdasan dan produktivitas penderita
merupakan penyakit tersembunyi (silent sehingga secara ekonomi banyak
disease) dan kurang terpantau olehpetugas menyebabkan kerugian, karena adanya
kesehatan. Infeksi cacing usus terutama kehilangan karbohidrat dan protein serta
yang tergolong dalam STH, masih kehilangan darah yang pada akhirnya
merupakan penyakit rakyat dengan dapat menurunkan kualitas sumber daya
prevalensi yang cukup tinggi di daerah manusia.
tropis di negara-rregara yang sedang WHO memperkirakan 3,5 milyar
berkembang, terutama pada masyarakat orang telah terinfeksi cacing usus dan 450
dengan sosial ekonomi rendah di pedesaan juta telah dilaporkan menderita penyakit
serta ditemukat pada semua golongan ini yang ditemukan pada anak-anak.
umurdanjeniskelamin. Survei terhadap 300 orang di Nigeria
Di antara semua infeksi parasit usus, menunjukkan bahwa angka infeksi
infeksi cacing pada umumnya mempunyai kecacingan adalah 83,30 ,yang terdiri dari
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan As caris lumbricoides (67,7 o/o),Hookworm
protozoa. Tinggi rendahnya prevalensi (45%), Trichuris trichiura (3l,3oh) dan
usus dapat dipakai sebagai barometer Strongyloides sterocalis (18%).

t2
Pengetahuan dan Perilaku Anak Sekolah (Made Agus Nurjana, Samarung, et a[)

Sedangkan penelitian di Cina ketika menjelaskan bagaimana cara


menunjukkan prevalensi lebih rendah, mengambil tinja. Pengambilan sampel
yaitu di Kota Simao (40,2Yo) dan di Kota tinja dilakukan dengan menggunakan stik
Mengla (68,3%). Survey yang pen-rah es seukuran setengah ruas jari kelingking
dilakukan di tiga Sekolah dasar (SD) di yang telah disediakan. Stik kemudian
Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala dimasukkan kedalam kantongan plastik
tahun 2007 menunjukkan bahwa lalu direkatkan. Kemudian kantongan
prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides plastik tersebut dimasukkan lagi kedalam
19.1% dan Z trichiura adalah sebesar kantongan plastik yang ukurannya lebih
I .50 o. besar selanjutnya diikat agar aroma tinja
Anak usia Sekolah Dasar (SD) tidak keluar. Kantong tinja -vaIrg telah terisi
merupakan golongan yang paling rentan dikumpull,an perkelas keesokan harinya
terhadap penyakit parasit usus kepada guru kelas yang nantinya akan
dikarenakan kebiasaan dari anak yang dr-1 emput oleh peneliti.

kurang memperhatikan higienitas Sarnpel tinja yang terkumpul


diakibatkan oleh tingkat pengetahuan dan selanjutnya diperiksa dengan metode
perilaku terhadap kecacingan masih langsung untuk mengetahui ada tidaknya
rendah. SD di Kecamatan Labuan telur cacing pada seciiaan tinla yang
mempakan salah satu daerah yang rentan dikumpulkan karena merupakan metode
terhadap kecacingan. Oleh karena itu perlu yang paling murah, sederhana dan cepat.
diketahui pengetahuan dan perilaku anak Pemeriksaan dilakr"lkan dengan
sekolah dasar di Kecamatan Labuan menggunakan larutan lugolZoio diatas kaca
Kabupaten Donggala tentang kecacingan. benda. Selanjutnya pada lar:rtan tersebut
ditambahkan sedikit tinja (.1-2 mm)
BAHAN DAN METODE dengan stik es krim. Tinja dihancurkan
Penelitian ini menggunakan dengan cara mengaduk dengan stik es krim
rancangan cross-sectional dengan di atas kaca benda hingrra tei'bentuk
pendekatan kualitatif dan kuantitatif" suspensi homogen. Bila pada sampel
Metode pengambilan sampel dengan cara terdapat bahan yang kasar seperli sisa
cluster sampling sederhana dimana makanan atau pasir hams dikeluarkan
seluruh SD di Kecamatan Labuan diacak terlebih dulu dengan menggunakan iidi.
untuk kemudian dipilih 10 SD dan seiuruh Suspensi tinja kemudin ditutup dengan
anak SD kelas IV, V dan VI diambil kaca penutup (deck glass) dan diusahakan
sebagai sampel, karena anak-anak pada supaya cairan merata di
bawah kaca
kelas tersebut (usia > 7 tahun) sudah dapat petutup tanpa ada gelembung udara.
menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan Sediaan selanjutnya diperiksa dengan
yang diberikan dan sudah dapat mikroskop dengan perbesaran 100 x dan
dipertanggungj awabkan kebenarannya, 400 x.
apalagi pertanyaan-pertanyaan yang Pada penelitian ini, wawancara
diberikan seputar kebiasaan sehari-hari. dengan menggunakan kuesioner
Daftar seluruh nama anak SD kelas IY terstruktur dilakukan pada seiuruh siswa
V dan Vl
yang diperoleh dari gu11l SD yang bersedia diwawancarai.
penanggllng jawab kelas, digunakan Wawancara dilakukan oleh Peneliti Balai
sebagai dasar dalam penulisan nama dan Litbang P2B2 Donggala secara langsung
kelas pada kantongan tempat sampel tinja. kepada anak SD yang bersangkutan dair
Penulisan nama dilakukan dengan dipastikan tidak ada tekanan maupun
menggunakan spidol water prooJ. Peneliti pengaruh dalam memberikan jawaban
dibantu oleh guru penanggung jawab kelas baik oleh gum maupun teman sekelas

13
Jumal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 : 12 - 18

lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara. HASIL


wawancara dilakukan pada tempat ,sampel tinja yang berhasil
terpisah dengan teman-ternan dan dikumpulkan sebanyak 266 sampel
gurunya. Jumlah anak SD yang berhasil (4J,84%) dari total siswa yangtercatat di
diwawancara sebanyak 454 responden. kelas IV, VdanVI di 10 SD di Kecamatan
Pengumpulan sampel dilakukan Bulan Labuan yang telah dipilih secara acak dan
Januari 2012, selanjutnya hasil wawancara anak sekol ah yang berhasil diwawancara
dan pemeriksaan tinja dianalisis dengan sebanyak 454 anak (8L,65%). Hasil
menggnnakan STATA versi 11. Analisis pemeriksansampeltiryadapatdilihatpada
yang digunakan yaitu distribusi frekuensi tabel l.
unhrk mengetahui gambaran pengetahuan
dan perilaku anak S D tentang kecacingan.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan tinja anak SD di Kec. Labuan,Tahun2012


No. Jenis Parasit Usus Frekuensi (o%)
I Ascqris lumbricoides 15 (6,22)
2 Hookworm 11 (4,56)
3 Trichuris trichiurct 3 (.7,24)
4 Enterobius vermicularis 2 (0,83)
5 Ascaris lumbricoides & Hoorc*\orm 7 (2,90)
6 Ascaris lumbricoides & Trichuris trichiurq 2 (0,90)
7 Trichuris trichiura & Hoohuorm I (0,41)
B Negatif 200 (82,99)
TOTAL 247

Hasil survey tinja menunjukkan SD yang diperiksa tinjanya. Dari jumlah


ditemukan
bahwa cacing usus tertinggi tersebut 3,8o diataranya mix dengan
pada anak SD yaitu cacing Ascaris HoolcwormdanTrichuristrichiura.
lumbricoides (70,02oh) dari total 24L anak

Tabel 2. Karakteristik Anak SD yang diwawancarai


di Kec. Labuan, Tahun2012

No Karakteristik Frekuensi (o/o)


1 Umur
<: 10tahun 177 (38,99)
> 10tahun 2'77 (61,01)
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 230 (50,66)
Perempuan 224 (49,34)
3 Kelas
IV (empat) 135 (29,74)
V (lima) 149 (32,82)
VI (enam) 170 (37,44)

Anak SD yang berhasil diwawancarai Siswa dengan jenis kelamin laki-laki lebih
sebanyak 454 orang, dimana lebih banyak banyak diwawancarai dibandingkan
diwawancarai anak berusia > 10 tahun perempuandananakkelasVllebihbanyak
dibandingkan usia kurang dari l0 tahun. dibandingkananakkelaslainnya.

t4
Pengetahuan dan Perilaku Anak Sekolah ............. (Made Agus Nurjana, Samarang, et af

Tabel 3. Pengetahuan Anak SD di Kec. Labuan, Tahun 2012

No Pengetahuan Frekuensi (%)


Pemah dengar (n:454)
Ya 173 (38,11)
Tidak 281 (61,89)
Gejala
Perut buncit (n:173) 12 (6,94)
Gatal-gatal (n:1 73) 11 (6,36)
Mual/muntah (n:173) 4 (2,31)
Pucat (n:173) 2 (1,t6)
Lesu/kurang bergairah (n: 1 73) I (0,58)
Keluar cacing dari anus (n:173) 15 (8,67)
Lainnya (n-173) 142 (82,08)
Cara penularan
Makanan/oral (n-173) t6 (9,25)
Tanah/kulit (n:173) 92 (53,18)
Lainnya (n:173) 72 (4t,62)
Cara pencegahan
Minum obat cacing (n-173) l9 (10,98)
PHBS (n:173) 90 (52,02)
Makan teratur (n:173) 2 (.t,16)
Lainnya (n:173) 62 (35,84)

Tingkat pengetahuan anak SD tentang diketahui yaitu perut buncit, adaptn cara
kecacingan sangatlah rendah, dimana penularannya menurut mereka yaitu
hanya 173 anak (38,11%) yang pernah melalui tanahlkulit dan cara mencegahnya
mendengar tentang penyakit kecacingan, yaitu dengan cara Perilaku Hidup Bersih
dari 173 responden, gejala yang umum dan Sehat (PHBS).

Tabel4. Periiaku anak SD di Kec. Labuan, Tahun2012


Perilaku Frekuensi (%)
Cuci Tangan sebelum makan (n-454)
Ya 348 (16,65)
Tidak 106 (23,35)
Setelah BAB cuci tangan (n:454)
Ya 344 0s,77)
Tidak 1r0 (24,23)
Memakai alas kaki bila main di luar (n:454)
Ya 356 (78,41)
Tidak 98 (21 ,59)
Biasa bermain tanah (n:454)
Ya 277 (6t,0t)
Tidak fl] (38,99)
Jajan di sekolalVrumah (n-454)
Ya 408 (89,87)
Tidak 46 (10,13)
Kebiasaan BAB (n:454)
WC/jamban 3r4 (69,16)
Terapat lain 140 (30,84)
Kebersihan kuku (n:454)
Bersih 17s (38,55)
Kotor 279 (61,45)

15
.VI
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. No. 1, 2012 : 12 - 18

Hasil wawancara perilaku anak SD ini juga masuk dalam sepuluh infeksi
menunjukkan perilaku yang cukup baik parasit yang penting di dunia menurut
dalam mencegah kecacingan. Dimana WHO.
sebanyak 76,65oh berperilaku baik dalam Pada umumnya frekuensi infeksi l.
hal cuci tatgan sebelum makan, setelah lumbricoides lebih tinggi terjadr pada
BAB, menggunakan alas kaki bila bermain anak-anak dibandingkan orang dewasa.
di luar dan kebiasaan BAB di jamban/WC. Hal ini disebabkan oleh kesadaran anak-
Sedangkan perilaku bermain di tanah, anak akan kebersihan dan kesehatan masih
jajan di sekolah/rumah dan kebersihan rendah ataupun mereka tidak berpikir
kuku menunjukkan angka yarrg lebih sampai ke tahap itu. Sehingga arnk-anak
rendah (<40%). lebih mudah terinfeksi larva cacing A.
lumbricoides.
PEMBAHASAN Tingginya angka infeksi kecacingan
Prevalensi angka kecacingan yang pada anak sekolah disebabkan oleh
ditem-ukan pada anak SD di Kecamatan kurangnya pengetahuan anak sekolah
Labuan mencapai l7,0loA. Angka ini lebih dasar tentang kecacingan, selain ifu juga
rendah bila dibandingkan dengan dipengaruhi oleh perilaku yang kurang
pemeriksaan yang pernah dilakukan pada mendukung terhadap pencegahan agar
3 (tiga) SD yang ada di Kecamatan Labuan supaya tidak terinfeksi kecacingan.
pada tahun 2007, yaitu sebes ar 2l,2Yo, hal Tingkat pengetahuan yang rendah akan
ini dikarenakan pada survey sebelumnya berpengaruh terhadap perilaku anak
jumlah sampel yang diambil relatif lebih sekolah. Hasil wawaficara menunjukkan
sedikit, yaitu tiga SD dengan jumlah bahwa sangat sedikit anak sekolah yang
sampel keseluruhan 66 anak. Selain itu pernah mendengar tentang kecacingan
rendahnya prevalensi yang ditemukan yaitu 38,llYo. Meskipun mereka
pada kegiatan ini kemungkinan mempunyai perilaku yang sering bermain
disebabkan karena angka cakupan tanah, tetapi beberapa perilaku lainnya
pengumpulan tinja tidak mencapai 50Yo menunjukkan hal yang positif seperti cuci
disebabkan oleh waktu pengumpulan tinja tangan sebelum makan dan setelah BAB
yang relatif singkat (dua hari) sehingga dengan menggunakan sabun,
banyak siswa yang tidak sempat menggunakan alas kaki bila bermain di
mengumpulkan sampel tinjanya maupun luar dan mempunyai kebiasaan BAB di
adanya siswa yang tidak bersedia jamban{MC. Hasil penelitian Mahfudin,
mengumpulkan tinjanya. Meskipun dkk menunjukkan bahwa mencuci tangan
demikian angka ini masih lebih tinggi sebelum makan dan setelah BAB dapat
dibandingan angka kecacingan nasional, menurunkan infeksi cacing usus.
yaitu llYo. Hasil penelitian menunjukkan Faktor fisik seperti tanah liat,
bahwa prevalensi A. lumbricoides pada kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar
anak SD di Kecamatan Labuan relatif antar a 2 5 -30 "C merup ak an hal yang s angat
masih tinggi yaitu 10,02Yo dan angka ini baik untuk berkembangnya telur A.
paling tinggi dibandingkan dengan infeksi lumbricoides menjadi bentuk infektif.
kecacingan lainnya. Hasil sesuai ini Anjuran mencuci tangan sebelum makan,
dengan hasil penelitian dibeberapa daerah mengunting kuku secara teratur,
lainnya di Indonesia, yang menunjukkan pemakaian jamban keluarga serta
bahura A. lumbricoides menunjukkan pemeliharaan kesehatan pribadi dan
angka yang lebih tinggi. Tingginya infeksi lingkungan dapat mencegah Ascariasis.
cacing jenis ini dibandingkan dengan Hal ini sangat penting untuk diperhatikan
cacing lainnya dikarenakan penularan mengingat akibat yang ditimbulkan oleh
cacing jenis ini paling mudah menginfeksi infeksi cacing pada anak sekolah sangat
terutama pada anak-anak yang kurang besar yaitu anak menjadi kurus (berat
memperhatikan kebersihan. Infeksi cacing badanmenurun), anemia, perut buncit dan

t6
Pengetahuan dan Perilaku Anak Sekolah (Made Agus Nurjana, Samarang, et al)

menyebabkan rasa malas belajar dan pada Entomologi dan Moluska; Jakarta:
akhirnya akan berakibat menurunnya Badan Penelitian dan Pengembaflgan
prestasi anak di sekolah" I{al ini Kesehatan;2008.
diakibatkan oleh zat makanan yang masuk 2. Moentrarsi F, Noerhayati S, Sumarni
ke dalam tubuh anak akan dikonsumsi oleh S, Soenarno, Winoto E. Infeksi Cacing
cacing yang berkembang biak di dalam Usus pada Anak Balita dan
pencernaan anak tersebut, pada akhirnya Pengobatannya di Desa Berta,
kesehatan anak menjadi terganggu atau Susukan Banj arnegara. Cermin Dunia
menurun. Kedokteran. 1980;Nomor Khusus
Simposium Masalah Penyakit
KESIMPULAN Parasit:71-5.
1. Tingkat pengetahuan anak SD di J. Suyoko, Musfiroh S, Sutarti, S N.
Kecamatan Labuan tentang Prevalensi Parasit Usus pada Panti
kecacingan masih sangat rendah. Asuhan di Yogyakarta. Berkala Ilmu
2. Perilaku anak SD cukup baik dalam Kedokteran. 1 980;Jilid XII ( 1): 1 -6.
mencegah kecacingan. seperti 4. Sumarni S, Sutarti E, Hadianto T.
mencuci tangan sebelum makan Infeksi Parasit di Daerah Transmigrasi
maupun setelah BAB, menggunakan
Sanggau Kalimantan barat. Berita
alas kaki bila bermain diluar dan
kebiasaan BAB di jamban/WC.
Kedokteran Masyarakat.
1 987;Volume III (4): 1 19-25.

SARAN
5. Wrjayanti M, Emaningsih. Parasit
Usus pada Sampel Tinja yang di
1. Guna meningkatkan pengetahuan dan
Konsultasikan di Laboratorium
perilaku anak sekolah dasar tentang
kecacingan maka perlu adanya Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
penyuluhan secara berkaia dengan
Selama tahun L990-1992. Berita
metode yang tepat dengan melibatkan
orang tua, guru dan petugas kesehatan.
Kedokteran Masyarakat.
994;Vo1um e X (2) :7 7 -81
2. Perlu tersedianya kamar mandi yang
1 .

dilengkapi jamban dan sabun cuci 6. Ernaningsih, Mulyaningsih B,


tangan di sekolah-sekolah. Hadianto T. Prevalensi Parasit Usus di
3. Menempelkan poster cara mencuci daerah Kalikutes, Pituruh, Purworejo.
tangan yang benar di kamar mandi 1989:370-5.
sekolah. 1. Ayalew A, Debebe T, Worku A.
4. Melaksanakan pemeriksaan tinja dan Prevalence and Risk Factors of
minum obat cacing secara teratur Intestinal Parasites among Delgi
minimal 6 bulan sekali untuk Scholl Children, North Gondar,
mencegah kecacingan. Ethiopia. Journal of Parasitology and
Vector Biology. Desember 2011;Vol.
UCAPAN TERIMAKASIH 3(5):75-81.
Ucapan terima kasih kami sampaikan 8. Sackey ME. Intestinal Parasitic
kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Infections, Risk Factors and
Donggala, para kepala sekolah dan guru Consequences for Child Growth, Iron
sefia seluruh teman-teman yang telah Status and Development in Rural
membantu terlaksananya kegiatan ini. Ecuador. Equador: Virginia
Polytechnic and State University;
DAFTARPUSTAKA 2001.
1. Sudomo M. Penyakit Parasitik yang 9. Ibidado CA, Okwa O. The Prevalence
Kurang Diperhatikan di Indonesia and Intensity of Soil Transmitted
Orasi Pengukuhan Professor Riset Helminths in a Rural Community,

11
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VI No- 1, 2012 : 12 - 18

Lagos Suburb, South West Nigeria. 15. Onggowaluyo JS. Parasitologi Medik
Intemational Journal of Agriculture & I (Helmintologi): Pendekatan Aspek
Biology. 2008;Vol. 1 0( 1 ): 89-92. Identifikasi, Diagnosis dan Klinik.
10. Mofid LS, Bickle Q, Jiang J-Y,DvZ- Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
W, Patrick E. Soil-Transmitted EGC;2001.
Helminthiasis in Rural South-West 16.Ascariasis dan upaya
China: Prevalence, Intensity and Risk penanggulangannya fdatabase on the
Factors Analysis. Southeast Asean J Internet]. FKM Universitas Sumatera
Trop Med Public Health. May Utara. 2001.
20;Vol. a2Q):5 t3 -26.
11 17. Mardiana, Djarismawati. Prevalensi
11. Samarang, Nurwidayati A, Leonardo. cacing usus pada murid Sekolah Dasar
Tingkat Kecacingan pada Anak wajib belajar pelayanan gerakan
Sekolah Dasar Kecamatan Labuan, terpadu pengentasan kemiskinan
Kabupaten Donggala, Suiawesi DKI Jakarla.
daerah kumuh di wilayah
Tengah. Jurnal Vektor Penyakit. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008;Vol.
2009;Volume III ( 1 ):4 1 -4. 7(2):769-74.
12. Ompusunggu S, Budi. Perbandingan 18. Gandahusasda SH, Ilahude HD,
sensitifitas beberapa metode Pribadi W. Parasitologi Kedokteran.
pemeriksaan tinja manusia terhadap FKUI; 1 998.
3th ed. Jakarla:
telur cacing usus. Cermin Dunia 19. Seffiyanti Y. Hubungan penyakit
Kedokteran. I 999;No. 124:37 -40. cacingan dengan prestasi belajar pada
13. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, anak sekolah dasar. Malang:
Zulhasril, Sjarifuddin PK. Penuntun Universitas Muhammadiyah; 2006.
Praktikum Parasitologi Kedokteran. 20. Lestari S. Status gizi, infeksi
Jakarta: Fakultas Kedokteran kecacingan dan prestasi bela_iar serla
Universitas Indonesia; 2000. faktor yang berhubungan dengan
14. Pedoman umum program nasional prestasi belajar pada anak sekolah
pemberantasan cacingan di era dasar di daerah kumuh perkotaan Kota
desentralisasi. Jakarta: Depkes RI; Medan. Medan: Universitas Sumatera
2004. Utara;2009.

18

Anda mungkin juga menyukai