Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan


arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini brdampak langsung pada
bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang
kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena
cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma
masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga raawan terhadap timbulnya
gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing,
penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan
suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik
atau sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan
kepercayaan. Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan
hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian
dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan
dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam
kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai
pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan
membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat
(Lige Long Learning). Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik
selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas
tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan
pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu.
Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan
kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan untuk mnjemput masa depan.

1
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-
landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah
dan teknologi. Sedangkan asas adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang
hayat, kemandirian dalam belajar.

1.2 Rumusan Masalah

a. apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan


b. apa saja macam-macam landasan pendidikan
c. apa yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan

d. apa saja macam-macam asas-asas pendidikan

e. Bagaimana paradigma pendidikan nasional

1.3 Tujuan

a. Mengetahui pengertian landasan pendidikan


b. Mengetahui macam-macam landasan pendidikan
c. Mengetahui pengertian asas-asas pendidikan

d. Mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan

e. Mengetahui bagaimana paradigma pendidikan nasional

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui pengertian landasan pendidikan

2. Dapat mengetahui macam-macam landasan pendidikan

3. Dapat mengetahui pengertian asas-asas pendidikan

4. Dapat mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan

5. Dapat mengetahui paradigma pendidikan nasional

2
BAB II

KERANGKA BERPKIR DALAM


PENULISAN

2.1 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan


makalah ini yaitu metode literatur atau pustaka. Metode Pustaka atau
literatur adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dangan alat,baik
berupa buku, jurnal, skripsi maupun informasi dari internet.

A. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan

Adapun ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan
asas filosofis, asas sosiologis, asas kultural, asas ilmiah dan teknologis,
dan paradigma pendidikan nasional.

B. Sumber Data dan Informasi

Adapun sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini


yaitu buku-buku referensi dan internet terkait dengan model
pengembangan kurikulum

C. Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi

Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi


dokumenter yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis buku-buku, baik tertulis, gambar maupun elektronik,
dokumen atau buku yang telah diperoleh kemudian diuraikan,
dibandingkan dan dipadukan (sintesis) guna membentuk satu hasil kajian
yang sistematis.

3
D. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan

Landasan pendidikan

Asas-asas pendidikan

Paradigma
pendidikan nasional

4
BAB III

KAJIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 pengertian landasan pendidikan

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena


itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar
pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material,contoh:
landasan pesawat terbang,dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan
pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi,
adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu
aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang,
pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek
pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi
pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok
orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek
pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro),
dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau
latihan).Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa landasan
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

3.2 Macam-macam landasan pendidikan

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat


filsafat (falsafat, falsafah).Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa
Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah,
arif, atau bijaksana.Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh
dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai
kehidupan dan dunia.

5
Definisi Landasan Filosofis Pendidikan Landasan filosofis
pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan untuk
menelaah masalah-masalah pendidikanatau seperangkat asumsi yang
bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.

Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang


bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.

Tujuan Filsafat Pendidikan sebagaimana dikemukanan oleh


Edward J. Power dalam J.M. Daniel (1985) dapat dicirikan sebagai
berikut:

1. Inspirational

yaitu memberikan ilham pada ilmuwan dan pelaksana pendidikan


tentang model-model pendidikan tertentu.

2. Analytical

mengacu pda tugas filsafat pendidikan untuk menemukan dan


menafsirkan makna dalam bahasa dan praktek pendidikan.

3. Prescriptif

memberikan panduan yang jelas dan tepat bagi praktek pendidikan


dengan suatu komitmen tentang implementasinya.

4. Investigasi

memeriksa atau meneliti suatu kebenaran kependidikan.

b. Landasan sosiologis

Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang


bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu
bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita
harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar
kelompok dalam masyarakat tersebut.Untuk terciptanya kehidupan
masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam
perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota
masyarakat.

6
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma
yang dianut oleh pengikutnya, yaitu:

1. Paham Individualisme

Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir


merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja
menurut keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain.

2. Paham Kolektivisme

Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan


kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara
perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.

3. Paham Integralistik

Paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing


anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis
merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia
tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia
adalah pribadi dan juga merupakan relasi.Kepentingan masyarakat secara
keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.

Proses sosialisasi individu atau proses menjadikan anggota


masyarakat yang diharapkan.Dimana suatu proses hubunagan atau
interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, bahakan dua generasi dan memungkinkan
generasi muda untuk mengembangkan diri.

Sosiologis pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses


sosial dan pola – pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.

Di dalam proses interaksi tersebut tentu terdapat hal atau faktor-


faktor yang mendasari. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Imitasi

Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat
negatif.

2. Sugesti

Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik


pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang

7
atau mayoritas. Di sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang
berwewenang misalnya kepala sekolah dan yang mayoritas misalnya
pendapat sebagian besar temannya.Sugesti ini memberi jalan bagi anak itu
untuk mensosialisasi dirinya.Namun kalau anak terlalu sering
mensosialisasi sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional
terhambat.

3. Identifikasi

Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat


identifikasi.Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang
lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar.

4. Simpati

Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan


proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik
kepada orang lain. Faktor perasaan memang penting dalam simpati. Sebab
itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta
didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan anak –
anak akan tertib mematuhi peraturan – peraturan kelas dalam belajar.

Manusia adalah mahkluk sosial.Sosial mengacu kepada hubungan


antar individu, antar masyarakat dan individu dengan masyarakat.Hidup di
masyarakat itu merupakan manifestasi bakat sosial anak.Oleh karena itu,
aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam
perjalanan hidup peserta didik agar jadi matang.

c. Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbale balik,


sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan jalan
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupan formal.

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi


dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan.

Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang


berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan
masyarakat indonesia yang majemuk dan akan kaya kebudayaannya dan
keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan
nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis,

8
seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.

d. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Landasan ilmih dan teknologis, yaitu asumsi-asumsi yang


bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai landasan
empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui


berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran, intuisi, dan
wahyu.Dengan demikian pengetahuan mencakup berbagai cabang
ilmu.Oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan dapat bermakna
kumpulan informasi, carqa memperoleh informasi serta manfaat dari
informasi itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi
pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek.

Pengertian pendidikan berdasarkan pendidikan ilmiah pengertian


pendidikan berdasarkan beberapa disiplin ilmu, diantaranya:

1. Berdasarkan Pendekatan Psikologi


Pengertian Pendidikan dari sudut pandang psikologis
adalah individualisasi atau proses perkembangan individu.
2. Berdasarkan Pendekatan Sosiologi

Pendidikan adalah proses sosialisasi individu atau proses


menjadikan anggota masyarakat yang diharapkan.

3. Berdasarkan Pendekatan Antropologi


Pendidikan adalah proses pemindahan budaya dari suatu
generasi ke generasi berikutnya atau disebut enkulturasi.
4. Berdasarkan Pendekatan Politik
Pengertian dari sudut pandang ilmu politik adalah civilisasi
atau proses menjadi warga negara yang di harapkan.
5. Berdasarkan Pendekatan Ekonomi

9
Pendidikan adalah Profesionalisasi, artinya bagaimanakah
modal yang telah ditanamkan dalam pendidikan dapat
diperoleh keuntungannya menjadi manusia yang professional.
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada
permulaan kehidupan manusia. Pengembangan dan pemanfaatan
iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan: penelitian
dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan
teknologi serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-
religius. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah
harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek.Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran harusnya
hasil dari perkembangan iptek mutakhir.

3.3 pengertian asas-asas pendidikan

Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar


atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu
dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri.

3.4 Macam-macam asas-asas pendidikan

a. Asas Tut Wury Handayani

Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas yang


menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
(zelf-veschikkingsrecht) dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri
kehidupan umum.Asas Tut Wuri Handayani Asas Tut Wuri Handayani
merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut
Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang
dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-
narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah,1991:90).

Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari


sitem Among perguruan, di mana guru memperoleh sebutan pamong yang
berdiri di belakang dengan semboyan tut wuri handayani. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan
oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono (fisuf dan ahli bahasa) dengan

10
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada
dan Ing Madya Mangun Karsa.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu


kesatuan asas yaitu:

1) Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan menjadi contoh).

Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para


muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia
menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam
cakrawala yang baru, yanglebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan
memberi teladan.

2) Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan


dan membangkitkan semangat).

Diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau


ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu
diupayakan untuk memperkuat motifasi.Dan, guru maju ke tengah-tengah
(pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang
memungkinkan para muridnya mengembangkan, memperbaiki,
mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang telah
dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk
akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya.

3) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti


dengan awas).

Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas 1922 yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum.

Keadaan yang dapat ditemukan dalam pendidikan berkaitandengan


asas ini antara lain :

1. Peserta didik mendapat kebebasan dalam memilih pendidikan dan


keterampilan yang diminati di semua jalur, jenis dan jenjang
pendidikan yang disediakan sesuai potensi, bakat, dan kemampuan
yang dimiliki.

2. Peserta didik mendapat kebebasan memilih pendidikan kejuruan yang


diminati agar mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja dan
bidang yang diinginkan.

11
3. Peerta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa mendapat
kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan keterampilan
yang diminati sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.
4. Peserta didik yang memiliki keistimewaan atau kekurangan dalam fisik
dan mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan
keterampilan yang sesuai dengan keadaanya.
5. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan memperoleh
pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kondisi daerahnya.
6. Peserta didik dari keluarga tidak mampu mendapatkan kesempatan
memperoleh pendidikan dan keterampilan sesuai dengan minat dan
kemampuanya dengan bantuan dan dari pemerintah masyarakat.

Agar diperoleh latar keberlakuan awal dari asas tut wuri


handayani,perlu dikemukakan ketujuh asas Perguruan Nasional Taman
Siswa tersebut. Seperti diketahui Perguruan Nasional Taman Siswa yang
lahir pada tanggal 3 Juli 1992 berdiri diatas tujuh asas yang merupakan
asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah Kolonial Belanda serta
sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang
nasional dan demokrasi.

Ketujuh asas tersebut yang secara singkat disebut “Asas 1922”


adalah sebagai berikut:

1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya


sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam
perikehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang
berfaedah, yang dalam arti lahir dan bathin dapat
memerdekakan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan
kebangsaan sendiri.
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat
menjangkau kepada seluruh rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-
penuhnya lahir maupun bathin hendakalah diusahakan dengan
kesatuan sendiri,dan menolak bantuan apa pun dan dari siapa
pun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan
bathin.

12
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri
maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan
lahir dan bathin untuk mengorbankan segala kepentingan
pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas pada butir a yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
(zelf-veschikingsrecht) dengan mengingat tertibnya persatuan dalam
kehidupan umum.Dari asas yang pertama inilah jelas kita ketahui bahwa
tujuan yang ingin dicapai oleh Perguruan Taman Siswa adalah kehidupan
yang tertib dan damai. Asas inilah yang mendorong Taman Siswa untuk
mengganti sistem pendidikan cara lama yang lebih menitik berartkan
tentang pengajaran menggunakan perintah, paksaan, dan hukuman dengan
sistem khas dari Taman Siswa yaitu berdasarkan atas perkembangan
kodrati. Selanjutnya dari asas ini berkembang pula “Sistem Among”
dimana guru disebut sebagai “pamong” yaitu guru sebagai pemimpin yang
berdiri dibelakang dengan memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus mencampuri, diperintah,
atau dipaksa. Guru disini sebagai pamong yang mengawasi dan wajib
mencampuritingkah laku atau perbuatan anak jika anak tidak dapat
menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman keselamatan
ggerak majunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem among adalah cara
pendidikan yang dipakai dalam sistem pendidikan di Taman Siswa dengan
maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati dan mementingkan
kodrat-idratnya para siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang
mengelilinginya.

Tujuan dari asas tut wuri handayani adalah

1. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan.


2. Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:
momong, among, ngemong.
a) Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam
anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat.
b) Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat
tumbuh menurut kodratnya.

13
c) Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin
diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat
anak membutuhkan.
3. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede).
4. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak).
5. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah
diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri
anak didik). Metode ini secara teknik pengajaran meliputi
:kepala, hati, dan panca indera (educate the head, the heart, and
the hand).

Semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut wuri


handayani, pada hakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang
sama, yakni tidak ada unsur perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada
campur tangan yang dapat mengurangi kebebasan anak untuk berjalan
sendiri dengan kekuatan sendiri.

b. Asas Belajar Sepanjang Hayat

“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan


muslimat.Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur.Tiada amalan
umat yang lebih utama daripada belajar”.

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut


pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education).Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya dan kadang-
kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan
istilah pendidikan seumur hidup.

Kedua istilah ini memang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat


dibedakan.

1. Penekanan istilah “belajar” adalah perubahan perilaku


(kognitif/afektif/psikomotor) yang relative tetap karena
pengaruh pengalaman, sedangkan
2. Penekanan istilah “pendidikan” menekankan pada usaha
sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan
yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih
efisien efektif, dengan kata lain, lingkungan yang
membelajarkan subjek didik.

Selanjutnya pendidikan sepanjang hayat didefinisikan sebagai


tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan

14
pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas
mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang
paling tua.

Pendidikan sepanjang hayat bukan merupakan pendidikan yang


berstruktur namun suatu prinsip yang menjadi dasar dalam menjiwai
seluruh organisasi system pendidikan yang ada. Dengan kata lain
pendidikan sepanjang hayat menembus batas-batas kelembagaan,
pengelolaan, dan program yang telah berabad-abad mendesakkan diri pada
system pendidikan.

Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di


sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya 2 misi, yaitu
membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif, dan serentak
dengan itu meningkatkan kemauan dankemampuan belajar mandiri
sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Ditinjau dari pendidikan
sekolah, masalahnya adalah bagaimana merancang dan
mengimplementasikan suatu program belajar mengajar sehingga
mendorong belajar sepanjang hayat, dengan katalain, terbentuklah
manusia dan masyarakat yang mau dan mampu terus menerus belajar.

c. Asas Kemandirian dalam Belajar

Baik asas Tut Wuri Handayani maupun belajar sepanjang hayat


secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam
belajar.Asas Tut Wuri Handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi
kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.

Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan


apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu
mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar
sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun
orang lain.

Asas Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar


yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri,
dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.

Ada beberapa variasi pengertian belajar mandiri yang diutarakan


oleh para ahli seperti dipaparkan Abdullah (2001:1-4) sebagai berikut:

15
1. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan
pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri.
Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management
(manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan
tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor,
mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya) (Bolhuis;
Garrison).
2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat
penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa.
Motivasi memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan
menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian
sehingga tujuan dapat dicapai (Corno; Garrison).
3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur
bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak
kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa
yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya (Lyman; Morrow,
Sharkey, & Firestone).

Jika para ahli di atas memberi makna tentang belajar mandiri


secara sepotong-sepotong, maka Haris Mujiman (2005:1) mencoba
memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih lengkap.Menurutnya
belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau
motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah,
dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki.
Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik
penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara
belajar, maupun evaluasi belajar dilakukan oleh siswa sendiri.

Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk


melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai
suatu kompetensi tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan
beberapa pertimbangan di atas, maka belajar mandiri dapat diartikan
sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian
maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk
menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat
digunakannya untukmemecahkan masalah yang dijumpainya di dunia
nyata.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu


menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator,
disamping peran-peran lain: informator, organisator dan sebagainya.

16
1. Sebagai fasilitator
Guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.
2. Sebagai motivator
Guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik
untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
3. Sebagai Informator
Guru sebagai salah satu sumber atau pemberi informasi
guna membantu para peserta didiknya dan memudahkan dalam
proses belajar.

4. Sebagai Organisator
Guru mempunyai suatu tugas untuk mengorganisasikan
peserta didiknya guna memudahkan dalam proses belajar yang
akan dijalaninya.

3.5 Paradigma pendidikan nasional

Paradigma atau kerangka berfikir, disebut juga mainstream, adalah


bagian dari sistem berfikir yang sangat penting dalam dunia
pendidikan.Dengan paradigma diharapkan dapat tercipta sistem dan pola
fikir yang lebih mendekati ke pola yang diharapkan atau di idealkan.

Bentuk konkret dari paradigma baru pendidikan nasional,


digambarkan dalam reformasi total pendidikan nasional yang melibatkan
masyarakat lokal, universitas di daerah, lembaga pemerintah daerah dan
lembaga pendidikan (p.103-108). Hal tersebut didasarkan pada
pemahaman bahwa pendidikan adalah proses kebudayaan dan
pembudayaan, maka masyarakat perlu diberikan peran besar dalam
menyelenggarakan dan bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan yang
diintegrasikan dengan kebutuhan dan potensi daerah.

Hal ini dapat dilakukan dengan menelaah kembali kurikulum


perguruan tinggi, agar dapat mencetak profesional-profesional yang tidak
hanya bertahta di atas menara gading, namun kualitas manusia Indonesia
yang lulus dari perguruan tinggi adalah manusia yang mampu menjalin
kerjasama dan juga bersaing dengan bangsa-bangsa lain, di samping itu
tentunya dapat memberikan jawaban terhadap peningkatan kualitas
manusia Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang berupaya mengatasi
berbagai krisis kehidupan.

17
paradigma baru pendidikan nasional yang berupaya dibangun
adalah pendidikan berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat
ini kental sekali hubungannya dengan kebudayaan.Maka, ditegaskan
kembali hubungan yang erat antara pendidikan nasional dan
kebudayaan.Untuk memperkuat pemahaman tersebut, ada sebuah teori
Antropolog, Ralph Linton dan Geertz yang mengupas mengenai peran
kebudayaan dalam membentuk kepribadian dan kedewasaan seseorang
serta hasil dari pendidikan yang berupa kebudayaan.Dalam bagian ini,
juga dijabarkan hal-hal yang bersifat praktik untuk mengintegrasikan
pendidikan dan kebudayaan, dengan melibatkan lembaga-lembaga
pendidikan serta hal-hal apa yang perlu dilakukan agar pendidikan
nasional bersinergi kembali dengan kebudayaan dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia baru, masyarakat madani.

Secara mendasar desentralisasi pendidikan dipahami sebagai


pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengelola pendidikan sesuai
potensi dan kebutuhan daerah. Desentralisasi juga telah dilakukan di
beberapa Negara, namun yang perlu diperlu diperhatikan secara mendalam
oleh Tilaar, desentralisasi pendidikan yang dilaksanakan oleh beberapa
Negara bukan semata-mata berangkat dari kritik atau ketimpangan
terhadap sentralisasi pendidikan. Sentralisasi pendidikan sebagaimana
yang diuraikan memang telah menimbulkan gejolak seperti mematikan
potensi masyarakat daerah untuk berkembang karena kurang efektif dan
efisien, adanya kepentingan lain yang menyusup dalam sistem pendidikan
nasional sehingga menghambat perkembangan daerah. Namun, ternyata
beberapa Negara melaksanakan desentralisasi pendidikan karena
didasarkan pada kondisi sosial-politik yang terjadi di Negara
tersebut.Sehingga melalui desentralisasilah dianggap kondisi tersebut
dapat menjadi stabil kembali.
Perubahan paradigma dari jaman kejaman:
1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa
Jika dahulu biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa
mendengar, menyimak, dan menulis – maka saat ini guru harus lebih
banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat,
dan berkolaborasi.Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya
menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.
2. Dari satu arah menuju interaktif
Jika dahulu mekanisme pembelajaran yang terjadi adalah satu arah
dari guru ke siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup
antara guru dan siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru
berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui berbagai pendekatan
interaksi yang dipersiapkan dan dikelola.
3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring

18
Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada guru dan berguru
pada buku yang ada di dalam kelas semata, maka sekarang ini yang
bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh via internet.
4. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki
Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan
menyimak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka
sekarang disarankan agar siswa harus lebih aktif dengan cara memberikan
berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
5. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata
Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada siswanya
kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru harus dapat
memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-
hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan.
6. Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim
Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau
berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan saat
ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar
individu.
7. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan
Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum
(semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih
benar-benar ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan
diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang relevan bagi
kehidupan sang siswa yang diberikan).
8. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru
Jika dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya
dalam menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka
saat ini seluruh panca indera dan komponen jasmani-rohani harus terlibat
aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
9. Dari alat tunggal menuju alat multimedia
Jika dahulu ilmu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk
mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat menggunakan
beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia – baik
yang bersifat konvensional maupun moderen.
10. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif
Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan
tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini harus ada dialog
antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama.
11. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan
Jika dahulu seluruh siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau
konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk
mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan potensi
yang dimilikinya.
12. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak

19
Jika dahulu siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara
dalam berproses maka yang harus ditonjolkan saat ini justru adanya
keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.
13. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin
jamak
Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena
dari satu sisi pandang ilmu, maka saat ini konteks pemahaman akan jauh
lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multi disiplin.
14. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan
Jika dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada pada sang guru,
maka sekarang ini siswa diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas
pekerjaan dan aktivitasnyamasing-masing.
15. Dari pemikiran faktual menuju kritis
Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas lebih bersifat
faktual, maka sekarang ini harus dikembangkan pembahasan terhadap
berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis untuk
menyelesaikannya.
16. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan
Jika dahulu yang terjadi di dalam kelas adalah “pemindahan” ilmu
dari guru ke siswa, maka dalam abad moderen ini yang terjadi di kelas
adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan sesamanya.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai landasan dan asas pendidikan, dapat


ditarik kesimpulan bahwa:
1. bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar
pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
2. Macam-macam landasan pendidikan yaitu landasan filosofis,
sosiologis, kultural, ilmiah dan teknologis.
3. Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau
tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
4. Macam-macam asas pendidikan terdiri dari asas tut wury handayani,
asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar.
5. Paradigma atau kerangka berfikir, disebut juga mainstream, adalah
bagian dari sistem berfikir yang sangat penting dalam dunia
pendidikan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya ajukan pada makalah ini bahwa kiranya
pembaca dapat membaca dan mengaplikasikan landasan dan asas
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

21

Anda mungkin juga menyukai