Jurnal Belajar
Jurnal Belajar
PENDAHULUAN
1
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-
landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah
dan teknologi. Sedangkan asas adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang
hayat, kemandirian dalam belajar.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
Adapun ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan
asas filosofis, asas sosiologis, asas kultural, asas ilmiah dan teknologis,
dan paradigma pendidikan nasional.
3
D. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan
Landasan pendidikan
Asas-asas pendidikan
Paradigma
pendidikan nasional
4
BAB III
a. Landasan Filosofis
5
Definisi Landasan Filosofis Pendidikan Landasan filosofis
pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan untuk
menelaah masalah-masalah pendidikanatau seperangkat asumsi yang
bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
1. Inspirational
2. Analytical
3. Prescriptif
4. Investigasi
b. Landasan sosiologis
6
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma
yang dianut oleh pengikutnya, yaitu:
1. Paham Individualisme
2. Paham Kolektivisme
3. Paham Integralistik
1. Imitasi
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat
negatif.
2. Sugesti
7
atau mayoritas. Di sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang
berwewenang misalnya kepala sekolah dan yang mayoritas misalnya
pendapat sebagian besar temannya.Sugesti ini memberi jalan bagi anak itu
untuk mensosialisasi dirinya.Namun kalau anak terlalu sering
mensosialisasi sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional
terhambat.
3. Identifikasi
4. Simpati
c. Landasan Kultural
8
seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.
Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi
pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek.
9
Pendidikan adalah Profesionalisasi, artinya bagaimanakah
modal yang telah ditanamkan dalam pendidikan dapat
diperoleh keuntungannya menjadi manusia yang professional.
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada
permulaan kehidupan manusia. Pengembangan dan pemanfaatan
iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan: penelitian
dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan
teknologi serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-
religius. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah
harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek.Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran harusnya
hasil dari perkembangan iptek mutakhir.
10
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada
dan Ing Madya Mangun Karsa.
Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas 1922 yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
11
3. Peerta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa mendapat
kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan keterampilan
yang diminati sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.
4. Peserta didik yang memiliki keistimewaan atau kekurangan dalam fisik
dan mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan
keterampilan yang sesuai dengan keadaanya.
5. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan memperoleh
pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kondisi daerahnya.
6. Peserta didik dari keluarga tidak mampu mendapatkan kesempatan
memperoleh pendidikan dan keterampilan sesuai dengan minat dan
kemampuanya dengan bantuan dan dari pemerintah masyarakat.
12
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri
maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan
lahir dan bathin untuk mengorbankan segala kepentingan
pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas pada butir a yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
(zelf-veschikingsrecht) dengan mengingat tertibnya persatuan dalam
kehidupan umum.Dari asas yang pertama inilah jelas kita ketahui bahwa
tujuan yang ingin dicapai oleh Perguruan Taman Siswa adalah kehidupan
yang tertib dan damai. Asas inilah yang mendorong Taman Siswa untuk
mengganti sistem pendidikan cara lama yang lebih menitik berartkan
tentang pengajaran menggunakan perintah, paksaan, dan hukuman dengan
sistem khas dari Taman Siswa yaitu berdasarkan atas perkembangan
kodrati. Selanjutnya dari asas ini berkembang pula “Sistem Among”
dimana guru disebut sebagai “pamong” yaitu guru sebagai pemimpin yang
berdiri dibelakang dengan memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus mencampuri, diperintah,
atau dipaksa. Guru disini sebagai pamong yang mengawasi dan wajib
mencampuritingkah laku atau perbuatan anak jika anak tidak dapat
menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman keselamatan
ggerak majunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem among adalah cara
pendidikan yang dipakai dalam sistem pendidikan di Taman Siswa dengan
maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati dan mementingkan
kodrat-idratnya para siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang
mengelilinginya.
13
c) Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin
diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat
anak membutuhkan.
3. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede).
4. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak).
5. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah
diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri
anak didik). Metode ini secara teknik pengajaran meliputi
:kepala, hati, dan panca indera (educate the head, the heart, and
the hand).
14
pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas
mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang
paling tua.
15
1. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan
pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri.
Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management
(manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan
tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor,
mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya) (Bolhuis;
Garrison).
2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat
penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa.
Motivasi memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan
menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian
sehingga tujuan dapat dicapai (Corno; Garrison).
3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur
bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak
kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa
yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya (Lyman; Morrow,
Sharkey, & Firestone).
16
1. Sebagai fasilitator
Guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.
2. Sebagai motivator
Guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik
untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
3. Sebagai Informator
Guru sebagai salah satu sumber atau pemberi informasi
guna membantu para peserta didiknya dan memudahkan dalam
proses belajar.
4. Sebagai Organisator
Guru mempunyai suatu tugas untuk mengorganisasikan
peserta didiknya guna memudahkan dalam proses belajar yang
akan dijalaninya.
17
paradigma baru pendidikan nasional yang berupaya dibangun
adalah pendidikan berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat
ini kental sekali hubungannya dengan kebudayaan.Maka, ditegaskan
kembali hubungan yang erat antara pendidikan nasional dan
kebudayaan.Untuk memperkuat pemahaman tersebut, ada sebuah teori
Antropolog, Ralph Linton dan Geertz yang mengupas mengenai peran
kebudayaan dalam membentuk kepribadian dan kedewasaan seseorang
serta hasil dari pendidikan yang berupa kebudayaan.Dalam bagian ini,
juga dijabarkan hal-hal yang bersifat praktik untuk mengintegrasikan
pendidikan dan kebudayaan, dengan melibatkan lembaga-lembaga
pendidikan serta hal-hal apa yang perlu dilakukan agar pendidikan
nasional bersinergi kembali dengan kebudayaan dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia baru, masyarakat madani.
18
Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada guru dan berguru
pada buku yang ada di dalam kelas semata, maka sekarang ini yang
bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh via internet.
4. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki
Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan
menyimak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka
sekarang disarankan agar siswa harus lebih aktif dengan cara memberikan
berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
5. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata
Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada siswanya
kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru harus dapat
memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-
hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan.
6. Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim
Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau
berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan saat
ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar
individu.
7. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan
Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum
(semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih
benar-benar ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan
diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang relevan bagi
kehidupan sang siswa yang diberikan).
8. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru
Jika dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya
dalam menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka
saat ini seluruh panca indera dan komponen jasmani-rohani harus terlibat
aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
9. Dari alat tunggal menuju alat multimedia
Jika dahulu ilmu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk
mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat menggunakan
beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia – baik
yang bersifat konvensional maupun moderen.
10. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif
Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan
tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini harus ada dialog
antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama.
11. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan
Jika dahulu seluruh siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau
konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk
mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan potensi
yang dimilikinya.
12. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak
19
Jika dahulu siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara
dalam berproses maka yang harus ditonjolkan saat ini justru adanya
keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.
13. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin
jamak
Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena
dari satu sisi pandang ilmu, maka saat ini konteks pemahaman akan jauh
lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multi disiplin.
14. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan
Jika dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada pada sang guru,
maka sekarang ini siswa diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas
pekerjaan dan aktivitasnyamasing-masing.
15. Dari pemikiran faktual menuju kritis
Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas lebih bersifat
faktual, maka sekarang ini harus dikembangkan pembahasan terhadap
berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis untuk
menyelesaikannya.
16. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan
Jika dahulu yang terjadi di dalam kelas adalah “pemindahan” ilmu
dari guru ke siswa, maka dalam abad moderen ini yang terjadi di kelas
adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan sesamanya.
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya ajukan pada makalah ini bahwa kiranya
pembaca dapat membaca dan mengaplikasikan landasan dan asas
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
21