Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengobatan Alternatif

1.1. Definisi

1.2. Jenis-jenis

1.3. Cara Memilih Pengobatan Alternatif

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif

2.1. Faktor Sosial

2.2. Faktor Ekonomi

2.3. Faktor Budaya

2.4. Faktor Psikologis

2.5. Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

2.6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan

2.7. Tingkat Pendidikan

2.8. Persepsi tentang Sakit dan Penyakit

3. Akupunktur

3.1. Definisi

3.2. Sejarah Akupunktur

3.3 Konsep Dasar Akupunktur

3.4. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur

3.5. Meridian dan Titik-titik Akupunktur

3.6. Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur

Universitas Sumatera Utara


1. Pengobatan Alternatif

1.1. Definisi

Pengobatan alternatif dapat didefinisikan sebagai suatu cara mencari

pengobatan dengan memilih diantara dua atau beberapa kemungkinan untuk

menyembuhkan penyakit (Depdiknas, 2005). Turana (2003) mendefinisikan

pengobatan alternatif sebagai bentuk pelayanan pengobatan yang

menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar

pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan

dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran

modern tersebut.

1.2. Jenis-jenis

Nahin, Barnes, Stussman, Bloom (2009), dalam National Center for

Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) menyebutkan

pengobatan CAM dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain:

a. Alternative Medical System/ Healing System – non medis terdiri dari

Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine

(TCM)

b. Mind Body Intervention terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi

Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif, Hypnotherapy,

Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower

Remedy.

c. Terapi Biologis terdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food

Combining, Terapi Jus, Makrobiotik, Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.

Universitas Sumatera Utara


d. Manipulasi Anggota Tubuh terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy,

Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga, Terapi Craniosacral, Teknik

Buteyko.

e. Terapi Energi terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi

Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana healing.

1.3. Cara Memilih Pengobatan Alternatif

Dari penelitian Supardi (1996) dikatakan bahwa sesorang yang sakit

dalam studi pengambilan keputusan berobat biasanya akan

mempertimbangkan 3 hal yang menjadi pertanyaan pokok: (a). Alternatif apa

yang dilihat anggota masyarakat agar mampu menyelesaikan masalahnya,

(b). Kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa

alternatif yang ada, (c). Bagaimana proses pengambilan keputusan untuk

memilih alternatif tersebut.

Diantara salah satu respon seseorang terhadap pencarian pelayanan

kesehatan atas sakitnya adalah dengan datang ke fasilitas-fasilitas pengobatan

tradisional atau alternatif (Notoadmodjo, 2003). Oleh karena diperlukan cara

memilih pengobatan alternatif yang tepat dan memanfaatkannya secara cerdas.

Hal ini perlu diketahui karena sebagaimana pengobatan konvensional,

pengobatan alami juga bisa membahayakan jiwa. Beberapa hal berikut ini

yang perlu diperhatikan adalah:

a. Pilih pengobatan yang sesuai dengan masalah

b. Pengobatan alamiah tidak sama dengan perdukunan

c. Alamiah tidak berarti bebas efek samping

Universitas Sumatera Utara


d. Jangan mengharapkan hasil segera

e. Sesuaikan pengobatan dengan gaya hidup

f. Pola makan yang baik (CBN, 2004).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan

Alternatif

Menurut (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001), ada

banyak faktor yang berperan dalam pemilihan seseorang terhadap pengobatan

alternatif, antara lain sebagai berikut:

2.1. Faktor Sosial

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok

(lingkungan), terutama lingkungan keluarga. Suatu kelompok dalam lingkungan

ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-

anggota kelompok lain (Notoatmodjo, 2007).

Faktor sosial disebabkan pengaruh informasional yaitu pengaruh agar

informasi yang diperoleh dari orang lain diterima sebagai fakta, sehingga dengan

pengaruh tersebut individu mempunyai dua sumber informasi mengenai

kenyataan: pengalaman sensorik pribadi dan laporan serta perilaku orang-orang

yang berada disekitarnya (Deutch & Gerard, 1955 dalam Maramis, 2006). Salah

satu faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti yaitu

pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain

dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan / pengaruh

Universitas Sumatera Utara


tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti akan lebih berhasil bila yang memberi

sugesti adalah orang berwibawa atau yang memiliki tipe otoriter (Sunaryo, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan Varghese (2004) disebutkan bahwa

pengaruh sosial memang sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang

lain atau sugesti teman memiliki angka 11,59% dari alasan pemilihan pengobatan

alternatif. Hal ini terlihat pada fenomena sosial di sebagian masyarakat bahwa

perilaku mencari dan memelihara kesehatan pada pengobatan alternatif tersebut

sudah mendapatkan pembenaran bahkan saling merekomendasikan si sakit pada

pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986).

Kelman (1961, dalam Maramis 2006) menetapkan tiga macam proses

pengaruh sosial: kepenurutan (compliance), identifikasi dan internalisasi.

Kepenurutan terjadi bila kita menyesuaikan diri dengan suatu usaha

memengaruhi, tetapi hanya pada tingkat perilaku dan bila sendirian tetap pada

sikap dan pandangan kita sebelumnya. Identifikasi terjadi bila kita menerima

sikap dan kepercayaan orang lain agar terjadi suatu ‘relasi yang baik dengannya’

tanpa memperhatikan kehadiran fisik mereka (yaitu apakah mereka dapat

memonitor perilaku kita atau tidak). Internalisasi terjadi bila sikap dan pendapat

yang dimasukkan betul-betul menjadi kepunyaan kita. Kita menerima itu secara

mendasar dan seutuhnya, karena isinya yang menjadi terintegrasi dengan sistem

nilai kita.

2.2. Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti keuangan, perindustrian, dan

Universitas Sumatera Utara


perdagangan (Depdiknas, 2005). Dalam penelitiannya, Varghese (2004)

menyebutkan bahwa 13,04% responden menyatakan pengobatan alternatif dipilih

karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas

kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan

alternatif, pengobatan modern mensyaratkan kemampuan ekonomi yang memadai.

Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan

suatu pengobatan. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat bahwa

pengobatan alternatif sedikit membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu

(Foster & Anderson, 1986). Kedokteran konvensional sangat tergantung dari

teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang

pula hal tersebut tidak efektif (Turana, 2003).

Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost

medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan

kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani

masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes,

hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan

minat pencari pertolongan terhadap pengobatan konvensional (Turana, 2003).

2.3. Faktor Budaya

Budaya merupakan suatu pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, yang

menjadi kebiasaan masyarakat (Depdiknas, 2005). E.B. Taylor, Bapak

Antropologi budaya, mendefinisikan budaya sebagai “ keseluruhan kompleks

yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan

Universitas Sumatera Utara


kebiasaan-kebiasaan masyarakat (Mulyana & Rakhmat, 2003). Kluckhon (1949

dalam Maramis 2006) mendefinisikan bahwa kebudayaan atau kultur merupakan

keseluruhan cara hidup manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu

dari kelompoknya.

Nilai-nilai budaya yang dominan pada diri individu sangat

mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Selanjutnya, kepribadian

tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia, termasuk perilaku dalam

hal memilih pengobatan (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini budaya dipengaruhi

oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi

maka pertimbangan untuk menerima atau menolak didasari pada kecocokan suku

bangsa yang dianut.

Semua kebudayaan mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa

melibatkan metode ilmiah, yang lain melibatkan kekuatan supranatural dan

supernatural. Dalam beberapa kebudayaan, orientasi adalah pada masa kini, bukan

pada masa depan, dan pasien mungkin tidak menyelesaikan pengobatan jangka

panjang ketika gejala-gejala yang menonjol telah hilang. Dalam suatu masyarakat

di mana kesembuhan dianggap berhubungan dengan tingginya harga yang dibayar

untuk pengobatan, maka kepercayaan pada kedokteran barat yang tersedia gratis

atau murah menjadi kurang (Maramis, 2006).

Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar

masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal

yang terjangkau oleh masyarakat , tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial

budaya dari masyarakat tersebut (Turana, 2003). Disamping itu hal ini sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan apa yang dikemukakan oleh Foster & Anderson (1986) bahwa sistem

medis adalah bagian integral dari masyarakat.

2.4. Faktor Psikologis

Manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-kulutural-spiritual, dan

unsur-unsur ini saling mempengaruhi. Pendekatan psikologis yaitu yang

berkenaan dengan proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya

pada perilaku (Depdiknas, 2005). Kebutuhan akan hal tersebut menurut Kessler &

Rees L dalam Turana (2003) dapat dipenuhi oleh pengobat alternatif sehingga

pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya.

Aspek psikologis akan mempengaruhi emosi yang berhubungan erat

dengan keadaan jasmani (Notoatmodjo, 2007). Peranan sakit merupakan suatu

kondisi yang tidak menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh

pasien dalam rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya,

termasuk datang ke pelayanan pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986).

Kenyamanan diperoleh pada saat pengobatan karena tidak menggunakan peralatan

yang menyakitkan. Misalnya, patah tulang, tidak perlu diamputasi atau digips

(Notoatmodjo, 2007).

2.5. Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Proses pengobatan yang terlalu lama dari pengobatan medis

menyebabkan si penderita bosan menerima peran sebagai pasien, dan ingin segera

mengakhirinya, oleh karena itu dia berusaha mencari alternatif pengobatan lain

yang mempercepat proses penyembuhannya ataupun hanya memperingan rasa

Universitas Sumatera Utara


sakitnya (Foster & Anderson, 1986). Menurut Turana (2003) dari sudut pandang

pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari

pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional

yang tidak menyembuhkan penyakitnya.

2.6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Varghese (2004) menyatakan keefektifan dari pengobatan alternatif

menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan

alternatif. Suatu hal dikatakan berhasil apabila mendatangkan hasil atau

perubahan ke arah yang diharapkan (Depdiknas, 2005). Pernyataan ini juga

didukung oleh Turana (2003) adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan

alternatif baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan

keberadaan pengobatan modern, yaitu: mengurangi stres dan kecemasan akibat

ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan

keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya.

Penelitian Verhoef et al, pada pasien tumor otak yang menggunakan

pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya menyatakan bahwa

pengobatan tersebut bermanfaat. Secara umum pasien mengatakan bahwa tingkat

‘ energi ‘ meningkat dan merasa lebih sehat fisik dan mental. Pada sepertiga

pasien mempunyai harapan yang tinggi bahwa pengobatan alternatif ini mampu

mengecilkan dan menghilangkan tumornya. Penelitian Ernaldi bahar dkk,

terhadap gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang

menunjukkan bahwa orang tua penderita percaya bahwa pengobatan tradisional

lebih kompeten dan mampu mengobati kesehatan jiwa anaknya.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Kessler et al, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi

didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif

sama berguna dengan pengobatan konvensional. Dalam suatu diskusi panel

National Institut of Health (NIH) yang dihadiri oleh 23 ahli di bidang kedokteran

perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf dan psikologi ditemukan

berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan terapi perilaku dapat

mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai kondisi penyakit.

Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif

untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang

bawah (Turana, 2003).

2.7. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga atau kognitif yang

merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang

yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari

pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media

informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga media

elektronika seperti televisi, radio dan internet (Purwanto, 1996).

Pengetahuan formal terkait dengan tingkat pendidikan. Tingkat

pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam

Universitas Sumatera Utara


mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini yang juga dapat

mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pendidikan yang masih rendah serta kurangnya informasi kesehatan yang

diterima menyebabkan sebagian besar masyarakat kurang menyadari akan

pentingnya kesehatan. Keadaan seperti ini membuat masyarakat berpedoman

bahwa sehat adalah jika kondisi fisik / biologisnya masih mampu melakukan

aktivitas dan gerakan yang normal seperti biasanya berarti dalam kondisi sehat,

sedangkan konsep sakit adalah jika kondisi tubuh sudah tidak mampu melakukan

aktivitas sehari-hari (Foster & Anderson, 1986).

Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yaitu (1). Kepercayaan

berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan

nenek moyang. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat

tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain, sumber

pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang

dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan. (3). Panca

indera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini merupakan pengalaman

indrawi. Kemampuan pancaindera ini sering diragukan kebenarannya. (4). Sumber

yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan,

pengetahuan semu dan menyesatkan. (5) Intuisi merupakan sumber pengetahuan

berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi

merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung (Suhartono, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.8. Persepsi tentang Sakit dan Penyakit

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.

Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap

objek yang sama, sama halnya dengan persepsi seseorang tentang sakit (illness)

dan penyakit (disease) juga berbeda-beda. Persepsi dapat merubah perilaku

seseorang, termasuk perilaku kesehatan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan

penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui,

bersikap, dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan

di luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan

penyakit dan sakit tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Becker (1979 dalam Notoatmodjo 2007) mengklasifikasikan perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan yaitu: perilaku sehat dan perilaku sakit.

Perilaku sehat (health behavior) merupakan hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Sedangkan perilaku sakit (the sick role behavior) merupakan segala

tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa sakit, untuk

merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

Penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari

suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi

penyakit bersifat objektif. Sedangkan, sakit (illness) adalah penilaian individu

terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Fenomena subjektif ini ditandai

dengan tidak enak (Sarwono, 1993).

Universitas Sumatera Utara


3. Akupunktur

3.1. Definisi

Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti

jarum dan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to

puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut

kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupunktur atau

tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan, akupunktur dapat didefenisikan

sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-

titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien sehat kembali

(Dharmojono, 2001).

Saputra (2005) mendefinisikan akupunktur sebagai suatu cara

pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk

memengaruhi aliran bio energi tubuh berdasar pada filosofi keseimbangan

hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui sistem meridian yang

spesifik. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang

dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke dalam meridian

(Mann, 1974 dalam Saputra 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

akupunktur merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara

menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh melalui sistem meridian yang

spesifik yang bertujuan untuk mengembalikan sistem keseimbangan tubuh

sehingga tubuh sehat kembali.

Universitas Sumatera Utara


3.2. Sejarah Akupunktur

Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara

Cina dan telah dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti

Nei Ching (The Yellow Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur

sudah mulai dikenal sejak zaman batu, di mana digunakan jarum batu untuk

menyembuhkan penyakit (Saputra, 2005).

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu

Can Kuo (770-221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan

menggunakan bahan dari batu berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan

kemudian perunggu (Dharmojono, 2001).

Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan

mengadakan penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah

zaman modern. Di negara Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh

akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas

Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa. Bahkan, ilmu akupunktur

merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi kedokteran di negara

tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu

pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu

akupunktur dalam pembedahan sebagai anestesi (Saputra, 2005).

Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun

yang lampau. Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama

Prof. Kim Bong Han, ahli Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan

Universitas Sumatera Utara


mendemonstrasikan secara histologis dan elektrobiologis tentang meridian dan

titik akupunktur dalam teori yang disebut teori sistem Kyung Rak (Saputra, 2005).

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter

VOC mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya

dan diterbitkan pada tahun 1683 di London (Saputra, 2005). Di negara Perancis,

pada tahun 1863, Louise Berlioz mengungkapkan secara jelas dalam bukunya

tentang ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu tahun 1816 Louise mempelajari

penggunaan elektropuncture dan pada tahun 1825 electropuncture mulai

digunakan untuk pengobatan gout, rematik, dan lain-lain (Saputra, 2005).

Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam

lingkungan Cina Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital

dan Massachuset Hospital telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan

akupunktur. Demikian pula para dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil

menggunakan akupunktur sebagai anestesi pada beberapa pembedahan antara lain

pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia, pencabutan gigi yang dilaporkan

memuaskan (Saputra, 2005).

Perkembangan Akupunktur di Indonesia

Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan

negara-negara lain tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di

Indonesia seumur dengan adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia.

Mereka membawa kebudayannya termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia.

Hanya saja pada saat itu akupunktur masih berkembang di lingkungan mereka dan

sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963, Departemen Kesehatan dalam rangka

Universitas Sumatera Utara


melakukan penelitian dan pengembangan cara pengobatan timur termasuk

akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof. Dr. Satrio), telah

membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat itu

praktik akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

akupunktur semakin meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan

akupunktur untuk jenjang Diploma III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar

Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003 (Saputra, 2005).

3.3. Konsep Dasar Akupunktur

Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan

menyatu dengan lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya,

baik secara fisik, perilaku, maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat

itu tidak terlepas dari pola pikir tertentu, yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi

yang dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-kaidah alam sekitarnya, seperti

matahari, bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin, panas, dan dingin.

Sehingga dasar pemikiran ilmu akupunktur juga bersumber dari interrelasi dari

berbagai karakter benda alam (Dharmojono, 2001).

Aspek yin-yang di dalam tubuh

Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri

atas dua hal yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai

pengertian alamiah bahwa sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu

saling berlawanan, saling seimbang, saling menghidupkan dan tidak mutlak.

Universitas Sumatera Utara


Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang terdapat yin (terang-gelap).

Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang maka tubuh

manusia dalam kondisi sehat (Saputra, 2005).

Menurut Dharmojono (2001), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ.

Enam organ berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ

berkarakter yin dikenal sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang

disebut fu. Kedua organ dalam tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk

organ chang fu sebagai berikut:

Organ chang : Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule

(HC), Limpa (Spleen = SP), Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium

(PC). Organ fu: Usus besar (large intestine = LI), Usus kecil (small intestine =

SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung (stomach = ST), Kantung empedu

(gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL)

Hukum lima unsur dalam Akupunktur

Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur,

karena kondisi seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai

kompleksitas secara dinamis. Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat

diartikan sebagai fenomena fisiologis maupun patofisiologis dalam kedokteran

modern. Energi dalam teori lima unsur, yaitu: Kayu- Api- Tanah- Logam- Air

yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, penindasan, dan penghinaan. Di

mana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha menimbulkan suatu

harmoni dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk mencapai

kondisi sehat (Saputra, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Dharmojono (2001) mengungkapkan terdapat lima unsur pokok yang

mutlak dibutuhkan makhluk hidup yang terdiri dari: bahan makanan, energi,

tempat dan lingkungan hidup, atmosfer atau udara, dan air. Dengan pergerakan

lima unsur merupakan salah satu komponen dalam sistem homeostasis di dalam

tubuh. Keadaan yang seperti ini akan tercapai apabila berada di bawah pengaruh

dua aspek kekuatan yin-yang yang seimbang dan dinamis pula.

3.4. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur

Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik

akupunktur secara tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini,

alat-alat ynag digunakan telah berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, yaitu dengan penggunaan

rangsangan panas (moksa, TDP, sinar merah). Rangsangan yang menggunakan

aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur (electro acupuncture), elektro

stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro puncture).

Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser,

gelombang ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan,

larutan kimiawi atau obat disebut juga akuapunktur (aquapuncture) (Dharmojono,

2001).

3.5. Meridian dan Titik-titik Akupunktur

Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-jala

tempat qi mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran siklus

yang tertutup. Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda kehidupan maka

Universitas Sumatera Utara


seseorang yang dikatakan sehat apabila qi mengalir di dalam meridian secara

teratur, berirama, dan membentuk siklus tertutup (Dharmojono, 2001).

Dharmojono (2001) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik

akupunktur. Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral,

sebagai berikut:

a. Meridian Paru-paru (Lung - LU)

Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya tersebar mulai dari

dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial, lipatan

siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.

b. Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI)

Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi radial jari telunjuk, punggung

tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot humeri dan

deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis.

c. Meridian Lambung (Stomach - ST)

Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi bawah mata, sudut mulut,

sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk, sisi luar garis

perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.

d. Meridian Limpa (Spleen - SP)

Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari kaki, mata kaki, di

bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan patela, sisi

luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III, titik

tengah penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke-12 serta

antara rusuk ke-6

Universitas Sumatera Utara


e. Meridian Jantung (Heart - HT)

Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas lipatan siku, atas

lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5.

f. Meridian Usus Kecil (Small Intestine - SI)

Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada pada alur meridian SI meliputi:

sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan tangan, lekukan ulnaris,

belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain; supraspinatus,

sternocleidomastoideus, scapulae.

g. Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL)

Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari pangkal hidung, alis mata, tepat

diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi luar tulang

belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha

bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki.

h. Meridian Ginjal (Kidney - KI)

Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki, mata kaki, di

depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.

i. Meridian Perikardium (Pericard - PC)

Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir mulai dari bagian luar garis

dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan,

bagian belakang radial basis kuku.

Universitas Sumatera Utara


j. Meridian Sanciao (Triple Energizer - TE)

Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari ujung jari manis tangan, jari

kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan, lipatan siku, di

daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.

k. Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB)

Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui bagian bawah mandibula, di atas

otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang telinga, daerah dahi, batas

bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang mata kaki,

telapak kaki.

l. Meridian Hati (Liver - LV)

Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata kaki bagian depan,

sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan, di

bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu.

Meridian Istimewa Unilateral:

m. Meridian TU (Governing Vessel - GV)

Terdiri dari 28 titik meridian yang mengalir mulai dari pertengahan antara

tulang ekor dan anus, di bawah proc. Spinosus lumbal ke-2, di bawah

proc.spinalis lumbar ke-1, titik tengah lekukan leher bagian belakang,

lekukan antara otot trapezius, di atas foramen magnum, garis tengah sagital

kepala, dahi, ujung hidung, di tenganh ujung bibir atas, di antara gusi atas dan

ginggiva bibir atas.

Universitas Sumatera Utara


n. Meridian REN (Conception Vessel - CV)

Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar mulai dari di antara anus dan

scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita, pertengahan batas

atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2 puting

susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan adam’s

apple.

3.6. Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur

Nomenklatur tentang indikasi dan kontra-indikasi penggunaan

akupunktur berdasarkan standarisasi WHO yang disebut sebagai ”Proposed

Standart International Acupuncture Nomenclature”. Pada dokumen tersebut

tercantum hal-hal sebagai berikut:

a. Indikasi pengobatan akupunktur:

1. Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi

alergi dan meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta

refraksi.

3. Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan

kronis.

4. Saluran makanan dan lambung : berbagai kelainan fungsional yaitu otot,

ekkresi asam lambung, nyeri, dan peradangan.

5. Syaraf, otot, dan tulang : yaitu problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan

serta peradangan persendian.

Universitas Sumatera Utara


b. Kontra-indikasi pengobatan akupunktur

1. Penderita dalam keadaan hamil

2. Penderita yang memakai pacu jantung

3. Menusuk dekat daerah tumor ganas

4. Menusuk pada kulit yang sedang meradang (Saputra, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai