A. PENGERTIAN UMUM
Rontgen atau di kenal dengan sinar-x merupakan pemeriksaan yang memamfaatkan
peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya
dada,jantung,abdomen,ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka, pemeriksaan
ini di lakukan dengan menggunakan radiasi sinar x yang sedikit karena tingginya kualitas
film sinar x dan di gunakan untuk melakukan skrinning dariberbagai kelainanyang ada
pada organ.
Ultrasonography merupakan suatu prosedur diagnosis yang di gunakan untuk melihat
struktur jaringan tubuh atau analisisdari gelombang dopler, yang pemeriksaanya di
lakukan di atas permukaan kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu
ultrasond di dalam jaringan.pat di gunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada
pada abdomen, otak, kandung kemih,jantung, ginjal,hepar, uterus, atau pelvis. Selain itu
USG juga dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan
cairan amnion dapat menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga
dapat mengidentifikasi ukuran,bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas,
limpa, tiroid dan lain- lain.
B. INDIKASI
Indikasi pemeriksaan ultrasonografi di bidang obstetri ( kebidanan )adalah :
1. Prakiraan usia gestasi dengan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan saat yang
tepat melakukan tindakan seksio sesarea elektif, induksi partus, atau terminasi
kehamilan elektif.
2. Evaluasi pertumbuhan janin pada pasien yang mengalami insufisiensi utero-plasenta
(seperti pada preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau
diabetes melitus berat) atau komplikasi kehamilan lainnya yang menyebabkan
malnutrisi janin(pertumbuhan janin terhambat, makrosomia).
3. Penentuan presentasi janin, jika bagian terendah janin pada masa persalinan tidak
dapatdipastikan.
4. Suspek kehamilan multipel, ektopik dan mola
5. Curiga kematian janin dan kelinan uterus
6. Untuk menetukan letak IUD.
7. Curiga polihidramnion ( ketuban banyak) atau oligohidramnion ( ketuban sedikit)
8. Curiga solusio plasenta ( plasenta yang terlepas ).
9. Prakiraan berat janin dan/atau presentasi janin pada ketuban pecah atau persalinan
prematur.
10. Riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya.
11. Prakiraan usia gestasi pada pasien yang terlambat melakukan pemeriksaan antenatal.
C. PELVIMETRI RADIOLOGIK.
Pelvimetri adalah foto rontgen untuk mengetahui arsitektur panggung, baik dalam
bentuk maupun dalam ukuran-ukuranya, juga dapat memberikan informasi tentang bentuk,
jenis panggul, dan turunya bagian terbawah janin ( kepala, bokong, atau bahu)
Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk menentukan apakah
bayi dapat dilahirkan pervaginam. Prognosis untuk suksesnya persalinan pervaginam tentu
tidak dapat dipastikan berdasarkan pelvimetri roentgenologis saja, karena kapasitas
panggul merupakan salah satu factor yang menentukan hasil akhir. Dikenal dua macam
pelvimetri yaitu pelvimetri klinis dan radiologis. Pelvimetri klinis mempunyai arti penting
untuk menilai secara kasar pintu atas panggul, panggul tengah dan memberi gambaran
yang jelas mengenai pintu bawah panggul.
1. Kehidupan janin, jumlah, presentasi, dan aktivitas janin harus dicatat. Adanya
frekuensi dan irama jantung yang abnormal harus dilaporkan. Pada kehamilan
multipel perlu dilaporkan informasi tambahan mengenai jumlah kantung gestasi,
jumlah plasenta, ada-tidaknya sekat pemisah, genitalia janin (jika terlihat),
perbandingan ukuran-ukuran janin, dan perbandingan volume cairan amnion pada
masing-masing kantung amnion.
2. Prakiraan volume cairan amnion (normal, banyak, sedikit) harus dilaporkan.
Variasi fisiologik volume cairan amnion harus dipertimbangkan di dalam penilaian
volume cairan amnion pada usia kehamilan tertentu.
3. Lokasi plasenta, gambaran, dan hubungannya dengan ostium uteri internum harus
dicatat. Tali pusat juga harus diperiksa.
4. Penentuan usia gestasi harus dilakukan pada saat pemeriksaan ultrasonografi pertama
kali, dengan menggunakan kombinasi ukuran kepala seperti DBP atau lingkar kepala,
dan ukuran ekstremitas seperti panjang femur. Pengukuran pada kehamilan trimester
III tidak akurat untuk menetukan usia gestasi.
5. Perkiraan berat janin harus ditentukan pada akhir trimester II dan trimester III, dan
memerlukan pengkuran lingkar abdomen ( perut ).
6. Evaluasi uterus (termasuk serviks) dan struktur adneksa harus dilakukan.
Pemeriksaan ini berguna untuk memperoleh temuan tambahan yang mempunyai arti
klinis penting. Jika terlihat suatu mioma uteri atau massa adneksa, catat lokasi dan
ukurannya. Ovarium ibu seringkali tidak bisa ditemukan dalam pemeriksaan
ultrasonografi pada trimester II dan III.
GAMBARAN KARDIOTOKOGRAFI PATOLOGIS
A. PENDAHULUAN
Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dalam persalinan bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas janin yang dapat terjadi akibat asidosis metabolik atau hipoksia
serebral selama persalinan. Keadaan janin yang buruk dapat terjadi selama kehamilan,
tidak hanya dalam persalinan, dengan melakukan pemantauan denyut jantung janin,
diharapkan keadaan gawat janin dapat diprediksi dini sehingga kehamilan/persalinan
dapat segera diakhiri untuk mendapatkan keadaan janin yang lebih baik.
Pemantauan denyut jantung dapat dilakukan secara intermiten (terputus) atau terus
menerus (kontinyu). Pada umumnya pemantauan kontinyu dilakukan pada janin berisiko
tinggi, sedangakan pada janin yang normal pemantauan dilakukan secara intermiten.
Pemantauan DJJ intrapartum selalu dihubungkan dengan kontraksi rahim dengan
pencatatan kardiotokografi (KTG) dan disebut juga Electronic Fetal Monitoring (EFM) ,
sedangkan pemantauan saat kehamilan (antepartum) biasanya dihubungankan dengan
gerakan janin yang dilakukan dengan uji tanpa beban (NST- Non Stress Test) atau uji
dengan beban (Contraction Stress Test/CST , Oxytocin Challenge Test/OCT).
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang
digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat
dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG
diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan
kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung
janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim
yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan
pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk
menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG.
Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan
melakukan tindakan persalinan dengan segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi
lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya. Sekarang tidak lagi!
Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan dengan baik rumah
bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak
ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan
melahirkan.
Evaluasi hasil rekaman, apakah benar dan adekuat untuk dilakukan pembacaan,
misalnya apakah rekamannya kontinyu, apakah his terekam dengan baik.
Identifikasi frekuensi DJJ basal
Identifikasi variability baik long-term variability maupun short-term (beat to beat)
variability
Tentukan ada tidaknya akselerasi dari DJJ basal
Tentukan ada tidaknya deselerasi dari DJJ basal
Identifikasi kontraksi rahim (his) termasuk regularitasnya, frekuensinya,
intensitasnya, durasinya dan tonus basal diantara kontraksi.
Korelasikan akselerasi dan deselerasi dengan his, kemudian identifikasikan
gambarannya.
Tentukan apakah gambaran tersebut termasuk normal, mencurigakan atau patologis.
Interpretasi gambaran denyut jantung janin (FHR-Fetal heart rate) ditentukan dari 4
faktor yakni:
1. Frekuensi Denyut Jantung Janin Basal (Baseline fetal heart rate)
Frekuensi rata-rata denyut jantung janin, di luar akselerasi dan deselerasi, atau
di antara dua kontraksi. Ditentukan dalam periode tertentu, biasanya sekitar 5 – 10
menit. Pada janin prematur, DJJ basal sering meningkat, namun tidak
menunjukkan keadaan patologis. Frekuensi denyut jantung basal (baseline
frequency) yang normal adalah antara 110 and 160 denyut per menit (DPM).
Penentuan denyut jantung janin normal 120 – 160 denyut per menit didapatkan dari
penemuan Von Winckel pada pertengahan abad ke 19, yang saat ini sudah berubah.
Kelainan frekuensi DJJ basal dapat berupa melambatnya DJJ (bradikardia) atau
peningkatan frekuensi DJJ basal (takhikardia).
Bradikardi ringan100-109 bpm
Takhikardi ringan 161-180 bpm
Bradikardi abnormal <100 bpm
Takhikardi abnormal >180 bpm
Dalam menentukan interpretasi KTG, pertimbangkan apakah ibu dalah keadaan
kehamilan atau persalinan, umur kehamilan, kala persalinan, presentasi fetus,
malpresentasi, apakah dilakukan augmentasi oksitosin dan pemberian obat-obatan
lainnya.
Gambar 2: Takhikardi
2. Variabilitas Basal (Amplitudo)
Adalah fluktuasi amplitudo antar Denyut Jantung Janin.
Dibedakan 2 macam variabilitas, yakni:
Variabilitas jangka pendek (short term variability)
Variabilitas jangka panjang (long term variability)
Gambar 3 : Variabiliti
Variabiliti basal yang meragukan (Non-reassuring baseline variability)
yakni bila variabilitas < 5 dpm selama 40 menit atau lebih, tetapi kurang dari 90
menit. Variabilitas basal abnormal bila amplitudo kurang dari 5 dpm selama 90
menit atau lebih.
Pada umumnya variabilitas jangka panjang lebih sering digunakan dalam
penilaian kesejahteraan janin. Bila terjadi hipoksia otak maka akan terjadi perubahan
variabilitas jangka panjang ini, tergantung derajat hipoksianya, variabilitas ini akan
berkurang atau menghilang sama sekali. Sebaliknya bila gambaran variabilitas ini
masih normal biasanya janin masih belum terkena dampak dari hipoksia tersebut.
Berkurangnya variabilitas denyut jantung janin dapat juga disebabkan oleh
beberapa keadaan yang bukan karena hipoksia, misalnya :
Janin tidur (keadaan fisiologik dimana aktivitas otak berkurang).
Kehamilan preterm (SSP belum sempurna).
Janin anencephalus (korteks serebri tak sempurna).
Blokade vagal.
Kelainan jantung bawaan.
Pengaruh abat-obat narkotik, diasepam, MgSO4 dan sebagainya
Terdapat suatu keadaan variabilitas jangka pendek menghilang sedangkan
variabilitas jangka panjang tampak dominan sehingga membentuk ```gambaran
sinusoidal.
Hal ini sering ditemukan pada :
Hipoksia janin yang berat.
Anemia kronik.
Fetal Erythroblastosis
Rh-sensitized.
Pengaruh obat-obat Nisentil, Alpha prodine.
Gambar 4 : Sinusoidal
3. Akselerasi
Kenaikan sementara frekuensi DJJ sebanyak 15 dpm atau lebih, selama 15
detik atau lebih. Akselerasi terjadi akibat respons simpatis yang merupakan keadaan
fisiologis yang baik (reaktif). Dapat terjadi akibat pergerkan janin atau akibat adanya
his. Dalam rekaman 20 menit, dinyatakan normal bila terdapat akselerasi 2 kali atau
lebih.
Dampak tidak adanya akselerasi saja pada gambaran KTG yang normal belum
diketahui.
4. Deselerasi
Penurunan frekuensi DJJ sementara sebesar 15 dpm atau lebih di bawah
frekuensi DJJ basal, yang berlangsung selama 15 detik atau lebih. Deselerasi terjadi
sebagai respons parasimpatis melalui baroreseptor dan kemoreseptor sehinga terjadi
perlambatan frekuensi DJJ.
Deselerasi dini
Perlambatan/penurunan sementara frekuensi DJJ yang seragam, berulang dan
periodik, mulai pada saat kontraksi uterus dan berakhir pada saat kontraksi uterus
selesai.
Pada deselerasi dini timbul dan menghilangnya sesuai dengan his ( seperti
cermin gambaran his), penurunan frekuensi tidak lebih dari 20 dpm dan lamanya
tidak lebih dari 90 detik. Frekuensi DJJ dasar dan variabilitas masih normal.
Deselerasi variabel.
Penurunan sementara frekuensi DJJ yang bervariasi (tidak seragam/ tidak
uniform), baik saat timbulnya, lamanya, amplitudonya dan bentuknya. Saat
mulainya dan berakhirnya dapat sangat cepat dan penurunan DJJ dapat mencapai 60
dpm. Biasanya didahului dan diakhiri dengan akselerasi (akselerasi pra deselerasi
dan pasca deselerasi).
Deselerasi variabel terjadi akibat penekanan tali pusat yang dapat disebabkan
karena lilitan tali pusat, oligohidramnion atau tali pusat menumbung. Apabila
frekuensi DJJ basal dan variabilitas normal, maka deselerasi ini tidak mempunyai
pengaruh berarti terhadap hipoksia janin. Merubah posisi ibu, memberikan
amnioinfusion, atau pemberian oksigen dapat memperbaiki keadaan ini.
Deselerasi variabel disebut berat apabila deselerasi mencapai 60 dpm atau
lebih, frekuensi DJJ basal turun sampai 60 dpm dan lamanya deselerasi leboh dari 60
detik ( rule of sixty). Pada keadaan seperti ini diperlukan pengakhiran persalinan.
Deselerasi lambat.
Penurunan sementara frekuensi DJJ yang timbulnya sekitar 20-30 detik setelah
kontraksi uterus dimulai dan berakhir sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus
menghilang. Lamanya kurang dari 90 detik (rata-rata 40-60 detik), berulang pada
setiap kontraksi, dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus. Frekuensi
dasar denyut jantung janin biasanya normal atau takhikardi ringan, tetapi pada
keadaan hipoksia yang berat dapat terjadi bradikardi.
Pada umumnya deselerasi lambat menunjukkan keadaan yang patologis. Hal
ini menunjukkan adanya hipoksia janin akibat penurunan aliran darah uteroplasenta..
Jarak waktu antara timbulnya kontraksi dan terjadinya deselerasi sesuai dengan
waktu yang diperlukan untuk rangsangan kemoreseptor dan n. vagus. Apabila
hipoksia belum sampai menyebabkan hipoksia otak dan janin masih mampu
mengadakan kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi otak, variabilitas DJJ
biasanya masih normal. Bila keadaan hipoksia makin berat atau berlangsung lebih
lama maka jaringan otak akan mengalami hipoksia dan otot jantungpun mengalami
depresi sehingga variabilitas DJJ akan menurun dan menghilang pada saat kematian
janin intrauterin.
Gambar 5 : Jenis deselerasi
C. MENENTUKAN GAMBARAN KTG PATOLOGIS
Patofisiologi irama jantung janin sangat kompleks, regulasi kardiovaskuler,
keadaan/kondisi susunan saraf simpatis dan parasimpatis, susunan saraf pusat,
baroreseptor, respirasi, regulasi suhu, sistem renin angiotensin, fungsi adrenal, sistem
endokrin dan kondisi dinding pembuluh darah. Semua ini mempengaruhi gambaran
denyut jantung janin yang akan direkam pada kertas monitor, sehingga banyak faktor
terutama keadaan ibu dan janin yang harus diperhitungkan selain membaca gambaran
KTG. Yang harus dilakukan untuk mencari gambaran KTG patologis yakni
memperhatikan: Denyut Jantung Janin (DJJ) Basal (baseline heart rate) yaitu :
c) KTG Patologis
Hilangnya variabiliti yang tidak berhubungan dengan medikasi, aktivitas janin
atau obat-obatan.
Deselerasi lambat persisten
Keadaan yang mencurigakan dengan hilangnya variabiliti
Bradikardia yang memanjang
Gambaran sinusoidal
INFEKSI PERINATAL
A. DEFINISI
Infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal, intranatal dan
postnatal. Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi
juga lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibanding dengan
bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan (imunitas)
transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar
dengan kuman yang juga berasal dari orang lain. Terhadap kuman yang berasal dari
orang lain ini bayi tidak memiliki imunitas. Riwayat kehamilan yang meningkatkan
resiko bayi terinfeksi, diantaranya adalah infeksi pada ibu selama kehamilan seperti
TORCH,ekslampsia,diabetes melitus, penyakit bawaan pada ibu.
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu : toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes. Keempat
jenis penyakit infeksi ini sama berbahayanya bagi janin bila infeksi di derita oleh ibu
hamil.
TORCH merupakan beberapa infeksi jenis penyakit bawaan yang akan
berbaya untuk janin oleh ibu hamil. Penyakit ini dengan mudah akan menginfeksi
janin dalam kandungan seorang ibu yang sedang hamil.
3. Citomegaloviris (CMP)
Penyakit ini di sebabkan oleh Human Cytomegalovirus, subfamili
betaherpesvirus, famili hervesviridae. CMV adalah infeksi oportunistik yang
menyerang saat sistem kekebalan tubuh lemah. Penularanya lewat paparan
jaringan, sekresi maupun eksresi tubuh yang terinfeksi ( urien, ludah, air susu ibu,
cairan, vagina, dan lain-lain) masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu.
a) Klasifikasi.
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah :
CMV Nefritis (ginjal)
CMV Hepatitis (hati)
CMV Myocarditis (jantung)
CMV Pneumonitis (paru-paru)
CMV Retinitis (mata)
CMV Gastritis (lambung)
CMV Colitis (usus)
CMV Encephalitis (otak)
b) Manisfestasi Klinis.
Petekia dan ekimosis.
Hepatosplenomegali .
Retardasi pertumbuhan intrauterine.
Prematuritas.
c) Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. CMV di tularkan melalui kontak langsung dengan cairan atau
jaringan tubuh, termasuk urine, darah, air liur dan ASI. Masa inkubasi tidak di
ketahui, berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi : setelah lahir 3 sampai 12
minggu, setelah tranfusi 3 – 12 minggu dan setelah tranplantasi 4 minggu sampai
4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang
tetapi masih dapat di aktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk
mencegah imunisasi ini.
d) Infeksi Pada Kehamilan.
Tranmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan, dan
infeksi pada umur kehamilan kurang sampai 16 minggu menyebabkan
kerusakan yang serius.
Infeksi CMV kongenital berasal dari infeksi maternal, eksogenus ataupun
endogenus. Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi pada ibu
hamil dengan pola imunologis seronegatif dan non primer bila ibu hamil
dalam keadaan seropositif. Sedangkan infeksi endogenus adalah hasil
suatu reaktifasi virus yang sebelumnya dalam keadaan paten.
Infeksi maternal primer akan memberikan akibat klinis yang jauh lebih
buruk pada janin di bendingkan infeksi recuren (reinfeksi).
e) Theraphy dan Konseling
Tidak ada therapi yang memuaskan dapat di terapkan khususnya pada
pengobatan infeksi kongenital.
Pada infeksi primer yang terjadi saat umur kehamilan ± 20 minggu
setelah memperhatikan hasil diagnosis prenatal. Kemungkinan dapat
dipertimbangkan adanya terminasi kehamilan.
Therapi digunakan mengobati infeksi CMV yang serius seperti retinitis,
esopagitis pada penderita AIDS serta tindakan profilaksis untuk
mencegah infeksi CMV setelah tranplantasi organ.
Obat yang di gunakan untuk anti CMV untuk saat ini adalah glanciclofir,
foscarnet, cidofir, dan valaciclovir.
Pengembangan vaksin perlu di usulkan guna mencegah morbiditas
akibat infeksi kongenital.
A. PENGERTIAN
Obstetri adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium.
Sedangkan patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi, patologi
obstetri adalah ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal atau fisiologis.
Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan,
persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri
adalah mid wifery. Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan
dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford
English Dictionary, 1933).
Obstetri(ilmu kebidanan) ialah ilmu yang mempelajari kehamilan, persalinan dan
nifas. Perkataan obstetri berasal dari obsto( bahasa latin) yang kira-kira berarti
mendampingi.
Obstetri (kebidanan) adalah spesialisasi medis yang berkenaan dengan perawatan
wanita selama kehamilan, melahirkan, dan selama 4-8 minggu setelah melahirkan (masa
nifas, periode di mana organ-organ reproduksi pulih dari kehamilan dan kembali ke
kondisi biasa mereka). http://kamuskesehatan.com/arti/obstetri/ diakses tanggal 18
September 2014
.
B. TUJUAN OBSTETRI
Tujuan obstetri ialah membawa ibu dan anak dengan selamat melalui masa kehamilan,
persalinan, dan Nifas, dengan kerusakan sedikit-dikitnya. Secara lebih luas, tujuan dari
obstetri ialah pengaturan dan optimalisasi dari reproduksi manusia.
Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada
ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan
bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan
emosional yang diakibatkannya
C. STATISTIK OBSTETRI
Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).
PROSEDUR PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN
PENGERTIAN.
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatalyang disebabkan oleh
penyuntik hipoksia janin dalam Rahim antara lain mealakukan pemantauan kesejahteraan
janin dalam Rahim. Pemantauan janin bertujuan mendeteksi adanya gangguan yang
berkaiatan dengan Hipoksia janin dalam rahim.
Teknik pemantauan kesetahtraan janin di bagi dalam 2 katagori yakni pemantauan dengan
menggunakan alat elektronik dan dengan observasi manual.
E. Amnioskopi
Pemeriksaan diagnostic amnioskopi adalah tindakan menginspeksi likuor amnii pada
selaput ketuban yang utuh dengan menggunakan amnioskop melalui kanalis servikkalis.
Resiko cedera pada janin cukup tinggi sehingga pemeriksaan ini dilakukan bila ada
indikasi. Tujuan pemeriksaan ini dilakukan guna membantu menseleksi kasus secara
cermat untuk dilakukan induksi persalinan bila pada kehamilan ditemukan resiko janin.
http://www.mitraahmad.net/bukusinopsis_obstetri_obstetri_fisiologi_obstetri_
patologi_jilid_1_edisi_3_egc-23652.html Diakses tanggal 14 September 2014
Budi Nike Subakti, dkk. (2007). Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik dan Puspita, Eka. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Trans Info Media.
SISTEM REPRODUKSI
OLEH KELOMPOK I :
RAMLI
ADE SETIAWAN
SRI ANDARINI
LISA RAHMAWATI
ABDUL HUDA
ALMIATI
S1 NON REGULER
SEMESTER GANJIL ( III)
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2014