Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASUPAN CAIRAN DAN CARA

PENGENDALIAN ASUPAN CAIRAN TERHADAP PENAMBAHAN


BERAT BADAN
Susti Neliya1, Wasisto Utomo2, Misrawati3
Hp 08127682170

Abstrak

This studi aimed to determine the relationship knowledge of fluid intake and how to control of
fluid intake with weight gain in chronic renal failure patiens undergoing hemodialysis in
hospital Arifin Achmad Pekanbaru. The design of this study used a descriptive analytic. Samples
were taken with purposive sampling. Measuring instrument used was a questionnaire that had
been tested the validity and reability. Analyzes used univariate and bivariate analysis. Chi
square statistical test results obtained a significant relationship knowledge of fluid intake with
weight gain p=0,014 < 0,05 and obtained a signifikan relationship how to control of fluid
intake with weight gain p= 0,038 < 0,05. Based on these results, the advice to healthcare
professionals who work in a hemodialysis in order to more actively provide guidance or health
education about of fluid intake and how to control fluid intake in order to get maximum results
and not incur losses from the impact of violating restriction of fluid intake.

Keys words : CRF, controling, fluid intake and weight gain,hemodialysis


Reading list : 28 (2000 – 2012)
 
PENDAHULUAN penduduk pertahun, angka ini meningkat
Masyarakat selama ini menganggap sekitar 8 %
penyakit yang banyak mengakibatkan setiap tahunnya (Suwitra, 2009). Negara
kematian adalah jantung dan kanker. maju seperti Jepang, Australia dan Inggris
Penyakit lain juga ada yang tak kalah penderita gagal ginjal kronik dapat
mengancam jiwa dan kejadiannya di mencapai 77 sampai 283 persatu jiwa
masyarakat terus meningkat. Penyakit itu penduduk (Rubianto, 2009). Penduduk
adalah gagal ginjal (Santoso, 2009). negara Malaysia dengan populasi 18 juta,
Penyakit gagal ginjal disebabkan oleh diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal
fungsi ginjal yang menurun. Fungsi ginjal ginjal pertahunnya (Suwitra, 2009).
menurun secara mendadak maka disebut Indonesia termasuk negara dengan tingkat
gagal ginjal akut (Muhammad, 2012). penderita gagal ginjal yang cukup tinggi,
Gagal ginjal kronik berkaitan dengan menurut PERNEFRI ( Persatuan Nefrorogi
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan Indonesia ) prevalensinya mencapai 200 –
irreversible (Clevo & Margareth, 2012). 250 perjuta penduduk (Sumaryoto, 2010).
Data tahun 1995 – 1999 di Amerika Data pasien gagal ginjal di Pekanbaru
Serikat menunjukkan insiden penyakit Riau, pada bulan Januari sampai Juni 2012
ginjal kronik sekitar 100 kasus perjuta jumlah pasien yang mengunjungi pelayanan
hemodialisa di RSUD Arifin Achmad kelebihan cairan dan kelebihan berat badan
sebanyak 655 kunjungan. Jumlah ini terjadi .Berdasarkan latar belakang penelitian maka
peningkatan dibandingkan jumlah dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
kunjungan pasien pada tahun 2007 “ Apakah ada hubungan antara pengetahuan
sebanyak 369 kunjungan. (Medikal Record tentang asupan dan cara pengendalian
ruang hemodialisa RSUD AA, 2012). asupan cairan terhadap penambahan berat
Pasien gagal ginjal kronik meskipun badan pasien gagal ginjal kronik yang
pada awal menjalani hemodialisa sudah menjalani hemodialisa di RSUD Arifin
diberikan penyuluhan kesehatan mengenai Achmad Pekanbaru?”.
pembatasan dan asupan cairan, akan tetapi Tujuan dari penelitian inia adalah
pada terapi hemodialisa berikutnya masih untuk:mengidentifikasi pengetahuan pasien
sering terjadi pasien datang dengan keluhan tentang asupan cairan, mengidentifikasi
sesak nafas akibat kenaikan berat badan tentang cara pasien mengendalikan asupan
melebihi 5 % dari berat badan kering cairan, mengidentifikasi tentang
(Utami, 2010). penambahan berat badan, mengetahui
Berdasarkan wawancara dengan hubungan pengetahuan dengan penambahan
penanggung jawab ruang hemodialisa berat badan, mngetahui hubungan cara
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru masih pengendalian asupan cairan dengan
banyak pasien yang mngalami sesak dan penambahan berat badan.
kelebihan berat badan akibat kelebihan
asupan cairan dan diet. Hasil survey awal METODELOGI PENELITIAN
peneliti didapat 7 dari 15 pasien yang Desain penelitian ini menggunakan
menjalani hemodialisa berat badan berlebih. metode penelitian deskriptif analitic dengan
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, menggunakan pendekatan cross sectional
dan belum adanya penelitian sebelumnya (Notoatmodjo, 2007). Cross sectional
mengenai hubungan pengetahuan pasien design yaitu pengumpulan data yang
gagal ginjal kronik yang menjalani dilakukan pada satu waktu (Polit & Beck,
hemodialisa tentang asupan cairan serta cara 2006). Penelitian dilaksanakan di ruang
pengendalian asupan cairan terhadap hemodialisa RSUD Arifin Achmad
penambahan berat badan. Maka peneliti Pekanbaru dilakukan bulan November dan
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Desember 2012. Sampel yang dijadikan
hubungan pengetahuan pasien tentang subyek penelitian adalah pasien yang
asupan cairan serta cara mengendalikannya menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa
terhadap penambahan berat badan pasein RSUD Arifin Achmad sebanyak 40
gagal ginjal kronik yang menjalani responden.
hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Instrument penelitian yang digunakan
Pekanbaru. yaitu kuisioner yang telah dilakukan uji
Program penyuluhan tentang asupan validitas dan reabilitas terhadap 15
cairan pada pasien gagal ginjal yang responden.
menjalani terapi hemodialisa sudah Analisa data yang digunakan adalah
diberikan oleh perawat, hal ini dilakukan analisa univariat dan bivariat. Analisa
agar setiap pasien dapat mengatur asupan univariat bertujuan untuk mengetahui
cairan dan tidak mendapatkan kerugian besarnya proporsi masing-masing variabel
yang diakibatkan oleh kelebihan cairan. dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisa
Kenyataan yang didapat dilapangan masih bivariat bertujuan untuk melihat hubungan
banyak ditemukan pasien yang mengalami antara variabel-variabel.
HASIL PENELITIAN Benar 16 40
Berat badan
Tabel 1. Berlebih 18 45
Distribusi frekuensi karakteristik demografi normal 22 55
40 responden
Karakteristik Frekuensi Persentase Dari tabel 2 diketahui bahwa tingkat
Umur pengetahuan responden mayoritas tinggi
21-40 tahun 7 17,5 (65%), cara pengendalian mayoritas salah
41 –60tahun 20 50 (60%) dan berat badan responden
>60 tahun 13 32,5 mayoritas normal (55%)
Pendidikan
SD 7 17,5 Tabel 3
SLTP 4 10,0 Analisa kolerasi pengetahuan asupan
SLTA 18 45,0 cairan terhadap penambahan berat badan
PT 11 27,5 Pengetah Berat badan Total P
Pekerjaan uan
Tidak bekerja 16 40 Berleb Norma n %
Swasta 2 5 ih l
Dagang 8 20 n % n % 0,0
PNS/TNI 14 35 14
Lama hd Rendah 1 33, 4 66, 1 10
<3 tahun 21 52,5 0 3 7 8 0
3-6 tahun 12 30 Tinggi 8 32 1 68 2 10
>6 tahun 7 17,5 8 2 0

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat Dari tabel 3 dapat dilihat ada


diketahui bahwa mayoritas responden hubungan yang signifikan antara
rentang umurnya 41-60 tahun sebanyak 20 pengetahuan tentang asupan cairan dengan
responden (50 %), pendidikan responden penambahan berat badan dengan nilai p=
mayoritas SLTA sebanyak 18 responden 0,014 < 0,05
(45%), mayoritas pekerjaan responden
tidak bekerja sebanyak 16 responden (40%) Tabel 4
dan mayoritas responden menjalani Analisa kolerasi cara pengendalain asupan
hemodialisa <3 tahun sebanyak 21 orang cairan terhadap penambahan berat badan
(52,5%).
Cara Berat badan Total P
Tabel 2 Berlebih Normal n %
Distribusi frekuensi berdasarkan variabel n % n %
Variabel Frekuensi Persentase Salah 1 58, 10 41, 3 10
Tingkat 4 3 7 4 0 0,03
pengetahuan 8
Benar 4 25 1 75 6 10
Rendah 14 35
r 2 0
Tinggi 26 65
Cara
Dari tabel 4 didapat bahwa p=0,038 <
pengendalian
0,05 yang berarti ada hubungan yang
Salah 24 60
signifikan cara pengendalian asupan cairan sebanyak 7 orang (17,5%). Pasien
dengan penambahan berat badan. yang memiliki pendidikan lebih tinggi
PEMBAHASAN: akan mempunyai pengetahuan yang
1. Gambaran demografi karakteristik lebih luas. Tingkat pendidikan yang
responden tinggi juga memungkinkan pasien
a. Umur untuk mempunyai pengetahuan yang
Hasil penelitian didapatkan data lebih tinggi dan dapat menghadapi
bahwa mayoritas responden berumur masalah, yang dialami mempunyai
41 - 60 tahun sebanyak 20 responden rasa percaya diri yang tinggi,
(50 %), sedangkan yang berumur >60 berpengalaman dan mempunyai
13 responden (32,5%) tahun perkiraan yang tepat bagaimana
sebanyak 14 responden (35%) dan mengatasi kejadian serta mudah
yang berumur dibawah 21-40 tahun mengerti tentang apa yang dianjurkan
sebanyak 7 orang (17,5%) Hal ini oleh petugas .
sesuai dengan pernyataan Sidharta, Hasil penelitian ini didukung
(2008) bahwa secara normal oleh teori pengetahuan atau kognitif
penurunan funfsi ginjal terjadi pada merupakan domain yang sangat
usia 40 tahun. Hal ini sejalan dengan penting untuk terbentuknya suatu
apa yang dijabarkan oleh Pernefri tindakan, prilaku yang didasari
(dalam Sulalit,2009) yang pengetahuan akan lebih langgeng dari
mengatakan bahwa penambahan usia pada yang tidak didasari pengetahuan
menyebabkan menurunnya fungsi Sunaryo (2004), menyatakan bahwa
ginjal untuk melakukan penyaringan pendidikan mencakup seluruh proses
di dalam tubuh. Selain karena kehidupan, berupa interaksi dengan
penurunan fungsi organ tubuh oleh lingkungan baik formal maupun
pertambahan usia, hal ini juga dapat informal. Proses dan kegiatan
disebabkan oleh beragam penyakit pendidikan pada dasarnya melibatkan
yang muncul di usia lanjut yang masalah prilaku individu maupun
menimbulkan komplikasi pada sistem kelompok, seperti individu yang
urinarius (Katzung, 2002). Gangguan berpendidikan sarjana, prilakunya
fungsi ginjal dapat juga terjadi karena akan berbeda dengan yang
perubahan gaya hidup, pola makan berpendidikan SLTP Notoatmodjo
yang salah dengan banyak (2003) pengetahuan merupakan dari
mengkonsumsi makanan instan dan tahu, dan terjadi setelah orang
cepat saji serta minuman bersoda melakukan pengindraan terhadap
b. Tingkat pendidikan suatu objek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian c. Jenis pekerjaan
didapat bahwa responden mayoritas Berdasarkan dari data
memiliki pendidikan sekolah lanjutan didapatkan bahwa mayoritas
tingkat atas sebanyak 18 responden responden sudah tidak bekerja lagi
(45%), responden berpendidikan sebanyak 16 responden (40 %).
sekolah lanjutan tingkat pertama Mayoritas responden tidak bekerja
sebanyak 4 responden (10%),yang lagi karena sebagian mereka telah
berpendidikan perguruan tinggi pension dan juga ketidakmampuan
sebanyak 11 responden dan untuk melakukan suatu pekerjaan
pendidikan sebatas sekolah dasar karena tidak mempunyai kesempatan
sehingga mereka lebih fokous dalam menjalani terapi hemodialisa,
menjalani terapi hemodialisa saja. pengetahuan juga terbentuk dari
Pekerjaan merupakan kegiatan pengalaman dan pendidikan non
melakukan pekerjaan dengan maksud formal seperti membaca dan
memperoleh penghasilan, besarnya mendapatkan penyuluhan. Semakin
pendapatan yang diterima akan rendah pengetahuan sesorang tentang
dipengaruhi oleh pekerjaan yang kesehatan maka praktek tentang
dilakukan (Suhardjo, 2004). Menurut kesehatan atau perilaku hidup sehat
Notoatmodjo (2003) pengasilan semakin rendah (Notoatmodjo, 2003).
merupakan faktor yang b. Cara pengendalian
mempengaruhi pengetahuan. Dari hasil penilitian didapat
d. Lamanya hemodialisa bahwa mayoritas responden cara
Dari data berdasarkan lama pengendalian asupan cairan salah
waktu menjalani proses hemodialisa yaitu sebanyak 24 responden (60%).
memperlihatkan bahwa mayoritas Hasil ini member gambaran pasien
lama waktu pasien yang menjalani tidak mengaplikasikan tingkat
proses hemodialisa di RSUD Arifin pengetahuannya dalam kehidupannya,
Achmad adalah <3 tahun sebanyak seharusnya jika tingkat pengetahuan
21 responden (52,5%). Lama tinggi akan semakin benar cara
menjalani hemodialisa mempunyai pengendalian asupan cairan.
pengaruh terhadap pengetahuan dan Kesalahan cara ini disebabkan juga
sikap tentang yang berhubungan oleh perilaku yang enggan
dengan asupan cairan. Setiap mengaplikasinya dan dipengaruhi
penderita memerlukan waktu yang oleh kebosanan dan ketidak mampuan
berbeda-beda dalam tingkat mengendalikan rasa haus.
pengetahuan dan sikapnya , semakin Perilaku merupakan bentuk
lama pasien menjalani hemodialisa respon atau reaksi terhadap stimulant
maka akan banyak pengetahuan yang dari luar organism, namun juga
diperoleh dan bisa mengendalikan perilaku juga sangat bergantung pada
asupan cairan dengan benar. Hal ini faktor–faktor lain dari orang yang
didukung oleh penelitian Sapri (2008) bersangkutan yang bersifat bawaan
bahwa semakin lama pasien menjalani seperti tingkat kecerdasan, jenis
hemodialisa semakin patuh karena kelamin. Faktor eksternal yang
pasien sudah mencapai tahap mempengaruhi perilaku yaitu
menerima . lingkungan fisik, social dan budaya.
2. Analisa univariat Walaupun perilaku baik cukup tinggi
a. Tingkat pengetahuan namun tidak didukung oleh kondisi
lingkungan maka sesuatu hal akan
Dari hasil penelitian ini
sulit juga dihasilkan (Notoatmodjo,
memperlihatkan bahwa mayoritas
2003).
responden berpengetahuan tinggi
c. Penambahan berat badan
yaitu sebanyak 26 responden (65%).
Dari hasil penilitian ini didapat
Hasil ini bisa saja dipengaruhi oleh
bahwa mayoritas penambahan berat
informasi yang diterima oleh
badan responden dalam batas normal
responden tentang asupan cairan dan
yaitu sebanyak 22 responden (55%).
cara pengendalian asupan cairan yang
Angka ini masih sama dengan hasil
baik yang harus dipatuhi dalam
survey awal peneliti yang menyatakan domain yang sangat penting dalam
masih banyak terdapat 7 dari 15 membentuk tindakan seseorang,
pasien mengalami kelebihan berat tindakan didasrai oleh pengetahuan
badan. Pengontrolan penambahan akan lebih langgeng dari pada
berat badan sangat dipengaruhi oleh tindakan yang tidak didasari oleh
sikap pasien terhadap cara pengetahuan.
pengendalian asupan cairan, jika Tingkat pengetahuan pada
cairan yang masuk dapat dikendalikan penelitian ini cukup tinggi, maka hasil
maka penambahan berat dapat yang diharapkan adalah ada hubungan
terpantau dan jika asupan cairan tidak yang signifikan antara pengetahuan
terkontrol dengan baik maka pasien dengan penambahan berat badan.
akan mengalami kenaikan berat badan Pasien gagal ginjal kronik yang
lebih dari yang diperbolehkan menjalani hemodialisa diharapkan
(Resultanti, 2010). penelitian ini mempunyai pengetahuan tentang
didukung dengan penelitian Sapri batasan asupan cairan yang mereka
(2008) bahwa didapat 43% dari pasien konmsumsi, karena jumlah cairan
berat badan berlebih antara waktu yang masuk akan mempengaruhi berat
dialisis. badan pasien tersebut. Pada fungsi
3. Analisa bivariat ginjal yang memburuk dan pasien
a. Kolerasi pengetahuan tentang menjalani hemodialisa pasien akan
asupan cairan terhadap menghasilkan urine dalam jumlah
penambahan berat badan yang sangat sedikit atau bahkan tidak
Hasil penelitian ini kencing sama sekali, ini akan
memperlihatkan bahwa mayoritas menyebabkan timbunan cairan dalam
responden yang memiliki tingkat tubuh sehingga menyebabkan
pengetahuan yang tinggi 18 responden timbunan cairan di jantung, paru dan
mempunyai berat badan normal, tungkai (Soemantri, 2012).
pengetahuan rendah berat badan
berlebih 10 responden , pengetahuan b. Kolerasi antara cara pengendalian
tinggi berat badan berlebih 8 asupan cairan dengan penambahan
responden dan pengetahuan rendah berat badan
memiliki berat badan normal 4 Hasil penelitian ini
responden..Dari hasil uji statistic di memperlihatkan bahwa responden
dapat nilai (r=0,014 < 0,05) yang cara pengendalian asupan cairan
menunjukkan terdapat hubungan salah yang berat badan berlebih
yang signifikan antara tingkat sebanyak 14 respoden (58,3%), cara
pengetahuan tentang asupan cairan pengendalian salah berat badan
dengan penambahan berat badan. normal sebanyak 10 responden
Faktor pengetahuan adalah faktor (41,7%), cara pengendalian benar
yang menentukan terhadap masalah yang berat badan berlebih sebanyak 4
yang dialami, apabila seseorang responden (25%) dan cara
pengetahuan baik maka akan mudah pengendalian benar berat badan
untuk mengaplikasikan normal sebanyak 12 responden (75%).
pengetahuannya menjadi perilaku Hasil uji statistik didapat nilai ( r =
yang positif. Menurut Notoadmodjo 0,038, p < 0,05), artinya terdapat
(2003) pengetahuan merupakan hubungan yang bermakna antara cara
pengendalian asupan cairan terhadap
penambahan berat badan. Hal ini kepatuhan pasien dalam pembatasan
sangatlah dapat dipahami karena diet dan cairan.
semakin benar pasien dalam bersikap
mengendalikan asupan cairannya KESIMPULAN
maka penambahan berat badan dapat Berdasarkan dari hasil penilitian
dikontrol. Adanya hubungan yang tentang hubungan pengetahuan asupan
bermakna dapat member gambaran cairan dan cara pengendalian asupan cairan
kesesuaian sikap pasien. Menurut terhadap penambahan berat badan pasien
Sunaryo (2004) bahwa untuk gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
mencapai tujuan diperlukan sarana dapat disimpulkan: gambaran data
yang disebut dengan sikap. demografi karakteristik pasien hemodialisa
Teori mengatakan jika pasien di dapat sebagian besar berumur lebih dari
mempunyai pengetahuan tinggi lebih 45 tahun dengan persentase 57,5%,
luas memungkingkan pasien dapat berdasarkan tingkat pendidikan sebagian
bersikap yang bijak dalam mengontrol besar berpendidikan sekolah lanjutan
dirinya mengatasi masalah yang tingkat atas dengan persentase 45%,
dihadapi, mempunyai rasa percaya berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar
yang tinggi dan mempunyai perkiraan tidak bekerja dengan persentase 40% dan
yang tepat mengatasi kejadian serta lamanya menjalani hemodialisa sebagian
mengerti tentang apa yang dianjurkan besar < 3 tahun dengan persentase 52,5%.
oleh petugas kesehatan akan dapat Berdasarkan uji statistik terhadap
membuat keputusan yang bijak pengetahuan dengan berat badan maka
(Wahyu, 2011). Sikap yang benar diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05 yang
dapat juga menggambarkan kepatuhan berarti terdapat hubungan yang signifikan
pasien dalam menjalani apa yang antara pengetahuan dengan penambahan
menjadi pedoman baginya. Kepatuhan berat badan dengan nilai dan pada uji
dalam pembatasan asupan cairan pada statistic antara cara pengendalian asupan
pasien gagal ginjal kronik yang cairan terhadap penambahan berat badan di
menjalani hemodialisa merupakan hal dapat nilai p = 0,038 < 0,05 yang berarti
penting untuk diperhatikan, karena terdapat hubungan yang bermakna antara
jika pasien tidak patuh dapat cara pengendalian asupan cairan terhadap
mengakibatkan kenaikan berat badan penambahan berat badan.
yang melebihi 5% , dan akan terdapat
pula edema pada tungkai, wajah dan SARAN
sesak nafas yang diakibatkan oleh Diharapkan kepada pasien yang
volume cairan yang berlebihan dan menjalani hemodialisa lebih meningkatkan
gejala uremik (Brunner, 2002). pengetahuan tentang asupan cairan dan
Kelebihan jumlah asupan cairan dari mangaplikasikan pengetahuan tersebut
yang diperbolehkan akan berakibat dalam tindakan cara pengendalian asupan
juga pada penambahan berat badan, cairan yang benar demi mempertahan status
tekanan darah naik, edema dan sesak kesehatan yang optimal.
nafas (National Kidney Fondation, Diharapkan tenaga kesehatan lebih
2012). Penelitian ini didukung juga aktif lagi dalam memberikan bimbingan
oleh penelitian Utami (2011) faktor atau penyuluhan kesehatan tentang batasan
sikap mempengaruhi terhadap asupan cairan dan cara pasien
mengendalikan asupan cairan dan berat
kering agar hasil lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA
Diharapkan bagi institusi pendidikan Almatsier, S. (2008).Penuntun diet. Jakarta:
unutuk menambah dan melengkapi bahan Salemba Medika.
bacaan di perpustakaan sehingga Artif, O. (2002). Relationship between
mempermudah mahasiswa untuk mencari interdialytic weight gain and acid
buku yang terkait khususnya penelitian ini. base status in hemodialysis by
Banyaknya buku yang tersedia berguna bicarbonate. Diperoleh tanggal 30
dalam proses pembelajaran sehingga Januari 2013 dari www. Nibi, nlm.
mahasiswa dapat memperluas wawasannya Nih,gov/pubned
Aziz, A. A. (2008). Riset keperawatan dan
UCAPAN TERIMA KASIH teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
Ucapan terima kasih penulis Salemba Medika.
sampaikan kepada beberapa pihak yang Brunner, L. D, & Suddarth, D. S. (2002).
telah banyak memberi bimbingan, arahan Buku ajar keperawatan medikal
dan inspirasi kepada penulis. bapak Wasisto bedah, vol 2. Jakarta: EGC.
Utomo, M. Kep, Sp. KMB, ibu Misrawati, Clevo, M. (2012). Asuhan keperawatan
M. Kep, Sp. Mat. ibu Siti Rahmalia HD medikal bedah dan penyakit dalam.
MNS. Jakarta: Nuha Medika.
Bapak Katijo Sempono M. Kes dan
DKF. (2010). Tips mengontrol asupan
bapak Jon Kenedi M.Pd yang telah member
kemudahan kepada penulis untuk cairan. Diperoleh pada tanggal 20
menyelesaikan penelitian ini. agustus 2012 dari
Suamiku Asrul S.Sos dan anak- www.ygdi.org/patientsinfo.
anakku Ilham arrahim, Alham Arrahman Harrison. (2000). Prinsip-prinsip ilmu
dan Ghania aqila ramadhani yang penyakit dalam. Jakarta: EGC.
memberikan dukungan moril maupun Hartono, A. (2008). Rawat ginjal cegah
materil. cuci darah. Yogyakarta: Kanisius.
Sahabatku Arni yusnita,SKM yang Korina, T. (2008). Diet untuk gagal ginjal.
komentar dan supor semangat penulis serta Jakarta : Gramedia Pustaka Medika.
teman-teman PSIK-UR B 2011. Kusnedi. (2008). Model-model persamaan
Tidak lupa pula penulis mengucapkan struktur. Bandung: Alfabeta
terima kasih kepada seluruh pasien Machfoedz, I. (2008). Teknik membuat alat
hemodiallisa di RSUD Arifin Achmad yang ukur penelitian. Jakarta: Fitramaya.
telah bersedia menjadi responden dalam Medical Record RSUD Arifin Achmad.
penelitian ini. (2012). Laporan tahunan angka
kunjungan unit hemodialisa.
1
Susti Neliya, mahasiswa Program Studi Pekanbaru. Tidak dipublikasikan.
Ilmu Keperawatan Universitas Riau Muhammad. A. (2012). Serba serbi gagal
2
Wasisto Utomo, M.Kep, Sp.KMB, dosen ginjal. Jakarta: Diva Press.
departemen keperawatan medikal bedah Notoatmodjo. S. (2007). Pendidikan dan
Program Studi Ilmu Keperawatn perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Universitas Riau Cipta.
3
Misrawati, M.Kep, Sp. Mat, dosen Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
departemen keperawatan martenitas-anak metodologi penelitian keperawatan:
pedoman skripsi, tesis, dastrument
penelitian keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
O’callaghan, C. (2009). At a glance system
ginjal. Jakarta: Erlangga.
Resultanti. (2010). Tata laksana pada
penyakit ginjal kronik. Diperoleh pada
tanggal 8 Juli 2012 dari http://www,
majalah farmacia.com/rubric/one
news.asp.
Syamsir, A. ( 2007). Gagal ginjal. Jakarta:
Gramedia Pustaka Medika.
Santoso, D. (2009). 60 menit menuju ginjal
sehat. Jakarta: Media Grafika.
Setiadi (2010). Konsep dan penulisan riset
keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu.
Soemantri, S. (2012). Panduan lengkap
mencegah dan mengobati serangan
jantung, stroke dan gagal ginjal.
Yogyakarta: Araska
Sulalit. (2006). Ginjal hipertensi. Jakart:
Rineka Cipta.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
keperawatan. Jakarta: EGC
Sukandar. (2006). Gagal ginjal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suwitra, K. (2009). Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Internal publishing.
Umar. H. (2002). Metodologi penelitian.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Utami, S. (2011). Faktor – faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam
pembatasan diet dan asupan cairan
pada pasien gagal ginjal kronik di
ruang haemodialisa RSUP H.Adam
malik medan. Diperoleh pada tanggal
8 Juli 2012 dari www.
Umnaw.com/kultura volume 12.
Wiranda, G ( 2006). Fisiologi nutrisi.
Jakarta: IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai