Acara 3
Acara 3
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama untuk industri, transportasi dan rumah
tangga dan sumber devisa bagi negara serta juga salah satu sumber penghasil limbah yang
mencemari lingkungan (Purwatiningsih dan Masykur, 2012). Menurut Atlas (2008), Pencemaran
minyak bumi dapat terjadi di udara, tanah dan air yang mana berasal dari tumpahan, minyak
bekas pakai, eceran serta buangan minyak bumi atau produk yang dihasilkan. Salah satu
limbah yang dihasilkan yaitu lumpur minyak yang terdiri dari hidrokarbon, air dan bahan
padat lainnya.
Menurut Chator dan Somervilee (1978), minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai
sumber air (air tanah / danau) yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik. Hal ini
menjadi masalah serius / membahayakan kesehatan bagi daerah yang mengandalkan sumber
air terebut. Menurut Fahruddin (2010), lumpur minyak dapat membahayakan kesehatan
manusia karena kandungan hidrokarbon polinuklear seperti benzena dan toluena yang bersifat
karsinogenik. Penanggulangan lumpur minyak dengan biologis dapat menurunkan kandungan
hidrokarbon 5-10% dan menghasilkan endapan.
Chator dan Somerville. 1978. The Oil Industry and Mircobial Ecosystems. Heyden and Son
Ltd, London.
Purwatiningsih, A dan Masykur. 2012. Eksplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi
di Laut Natuna bagian Utara Laut Yuridiksi Nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di Kepulauan Natuna. Jurnal Reformasi 2 (2): 59-67.
Menurut Das dan Chandran (2010), faktor suhu berperan penting dalam biodegradasi hidrokarbon
dimana secara langsung mempengaruhi proses kimia polutan, fisiologi dan keragaman mikroba.
Pada suhu rendah, viskositas minyak meningkat, sementara volatilitas hidrokarbon akan berkurang
sehingga menghambat biodegradasi. tingkat degradasi tertinggi yang umumnya terjadi pada kisaran
30–40◦C di lingkungan tanah, 20–30◦C di beberapa lingkungan air tawar. Nutrisi adalah bahan yang
sangat penting untuk keberhasilan biodegradasi polutan hidrokarbon terutama nitrogen, fosfor, dan
dalam beberapa kasus, juga zat besi. Penggunaan kotoran unggas sebagai pupuk organik di tanah
yang terkontaminasi dapat meningkatkan biodegradasi.
Oksigen (O2) digunakan secara luas sebagai reseptor elektron dalam bioremediasi aerobik untuk
membantu degradasi polutan dimana polutan dipecah lebih cepat dalam kondisi aerobik karena
meningkatkan kinerja mayoritas mikroorganisme. Penelitian tentang tingkat O2 optimal untuk
bioremediasi menghasilkan pernyataan bahwa tingkat degradasi menurun dengan meningkatnya
konsumsi O2. Studi terbaru menunujukan kadar oksigen optimal adalah 10-40% pada pengolahan
hidrokarbon. Sedangkan faktor lain daat mencakup bioavailability, pH, porositas, permeabilitas dan
toxicity (Clarkson dan Abubakar, 2015).
Clarkson, M. A dan Abubakar, S. I. 2015. Bioremediation and biodegradation of hydrocarbon
contaminated soils: a review. Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology 11
(9): 38-45.
Menurut Das dan Chandran (2010), prinsip utama degradasi aerobik hidrokarbon berawal dari
serangan intraseluler inisial terhadap polutan organik melalui proses oksidatif. Dalam proses ini,
aktivasi serta penggabungan oksigen adalah reaksi enzimatik kunci yang dikatalisis oksigenase dan
peroksidase. Peripheral degradation pathways akan mengubah polutan organik menjadi intermediet
dari metabolisme central intermediary, misalnya, siklus tricarboxylic acid (TCA). Biosintesis biomassa
sel terjadi dari central precursor metabolites, misalnya, asetil-KoA, suksinat, piruvat. Prinsip / jalan
degradasi hidrokarbon dijelaskan dala gambar berikut:
Menurut Das dan Chandran (2010), Degradasi hidrokarbon minyak bumi dapat dimediasi sistem
enzim spesifik. Mekanisme lain yang terlibat terasuk perlekatan sel mikroba ke substrat dan produksi
biosurfaktan. Serangan awal pada xenobiotik oleh oksigenase (reaksi enzimatik degradasi
hidrokarbon) adalah sebagai berikut:
Gambar x. Reaksi enzimatik melibatkan proses degradasi hidrokarbon