Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan ini manusia dihadapkan pada banyak pilihan, dimana
setiap pilihan tersebut mengandung arti yang berbeda-beda, tujuan yang berbeda-
beda, dan tentunya hasil yang berbeda-beda pula. Pengharapan manusia selalu
bisa berada pada tingkat perubahan yaitu kemajuan. Namun untuk mendapatkan
kemajuan itu tentunya bukanlah suatu cara yang mudah dan sederhana, semua itu
harus dilalui dengan segala proses dan tahap demi tahap. Disinilah kita akan
melihat bagaimana proses tersebut berlangsung, apakah ia berjalan berdasarkan
aturan atau menyalahi aturan yang berlaku misalnya dengan timbulnya suatu
Fraud (kecurangan yang disengaja).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada berdasarkan latar belakang di atas adalah
sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan Fraud?
2) Bagaimana hubungan Fraud dalam etika bisnis?
3) Apa saja bentuk-bentuk Fraud dalam etika bisnis?
4) Apa yang menyebabkan terjadinya tindakan Fraud?
5) Bagaimana hubungan tindakan Fraud dengan etika bisnis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk dapat mengetahui gambaran tentang tindakan Fraud.
2) Untuk mengetahui hubungan Fraud dengan etika bisnis.
3) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran dalam etika bisnis.
4) Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan Fraud.
5) Untuk mengetahui keterkaitan tindakan Fraud dengan etika bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fraud


Fraud (kecurangan) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara
disengaja dan dilakukan untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok, dimana
tindakan yang disengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu
atau institusi tertentu. Dalam kata Fraud itu sendiri dapat diartikan dengan
berbagai makna yang terkandung didalamnya seperti:
- Kecurangan
- Kebohongan
- Penipuan
- Kejahatan
- Penggelapan barang-barang
- Manipulasi data-data
- Rekayasa informasi
- Mengubah opini publik dengan memutarbalikan fakta yang ada
- Menghilangkan barang bukti secara sengaja
Untuk mengetahui lebih dalam tentang Fraud ada beberapa pendapat para
ahli yang telah mendefinisikan tentang Fraud ini, menurut Joel G. Siegel dan Jae
K. Shim bahwa:
“Fraud (kecurangan) merupakan tindakan yang disengaja oleh perorangan atau
kesatuan untuk menipu orang lain yang menyebabkan kerugian. Khususnya terjadi
misrepresentation (penyajian yang keliru) untuk merusak, atau dengan maksud
menahan data bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan keputusan yang
terdahulu”.
Dan lebih jauh Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mencontohkan tentang pemegang
buku yang memalsukan catatan agar dapat mencuri uang.
Adapun menurut Howard R. Davia bahwa:
“The world of Fraud may be defined as a vast aggregation of all the Fraud that
has occured in any given time frame.”

Lebih jauh Howard R. Davia mengatakan bahwa kata Fraud dapat


dikelompokkan pada tiga group yaitu:
Group 1: Fraud that has been exposed and is in the public domain;
Group 2: Fraud that has been discovered by entities, but details have not been
made public; dan
Group 3: Fraud that has not been detected.

Dalam Black’s Law Dictionary dijelaskan bahwa:


(Kecurangan adalah istilah umum, mencakup berbagai ragam alat seseorang,
individual, untuk memperoleh manfaat terhadap pihak lain dengan penyajian
yang palsu. Tidak ada aturan yang tetap dan tampak kecuali dapat ditetapkan
sebagai dalil umum dalam mendefinisikan kecurangan karena kecurangan
mencakup kekagetan, akal (muslihat), kelicikan dan cara-cara yang tidak
layak/wajar untuk menipu orang lain. Batasan satu-satunya mendefinisikan
kecurangan adalah apa yang membatasi kebangsatan manusia).

Sehingga dapat ditarik berbagai kesimpulan dari pendapat di atas bahwa


tindakan Fraud (kecurangan) tersebut merupakan sesuatu yang disebabkan oleh
keinginan seseorang yang teraplikasi dalam bentuk perilakunya untuk melakukan
suatu tindakan yang menyalahi aturan.

2.2 Hubungan Etika Bisnis dan Fraud


Ada hubungan yang erat antara etika bisnis dan Fraud. Bahwa segala
sesuatu tindakan yang bersifat Fraud bisa dikategorikan sebagai pelanggaran
etika. Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa Fraud merupakan bentuk
tindakan kejahatan yang bersifat disengaja, baik dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung.

2.3 Bentuk-bentuk Fraud


Kecurangan pada prinsipnya mempunyai banyak sekali bentuknya.
Perkembangan Fraud adalah sejalan dengan semakin banyaknya aktivitas
kehidupan. Bahwa tindakan Fraud telah merasuki pada berbagai sektor baik
private sector maupun dalam ruang lingkup aktivitas pemerintahan. Untuk
mencegah timbulnya kecurangan maka jalan yang terbaik adalah dengan
memahami apa dan bagaimana saja bentuk-bentuk kecurangan itu.
Sukrisno Agoes mengatakan bahwa kekeliruan dan kecurangan bisa terjadi
dalam berbagai bentuk, yaitu:
 Intentional error
Kekeliruan bisa disengaja dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri
dalam bentuk window dressing (merekayasa laporan keuangan supaya terlihat
lebih baik agar lebih mudah mendapat kredit dari bank) dan check kiting (saldo
rekening bank ditampilkan lebih besar sehingga rasio lancar terlihat lebih baik).

 Unintentional error
Kecurangan yang terjadi secara tidak disengaja (kesalahan manusiawi),
misalnya salah menjumlah atau penerapan standar akuntansi yang salah karena
ketaktahuan.

 Collusion
Kecurangan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dengan cara
bekerjasama dengan tujuan untuk menguntungkan orang-orang tersebut, biasanya
merugikan perusahaan atau pihak ketiga. Misalnya, di suatu perusahaan terjadi
kolusi antara bagian pembelian, bagian gudang, bagian keuangan, dan pemasok
dalam pembelian bahan atau barang. Kolusi merupakan bentuk kecurangan yang
sulit dideteksi, walaupun pengendalian intern perusahaan cukup baik. Salah satu
cara pencegahan yang banyak digunakan dilarangnya pegawai yang mempunyai
hubungan keluarga (suami-istri, adik-kakak) untuk bekerja di perusahaan yang
sama.

 Intentional misrepresentation
Memberi saran bahwa sesuatu itu benar, padahal itu salah, oleh seseorang
yang mengetahui bahwa itu salah.

 Negligent misrepresentation
Pernyataan bahwa sesuatu itu salah oleh seseorang yang tidak mempunyai
dasar yang kuat untuk menyatakan bahwa hal itu benar.

 False promises
Sesuatu janji yang diberika tanpa keinginan untuk memenuhi janji tersebut.

 Employed Fraud
Kecurangan yang dilakukan pegawai untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Hal ini banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari offie boy yang
memainkan bon pembelian makanan sampai pegawai yang memasukkan
pengeluaran pribadi untuk keluarganya sebagai biaya perusahaan.

 Management Fraud
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen sehingga merugikan pihak lain,
termasuk pemerintah. Misalnya manipulasi pajak, manipulasi kredit bank,
kontraktor yang menggunakan cost plus fee.

 Organized crime
Kejahatan yang terorganisasi, misalnya pemalsuan kartu kredit, pengiriman
barang melebihi atau kurang dari yang seharusnya di mana si pelaksana akan
mendapat bagian 10%.
 Computer crime
Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi komputer, sehingga si pelaku bisa
mentransfer dana dari rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.

 White collar crime


Kejahatan yang dilakukan orang-orang berdasi (kalangan atas), misalnya
mafia tanah, paksaan secara halus untuk merger, dan lain-lain.

Bagi seorang auditor dalam melaksanaakan tugas yang dibebankan


kepadanya maka tentunya ia akan mengikuti beberapa prosedur dan langkah-
langkah yang dapat membuat kerjanya itu berlangsung secara sistematis. Lebih
jauh Arens & Loebbecke menambahkan bahwa auditing seharusnya dilakukan
oleh seorang yang independen dan kompeten.

Suatu kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai
pernyataan dari hasil suatu proses akuntansi yaitu dilihat dari:
 Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
 Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen; dan
 Prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia.

Secara umum dapat kita pahami bahwa suatu perusahaan mempunyai ciri
berbeda dalam menerapkan setiap konsep manajemen yang ia miliki. Hal ini bisa
terjadi karena faktor dimana setiap perusahaan memperkerjakan individu yang
berlainan latar belakangnya, mulai dari latar belakang pendidikan (education),
budaya (culture), agama (religion), sosial (social), paham politik (ism of politic),
dan lain sebagainya.

2.4 Sebab-sebab Terjadinya Fraud


Pada umumnya Fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi
secara bersama, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan Fraud
2. Peluang untuk melakukan Fraud
3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan Fraud.

Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga Fraud:


1. Opportunity
Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian internal
di organisasi tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu
atau kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untuk melakukan Fraud.

2. Pressure
Pressure atau motivasi pada seseorang atau individu akan membuat mereka
mencari kesempatan untuk melakukan Fraud, beberapa contoh pressure dapat
timbul karena masalah keuangan pribadi, sifat-sifat buruk seperti munculnya sikap
suka berfoya-foya dengan sering berbelanja barang-barang mewah, sering ke
diskotik, berjudi, terlibat narkoba, dan faktor tidak nyaman dalam keluarga seperti
merasa selalu ditekan.

3. Rationalization
Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktivitasnya
yang mengandung Fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan
merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan hak
nya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak
untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana
pelaku tergoda untuk melakukan Fraud karena merasa rekan kerjanya juga
melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan Fraud
tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, Fraud adalah sebuah istilah umum dan luas, serta
mencakup semua bentuk kelicikan/tipu daya manusia, yang dipaksakan oleh satu
orang untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan memberikan
keterangan-keterangan palsu dan telah dimanipulasi. Tidak ada ketentuan dan
keharusan untuk menyeragamkan definisi dari Fraud itu sendiri. Fraud juga
mengandung pengertian sebagai kejutan, tipuan, kelicikan, dan cara-cara yang
tidak sah terhadap pihak yang ditipu. Batasan pendefinisian Fraud adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan ketidakjujuran manusia.
Mengendalikan suasana kerja yang baik adalah merupakan tanggung
jawab pimpinan disertai kerjasama dengan anggota organisasi tersebut,
lingkungan pengendalian merupakan salah satu unsur yang harus diciptakan dan
dipelihara agar timbul perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem
pengendalian intern dalam lingkungan kerja, melalui beberapa cara yaitu
penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan
yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan,
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan
penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia,
perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif dan
hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
Bagaimana cara mengatasi Fraud adalah tugas bersama dari suatu organisasi
pemerintahan dan sistem pengawasan internalnya. Pengenalan akan kecurangan
dan dampaknya menjadi hal yang penting untuk diketahui seluruh staf pegawai
hingga manajemen puncak.
3.2 Saran
Alangkah baiknya manusia dapat mengontrol diri dan mempunyai bekal
keimanan yang kuat sehingga tindakan pelanggaran atau Fraud yang dapat
menimbulkan kerugian bagi suatu organisasi/perusahaan tidak terjadi. Selain itu
pihak perusahaan juga sebaiknya memberikan kesejahteraan yang cukup kepada
para karyawan, menerapkan peraturan-peraturan yang disepakati oleh para
anggota sehingga tindakan para anggota organisasi/perusahaan dapat terarah
dengan baik, serta pihak perusahaan tidak memberikan peluang kepada para
anggota untuk melakukan tindakan pelanggaran/Fraud serta pihak
organisasi/perusahaan untuk berlaku tegas dalam menindak pelaku-pelaku
pelanggaran/Fraud agar tidak berkelanjutan sehingga kerugian dapat
diminimalisir bahkan tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irham, 2013, Etika Bisnis Teori, Kasus dan Solusi Januari, Bandung,
Alfabeta hlm.155
https://arezky125.wordpress.com/ : diakses pada tanggal 30 September 2016
http://malbunwis.blogspot.com/2010/06/analisa-dan-cara-mengatasi-Fraud.html :
diakses pada tanggal 30 September 2016
v

Anda mungkin juga menyukai