Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN GERONTIK

FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PROSES PENUAAN

DISUSUN OLEH:

GATOTKACA 2

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Usia lanjut merupakan usia yang

mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai

dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap

akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua,

dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada

masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit

demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap

usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang

penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia

baya.

Pemerintah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi lansia di

Tanah Air. Hal ini menjadi bahan perumusan kebijakan mengingat jumlah

lansia mencapai 8,43% dari total penduduk. AdeRustama, Asisten Deputi

(Asdep) Pemberdayaan Disabilitas dan Lanjut Usia Kemenko Pembangunan

Manusiadan Kebudayaan (PMK) mengatakan jumlah lansia yang berpotensi

terus meningkat harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi beban Negara.

Salah satu faktor permasalahannya adalah faktor ekonomi, secara ekonomi,

penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi

memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban

keluarga dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penuaan?

2. Faktor ekonomi apa saja yang mempengaruhi penuaan

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari penuaan

2. Mengetahui factor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penuan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penuaan

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diterima. Proses menua

merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Proses

menua dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup

(Nugroho, 2008).

Penuaan adalah normal dan tidak dapat dihindari oleh setiap manusia.

Namun demikian penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung pada

stresor yang mempengaruhi penuaan itu sendiri (Stanley & Patricia, 2006).

B. Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Penuaan

Masalah ekonomi yang mempengaruhi berupa menurunnya produktivitas

kerja, terbatasnya kesempatan kerja, dan tidak dimilikinya jaminan sosial.

Kemiskinan menjadi ancaman kesejahteraan terbesar bagi lansia sebab

pendapatan rendah, kesehatan dan gizi buruk, serta akses terhadap pelayanan

dasar berkurang. Hal ini sering menyebabkan lansia telantar. Berikut adalah

beberapa factor ekonomi yang mempengaruhi penuaan:

1. Faktor Golongan Sosial


Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang

kurang produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia bisa

digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu, golongan mantap, kurang mantap &

rawan (Trimarjono, 1997). Golongan mantap merupakan para lanjut usia

yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan/jabatan baik.

Mapan pada usia produktif, sebagai akibatnya pada usia lanjut bisa

berdikari dan nir tergantung dalam pihak lain. Pada golongan kurang

mantap lanjut usia kurang berhasil mencapai kedudukan yang tinggi,

namun sempat mengadakan investasi dalam anak-anaknya, contohnya

mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak

akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut

usia yang tidak mampu menaruh bekal yang cukup kepada anaknya

sehingga ketika purna tugas tiba akan mendatangkan kecemasan lantaran

terancam kesejahteraan Pemenuhan kebutuhan ekonomi bisa dicermati

dari pendapatan lanjut usia & kesempatan kerja.

2. Faktor Pendapatan Lansia

Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang

pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari seperti kebutuhan sandang,

pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik

dan psikis yang menurun menyebabkan mereka kurang mampu

menghasilkan pekerjaan yang produktif. Disisi lain, mereka dituntut untuk

memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sehari – hari yang semakin

meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan gizi


seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang

menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Sedangkan

penghasilan mereka antara lain pensiun, tabungan, dan bantuan

keluarga.Bagi lanjut usia yang memiliki masa dan tabungan yang cukup

maka untuk memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas.Jika tidak

bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka dari bantuan keluarga,

kerabat dan orang lain.Dengan demikian maka status ekonomi orang

lanjut usia pada umumnya berada dalam lingkungan kemiskinan. Keadaan

tersebut akan mengakibatkan orang lanjut usia tidak mandiri, dan

tergantung kepada keluarga atau masyarakat bahkan pemerintah.Banyak

lanjut usia dengan sia – sia mencari suatu bentuk pekerjaan. Upaya untuk

mencari pekerjaan setelah pensiun mengalami kesulitan, karena berbagai

lowongan pekerjaan diberbagai media masa selalu menghendaki tenaga

kerja dengan pendidikan tinggi, penampilan menarik, energik, loyalitas

tinggi dan usia maksimal yang dikehendaki pada umumnya 25 – 30

tahun.Kurangnya pasaran kerja, membuat mereka tidak mampu bersaing

dengan orang – orang yang lebih muda dan berpendidikan.Disamping itu

menurunnya kondisi fisik yang tidak mungkin dapat menyesuaikan

dengan pekerjaan – pekerjaan yang memegang prinsip efektifitas dan

kualitas serta kuantitas yang tinggi ikut berpengaruh.Dengan demikian

pengangguran lanjut usia akan semakin banyak, dan lanjut usia semakin

berada pada garis kemiskinan dan saling tergantung pada generasi muda.
3. Faktor Kesempatan Kerja Bagi Lansia

Bekerja adalah suatu aktivitas jasmani atau rohani yang membentuk

sesuatu (Sumarjo, 1997). Bekerja seringkali dikaitkan menggunakan

penghasilan. Sedangkan, penghasilan seringkali dikaitkan dengan

kebutuhan manusia. Untuk itu agar bisa permanen hidup insan wajib

bekerja. Dengan bekerja orang akan bisa memberi makan dirinya dan

keluarganya, bisa membeli sesuatu, bisa memenuhi kebutuhannya yang

lain Saat ini ternyata diantara lanjut usia banyak yang nir bekerja. Tingkat

pengangguran lanjut usia nisbi tinggi pada daerah perkotaan, yaitu, 2%.

Dengan makin sempitnya kesempatan kerja maka kecenderungan

pengangguran lanjut usia akan semakin poly . Partisipasi angkatan kerja

makin tinggi pada perdesaan daripada pada kota. Lanjut usia yg masih

bekerja sebagian akbar terserap pada bidang pertanian. Di perkotaan lebih

banyak yang bekerja di sektor perdagangan yaitu 38,4% sedangkan yang

bekerja disektor pertanian 27,0% , sisanya berada disektor jasa 17,3%,

industri 9,3% angkutan 3,3%,bangunan 2,8% dan sektor lainnya relatif

mini 1%. Seringkali mereka menemukan fenomena bahwa sangat sedikit

kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka, walaupun mereka ingin

bekerja dan mampu untuk melakukan pekerjaan tadi, lantaran pendidikan

yang dimiliki lanjut usia nir lagi terarah pada pasar tenaga kerja nir

dimasukkan pada kebijakan –kebijakan pendidikan yang berkelanjutan.

Pembinaan ketrampilan & pembinaan yang dilakukan terus-menerus

hanya berlaku bagi orang-orang muda . Hal inilah yg menyebabkan


sulitnya lanjut usia bersaing di pasaran kerja, sehingga banyak orang

lanjut usia yang tidak bekerja meskipun tenaganya masih bertenaga &

mereka masih berkeinginan buat bekerja

Anda mungkin juga menyukai